TANGERANG SELATAN
Disusun oleh:
Septi Setiarti
NPM 1401180092
Dosen Pengampu: Dr. Agus Sunarya Sulaeman, Ak., MSi., CPMA, AAP, CA
KELAS 8-01
D-IV AKUNTANSI ALIH PROGRAM (TUGAS BELAJAR)
A. Latar belakang
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan berupaya untuk terus memperbaiki sistem
pengelolaan keuangan negara. Upaya perbaikan pengelolaan keuangan negara merupakan bentuk
pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 3 ayat (1) yang menyebutkan
bahwa Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. Oleh karena itu, pemerintah terus berbenah agar dapat memenuhi prinsip transparansi dan
akuntabilitas dalam penyajian laporan keuangannya.
Dalam rangka mendukung pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien dan transparan,
Menteri Keuangan telah membuat inisiatif strategis Program Reformasi dan Transformasi
Kelembagaan Kementerian Keuangan yaitu pengelolaan likuiditas keuangan negara dengan instrumen
keuangan modern. Guna merealisasikan program tersebut dan perlunya modernisasi sistem pembayaran
APBN secara non tunai untuk mendukung inklusi keuangan, serta meminimalisasi uang tunai yang
beredar, pemerintah menerapkan penggunaan kartu kredit pemerintah sebagai alat pembayaran belanja
negara khususnya terkait penggunaan uang persediaan. Terobosan yang dilakukan Kementerian
Keuangan merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk mewujudkan pelaksanaan anggaran yang
lebih mudah dan cepat, dengan tetap mengedepankan prinsip efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas.
Sistem ini diyakini mendorong transparansi dan akuntabilitas.
Menilik sejarah penggunaan kartu kredit di Indonesia, kartu kredit itu sendiri masuk pertama kali
sekitar tahun 1980-an. Dulu kartu kredit pertama diterbitkan bank Duta. Kartu kredit ini ditujukan
khusus bagi nasabahnya sendiri dan tidak bebas bagi kalangan umum. Dalam perkembangan
selanjutnya, pemakaian meluas di sektor pribadi. Sementara itu, di dunia internasional perkembangan
pemakaian kartu kredit sebagai alat pembayaran juga telah merambah sektor pemerintah. Penggunaan
kartu kredit di lingkungan pemerintahan sudah menjadi mekanisme pembayaran pengeluaran negara
dan sudah menjadi international best practices dalam manajemen kas negara-negara maju. Beberapa
negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Korea Selatan, Australia dan Brunei Darussalam telah
menerapkan penggunaan kartu kredit untuk operasional pemerintah kategori perjalanan dinas dan
belanja nominal kecil.
Pemerintah Indonesia mengawali penerapan penggunaan kartu kredit pemerintah dengan
melakukan piloting project penggunaan kartu kredit pemerintah dalam rangka penggunaan uang
persediaan yang dilaksanakan dalam enam tahap sejak tahun 2017 sampai dengan Desember 2018. Uji
coba dilakukan pada unit-unit vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
serta beberapa unit satuan kerja Kementerian/Lembaga. Sebagai tindak lanjut dari piloting project
tersebut Menteri Keuangan akan memberlakukan penggunaan Kartu Kredit Pemerintah di semua
Kementerian/Lembaga mulai 1 Juli 2019 dengan menetapkan kebijakan berupa Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 196/PMK.05/2018 pada tanggal 31 Desember 2018.
Penerapan penggunaan kartu kredit pemerintah secara resmi di seluruh Kementerian/Lembaga
ini tentunya telah melalui berbagai kajian dengan mengedepankan prinsip-prinsip keuangan negara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Keuangan Negara. Selain itu, berdasarkan
serangkaian uji coba yang telah dilakukan kurang lebih 1,5 tahun didapatkan simpulan bahwa
penggunaan kartu kredit pemerintah ini layak dan feasible untuk diterapkan secara luas pada seluruh
unit kerja kementerian atau lembaga pemerintah pusat. Karena itu lah, pemerintah dengan mantap
mengeluarkan kebijakan terkait penerapan penggunaan kartu kredit pemerintah untuk belanja negara
dalam hal ini uang persediaan di seluruh Kementerian/Lembaga secara resmi mulai 1 Juli 2019. Secara
legal, dalam kebijakan tersebut pelaksanaan pemakaian kartu kredit pemerintah resminya akan dimulai
pada tanggal 1 Juli 2019, meskipun kenyataannya unit-unit yang telah melakukan uji coba sudah secara
kontinu dan berkesinambungan telah menggunakan kartu kredit dalam transaksi operasionalnya.
Pemanfaatan kartu kredit pemerintah ini merupakan upaya Direktorat Jenderal Perbendaharaan
melakukan simplifikasi dan modernisasi dalam rangka memperbaiki, menyempurnakan, dan
menyederhanakan pelaksanaan anggaran. Adapun penerapan penggunaan kartu kredit pemerintah
sebagai alat pembayaran belanja negara bertujuan untuk meminimalisasi penggunaan uang tunai dalam
transaksi keuangan negara, meningkatkan keamanan dalam bertransaksi, mengurangi potensi fraud dari
transaksi secara tunai, dan mengurangi cost of fund/idle cash dari penggunaan Uang Persediaan. Selain
bermanfaat di sisi pemerintah, penggunaan kartu kredit pemerintah juga akan berdampak positif
terhadap bisnis kartu kredit perbankan.
Meskipun memiliki berbagai impact positif, adanya kebijakan penggunaan kartu kredit
pemerintah sebagai alat pembayaran belanja negara menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Apalagi penggunaan kartu kredit pemerintah merupakan hal yang sangat baru di Indonesia karena
pertama kalinya diberlakukan, meskipun di negara-negara maju telah lebih dahulu diterapkan sistem
pembayaran ini. Adanya penerapan kebijakan ini kemungkinan akan mendapat tantangan utama dari
paradigma atau kebiasaan lama masyarakat. Selain itu, sebagian pihak menganggap kebijakan ini dapat
menimbulkan inefisiensi karena beban bunga yang harus dibayar pemerintah. Bahkan, pemakaian kartu
kredit pun tak lepas dari manipulasi dan ancaman atas keamanan kartu kredit itu sendiri. Lebih lanjut,
penggunaan kartu kredit juga akan menimbulkan kendala dalam pemotongan, pemungutan, penyetoran
pajak atas transaksi belanja pemerintah. Di sisi lain, penggunaan kartu kredit pemerintah merupakan
model baru pengelolaan keuangan negara yang dapat memberikan manfaat bagi pengguna kartu kredit
(satker kementerian/lembaga) maupun pemerintah dalam hal ini bendahara umum negara dalam
mengoptimalkan kas negara, serta bank penerbit kartu kredit.
Berangkat dari hal tersebut, penulis tertarik untuk membahas penerapan kartu kredit pemerintah
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara
Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah, kendala-kendala maupun permasalahan yang
mungkin timbul, serta alternatif solusi atas kendala/permasalahan tersebut.
1. Rumusan Masalah
a. Apakah penggunaan kartu kredit pemerintah memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan keuangan
negara?
b. Apa saja kendala atau permasalahan yang mungkin timbul dalam penggunaan kartu kredit
pemerintah?
c. Bagaimana solusi atas kendala atau permasalahan yang mungkin timbul dalam penggunaan kartu
kredit pemerintah?
2. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui bagaimana mekanisme penggunaan kartu kredit pemerintah sebagai alat pembayaran
belanja negara dan apakah telah sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara.
b. Mengetahui kendala atau permasalahan yang mungkin timbul dalam penerapan penggunaan kartu
kredit pemerintah.
c. Memberikan alternatif solusi untuk mengatasi kendala/permasalahan sebagaimana disebutkan
pada poin 2.
3. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan gambaran secara umum kepada pembaca
terkait dengan penggunaan kartu kredit pemerintah dalam rangka penggunaan uang persediaan. Selain
itu, dengan makalah ini penulis mencoba memberikan pendapat sebagai sumbangsih kepada pemerintah
sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan kebijakan penggunaan kartu kredit
pemerintah.
B. Literature Review
1. Definisi Kartu Kredit
Menurut Taswan (2003), kartu kredit adalah kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran
transaksi jual-beli barang dan jasa, kemudian pelunasan atas penggunaannya dapat dilakukan sekaligus
atau secara angsuran sejumlah minimum tertentu. Sejalan dengan itu, Rivai, dkk (2007) mendefinisikan
kartu kredit sebagai alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) yang dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi termasuk transaksi
pembelanjaan dan atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang
kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban
melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus
(charge card) ataupun secara angsuran. Selain mesti membayar bunga, jika terlambat membayar,
konsumen juga akan dikenai denda keterlambatan (late charge) (Siamat, 1995).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kartu kredit adalah suatu alat pembayaran
transaksi yang merupakan pengganti uang tunai dimana pembayaran dipenuhi lebih dulu oleh penerbit
kartu untuk kemudian dilakukan pelunasan oleh pemegang kartu pada waktu yang disepakati.
C. Metode Penelitian
Penulisan makalah ini menggunakan metode kualitaif deskriptif berupa studi literatur. Penulis
mempelajari ketentuan tata cara penggunaan kartu kredit pemerintah di Indonesia, kemudian melakukan
kajian pustaka terhadap literatur yang relevan. Berdasarkan hal tersebut ditarik simpulan dan saran
untuk memberikan saran maupun perbaikan dalam pengembangan ketentuan mengenai penggunaan
kartu kredit pemerintah di Indonesia.
2. Pembahasan
Penggunaan kartu kredit pemerintah berpedoman pada prinsip-prinsip fleksibel, efektif, aman,
dan akuntabel. Hal ini sejalan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Keuangan Negara, yaitu tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Sampai dengan saat ini, Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah membuat perjanjian kerja sama
dengan empat bank BUMN yang tergabung dalam Himbara yaitu BRI, BNI, Mandiri, dan BTN dalam
rangka penerbitan kartu kredit pemerintah. Setiap satker nantinya melakukan perjanjian kerja sama
dengan Bank Penerbit tempat rekening BP/BPP dibuka dengan syarat Kantor Pusat Bank Penerbit
tersebut telah melakukan perjanjian kerja sama terlebih dahulu dengan DJPb. Perjanjian kerja sama ini
telah terstandardisasi sehingga cukup memudahkan bagi semua satker. Setelah PKS ditandatangani,
satker dapat mengajukan permintaan penerbitan kartu kredit kepada bank. Jumlah kartu yang
diterbitkan disesuaikan dengan kebutuhan satuan kerja dan dianjurkan untuk diberikan secara selektif.
Limit kartu adalah sebesar Rp20 juta untuk kartu kredit perjalanan dinas dan Rp50 juta untuk kartu
kredit keperluan operasional. Nilai tersebut dapat ditambah hingga Rp200 juta atau lebih dengan
permintaan KPA kepada bank penerbit kartu. Dalam perjanjian kerja sama tersebut memuat pengaturan
biaya penggunaan kartu kredit pemerintah. Biaya terkait penggunaan kartu kredit pemerintah biaya
yang dibebankan pada APBN hanya biaya materai. Sementara itu, Bank Penerbit Kartu Kredit
Pemerintah membebaskan Satker dari biaya penggunaan Kartu Kredit Pemerintah yang meliputi:
a. biaya keanggotaan (membership fee);
b. biaya pembayaran tagihan melalui Teller, ATM , dan e-banking
c. biaya permintaan kenaikan batasan belanja (limit);
d. biaya penggantian kartu kredit karena hilang/ dicuri atau rusak;
e. biaya penggantian PIN;
f. biaya copy Billing Statement;
g. biaya pencetakan tambahan lembar tagihan;
h. biaya keterlambatan pembayaran;
i. biaya bunga atas tunggakan/ tagihan yang terlambat dibayarkan; dan
j. biaya penggunaan fasilitas airport lounge yang berkerja sama dengan Kartu Kredit
Pemerintah.
Dengan adanya pengaturan biaya ini, risiko fiskal berupa inefisiensi akibat pembebanan biaya
bunga kartu kredit dapat dihilangkan. Adapun keterlambatan pembayaran tagihan tidak mengakibatkan
timbulnya beban bunga tetapi mengakibatkan penumpukan pengeluaran yang akan mengganggu cash
management. Selain pengaturan biaya, dukungan keamanan juga telah disediakan oleh pihak
perbankan. Okki Rushartomo Pemimpin Divisi Bisnis Kartu BNI menyatakan bahwa perbankan
memastikan telah mempunyai sistem keamanan yang rigid dan baik dalam menanggulangi potensi
penyelewengan (fraud) penggunaan kartu kredit pemerintah. Langkah-langkah pengamanan
diantaranya sistem pemblokiran, konfirmasi transaksi, notifikasi transaksi dan chip pengaman untuk
menghindari penyalahgunaan kartu kredit. Keberadaan administrator kartu kredit juga mendukung
pencegahan penyalahgunaan kartu kredit. Administrator bertugas melakukan administrasi penggunaan
Kartu Kredit Pemerintah termasuk memantau transaksi belanja pemegang kartu kredit pada setiap
periode tagihan dengan sistem yang disediakan bank penerbit. Apabila ditemukan ketidakwajaran,
administrator dapat mengaktifkan dan menonaktifkan kartu kredit.
Proses pertanggungjawaban atas belanja yang telah dilakukan dengan menggunakan kartu kredit
pada prinsipnya sama dengan belanja biasa. Pengguna kartu kredit wajib mengumpulkan bukti transaksi
seperti struk belanja, kuitansi, rincian pembelian. Bukti transaksi tersebut kemudian bersama dengan
tagihan bulanan (billing) disampaikan oleh pemegang kartu kepada PPK untuk dilakukan verifikasi.
Verifikasi dilakukan dengan membandingkan tagihan bulanan dari bank dengan bukti transaksi.
Apabila sesuai maka dapat dilakukan proses pembayaran dengan penerbitan SPBy kepada bendahara.
Bendahara kemudian melakukan verifikasi atas pembebanan sebelum kemudian mentransfer dengan
menggunakan e-banking/CMS ke bank penerbit kartu. PPK berhak untuk menolak permintaan
pembayaran apabila terdapat transaksi yang bersifat pribadi atau tidak sesuai dengan ketentuan. Tagihan
yang ditolak tersebut menjadi tanggung jawab pengguna kartu.
Menurut Silalahi (2018), penerapan penggunaan kartu kredit secara luas pada seluruh satker
kementerian/lembaga diharapkan dapat menekan penggunaan UP secara signifikan. Jika sebelumnya
penggunaan UP dapat mencapai hingga Rp13 triliun, ke depannya diharapkan dapat dikurangi sehingga
menjadi sekitar Rp2 triliun sampai dengan Rp3 triliun sehingga terdapat pengurangan penggunaan UP
sekitar Rp10 triliun. Pengurangan jumlah UP yang berada di bendahara pengeluaran satker tersebut
diharapkan akan terjadi pengurangan cost of fund pemerintah hingga Rp600 miliar. Sejalan dengan hal
tersebut, Lesmana (2018) menyatakan bahwa implementasi Kartu Kredit Pemerintah dapat menunjang
likuiditas dan efisiensi kas negara. Selama ini ini uang negara yang berada di rekening kas bendahara
pengeluaran sangat besar. Data LKPP tahun 2013 -2016 rata-rata saldo kas bendahara pengeluaran (sisa
UP yang belum disetor) mencapai 300 milyar. Selama tahun anggaran berjalan UP yang dikuasi oleh
bendahara pengeluaran satker bisa mencapai 7-9 triliun. Uang yang berada di kas bendahara
pengeluaran tersebut tentunya bersifat idle. Jauh akan memberikan manfaat jika uang berada dikelola
oleh Bendahara Umum Negara. Uang tersebut dapat memberikan nilai tambah (advalue) melalui
penempatan-penempatan jangka pendek yang berisiko rendah.
