Sirosis Hepatis
Afaf Aqil Maimi 1610312024
Muhammad Fathi Naufal Ziqri 1810312057
Preseptor :
dr. Eka Kurniawan, Sp.PD-KR
Latar Belakang
Sirosis adalah merupakan tahap akhir proses difus fibrosis hati progresif yang ditandai
oleh distorsi arsitektur hati dan pembentukan nodul regeneratif
Penyebab sirosis hepatis terbanyak di Indonesia adalah hepatitis B (40-50%) dan hepatitis C (30-
40%)
Batasan Masalah Tujuan Penulisan
Membahas definisi sampai prognosis Mengetahui definisi sampai prognosis
serta laporan kasus Sirosis Hepatis serta laporan kasus Sirosis Hepatis
● Secara makroskopis hati membesar, rapuh, tampak berlemak, dan mengalami gangguan
fungsional akibat akumulasi lemak dalam jumlah banyak. Bila kebiasaan minum alkohol
diteruskan, dapat terjadi pembentukan jaringan parut yang luas.
● Pada kasus sirosis Laennec sangat lanjut, lembaran-lembaran jaringan ikat yang tebal
terbentuk pada tepian lobulus, membagi parenkim menjadi nodul-nodul halus. Nodul-nodul
ini dapat membesar akibat aktifitas regenerasi sebagai upaya hati untuk mengganti sel-sel
yang rusak.
Sirosis Pascanekrotik
● Kasus sirosis pascanekrotik berjumlah sekitar 10% dari seluruh kasus sirosis. Sekitar 25-75
persen kasus memiliki riwayat hepatitis virus sebelumnya. Banyak pasien yang memiliki
hasil uji HBsAg-positif. Kasus HCV merupakan sekitar 25 persen dari kasus sirosis.
Sejumlah kecil kasus akibat intokisikasi yang pernah diketahui adalah dengan bahan kimia
industri, racun ataupun obat-obatan seperti fosfat, metil-dopa, arsenic, dan karbon
tetraklorida. Sirosis pasca nekrotik tampaknya menjadi faktor predisposisi timbulnya
neoplasma hati primer (karsinoma hepatoselular).
Sirosis Biliaris
● Kerusakan sel hati yang dimulai disekitar duktus biliaris akan menimbulkan
pola sirosis yang dikenal sebagai sirosis biliaris. Tipe ini merupakan 2%
penyebab kematian akibat sirosis.
● Penyebab tersering sirosis biliaris adalah obstruksi biliaris pasca hepatik.
Stasis empedu menyebabkan penumpukan empedu di dalam massa hati dan
kerusakan sel-sel hati.
● Hati membesar, keras, bergranula halus, dan berwarna kehijauan. Ikterus
selalu menjadi bagian awal dan utama dari sindrom ini, demikian pula
pruritus, malabsorpsi, dan steatorea.
Patogenesis sirosis hati menurut penelitian terakhir, memperlihatkan adanya peranan sel
stelata (stellate cell). Dalam keadaan normal sel stelata mempunyai peranan dalam
keseimbangan pembentukan matriks ekstraselular dan proses degradasi. Pembentukan
fibrosis menunjukkan perubahan proses keseimbangan. Jika terpapar faktor tertentu yang
berlangsung secara terus menerus (misal: hepatitis virus, bahan-bahan hepatotoksik), maka
sel stelata akan menjadi sel yang membentuk kolagen. Jika proses berjalan terus menerus
maka pembentukan fibrosis akan terus terjadi di dalam sel stelata, dan jaringan hati yang
normal akan digantikan oleh jaringan ikat.
