Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ANALISIS KASUS

PELANGGARAN PRINSIP ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN


ASURANSI PADA
P.T. ASURANSI JIWASRAYA CABANG PADANG

Disusun oleh :
Nesya Fernanda Putri 3.52.19.0.20
Septya Diah P 3.52.19.0.
Silvia Apriliani 3.52.19.0.

MP 2A
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2021
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas karya tulis dengan judul “Pelanggaran Prinsip Itikad
Baik Dalam Perjanjian Asuransi Pada P.T. Asuransi Jiwasraya Cabang Padang”. Adapun karya
tulis ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Hukum Bisnis Program Studi
Manajemen Pemasaran.

Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam proses pembuatan karya tulis ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Kami sadar dalam penulisan karya tulis ini masih banyak kekurangan dikarenakan
keterbatasan sumber dan kemampuan kami, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
pembaca agar dalam penulisan selanjutnya kami menjadi lebih baik lagi. Kami berharap, karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan informasi ini.

Semarang, 23 Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Prakata...................................................................................................................2
Daftar isi................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................5
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................8
Bab II Landasan Teori
2.1 Pengertian Asuransi..................................................................................9
2.2 Asas dan Prinsip Dasar Asuransi..............................................................9
2.3 Fungsi Asuransi........................................................................................12
2.4 Jenis-jenis Asuransi..................................................................................15
Bab III Pembahasan
3.1 Latar Belakang Kasus...............................................................................18
3.2 Sebab........................................................................................................19
3.3 Dampak....................................................................................................20
3.4 Pembahasan..............................................................................................21
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan...............................................................................................23
4.2 Saran.........................................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan baik oleh perorangan maupun
dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah
tangga baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam
menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam
menjalankan kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat mengganggu
kesinambungan usahanya. Walaupun banyak metode untuk menangani risiko namun
asuransi merupakan metode yang paling banyak digunakan. Asuransi menjanjikan
perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perorangan maupun
risiko yang dihadapi perusahaan.

Disamping itu, usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan bukan
bank mempunyai peranan penting jika ditinjau dari kegiatan perlindungan risiko, yakni
perusahaan asuransi menghimpun dana masyarakat dari penerimaan premi. Pembangunan
ekonomi memerlukan dukungan dana investasi dalam jumlah yang memadai.
Pelaksanaannya harus berdasarkan pada kemampuan sendiri. Untuk itu diperlukan usaha
pengerahan dana masyarakat. Pada mulanya jenis asuransi yang sangat populer dikalangan
masyarakat Indonesia adalah asuransi kerugian. Asuransi jiwa saat itu kurang berkembang di
Indonesia, disebabkan masyarakat masih banyak belum mengetahui dan memahami tentang
asuransi jiwa dan manfaat apa yang dapat diperoleh dari asuransi jiwa tersebut.
Rendahnya tingkat pendapatan perkapita masyarakat Indonesia, mengakibatkan
tidak semua kalangan bisa membeli asuransi jiwa. Perkembangan asuransi sendiri sangat
berkaitan dengan tingkat pendapatan masyarakat. Makin tinggi pendapatan per kapita makin
mampu masyarakat memiliki rasa kekayaan dan makin dibutuhkan pula keselamatan dari
ancaman bahaya, sekaligus membuat usaha asuransi berkembang dengan berbagai produk
yang ditawarkan ke masyarakat yang meliputi asuransi jiwa, asuransi kerugian dan asuransi
sosial.2 Namun tidak menyurutkan para pengusaha asuransi jiwa untuk maju dalam dunia
usahanya. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya perusahaan asuransi yang bergerak dalam
bidang asuransi jiwa. Salah satu perusahaan asuransi yang bergerak di bidang asuransi jiwa
yang ada di Indonesia adalah PT. Asuransi Jiwasraya (Persero).
Suatu perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam suatu akte yang
dinamakan polis. Hal ini diatur dalam Pasal 255 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD). Dalam perjanjian asuransi ini akan mengikat kedua pihak penanggung dan
tertanggung, dengan hak dan kewajiban yang dituangkan dalam suatu polis asuransi. Isi
perjanjian umumnya disusun oleh perusahaan asuransi menjadi sesuatu yang baku atau

