Anda di halaman 1dari 17

•Sirosis DEFINISI

adalah suatu keadaan


patologis yang menggambarkan
stadium akhir fibrosis hepatik yang
Sirosis merupakan komplikasi penyakit hati yang ditandai dengan
berlangsung progresif yang ditandai
menghilangnya sel-sel hati dan pembentukan jaringan ikat dalam hati
dengan distorsi dari arsitektur hepar
yang ireversibel. WHO memberi batasan histologi sirosis sebagai
dan pembentukan nodulus
proses kelainan hati yang bersifat difus (hampir merata), ditandai
regeneratif. Hal ini akibat nekrosis fibrosis dan perubahan bentuk hati normal ke bentuk nodul-nodul yang
hepatoselular. abnormal.
• EPIDEMI
OLOGI
 Sirosis adalah penyebab kematian ke 12 di Amerika Serikat, terhitung hampir 32.000 kematian setiap
tahun. Lebih dari 40% pasien sirosis asimomatis.
 Menurut laporan Rumah Sakit Umum Pemerintah di Indonesia, rata-rata prevalensi sirosis hati adalah
3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal Penyakit Dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien
penyakit hati yang dirawat.
 Perbandingan prevalensi sirosis pada pria : wanita adalah 2,1 : 1 dan usia rata-rata 44 tahun. Perlemakan
hati akan mengakibatkan steatohepatitis nonalkoholik (NASH, prevalensi 4%) dan berakhir dengan
sirosis hati dengan prevalensi 0,3%.
• ETIOLOGI
Penyakit Infeksi Obat dan Toksin
Bruselosis Alkohol
Ekinokokus
Amiodaron
Skistosomiasis
Arsenik
Toksoplasmosis
Hepatitis virus (Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D, Sitomegalovirus) Obstruksi bilier
Penyakit perlemakan hati non alkoholik
Penyakit Keturunan dan Metabolik
Sirosis bilier primer
Defisiensi α1-antitrripsin
Kolangitis sklerotis primer
Sindrom Fanconi
Galaktosemia
Penyebab lain atau Tidak terbukti
Penyakit Gaucher
Penyakit simpanan glikogen Penyakit usus inflamasi kronik
Hemokromatosis Fibrosis Kistik
Intoleransi fluktosa herediter Pintas Jejunoileal
Tirosinemia herediter
Sarkoidosis
Penyakit Wilson
• KLASIFIKASI

Berdasarkan morfologi, Sherlock membagi sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :


1. Mikronodular Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di dalam
septa parenkim hatimengandung nodul halus dan kecil merata di seluruh
lobus. Pada sirosis mikronodular, besar nodulnya tidak melebihi 3 mm.
Tipe ini biasanya disebabkan alkohol atau penyakit saluran empedu
2. Makronodular Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan
bervariasi, mengandung nodul yang besarnya juga bervariasi ada nodul
besar didalamnya, ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau
terjadi regenerasi parenkim. Tipe ini biasanya tampak pada perkembangan
hepatitis seperti infeksi virus hepatitis B
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)
• KLASIFIKASI

Sedangkan secara fungsional, sirosis hepatis dibagi menjadi


kompensata dan dekompensata.
1. Sirosis hati kompensata
Sering disebut dengan sirosis hati laten atau dini. Pada stadium
kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya
stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan skrining.
2. Sirosis hati dekompensata
Dikenal dengan sirosis hati aktif, dan stadium ini biasanya
gejala-gejala sudah jelas, misalnya ascites, edema dan ikterus.
PATOGENESIS SIROSIS HATI
GAMBARAN KLINIS
 Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang sering ditemukan secara tidak sengaja. Gejala sirosis hati terbagi
menjadi sirosis hati kompensata (gejala awal) seperti mudah lelah, lemah, selera makan berkurang, perut kembung, mual, berat
badan menurun, impotensi, testis mengecil, ginekomastia, hilangnya gairah seksual.
 Gejala sirosis hati dekompensata terjadi gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi
porta, meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam subfebris, gangguan pembekuan darah seperti perdarahan
gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus, air kemih warna teh pekat, muntah darah dan/ melena serta perubahan mental
meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi hingga koma.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran laboratorium
 Untuk menegakkan diagnosis diperlukan tes laboratorium seperti SGOT dan SGPT yang meningkat, dimana SGOT lebih tinggi
daripada SGPT. Alkali phosphatase menigkat kurang dari 2 sampai 3 kali batas normal. GGT (Gamma Glutamil
Transpeptidase) juga meningkat pada penyakit hati alkoholik kronik. Bilirubin normal pada sirosis hati kompensata dan
meningkat pada sirosis hati dekompensata. Konsentrasi albumin menurun sesuai dengan perburukan sirosis sedangkan globulin
meningkat.
 Waktu protrombin yang memanjang mencerminkan derajat tingkatan disfungsi sintesis hati sehingga banyak menyebabkan
perdarahan pada banyak organ tubuh. Natrium serum menurun terutama pada sirosis dengan asites. Anemia pada sirosis dapat
dalam berbagai macam jenis. Anemia dengan trombositopenia, leukopenia dan neutropenia akibat splenomegali kongestif
berkaitan dengan hipertensi porta sehingga terjadi hipersplenisme.
 Pemeriksaan radiologi barium meal/enema dapat melihat varises untuk konfirmasi adanya hipertensi porta. Dengan USG, pada
sirosis yang lanjut hati mengecil, nodular, irregular. Selain itu USG juga dapat melihat asites, splenomegali, thrombosis vena
porta, pelebaran vena porta, karsinoma hati.
 DIAGNOSIS
Temuan Klinis pada Pemeriksaan Fisik
1. Hati: perkiraan besar hati, biasa hati membesar Laboratorium
pada awal sirosis. Pada sirosis hati, konsistensi 1. Aminotransferases - AST dan ALT meningkat cukup tinggi, dengan AST > ALT.
hati biasanya kenyal/firm, pinggir hati biasanya 2. Fosfatase alkali - biasanya sedikit lebih tinggi.
tumpul dan ada nyeri tekan pada perabaan hati. 3. GGT - Biasanya jauh lebih tinggi pada penyakit hati kronis karena alkohol.
2. Limpa : pembesaran limpa/splenomegali. 4. Bilirubin - dapat meningkat sebagai tanda sirosis sedang berlangsung.
3. Perut & ekstra abdomen : pada perut 5. Albumin - rendah
diperhatikan vena kolateral dan ascites. 6. Waktu prothrombin - meningkat sejak hati mensintesis faktor pembekuan.
4. Manifestasi diluar perut : perhatikan adanya 7. Globulin - meningkat
spider navy pada tubuh bagian atas, bahu, leher, 8. Serum natrium - hiponatremia
dada, pinggang, caput medussae, dan tubuh 9. Trombositopenia
bagian bawah. Perlu diperhatikan adanya 10. Leukopenia dan neutropenia
eritema palmaris, ginekomastia, dan atrofi testis 11. Defek koagulasi - hati memproduksi sebagian besar faktor-faktor koagulasi dan
pada pria. Bisa juga dijumpai hemoroid. dengan demikian koagulopati berkorelasi dengan memburuknya penyakit hati.
 DIAGNOSIS

Pemeriksaan Penunjang Lainnya


1. Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hepertensi portal.
2. Esofagoskopi : dapat dilihat varises esofagus sebagai komplikasi sirosis hati/hipertensi portal.
3. Ultrasonografi : pada saat pemeriksaan USG sudah mulai dilakukan sebagai alat pemeriksaa rutin pada penyakit hati. Yang dilihat pinggir
hati, pembesaran, permukaan, homogenitas, asites, splenomegali, gambaran vena hepatika, venaporta, pelebaran saluran empedu/HBD,
daerah hipo atau hiperekoik atau adanya SOL (space occupyin lesion). Sonografi bisa mendukung diagnosis sirosis hati terutama stadium
dekompensata, hepatoma/tumor, ikterus obstruktif batu kandung empedu dan saluran empedu.
4. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pemeriksaan cairan asites dengan melakukan pungsi asites. Bisa dijumpai tanda-tanda infeksi
(peritonitis bakterial spontan), sel tumor, perdarahan dan eksudat, dilakukan pemeriksaan mikroskopis, kultur cairan dan pemeriksaan
kadar protein, amilase dan lipase.
Gold standard diagnosis sirosis hati adalah biopsi hati melalui perkutan, transjugular, laparoskopi, atau biposi jarum halus. Biopsi tidak usah
dilakukan apabila manifestasi klinis, hasil laboratorium, dan radiologinya cenderung merujuk pada sirosis hati.
• PENATALAKSANAAN

Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :


1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang. Seperti cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan
vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi seperti
a. Asites
b. Spontaneous bacterial peritonitis
c. Hepatorenal syndrome
d. Ensefalopati hepatik
• PENATALAKSANAAN
Terapi
Sirosis Hati Akibat A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3x seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari
Infeksi Virus C tergantung berat badan (1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan untuk jangka waktu 24-48
minggu.
B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4
minggu yang dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggu dengan atau tanpa kombinasi dengan
RIB.
C) Terapi dosis interferon setiap hari. Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-
RNA negatif di serum dan jaringan hati.
• PENATALAKS
ANAAN
KOMPLIKASI
• KOMPLIKASI • PROGNOSIS

1) Edema dan asites Prognosis dari sirosis hepar bervariasi dan


2) Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) dipengaruhi sejumlah faktor yaitu etiologi, beratnya

3) Perdarahan dari Varises-Varises Kerongkongan kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang

(Oesophageal Varices) menyertai. Klasifikasi Child-Pugh juga digunakan


untuk menilai prognosis pasien sirosis yang akan
4) Gagal Ginjal Akut Hepatic encephalopathy
menjalani operasi. KlasifikasiChild-Pugh berkaitan
5) Hepatorenal syndrome
dengan kelangsungan hidup. Angka kelangsungan
6) Hepatopulmonary syndrome
hidup selama 1 tahun untuk pasien Child A, B dan C
7) Hyperspleenism berturut-turut 100, 80, dan 45%.
8) Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
KESIMPULAN
Sirosis merupakan stadium akhir fibrotik hati akibat penyakit hati kronik difus yang ditandai dengan adanya
perubahan arsitektur hati yang membentuk jaringan ikat dan gambaran nodul.

Penyakit ini dapat disebabkan berbagai etiologi. Infeksi virus hepaittis B dan C merupakan penyebab yang
sering di Indonesia, sedangkan alkohol merupakan penyebab terbanyak di daerah Barat. Seiring meningkatnya
obesitas, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, maka nonalkoholik steatohepatitis juga menjadi etiologi
sirosis yang penting.

Pengobatan penyakit ini didasarkan pada etiologi dan gejala klinis yang tampak serta ada tidaknya komplikasi
yang timbul. Prognosis penyakit ini baik jika diobati pada stadium dini (kompensata), namun jika telah lanjut, akan
sulit untuk bertahan hingga lebih dari 5 tahun, karena sirosis bersifat irreversibel. Terapi pasien sirosis dapat
diberikan mulai dari medikamentosa hingga transplantasi hepar.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai