Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

Hukum Perdata
Internasional
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 7
RAKHA FAUZAN (1605742010470
MUHAMMAD FAJAR RISKI (170574201039)
WAHYU KURNIA TEGAR SYAHPUTRA (170574201050)
Istilah pengertian persoalan
pendahuluan
Istilah persoalan pendahuluan diintrodusir dari istilah question preamble dan incidente ou
prejudicielle (Prancis), Vvoorvraag (Belanda), vorfrage, inzident frage (Jerman) dan incidental
question dan preliminary question (Inggris).

Persoalan pendahuluan merupakan suatu problema hukum HPI dalam sebuah perkara yang harus di
pecahkan dan atau ditetapkan terlebih dahulu sebelum putusan terhadap masalah HPI yang menjadi
pokok perkara dapat ditetapkan oleh hakim. Persoalan pendahuluan lahir apabila putusan suatu
persoalan hukum bergantung pada ketentuan sah atau atau tidaknya suatu hubungan atau persoalan
hukum lain.
Contoh penerapan persoalan pendahuluan dapat dilihat dari contoh berikut ini:
1. Dalam perkara yang menyangkut perkawinan (persoalan pokok), bila salah
seorang atau kedua mempelai telah pernah melakukan perkawinan sebelumnya,
maka perlu diselidiki dulu apakah perceraian dari pihak yang pernah melakukan
perkawinan sebelumya itu sah atau tidak (persoalan pendahuluan)

2. Dalam perkara yang menyangkut pewarisan (persoalan pokok), maka


sebelumnya harus ditemukan dulu apakah perkawinan dari si pewaris sah adanya
(persoalan pendahuluan). Terkadang, persoalan pendahuluan kerap terjadi lebih
dari satu kali dalam serentetan peristiwa tertentu.
Dalam masalah warisan, persoalan pendahuluannya meliputi tiga tahap:
1. Tahap pertama:
menentukan terlebih dahulu sah atau tidaknya kedudukan ahli waris atau
kedudukan anak
2. Tahap kedua:
untuk menentukan sah atau tidaknya kedudukan ahli waris atau kedudukan
anak, maka terlebih dahulu harus ditentukan apakah perkawinan kedua
orang tua tersebut sah adanya
3. Tahap ketiga:
bila salah seorang dari kedua orang tua anak itu telah pernah kawin
sebelumnya, maka perlu juga ditentukan apakah perceraian dari
perkawinan itu sah adanya.
Cara-cara penyelesaian persoalan
pendahuluan
Dalam teori Hukum Perdata Internasional, Berkembang tiga pandangan tentang cara penyelesaian persoalan
pendahuluan.
1. Absorption
Setelah Hakim memutuskan untuk menggunakan kaidah hukumnya (lex causae), maka terhadap persoalan pendahuluan
ditundukkan berdasarkan kaidah hukum (lex causae) yang digunakan tadi. Cara ini lazim dikenal sebagai penyelesaian
model lex causae. Cara penyelesaian persoalan pendahuluan dengan Absorption ini lebih banyak digunakan oleh
pengadilan-pengadilan di inggris.
2. Repartition
Dengan menghasilkan sistem hukum apa yang merupakan lex causae untuk menyelesaikan masalah utama, hakim akan
menggunakan kaidah hukum perdata internasional lex fori untuk menentukan keabsahan persoalan pendahuluan. Cara
semacam ini dikenal sebagai cara penyelesaian berdasarkan lex fori atau repartition. Hakim tidak memperhatikan sistem
hukum yang menjadi lex causae untuk menyelesaikan maslah utamanya. Cara penyelesaian persoalan pendahuluan
dengan repartition banyak digunakan oleh pengadilan-pengadilan di Belanda.
3. Pendekatan
kasuistik ada pandangan yang berpendapat bahwa penetapan lex causae untuk persoalan pendahuluan harus dilakukan
berdasarkan pendekatan kasuistik, dengan memperhatikan sifat dan hakikan atau kebijakan dan kepentingan forum yang
mengadili perkara. Untuk persoalan hukum Hukum perdata internasional menyangkut pewarisan benda-benda bergerak,
sebaiknya digunakan cara absorption,sedangkan untuk perbuatan melawan hukum atau kontrak sebaiknya digunakancara
repartition.
Konsep hak-hak yang diperoleh dalam Hukum
Perdata Internasional
Istilah hak-hak yang diperoleh merupakan terjemahan dari Vested Rights, di bidang HPI mengandung arti hak-hak yang
telah diperoleh di luar negeri atau yang lahir dan berasal dari tata hukum asing. Istilah hak berarti hak menurut hukum,
diarahkan kepada hak-hak di bidang kebendaan, kekeluargaan, dan status personil. Jadi istilah hak disini meliputi tiap
hubungan dan tiap keadaan hukum misalnya kawin atau tidak kawin, cukup umur atau tidak cukup umur, anak sah atau
anak yang di luar pernikahan, warga negara X atau warga negara Y, dan lain sebagainya.

Bagaimana dengan Vested Rights di dalam HPI?


Dalam HPI istilah Vested Rights adalah bahwa perubahan fakta-fakta atau keadaan-keadaan hukum yang menyebabkan
terhadap sesuatu hubungan hukum atau keadaan hukum diterapkan suatu kaidah hukum tertentu, tidak akan
mempengaruhi kaidah semula. Ini merupakan gagasan yang terkandung dalam istilah Vested Rights di dalam HPI.
Misalnya, suatu benda bergerak yang terletak dalam wilayah negara X kemudian dipindahkan
ke dalam wilayah negara Y apakah hak milik A atas benda tersebut yang telah diperolehnya di negara X
akan diakui di negara Y? kalau HPI negara Y mengakui hak A tadi, maka dikatakan diterimalah prinsip
Vested Rights. Misalnya yang lain: A warganegara X, pada usia 21 tahun kawin di negara X juga. Kemudian
ia pindah ke negara Y, dimana batas umur untuk boleh melangsungkan pernikahan adalah 23 tahun. Apakah
perkawinan A di negara X diakui di negara Y? ini merupakan contoh yang sederhana.

Hak-hak yang diperoleh (Vested Rights) berarti bahwa hukum yang baru pada umumnya tidak mempunyai
kekuatan berlaku surut, sehingga dirasakan perlu untuk memberikan perlindungan kepada hak-hak yang
telah diperoleh.

Misalnya: seseorang dianggap cukup umur menurut ketentuan negara X kemudian menjadi negara Y yang
menentukan batas kedewasaan secara berlainan hingga orang bersangkutan menurut dari hukum negara Y
belum cukup umur. Apakah karena perubahan kewarganegaraan
KESIMPULAN
M A S A LAH “ P E R S O A LA N P E N D A HU L U A N “ D A LA M H U K U M P E R D A T A I N T E R N ASIONAL D A P A T
D I R U M U S KAN S E C A RA S E D E R H A N A S E B A G A I: “ S U A TU P E R S O A LA N A T A U M A S A LAH H U K U M
P E R D A TA I N TE R NAS IONAL D A L AM S E B UAH PE R K A RA Y A N G H A R U S D I PE C A HKAN D A N A TA U
D I T E T APKAN T E R L E B IH D A H U LU S E B E LU M P U T U S A N T E R H A DA P M A S A LA H H U K U M P E R D A TA
I N T E R NASIO NA L Y A N G M E N J A D I P O K O K P E R K A R A D A P A T D I T E TA P KA N O L E H H A K I M .
PRANATA PERSOALAN PENDAHULUAN (INCIDENTALQU ESTI ON ) DALAM PERKEMBAN GA N HUKUM
PERDATA INTERNASIONAL DAPAT DILIHAT JUGASEBAGAI SALAH SATU PRANATA HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL YANG MUNGKIN DI GUNAKAN HAKIM UNTUK “ MEREKAYAS A “ PUTUSAN PERKARA
ATAU SETIDAK -TIDAKN YA MENGARAHK AN PENENTUAN HUKUM YANG HARUS DIBERLAKUKAN
UNTUK MENYELESAIKAN, BAIK MASALAH POKOK MAUPUN MASALAH PENDAHULUANN YA.
D A R I A P A Y A N G T E L A H D I K E M U KA KAN T E N T A N G H U B U N G A N A N T A R K E T E R T IBAN U M U M D A N H A K -
H A K Y A N G T E L A H D I P E R O LE H: A S A S H A K -HA K Y A N G D I P E R O LE H D A N A S A S K E T E R T IBAN U M U M
M E R U P A KAN D U A SE GI D A R I S O A L Y A N G S A M A . Y A I T U , P E N G G U N A A N H U K U M A S I NG . D E M I
K E L A NCAR AN P E R G A U LA N I N T E R N A SION A L, H U K U M A S I N G D I A KU I S E J A U H M U N G K I N. A S A L S A J A
T I D A K M E L A N GG A R K E P E N T IN GA N H U K U M N A S IO N A L. A N T A RA A S A S H A K - HAK Y A N G D I P E R O LEH
D A N A S A S K E T E R TIBA N U M U M T E R J A D I P E N G A R U H T I M B A K -BAL IK. K E T E R T IBAN U M U M M E R U P A KAN
P E N G E C UALIAN D A R I K A E DA H H U K U M P E R D A T A I N T E R N A SION A L. D E N G A N D E M I K IAN A S A S
K E T E R T IBAN U M U M M E R U P A K A N P E N G E C U A LIA N P U R A D A R I A S A S P I L I HA N H U K U M .
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai