BAB I
PENDAHULUAN
Pirngadi Medan. Jumlah pasien sirosis hepatis berkisar 4,1% dari pasien
yang dirawat di bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun Lebih
dari 40% pasien sirosis adalah asimptomatis, sering tanpa gejala sehingga
terpapar faktor tertentu yang berlangsung secara terus menerus, maka sel
2
ada bukti bahwa penyakit sirosis hati reversibel, tetapi dengan kontrol
pasien yang teratur pada fase dini diharapkan dapat memperpanjang status
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dari kata kirrhos yang berarti kuning orange (orange yellow), karena terjadi
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari
penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati yang akan menyebabkan
penurunan fungsi hati dan bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya
penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang
akhirnya menyebabkan hipertensi portal. Pada sirosis dini biasanya hati membesar,
Menurut Lindseth; Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan
dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan
4
nodul-nodul regenerasi sel hati. Sirosis hati dapat mengganggu sirkulasi sel darah
intra hepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati.
Untuk perbedaan hati yang sehat dengan yang sirosis dapat dilihat pada gambar
berikut ;
29
Sumber : Info Kesehatan Fungsi Organ Hati
2.3.1. Gejala
Gejala sirosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver
yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan
lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip
laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada sirosis terjadi kerusakan hati yang terus
menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.
5
sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver
sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya
kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan
menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah
peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah
timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati membesar
sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
b. Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap
a. Sirosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata
b. Sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang
kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya
nodul, yaitu:
sirosis toksik atau subcute yellow, atrophy cirrhosis yang terbentuk karena
c. Sirosis Post hepatic, sirosis yang terbentuk sebagai akibat setelah menderita
hepatitis.
7
a. Sirosis portal adalah sinonim dengan fatty, nutrional atau sirosis alkoholik.
b. Sirosis postnekrotik
c. Sirosis biliaris.
2.5. Komplikasi
2.5.2. Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada sorosis
hati adalah perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan yang
didahului rasa nyeri. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan
membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak, sehingga
hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum mempunyai
menjadi dua, yaitu: Pertama koma hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis
hati yang meluas dan fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat
berjalan dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder, yaitu koma hepatikum
yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung, tetapi oleh
8
sebab lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap asites, karena obat-
2.6. Epidemiologi
Case Fatality Rate (CSDR) Sirosis hati laki-laki di Amerika Seikat tahun 2001
15
sebesar13,2 per 100.000 dan wanita sebesar 6,2 per 100.000 penduduk. Di
Indonesia, kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum laki-laki dibandingkan kaum
wanita. Dari yang berasal dari beberapa rumah sakit di kita-kota besar di Indonesia
memperlihatkan bahwa penderita pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan
31
antara 1,5 sampai 2 : 1. Hasil penelitian Suyono dkk tahun 2006 di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta menunjukkan pasien sirosis hati laki-laki (71%) lebih banyak
dari wanita (29%) dengan kelompok umur 51-60 tahun merupakan kelompok umur
18
yang terbanyak. Ndraha melaporkan selama Januari –Maret 2009 di Rumah Sakit
Koja Jakarta dari 38 penderita sirosis hati, 63,7% laki-laki dan 36,7 % wanita,
31
terbanyak (55,3%) adalah kelompok umur 40-60 tahun.
9
2.6.2. Faktor Risiko
Penyebab pasti dari sirosis hati sampai sekarang belum jelas, tetapi sering
Menurut Spellberg, Shiff (1998) bahwa di negara Asia faktor gangguan nutrisi
memegang penting untuk timbulnya sirosis hati. Dari hasil laporan Hadi di dalam
ternyata dari hasil penelitian makanan terdapat 81,4 % penderita kekurangan protein
hewani , dan ditemukan 85 % penderita sirosis hati yang berpenghasilan rendah, yang
digolongkan ini ialah: pegawai rendah, kuli-kuli, petani, buruh kasar, mereka yang
b. Hepatitis Virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab
sirosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun
1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai
peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi sirosis. Secara
klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan
untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang
c. Zat Hepatotoksik
kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat
nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati.
d. Penyakit Wilson
muda dengan ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia dari otak, dan terdapatnya
cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser Fleischer Ring.
e. Hemokromatosis
Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan
f. Sebab-Sebab Lain
Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap reaksi dan nekrosis
sentrilobuler
2. Sebagai saluran empedu akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu
akan dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyak
3. Penyebab sirosis hati yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis
Dari data yang ada di Indonesia Virus Hepatitis B menyebabkan sirosis 40-
2.8. Pencegahan
2.8.1. Primer
Sirosis ini paling sering disebabkan oleh minuman keras, hepatitis B dan C.
Cara untuk mencegah terjadinya sirosis dengan tidak konsumsi alkohol, menghindari
mencegah hepatitis B.
2.8.2. Sekunder
a. Pengobatan
Penderita sirosis hati memerlukan istirahat yang cukup dan makanan yang adekuat
dan seimbang. Protein diberikan dengan jumlah 1-1½ g/kg berat badan. Lemak antara
Asites dan edema ditanggulangi dengan pembatasan jumlah cairan NaCl disertai
Pendarahan saluran cerna atas oleh varises esophagus yang pecah memerlukan
perhatian terhadap jumlah darah yang hilang, dan harus ditutup atau tekanan portal
b. Diagnosa
18
Pemeriksaan laboratorium, untuk menilai penyakit hati. Pemeriksaan tersebut
antara lain:
1.1. Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada
ikterus. Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang (
hepatorenal.
1.2. Tinja
ekskresi pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah,
di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang
1.3. Darah
kadang dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi
penderita yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin
menaik, sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap hari akan
diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya dapat disintesa
38
antara 3,5-5,9 gr per hari. Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL .
Jumlah albumin dan globulin yang masing-masing diukur melalui proses yang
adalah 2:1 atau lebih. Selain itu, kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes
faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.
2.1. Radiologi
termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya
penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan
irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG,
yaitu tampak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan
atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul.
2.8.3. Tersier
Bila sudah dapat ditentukan diagnosa sirosis hati secara klinis, maka langkah
yang perlu dilakukan lebih lanjut adalah pemberian terapi. Untuk menentukan terapi
yang tepat, perlu ditinjau berat ringannya kegagalan faal hati. Etiologi sirosis
dilakukan untuk mengikuti risiko perdarahan dengan endoskopi atas dan untuk
Pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis. Mengenai parasintesis cairan
asites dapat dilakukan 5 10 liter / hari, dengan catatan harus dilakukan infuse albumin
menurunkan masa opname pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada Child’s C,
Protrombin < 40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3,
BAB 3
LAPORAN KASUS
NomorRekamMedis : 01.01.83.09
Tanggal masuk : 13/02/2017 Dokter ruangan :
dr. Mido,dr Wika,dr Ira,dr Risna
Jam : 12.00 WIB Dokter Chief of Ward :
dr. Ernita
Ruang : Ruangan XVI bed 08 Dokter Penanggung Jawab Pasien :
dr. Daud Ginting Sp.PD
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Sari
Umur : 66 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : jln bintang terang ujung,kec.sunggal kabpt Deli serdang
ANAMNESA PENYAKIT
KeluhanUtama : Perut membesar
Telaah :Hal ini dialami OS sejak 3 hari yg ini. Mual (-),muntah(-),
muntah hitam (-),BAB Hitam(-),BAB warna dempul (-),BAK
berwarna the pekat (+}, dalam jumlah normal. Riwayat sakit
kuning (+), Riwayat mengkonsumsi alcohol (-), Riwayat
menggunakan obat penghilang rasa nyeri (-), Riwayat sakit
gula (-), darah tinggi (-), batuk (+),dahak (-),demam (-)
16
ANAMNESA ORGAN
Jantung Sesak Nafas :+ Edema :+
Angina Pectoris :- Palpitasi :-
Lain-lain :-
BW :
=92,3 % (gizi cukup)
18
KEPALA
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (+/+), ikterus (+/+), pupil
isokor (+/+) 3mm, reflex cahaya direk (+/+)/ indirek (+/+). Kesan
:ikterik
Telinga :Pendengaran kurang.
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Lidah : Dalam batas normal
Gigi geligi : Dalam batas normal
Tonsil/Faring : Dalam batas normal
LEHER
Struma tidak membesar, tingkat : (-)
Pembesaran kalenjar Limfa (-), Lokasi (-), jumlah (-),konsistensi (-), mobilitas (-),
nyeri tekan (-)
Posisi trakea : medial, TVJ : R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain (-)
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris Fusiformis
Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernafas di kedua lapangan
paru
Palpasi
Nyeritekan : Tidak dijumpai
Fremitus suara : Sulit dinilai
19
Perkusi
Paru
Perkusi : Sonor memendek pada lapangan paru kiri bawah
Batas Paru Hati R/A : Relatif ICS V LMCD/ Absolut ICS VI LMCD
Peranjakan : ± 1cm
Jantung
Batas atas jantung : ICR II-III LMCS
Batas kiri jantung : ICS V 1 cm medial LMCS
Batas kanan jantung : ICS V LPSD
Auskultasi
Paru
Suara pernafasan : Bronkial pada lapangan paru bawah
Suara tambahan : Ronkhi basah pada kedua lapangan paru.
Jantung
M1>M2,P2>P1,T1>T2,A2>A1, desah sistolis (+), lain-lain (-),
Heart rate:120 x/menit, reguler, intensitas: cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Sulit dinilai
Perkusi : Sonor memendek pada lapangan paru kiri bawah
Auskultasi : SP= bronkhial ST= ronkhi basah basal kiri bawah
20
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : simetris membesar
Gerakan lambung/usus : tidak terlihat
Vena kolateral :-
Caput medusa :-
Palpasi
Dinding abdomen : Soepel, H/L/R tidak teraba
HATI
Pembesaran : tidak dijumpai
Permukaan : tidak teraba
Pinggir : tidak teraba
Nyeri tekan :-
LIMFA
Pembesaran : Tidak dijumpai
GINJAL
Ballotement :-
UTERUS/OVARIUM :-
TUMOR :-
Perkusi
Pekak hati :-
Pekak beralih :-
21
Auskultasi
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain :-
PINGGANG
Nyeri ketuk Sudut Kostovertebra: -
Arteri femorais : + +
Arteri tibialis posterior: + +
Arteri dorsalis pedis : + +
Refleks KPR : + +
Refleks APR : + +
Refleks fisiologis : + +
Refleks patologis : - -
Lain-lain : -
RESUME
Kepala:
Konjunctivapalpebra inferior pucat (+/+)
Sklera ikterik (+/+)
Thoraks:
Pulmo: SP: bronkhial ST: ronkhi basah basal
Cor: dalam batas normal
Abdomen:
H/L/R: simetris membesar
Medikamentosa :
Inj Furosemid 20mg/12 jam
Spironolakton 1x100mg
Proponolol 1x10 mg
Lactulac 3xC1
RencanaPenjajakanDiagnostik/TindakanLanjutan
1. HST, LFT, Anemia Profile, morfologi darah tepi, Coomb test
2. Kultur darah/ST, AGDA, LDH, PCT,viral marker
3. KGD ad random, EKG, urinalisis, dan feses rutin
4. Kultur sputum/ST, BTA 3x DS
5. Foto Thoraks PA
6.Endoskopi
26