Abstrak
Sirosis hepatis (SH) merupakan konsekuensi dari penyakit hati kronis yang
ditandai dengan penggantian jaringan hati oleh fibrosis, jaringan parut dan
nodul regeneratif (benjolan yang terjadi sebagai hasil dari sebuah proses
regenerasi jaringan yang rusak) akibat nekrosis hepatoseluler, yang
mengakibatkan penurunan hingga hilangnya fungsi hati. Menurut laporan rumah
sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata prevalensi sirosis hati adalah
3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal Penyakit Dalam. 40-50% penyebab
sirosis hepatis adalah virus hepatitis B, 30-40% disebabkan oleh virus hepatitis C
dan 10-20% penyebabnya tidak diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B
dan C (non B-non C). Stadium awal sirosis sering tanpa gejala. Bila sudah lanjut,
gejala-gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati.
Terapi pada sirosis hati ditujukan mengurangi progresi penyakit, menghindarkan
bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan
komplikasi.
2
CASE REPORT
3
CASE REPORT
4
CASE REPORT
5
CASE REPORT
6
CASE REPORT
Varises esofagus
9. Anemia Splenomegali
Anemia dengan trombositopenia, 2. Peritonitis bakterial spontan
leukopenia, dan netropenia akibat Infeksi cairan asites oleh bakteri
splenomegali kongestif berkaitan tanpa ada bukti infeksi sekunder intra
dengan hipertensi porta sehingga abdominal. Biasanya timbul tanpa
1,4
terjadi hipersplenisme. gejala, namun dapat timbul demam
Pemeriksaan radiologis barium meal dan nyeri abdomen.
dapat melihat varises untuk konfirmasi 3. Ensefalopati hepatikum
adanya hipertensi porta. USG juga sudah Ensepalopati hepatikum
secara rutin digunakan karena merupakan suatu kelainan
pemeriksaannya yang non invasif dan neuropsikiatri yang bersifat reversibel
mudah digunakan. Pemeriksaan hati yang dan umumnya didapat pada pasien
bisa dinilai dengan USG meliputi sudut dengan sirosis hati setelah
hati, permukaan hati, ukuran, mengeksklusi kelainan neurologis dan
homogenitas,dan adanya massa. Pada metabolik. Derajat keparahan dari
sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, kelainan ini terdiri dari derajat 0
permukaan irregular dan ada peningkatan (subklinis) dengan fungsi kognitif
ekogenitas parenkim hati.4 yang masih bagus sampai ke derajat 4
dimana pasien sudah jatuh ke keadaan
KOMPLIKASI koma.
1. Hipertensi porta Patogenesis terjadinya
Pada keadaan normal, vena porta ensefalopati hepatik diduga oleh
membawa darah dari abdomen, usus karena adanya gangguan metabolisme
halus, kandung empedu, dan pankreas energi pada otak dan peningkatan
ke hati. Pada sirosis, jaringan fibrotik permeabelitas sawar darah otak.
menghambat aliran darah sehingga Peningkatan permeabelitas sawar
meningkatkan tekanan vena porta. darah otak ini akan memudahkan
Kondisi ini disebut hipertensi porta. masuknya neurotoxin ke dalam otak.
Hipertensi porta dapat menyebabkan Neurotoxin tersebut diantaranya, asam
komplikasi lainnya yakni: lemak rantai pendek, mercaptans,
Terjadi penumpukan cairan neurotransmitter palsu (tyramine,
sehingga timbul edema dan asites octopamine, dan
7
CASE REPORT
8
CASE REPORT
9
CASE REPORT
Keadaan umum: tampak sakit sedang Perkusi : Batas jantung kanan: linea
Tekanan darah : 180/130 mmHg sternalis SIK 5 dextra
Nadi : 115 x/menit Batas jantung kiri : linea
Pernapasan : 34x/menit midclavicula SIK 5 sinistra
Suhu : 37,00C Auskultasi: S1 dan S2 normal, regular.
IMT : 22,22 Murmur (-), gallop(-)
TB : 150 cm Pemeriksaan abdomen
BB : 51 kg Inspeksi : perut tampak cembung,
kolateral vein (-), venektasi (-
Pemeriksaan fisik ), scar (-) tidak terlihat
Pemeriksaan kepala dan leher : adanya benjolan.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Auskultasi : Bising usus (+) 8 kali per
Sklera ikterik (-/-) menit.
Reflek cahaya (+/+) Perkusi : timapani.
Mulut : Mukosa bibir pucat (-) Palpasi : Nyeri tekan pada seluruh
mulut kering (-) lapangan abdomen, pembesaran
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening hepar dan lien tidak teraba,
(KGB) dan tiroid (-) ballottement (-).
Peningkatan JVP (-) Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik,
Pemeriksaan Paru :
Inspeksi : Bentuk dan dinding dada Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan
simetris kiri dan kanan. Tidak penunjang, yaitu pemeriksaan: darah rutin,
terdapat scar. kimia darah dan elektrolit dan rotghen.
Palpasi : vokal fremitus simetris kiri Hasil Pemeriksaan darah rutin adalah:
dan kanan. Tidak teraba hemoglobin 7,9 g/dL (menurun)
adanya massa. hematokrit 22,5% (menurun)
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru Leukosit 8,4x103 uL (normal)
Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-), eritrosit 2,73 x106 (menurun)
rhonki (-) Trombosit 276x103 uL (normal)
Pemeriksaan Jantung MCV 98,3 µm3 (normal)
Inspeksi :Iktus kordis tidak terlihat MCH 31,7 pg/sel (normal)
Palpasi :Iktus kordis teraba di mid
MCHC 32,2 g/dL. (normal)
clavicula SIK V sinistra.
10
CASE REPORT
PEMBAHASAN
FOLLOW UP
11
CASE REPORT
Dari hasil anamnesis dan berat badan. Selain itu, ditemukan juga
pemeriksaan fisik terdapat beberapa beberapa keluhan yang terkait dengan
kemungkinan diagnosis banding pada kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta,
kasus ini yaitu sirosis hepatis, hepatoma, diantaranya perut yang membesar (asites),
penyakit jantung seperti congenital heart air kencing yang berwarna seperti teh
failure (CHF) dan penyakit ginjal. pekat, ikterus pada kedua mata dan kulit
Berdasarkan anamnesis, serta terdapatnya vena kolateral. Pada
pemeriksaan fisik dan penunjang yang pasien dengan sirosis hepatis akan terjadi
telah dilakukan tidak ditemukan kriteria penurunan produksi albumin dan
diagnosis hepatoma yaitu hati membesar komponen penunjang sel darah merah
berbenjol-benjol, SGOT dan SGPT akibatnya kerusakan sel-sel parenkim hati
normal. Pada CHF tidak memenuhi sehingga dapat terjadi hipoalbuminemia
kriteria Framingham (1 mayor 1 minor) dan anemia.
seperti sesak nafas tidak dipengaruhi oleh Penyebab sirosis hepatis
aktivitas, pemeriksaan fisik tidak kemungkinan terjadi akibat dari
ditemukan pembesaran jantung dan JVP mengonsumsi alkohol karena berdasarkan
tidak meningkat. Sedangkan pada ginjal anamnesis pasien mengonsumsi minuman
tidak ditemukan adanya peningkatan beralkohol sejak muda.
ureum dan kreatinin, sehingga hepatoma,
CHF dan ginjal dapat disingkirkan.
Pada kasus ini, didapatkan beberapa
gejala yang dapat mengarah pada keluhan
yang sering didapat pada sirosis hati yaitu
perut yang semakin membesar, mual,
nafsu makan berkurang dan penurunan
12
CASE REPORT
DAFTAR PUSTAKA
3. Sulaiman, Akbar, Lesmana dan Noer. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta; Jayabadi.
2007.
4. Siti Nurdjanah. Sirosis Hepatis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi I, Simadibrata
MK, Setiati S (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5 . Jakarta; Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. 2009. Page 668-673.
5. Sibuea NA. Karakteristik penderita sirosis hatirawat inap di rumah sakit umum pusat
haji adam malik medan tahun 2012 [skripsi]. Universitas Sumatera Utara; Medan: 2014
6. Setiawan, Poernomo Budi. Sirosis hati. In: Askandar Tjokroprawiro, Poernomo Boedi
Setiawan, et al. Buku Ajar Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
2007. Page 129-136
7. Lindseth GN. Gangguan hati, kandung empedu, dan pankreas. Dalam: Price SA, Wilson
LM. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Jakarta : EGC. 2005.
493-501
9. Riley TR, Taheri M, Schreibman IR. Does weight history affect fibrosis in the setting of
chronic liver disease?. J Gastrointestin Liver Dis. 2009. 18(3):299-302.
13