Patofisiologi
Sel
hepatosit
parenkim
Liver
Liver Sinusoidal Endothelial Cells (LSEC)
Sel non
parenkim Kupffer Cell (KC)
Stadium Dekompensata
Lebih terasa terutama bila terdapat
komplikasi kegagalan hati dan
hipertensi porta
Manifestasi Gagal Hepatoseluler
Manifestasi Hipertensi Porta
Manifestasi Klinis
Sirosis Hepatis
Stadium
Dekompensata
Diagnosis
Anamnesis
Stadium Stadium
Kompensata Dekompensata
Mengobati penyakit pencetus Mengobati atau
sirosis dan mencegah/diagnosa dini meminimaliasasi dari
komplikasi dari sirosis. komplikasi penyakit sirosis
Tatalaksana
Ascites Ensefalopati hepatik
Tirah baring Diet rendah protein Varises Esofagus
Diet rendah garam Laktulosa
Diuretik Neomisin Vasokontriktor
Band ligation
TIPSS (Transjugular
Intrahepatik Portosotemik Stent
Sindrom Shunt) dan Endoskopi
Peritonitis bakteri
Hepatorenal
Antibiotik IV 10-14 hari Infus albumin rendah
garam
Komplikasi
• Hipertensi portal
• Perdarahan varises
• Splenomegali
• Asites
• Peritonitis Bacterial Spontaneous
• Sindrom Hepatorenal
• Ensefalopati hepatik
Prognosis
Klasifikasi Child- Turcotte- Pugh (Garcia-Tsao G & Bosch J, 2010)
Nilai
Parameter 1 2 3
P/
- Transamin 3x500 mg iv
● Pasang NGT - Vitamin K 3x10mg iv
● Diet Hepar II - Madopar 3x500mg
● IVFD Comafusin hepar : Triofusin : - Lactulac 3x30cc
NaCL 0,9% 1:1:1 ijam/kolf - Kalitake 3x1sacc
● Bolus sandostatin 2amp - Cefriaxone 2x1gram
● Drip Sandostatin 6 amp via siringe - Azitromisin 1x500mg
pump 50cc 2,08cc/jam - N.Acetylsistein 3x200mg
- Paracetamol 3x500mg
- Nebu combivent/8jam
Diskusi
Pasien perempuan umur 77 tahun datang dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak 1 hari
sebelum masuk Rumah Sakit. Perut yang semakin membesar sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
disertai dengan sesak. Sesak tidak berkurang dengan istirahat, sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas,
cuaca, dan makanan. Sirosis merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronik setelah terjadinya fibrosis
hati yang berlangsung progresif dan ditandai dengan adanya kerusakan dari struktur hati dan pembentukan
nodulus regeneratif.
Diskusi
Perut yang membesar dapat disebabkan oleh adanya cairan di dalam rongga abdomen (asites), adanya
massa di abdomen, ataupun adanya pembesaran pada organ-organ yang ada dalam rongga abdomen. Sesak
yang dirasakan pasien terjadi karena asites dapat terjadi pada sirosis karena sirosis mengganggu aliran
darah intrahepatik dan pada keadaan lanjut secara bertahap dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati.
Sekitar 81% asites disebabkan oleh sirosis.
Diskusi
Dari pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, hepar teraba ⅓-⅓ dan lien teraba S2,
serta shifting dullness (+). Hasil laboratorium menunjukkan adanya anemia sedang. Asites terjadi
pada pasien sirosis akibat hipertensi porta dan vasodilatasi splanknikus yang akan berdampak pada:
1) ekstravasasi cairan ke rongga peritonium secara langsung, 2) aktivasi sistem renin-angiotensin-
aldosteron sehingga terjadi vasokonstriksi arteri renalis dan retensi natrium
Diskusi
Pada pasien sirosis umumnya terjadi hipoalbuminemia, hal tersebut menandakan sudah terjadinya
kegagalan dari fungsi hepar dalam mensintesis albumin. Hipoalbumin dapat juga menyebabkan terjadinya
asites. Pemeriksan Shifting dullness (+) menandakan adanya asites pada pasien. Berdasarkan kriteria
Soebandiri, kriteria yang terpenuhi adalah splenomegaly, invers albumin globulin ratio, asites, dan melena,
terpenuhi 4 dari 7 kriteria sirosis hepatis.
