beberapa
asam
amino
seperti
metionin
berpartisipasi
dalam
metabolismee gugus metil yang berperan dalam mencegah perlemakan hati dan
sirosis hepatis.
2. Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab sirosis
hati. Hepatitis virus yang telah menginfeksi sel hati semakin lama akan berkembang
menjadi sirosis hepatis
3. Penyakit Wilson
Suatu penyakit yang jarang ditemukan, biasanya terdapat pada orang-orang muda
dengan ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia dari otak dan terdapat cincin
pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser Fleischer Ring. Penyakit
ini diduga disebabkan defisiensi bawaan dari seruloplasmin. Penyebabnya belum
diketahui dengan pasti, mungkin ada hubungannya dengan penimbunan tembaga
dalam jaringan hati.
4. Zat hepatotoksik
Beberapa zat kimia dan obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
fungsi sel hati secara akut dan kronik. Kerusakan hati secara akut akan berakibat
nekrosis atau degenerasi lemak. Sedangkan kerusakan kronik akan berupa sirosis
hepatis. Zat hepatotoksik yang sering menyebabkan sirosis hepatis adalah alkohol.
Efek yang nyata dari etil alkohol adalah penimbunan lemak dalam hati.
5. Hemokromatosis
Kelebihan zat besi juga akan semakin memperberat kerja hati sehingga hati tidak
dapat mengolah zat besi yang dapat diabsorbsi tubuh tetapi zat besi akan tertimbun
dalam jumlah banyak yang dapat menyebabkan sirosis hepatis
6. Sebab-sebab lain
a) Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardiak.
Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap anoksia.
b) Obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat menimbulkan sirosis
biliaris primer.
c) Penyebab sirosis hepatis yang tidak diketahui dan digolongkan sebagai sirosis
kriptogenik.
C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, sirosis hepatis diklasifikasikan menjadi 4 macam,
yaitu (Baradero, 2008) :
1. Sirosis Laennec. Sirosis ini disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap
awal sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir, hepar
mengecil dan nodular.
2. Sirosis pasca nekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena
hepatotoksin biasanya berasal dari hepatitis virus. Hepar mengecil dengan banyak
nodul dan jaringan fibrosa.
3. Sirosis bilier. Penyebabnya adalah obstruksi empedu dalam hepar dan duktus
koledukus komunis (duktus sistikus).
4. Sirosis jantung. Penyebabnya adalah gagal jantung kanan (gagal jantung kongestif).
Berdasarkan stadiumnya, sirosis hepatis diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu
(Soemoharjo, 2008) :
1. Sirosis hepatis kompensata
Sirosis hepatis kompensata disebut juga sirosis hepatis stadium awal. Pada sirosis
hepatis kompensata, tubuh masih dapat mengkompensasi adanya kerusakan dan
fibrosis pada hati. Gejala sering tidak jelas dan seringkali ditemukan secara kebetulan
karena keluhan yang tidak khas. Sirosis baru dicurigai setelah ditemukan
hepatomegali atau splenomegali, spider nevi, dan eritema palmar. Pada saat sirosis ini
ditegakkan, varises esophagus sudah ditemukan pada 30% penderita. Untuk
menegakkan diagnosis, perlu dilakukan USG dan pemeriksaan laboratorium, bila
tidak jelas dapat dilakukan biopsy hati.
2. Sirosis hepatis dekompensata
Sirosis hepatis dekompensata disebut juga sirosis hepatis stadium lanjut. Gejalagejala yang dirasakan lebih jelas. Penderita sering merasakan keluhan muntah darah,
asites, demam, dan icterus. Hepatosplenomegali sering ditemukan, begitu pula
dengan spider nevi dan eritema palmar. Pada saat diagnosis ditegakkan, varises
esophagus ditemukan pada 60% penderita. Pada sirosis hepatis ini, dapat terjadi
berbagai manifestasi ekstrahepatik, misalnya sindrom hepatopulmonar, hipertensi
hepatopulmonar, sindrom hepatorenal.
Berdasarkan morfologi selnya, sirosis hepatis dapat diklasifikasikan menjadi 3
macam, yaitu:
1. Mikronodular
Nodulus kecil, tidak jelas, secara mikroskopis terlihat dalam pecandu alkohol,
hemakromatosis, obstruksi saluran empedu dan hepatis aktif kronika.
2. Makronodular
Nodulus besar sering menonjol dari berbagai ukuran yang sering dipisahkan oleh
pita fibrosa besar, terlihat dalam hepatis kronika dan sebagai suatu stadium akhir
Parameter
Asites
Bilirubin (mg/dl)
Albumin (mg/dl)
Prothrombin time
(seconds)
Ensefalopati
hepatik
Skor 1
tidak ada
< 2,0
>3,5
1-3
Skor 2
sedikit
2,0 3,0
2,8 3,5
46
Skor 3
sedang
>3,0
< 2,8
>6
tidak ada
ringan sedang
Sedang berat
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada penderita sirosis hepatis tergantung pada
tingkat keparahan penyakit. Tanda dan gejala yang umum muncul meliputi:
Ikterus karena akumulasi bilirubin dalam darah.
Warna urin dan feses lebih gelap akibat bercampur dengan darah dan kadar bilirubin
yang tinggi.
Edema pada perut (asites) dan tungkai akibat hilangnya albumin dalam dalam dan
hati.
Penurunan kesadaran akibat penumpukan zat toksik dalam otak dan berkurangnya
suplai oksigen.
Perdarahan saluran cerna bagian atas akibat hipertensi portal dan rapuhnya pembuluh
darah.
Spider nevi akibat peningkatan pigmentasi.
Eritema palmar akibat rapuhnya pembuluh darah sehingga mudah pecah.
Anoreksia akibat asites menekan gaster.
Kelelahan dan kelemahan akibat anemia.
E. Patofisiologi
Minuman yang mengandung alkohol dianggap sebagai factor utama terjadinya
sirosis hepatis. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan protein juga dapat
menimbulkan kerusakan pada hati, Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada
individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal
tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi. Faktor lain diantaranya termasuk pajanan
dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor)
atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak dari pada wanita dan mayoritas pasien
sirosis berusia 40 60 tahun. Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh
nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan
penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh
jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi.
Padway
malnutrisi
Zat Toksik
Virus Hepatitis
alkoholisme
Gangguan
metabolism protein
Gangguan metabolism
bilirubin
Peningkatan bilirubin tak
terkonjugasi
Penumpukan bilirubin
dibawah kulit
pruritus
Kerusakan
integritas kulit
Gangguan metabolism
vitamin k
Gangguan pembentukan
faktor pembekuan darah
Pemanjangan waktu
pembekuan darah
Resiko perdarahan
kadar albumin
Gangguan metabolism
zat besi
Tekanan osmotik
Gangguan pembentukan
asam folat
Perpindahan cairan
ke intersitial
Penurunan
jumlah eritrosit
anemia
kelemahan
Ekspansi paru
Intoleran aktivitas
Ketidak
seimbangan
nutrisi
Intake nutrisi
tidak adekuat
F. Pemeriksaan Penunjang
anoreksia
Lambung
terasa penuh
Ketidak efektifan
pola nafas
Menekan
gaster
1. Pemeriksaan fisik
Hati : perkiraan besar hati, biasanya terjadi hepatomegali pada awal sirosis dan
bila hati mengecil menunjukkan prognosis kurang baik. Besar hati normal sebesar
telapak tangan penderita. Pada sirosis hati, konsistensi hati biasanya kenyal,
pinggir hati biasanya tumpul dan terdapat nyeri tekan pada perabaan hati.
Limpa : pembesaran limpa diukur dengan dua cara yaitu Schuffner (limpa
membesar ke arah medial dan ke bawah menuju umbilikus dan dari umbilikus ke
SIAS kanan) dan Hacket (bila limpa membesar ke arah bawah saja).
Perhatikan vena kolateral dan asites; perhatikan adanya spider nevi pada tubuh
bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang, dan tubuh bagian bawah; perhatikan
furosemide.
Perdarahan varises esofagus (hematemesis, melena)
a) Lakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah untuk mengetahui apakah
perdarahan sudah berhenti/masih berlangsung.
b) Bila perdarahan banyak, berikan dextrosa/salin dan transfusi darah
secukupnya.
Ensefalopati
a) Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCl pada hipokalemia.
b) Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet sesuai.
c) Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada
varises.
d) Pemberian antibiotik campisilin/sefalosporin pada keadaan infeksi sistemik.
e) Transplantasi hati
Peritonitis bakterial spontan dan penyakit infeksi lain, diberikan antibiotik pilihan
H. Komplikasi
Komplikasi sirosis hepatis yang dapat terjadi antara lain:
1. Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada sirosis
hati adalah perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan yang
ditimbulkan adalah muntah darah atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa
didahului rasa nyeri. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan
membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah
tukak lambung dan tukak duodeni.
2. Koma hepatikum
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak,
sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum
mempunyai gejala karakteristik yaitu kehilangan kesadaran penderita. Koma
bacterial
spontan,
bronchopneumonia,
pneumonia,
TBC
paru-
menurunnya
perfusi
ginjal
yang
selanjutnya
akan
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C, dkk. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2. Edisi 8. Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan
Tjokonegoro,
dkk.
dan
Pendokumentasian
(1996).
Ilmu
Penyakit
Perawatan
Dalam.
Pasien.
Jilid
1.
EGC.
Jakarta.
FKUI.
Jakarta.
Price, Sylvia A, dkk. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. FKUI. Jakarta.