F. Daftar Pustaka
---.2018. Kartu Kredit Pemerintah: Definisi, Jenis, Keuntungan, dan Tata Cara Pembayaran dan
Penggunaan. Pengadaan (e-procurement). https://www.pengadaan.web.id/2019/02/kartu-kredit-
pemerintah.html (diakses pada 16 Juni 2019)
Adhiputranto, Purwadhi. 2018. Inovasi Kartu Kredit Pemerintah Era Disruption. Banjarmasin post, 20
Juni 2018. https://banjarmasin.tribunnews.com/2018/06/20/inovasi-kartu-kredit-pemerintah-era-
disruption (diakses pada 15 Juni 2019)
Australian Government, Dept of Finance. 2016. “Facilitating Supplier Payment Through Payment Card
(Resource Management Guide No. 416)”. https://www.finance.gov.au/resource-
management/spending/credit-card- policy/ (diakses tanggal 15 Juni 2019).
Crown Commercial Service. 2017. “Payment Cards: Pan-Government Policy”.
https://assets.publishing.service.gov.uk/government/publications/payment- cards-pan-
government-policy (diakses tanggal 15 Juni 2019).
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2019. Buku Pintar KKP Jilid 2. Direktorat Jenderal
Perbendaharaan: Jakarta.
Lesmana, Budi. 2018. Kartu Kredit Pemerintah, Model Baru Pengelolaan Keuangan Negara
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/kartu-kredit-pemerintah-model-baru-
pengelolaan-keuangan-negara/ (diakses 15 Juni 2019)
Nugroho, Adhi. 2017. Bijak Bertransaksi Non Tunai dengan Mengenali Risiko Kejahatan Kartu.
https://www.kompasiana.com/nodiharahap/594d670d082fcd18ab395d32/bijak-bertransaksi-non-
tunai-dengan-mengenali-risiko-kejahatan-kartu?page=all (diakses 16 Juni 2019)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.05/2018 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penggunaan
Kartu Kredit Pemerintah
Rachmadi, Tosan Yanuar. 2018. Analisis Uji Coba Pembayaran Dengan Kartu Kredit Dalam Rangka
Penggunaan Uang Persediaan.
Rita, Maria Rio dan Kusumawati, Ratna. 2015. Pengaruh Variabel Sosio Demografi dan Karakteristik
Finansial Terhadap Sikap, Norma Subyektif dan Kontrol Perilaku Menggunakan Kartu Kredit
(Studi Pada Pegawai di UKSW Salatiga). https://jurnal.darmajaya.ac.id/
index.php/jmk/article/view/320 (diakses 16 Juni 2019)
Samora, Remon. 2018. Kartu Kredit di Tubuh Birokrasi, Mengapa Tidak?. Koran Sindo, 2 Maret 2018.
https://nasional.sindonews.com/read/1286250/18/kartu-kredit-di-tubuh-birokrasi-mengapa-tidak-
1519928437 (diakses pada 16 Juni 2019).
Saptagraha, Chitra Hari. 2019. Dilema Pajak Pada Kartu Kredit Pemerintah. Radartasikmalaya, 29 Maret
2019. https://www.radartasikmalaya.com/dilema-pajak-pada-kartu-kredit-pemerintah/ (diakses
pada 15 Juni 2019)
Silalahi, Andres Leiman. 2018. Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah Untuk Pembayaran Belanja Negara
Melalui Uang Persediaan. Direktorat Jenderal Perbendaharaan: Jakarta.
Yusuf, Zainul Arifin. 2011. Perbandingan Kartu Kredit dan Kartu Kredit Berbasis Syariah di Indonesia.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad/article/view/2525 (diakses 16 Juni 2019)