Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

ANESTESI PADA OPERASI KRANIOTOMI SOL


SUPRATENTORIAL

ANESTESI PADA OPERASI KRANIOTOMI SOL SUPRATENTORIAL

Tujuan Mempelajari hal-hal mengenai persiapan untuk craniotomy


supratentorial
Ruang Lingkup Persiapan preoperatif, intra operatif dan post operatif
1. Kebijakan Untuk memperbaiki outcome pasien dari operasi tumor
supratentorial
2. Prosedur A. Pre-operatif
Anamnesis
Tanyakan pada pasien mengenai riwayat penyakit
yang menyertainya
Obat-obatan yang dikonsumsi
Adakah gangguan penglihatan atau adanya gangguan
neurologis
Peningkatan tekanan intrakranial
Operasi serebral sebelumnya
Pemeriksaan Fisik
Periksa jalan nafas ( kemampuan pasien untuk
extensi, rotasi muka mulut dan jarak antara tiroid dan
mandibula)
Pemeriksaan pernafasan
Tanda vital (tekanan darah dan frekuensi nadi)
Pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale) dan defisit
neurologis
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin (Hb,Leukosit, Trombosit,
Ht)
Pemeriksaan Gula Darah ( pada pasien yang
diberikan pengobatan kortikosteroid atau gangguan
endokrin
Pemeriksaan elektrolit (bila pasien mendapatkan
terapi osmotic diuretic atau loop diuretic
Pemeriksaan foto thorax ( bila usia >50 tahun atau
ada indikasi)
Pemeriksaan EKG ( bila usia >40 tahun atau ada
indikasi)
Pemeriksaan MRI atau CT-Scan
Pemeriksaan CT-Angiography bila ada indikasi
(tumor besar dengan kecurigaan gangguan vaskuler)

B. Intra operatif
Premedikasi
- Hindari Penggunaan narkotik
- Dapat diberikan diazepam 0,1-0,2 mg/kgbb
per oral, midazolam 0,5-1 mg/kgbb atau
lorazepam 0,02-0,5 mg/kgbb
- Sebaiknya dilakukan dalam pengawasan
dokter anestesi ataupun dengan pemantauan
monitor
Monitoring
- Pemasangan monitoring rutin (EKG, SpO2,
dan tekanan darah non invasive)
- Pemasangan CVP perifer atau central (bila
kemungkinan terjadinya pendarahan yang
banyak atau kemungkinan terjadinya diabetes
insipidus)
- Pemasangan arteri line apabila
a. Operasi memiliki resiko terjadinya
perubahan tekanan darah yang cepat
b. Hipotensi kendali
c. Penyakit sertaan tertentu
-
Pemasangan kateter urine
Induksi
-
Posisikan pasien head up 300
-
Berikan oksigen 3L/menit selama 5 menit
-
Berikan narkotik analgetik (contoh Fentanil
1-3g/kgbb) secara perlahan selama 1 menit,
hindari terjadinya batuk
-
Pasien diberikan hipnotik sedative thiopental
2-5 mg/kgbb).
-
Setelah reflex bulu mata hilang kecuali bila
GCS < 9).
-
Kemudian dilakukan ventilasi dengan
oksigen 6L/menit dengan gas anestesi
(contoh : Sevoflurane 1,5 MAC atau
Isoflurane 1 MAC)
-
Setelah dipastikan pasien mampu untuk
dilakukan untuk ventilasi berikan sisa dari
pelumpuh otot (contoh: vecuronium 0.15
mg/kgbb, rocuronium 0.6 mg/kgbb atau
atracurium 0.5 mg/kgbb)
-
Berikan lidokain 1-1,5 mg/kgbb yang di
berikan 3 menit sebelum dilakukannya
intubasi.
-
Berikan setengah dosis ulangan hipnotik
sedative dari dosis induksi 30 detik sebelum
dilakukannya intubasi.
-
Tekanan darah non invasive mengukur
selama 1 menit induksi.
-
Dilakukan laringoskopi intubasi
-
Plester mata dengan menggunakan plester
kertas sebanyak 3 lapis yang terlebih dahulu
menggunakan salep mata.
-
Setelah selesai induksi dan pastikan posisi
pasien
-
Pastikan tidak adanya obstruksi vena
jugularis
-
Dilakukan pemasangan iv kateter nomor
besar, kateter urine dan GPV atau arteri line
bila diperlukan
-
Diberikan anestesi lokal bupivakain sebelum
dilakukan pemasangan head pin
-
Diberikan hipnotik sedative ( propofol atau
thiopenthal) secara kontinu
-
Diberikan pelumpuh otot secara intermiten
atau kontinyu
-
Diberikan osrnotik diuretik dan atau loop
diuretic pada saat dilakukan pengeboran
tulang
-
Pemberian kortikosteroid pada pasien tetap
dilanjutkan.
Rumatan
- Setelah dilakukan intubasi pasien di berikan
rumatan anestesi 02 - Air - sevoflurane tidak
lebih dari 1,5 MAC atau isoflurane tidak
lebih dari 1 MAC
- Diberikan hipnotik sedasi kontiyu (contoh:
propofol 50-150 g/kgbb/menit atau
Thiopenthal 1-3 mg/kgbb/jam)
- Pelumpuh otot diberikan secara kontiyu atau
secara berkala.
- Cairan rumatan dengan menggunakan NaCl
0,9% dan Ringer laktat dengan perbandingan
3:1
- Bila pasien mendapatkan osmotik diuretik
dan atau loop diuretik cairan pengganti
diberikan 1-1.5 cc/kgbbijam atau 2/3 dari
jumlah diuresis/jam.
C. Post operatif
Pasien di masukan ke ICU, bila pasien memenuhi
kriteria masuk ICU
Komplikasi
- Pasien dilakukan pemantauan tekanan darah,
pernafasan, nadi dan cairan drainase
perdarahan.
- Kemungkinan diabetes insipidus
- Perdarahan ulang (rebleeding) yang ditandai
dengan:
a. Penurunan kesadarah atau GCS
b. Pupil anisokor
c. Kejang
DOKUMEN - Catatan rekam medis
TERKAIT - Lembar informed consent
UNIT TERKAIT Dokter spesialis anestesi dan dokter spesialis Bedah Saraf

Disetujui oleh: Ketua SMF BEDAH UMUM


Ketua Komite Medik RSUD Kota Bandung
RSUD Kota Bandung

Drg. Mulyadi, Sp.Ort dr. Yudi Prabakti, Sp.An


NIP. 196406161990111002 NIP. 197310132006041002
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR RSUD KOTA BANDUNG

dr. Dr. Hj. Rita Verita Sri H., MM., MH.Kes


NIP. 196207161989032003

Anda mungkin juga menyukai