Diskusi
Anjuran pemeriksaan berupa pemeriksaan darah lengkap bertujuan untuk melihat morfologi anemia, pemeriksaan tes
darah samar untuk mencari apakah masih ada terdapat perdarahan saluran cerna yang dari makroskopis dan RT tidak
ditemukan karena kemungkinan pecah varises esophagus. Pemeriksaan faal hati berkala terutama untuk melihat apakah ada
peningkatan jumlah Globulin dan penurunan Albumin (inverted albumin-globulin ratio). Pemeriksaan faal hemostasis berkala
dilakukan untuk pemeriksaan apakah terjadi koagulopati dan sebagai salah satu indikator untuk menentukan prognosis.
Analisa cairan asites digunakan untuk mengetahui jenis dari cairan asites. EGD dilakukan untuk mencari ada atau tidaknya
varises esophagus dan derajat varises esophagus.
Diskusi
Pada pasien ini diberikan terapi diet makanan cair berupa Diet Hepar II, yakni. pemberian protein sebanyak 1
g/kgBB/hari dan lemak sebanyak 20-25%. Diet ini diberikan pada pasien dengan nafsu makan yang sudah cukup baik dan
akan diberikan Diet Hepar II Rendah Garam bila terdapat retensi cairan pada pasien. Comafusin hepar mengandung asam
amino, BCAA, xylitol, vitamin, dan mineral yang diberikan sebagai nutrisi parenteral esensial untuk pasien insufisiensi hati
kronik dan mencegah terjadinya keadaan hiperamonia dalam darah dengan menormalkan keseimbangan asam amino rantai
cabang (BCAA) dan asam amino aromatik (AAA) sehingga mencegah terjadinya encephalopathy hepatikum.
Diskusi
Triofusin diberikan pada pasien juga sebagai nutrisi parenteral esensial yang mengandung karbohidrat
(fruktosa dan glukosa) untuk memenuhi kebutuhan energi karena pasien mengalami gangguan fungsi hati. Bolus
sandostatin diberikan untuk meng konstriksi arteriol-arteriol splanknikus guna mengatasi varises esofagus. Injeksi
vitamin K dan Transamin akan diberikan bila terjadi perdarahan mengoreksi koagulopati pada pasien sirosis.
Lactulac berguna sebagai stool softener dan mempercepat transit time dalam proses pencernaan, agar tidak terdapat
tumpukan feses, sehingga meminimalkan produksi amonia di tubuh yang akan memicu ensefalopati hepatikum.
Kalitake diberikan pada pasien untuk mengatasi kondisi hiperkalemia. Madopar diberikan untuk mengatasi sequele
dari stroke pasien. Nebu combivent dan N Acetylsistein diberikan untuk meredakan sesak napas dan dahak pada
pasien. Transfusi PRC maupun albumin dapat diberikan bila hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar
Hb maupun albumin yang rendah pada pasien ini berguna untuk menaikkan kadar Hb maupun albumin pada pasien
yang rendah.
Diskusi
Prognosis sirosis hati sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi etiologi, beratnya
kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit penyerta lainnya pada pasien. Klasifikasi Child-Pugh variabelnya
meliputi kadar albumin, kadar bilirubin, PT/INR, ada tidaknya asites dan ensefalopati serta status nutrisi. Angka
kelangsungan hidup selama satu tahun untuk pasien Child A (5-6), B(7-9), C(10-15) berturut-turut adalah 100%,
80% dan 45%.
Pertanyaan
● Pada pemeriksaan lab didapatkan hasil hipoalbumin, mengapa tidak diberikan
tatalaksana pada hipoalbumin?
● Pada pemeriksaan abdomen didapatkan shifting dullness, mengapa tidak diberikan
furosemide sebagai diuretic?
● Apakah ada kaitan dari reflek patologis yang ada pada pasien dengan keadaan sirosis
hepatis?
● Apa perbedaan terapi diet hati 1 2 dan 3? Mengapa pasien diberikan terapi diet 2?
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik and illustrations by Stories.