4
standar. Isi perjanjian asuransi disamping memuat bahasa-bahasa hukum, juga sangat teknis
dan spesifik, dimana pada umumnya sangat sulit untuk memahami isi polis asuransi.
Jangankan pihak tertanggung banyak pelaku dalam perusahaan perasuransian juga kurang
memahami isi perjanjian.
Menurut ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), setiap perjanjian harus dilandasi oleh itikad baik para pihak yang
mengadakan perjanjian. Hal demikian berlaku pula pada perjanjian asuransi. Perjanjian
asuransi mempunyai sifat-sifat khusus dibandingkan dengan jenis-jenis perjanjian lain yang
terdapat dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUHPerdata) diartikan bahwa
tertanggung harus menyadari bahwa pihaknya mempunyai kewajiban untuk memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya, sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya mengenai
keadaan obyek yang diasuransikan.
Keterangan secara jujur sangat penting bagi lembaga asuransi karena dari
keterangan tersebut, akan dapat dianalisis risiko calon tertanggung sehingga dapat
ditentukan besar premi yang harus dibayar. Keterangan secara jujur dari tertanggung
merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum perjanjian asuransi dibuat secara
kongkrit dalam bentuk polis, yang dikenal dengan principle of utmost good faith yaitu
prinsip itikad baik atau prinsip kejujuran yang sempurna, yakni setiap tertanggung
berkewajiban memberitahukan secara jelas dan teliti mengenai segala fakta penting yang
berkaitan dengan obyek yang diasuransikan serta tidak mengambil untung dari asuransi.
Perjanjian asuransi yang telah disepakati kedua pihak merupakan perbuatan hukum (das
sein) yang mana kedua pihak harus mematuhi ketentuanketentuan yang terdapat dalam
perjanjian asuransi tersebut (das sollen).

Salah satu bentuk pelanggaran terhadap prinsip itikad baik ini adalah
menyembunyikan fakta tentang kesehatan diri tertanggung dengan cara menyampaikan
informasi secara tidak jujur. Pelanggaran tersebut dapat menyebabkan persoalan hukum
dikemudian hari terhadap perjanjian yang telah dibuat antara tertanggung dengan lembaga
asuransi sebagai penanggung. Terutama jika terjadi klaim asuransi (jiwa) dari tertanggung,
keluarga atau ahli warisnya.3 Penanggung menyatakan bahwa tertanggung tidak
melaksanakan itikad baik sehingga klaim asuransi yang diajukan ditolak oleh perusahaan
asuransi.

Selain dari sisi tertanggung, tidak dibayarnya uang asuransi juga dapat disebabkan
karena kesalahan yang ditimbulkan oleh pihak perusahaan asuransi. Misalnya ketidakjujuran
agen asuransi dalam menjelaskan dan menerangkan produk asuransi jiwanya. Sebagai
contoh,
saat bertemu dengan calon tertanggung, agen asuransi mengatakan bahwa perusahaan
asuransi
akan membayar uang pertanggungan asuransi jiwa bila kematian disebabkan penyakit kritis,
termasuk jika risiko tersebut terjadi di tahun pertama padahal umumnya tidak demikian.

5
Tidak semua perusahaan asuransi mempunyai kebijakan yang sama.

Jadi, apa yang dilihat dan dibaca calon tertanggung dalam polis asuransi tersebut,
itulah yang harus dijadikan rujukan, bukan dari apa yang dikatakan agen asuransi.
Umumnya
perusahaan asuransi memberikan semacam jaminan uang kembali jika ternyata calon
tertanggung tidak puas terhadap pasal-pasal yang tertera dalam polis. Maka calon
tertanggung
juga bisa mengembalikan polisnya dan meminta uang yang telah dibayar oleh perusahaan
asuransi.

Dalam hal ini tentu saja selama pengembalian polis itu berada dalam batas jangka
waktu tertentu, ditetapkan oleh perusahaan asuransi. Tetapi tidak semua agen asuransi tidak
bisa dipercayai. Semua kembali kepada kepribadian agen dan karakternya masing-masing.
Untuk membuktikan apakah presentasi yang diberikan agen asuransi jiwa tersebut itu benar,
calon tertanggung harus mencocokkan dengan polis asuransi yang diterbitkan. Bila sama,
berarti agen asuransi jujur dan bisa dipercaya. Bila tidak, calon tertanggung dapat
melaporkan kepada perusahaan asuransinya.
Dalam prakteknya, ada juga perusahaan asuransi yang menyimpang dari
ketentuanketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2014
tentang Usaha Perasuransian. Padahal tertanggung telah memenuhi semua persyaratan yang
diminta, jujur dalam mengisi surat permohonan, rajin membayar premi, mengirimkan
pengajuan klaim masih dalam jangka waktu yang ditentukan, tetapi ketika terjadi klaim
pelaksanaan pembayaran klaim masih belum dilaksanakan oleh pihak perusahaan dengan
berbagai alasan sehingga pihak pemegang polis merasa dirugikan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana pertanggungjawaban dan penyelesaian dari PT Asuransi Jiwarasya


Cabang Padang dalam kasus pelanggaran itikad baik?
2) Apa saja langkah hukum yang ditempuh dalam kasus pelanggaran itikad baik oleh
PT Asuransi Jiwarasya?

6
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pertanggungjawaban dan penyelesaian dari PT Asuransi


Jiwarasya Cabang Padang dalam kasus pelanggaran itikad baik
2. Untuk mengetahui langkah hukum yang dapat ditempuh dalam kasus
pelanggaran itikad baik oleh PT Asuransi Jiwarasya

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan hukum koperasi di


Indonesia.
2. Mahasiswa mampu mengetahui pertanggungjawaban dan penyelesaian kasus
pelanggaran itikad baik dan langkah hukum yang dapat ditempuh
3. Mahasiswa mampu mengantisipasi terjadinya kasus tersebut.

7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Asuransi
Pengertian asuransi tercantum di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) dan diatur secara khusus di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian. Pasal 246 KUHD memberikan pengertian dari asuransi atau
pertanggungan sebagai berikut:
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tidak tentu.”
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha Perasuransian,
dicantumkan secara lebih jelas dan lebih lengkap mengenai pengertian dari asuransi atau
pertanggungan yang dinyatakan bahwa : “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian
antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penganggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninngal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.”
Pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dalam asuransi terdapat empat unsur
yang harus ada, yaitu:
1. Perjanjian yang mendasari terbenutuknya perikatan antara dua pihak (tertanggung
dan penanggung) yang sekaligus terjadinya hubungan keperdataan.
2. Premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh tertanggung kepada
penanggung.
3. Adanya ganti kerugian dari penanggung kepada tertanggung jika terjadi klaim
atau masa perjanjian selesai.
4. Adanya suatu peristiwa (evenemen/accident) yang belum tentu terjadi, yang
disebutkan karena adanya suatu risiko yang mungkin datang atau tidak dialami.

2.2 Asas Dan Prinsip Dasar Asuransi

- Asas hukum perjanjian pada umunya yang menguasai perjanjian asuransi.

8
Perjanjian asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian yang
mempunyai sifat yang khusus dan unik, sehingga perjanjian ini mempunyai
karakteristik tertentu yang sangat tegas dibandingkan dengan jenis perjanjian lain.
Secara umum perjanjian asuransi harus memenuhi syarat-syarat umum perjanjian dan
disamping itu perjanjian ini masih harus memenuhi asas-asas tertentu yang
mewujudkan sifat atau ciri khusus dari perjanjian asuransi itu sendiri.
Berdasarkan Pasal KUHD, ketentuan umum perjanjian dalam KUH Perdata
dapat berlaku pula dalam perjanjian asuransi sebagai perjanjian khusus. Dengan
demikian, para pihak tunduk pula pada beberapa ketentuan dalam KUH Perdata.
Asas-asas yang terdapat dalam hukum perjanjian sebagaimana diatur KUH Perdata
perlu diperhatikan.
Adapun asas-asas yang lahir dari ketentuan KUH Perdata tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Asas Konsensual. Dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 (1) KUH Perdata yang
menyatakan bahwa syarat sahnya perjanjian, yaitu:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
c. Suatu hal tertentu
d. Suatu sebab yang halal.
Asas konsensual diambil dari salah satu syarat perjanjian yaitu adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan
sepakatnya. Sepakat yang diberikan dengan paksa adalah Contradictio interminis.
Adanya paksaan menunjukkan tidak adanya sepakat yang mungkin dilakukan
oleh pihak lain. Kesepakatan memberikan pilihan kepada para pihak, untuk setuju
atau tidak setuju mengikatkan diri pada perjanjian dengan akibat hukumnya. Pasal
1320 ayat (1) menentukan bahwa, perjanjian atau kontrak yang tidak sah jika
dibuat tanpa adanya kesepakatan (consensus) dari para pihak yang membuatnya.
Selain paksaan, cacatnya kesepakatan dapat terjadi karena kekeliruan, dan
kesalahan.
2. Asas kebebasan berkontrak. Dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1338 ayat
(1) KUH Perdata yang menyatakan bahawa, “semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Dalam
hukum perjanjian Indonesia ruang lingkup asas kebebasan berkontrak meliputi:
a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.
b. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat
perjanjian.
c. Kebebasan untuk menentukan atau memilih isi (causa) dari perjanjian
yang dibuatnya.
d. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian.
e. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.

9
f. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan Undang-undang
yang bersifat opsional (aanvullend, optional).
Sumber dari kebebasan berkontrak adalah kebebasan individu, sehingga
titik tolaknya adalah kepentingan individu pula. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa, kebebasan individu memberikan kepadanya kebebasan untuk berkontrak.
Berlakunya asas konsesualisme menurut hukum perjanjian Indonesia
memantapkan adanya asas kebebasan berkontrak. Tanpa sepakat dari salah satu
pihak yang membuat perjanjian, maka perjanjian yang dibuat dapat dibatalkan.
Kebebasan berkontrak sebagaimana diketahui dalam ketentuan Pasal 1338 ayat
(1) KUH Perdata, menyatakan bahwa, “semua kontrak (perjanjian) yang dibuat
secara sah ( Pasal 1320 KUH Perdata) berlaku sebagai Undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.” Orang tidak dapat dipaksa untuk memberikan
sepakatnya. Sepakat yang diberikan secara paksa adalah contradiction interminis.
Adanya paksaan menunjukkan tidak adanya sepakat yang mungkin dilakukan
oleh pihak lain. Kesepakatan memberikan pilihan kepada para pihak, untuk setuju
atau tidak setuju mengikatkan diri pada perjanjian dengan akibat hukum.
3. Asas ketentuan mengikat. Asas ketentuan mengikat dari Pasal 1338 (1) KUH
Perdata, apabila dihubungkan dengan perjanjian asuransi berarti bahwa pihak
penanggung dan tertanggung atau pemegang polis terikat untuk melaksanakan
ketentuan perjanjian yang telah disepakatinya. Sebab, perjanjian yang telah dibuat
oleh para pihak memiliki kekuatan mengikat sebagaimana undangundang yang
memiliki akibat hukum, hanya saja berlaku bagi mereka yang membuatnya.
4. Asas kepercayaan. Asas kepercayaan mengandung arti bahwa, mereka yang
mengadakan perjanjian melahirkan kepercayaan di antara kedua belah pihak,
bahwa satu sama lain akan memenuhi janjinya untuk melaksanakan prestasi
seperti yang dijanjikan. Ketentuan tersebut berlaku pula bagi perjanjian asuransi,
sehingga pemegang polis dan penagnggung terikat untuk memenuhi perjanjian
yang telah dibuatnya
5. Asas persamaan hukum. Asas persamaan hukum adalah bahwa subjek hukum
yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama dalam hukum, dan tidak dibedabedakan antara satu sama lain.
6. Asas keseimbangan / Prorata. Asas keseimbangan adalah suatu asas yang
menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Dalam
perjanjian asuransi, hak dan kewajiban tertanggung adalah membayar premi dan
menerima pembayaran ganti kerugian, sedangkan hak dan kewajiban penaggung
adalah menerima premi dan memberikan ganti kerugian atas objek yang
dipertanggungkan. Prinsip keseimbangan mempunyai arti penting apabila terjadi
peristiwa yang menimbulkan kerugian. Kerugian yang harus diganti itu seimbang
dengan risiko yang ditanggung oleh penaggung.
7. Asas kepastian hukum. Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung
kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikatnya perjanjian,
10
yaitu sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Selain itu, dalam
Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata yang menyatakan bahwa, “perjanjianperjanjian
itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau
karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.”
8. Asas iktikad baik. Pasal 1338 Ayat (3) yang menyatakan bahwa, “perjanjian-
perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas iktikad baik ini berlaku
untuk semua perjanjian termasuk perjanjian asuaransi yang diartikan pula secara
menyeluruh bahwa, dalam pelaksanaan perjanjian tersebut para pihak harus
mengindahkan kenalaran dan kepatutan Pasal 1339 KUH Perdata. Iktikad baik
yang dikehendaki undang-undang ialah objektif.
- Prinsip dasar dalam perjanjian asuransi
Perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD.
Sebagai perjanjian khusus, maka selain asas-asas hukum perjanjian pada umunya,
dalam perjanjian asuransi mengharuskan diterapkannya prinsip-prinsip perjanjian
asuransi sebagai berikut:
o Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest).
o Prinsip iktikad baik (Utmost Goodfaith).
o Prinsip kesimbangan (Idemniteit Priciple).
o Prinsip subrogasi (Subrogation Principle)
o Prinsip sebab akibat (Causaliteit Principle).
o Prinsip kontribusi (Contribution Principle).
o Prinsip kausa proksimal (cause Priciple).
o Prinsip follow of fortune dalam reasuransi.

2.3 Fungsi Asuransi (Primer, Sekunder, dan Khusus) dan Tujuan Asuransi
- Fungsi asuransi adalah manfaat yang diterima pemilik polis (tertanggung) atas
pembelian asuransi dari penanggung (perusahaan asuransi). Fungsi asuransi sesuai
dengan pengertian asuransi yaitu perjanjian dua pihak antara perusahaan dan
pemegang polis untuk mendapatkan jaminan ganti rugi dengan membayar premi yang
disepakati dua pihak. Meski sebenarnya sudah cukup jelas, namun kadang kala fungsi
asuransi yang sebenarnya belum cukup dipahami. Mengetahui dan mempelajari
fungsi asuransi baik secara utama dan khusus sepertinya perlu kita lakukan. Dengan
begitu, peran asuransi pun tidak lagi disepelekan.
Contohnya dalam asuransi jiwa yang memberikan fungsi berupa pemberian uang
pertanggungan (UP) jiwa kepada keluarga atau ahli waris, jika tertanggung meninggal
dunia.
Pada asuransi umum atau kerugian yang menyediakan produk asuransi mobil,
fungsi utama dari asuransi adalah pengalihan risiko kerugian finansial atas kerusakan

11
kendaraan yang disebabkan risiko tertentu dalam polis. Fungsi asuransi dibagi
menjadi dua yaitu fungsi utama atau primer dan fungsi sekunder.

1. Fungsi primer asuransi


Fungsi asuransi identik dengan pengalihan risiko dari tertanggung kepada
penanggung. Memiliki asuransi berarti kamu bakal mendapatkan ganti rugi dari
perusahaan asuransi atas risiko yang kamu alami dan dijamin dalam polis. Fungsi
asuransi yang utama ini gak terlepas dari prinsip asuransi yang berpegangan pada
saling menguntungkan dua pihak.
Nah, dalam fungsi asuransi ini ada yang disebut fungsi primer atau fungsi utama dari
asuransi. Setidaknya ada tiga fungsi utama dari asuransi. Berikut penjelasannya:
- Pengalihan risiko
Risiko apapun dalam kehidupan gak ada yang bisa prediksi. Itu sebabnya
fungsi utama dari asuransi adalah pengalihan risiko. Untuk asuransi jiwa atau
kesehatan, memang gak bisa mengalihkan risiko rasa sakit atau meninggal dunia.
Tetapi, ada risiko kerugian finansial yang mungkin ditimbulkan karena seseorang
meninggal dunia.
Contohnya ketika seorang ayah yang menjadi pencari nafkah utama
meninggal, maka keluarga yang ditinggalkan berisiko mengalami penurunan
pendapatan secara drastis. Lewat asuransi jiwa, maka keluarga tersebut akan
menerima UP jiwa yang bisa dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah
pencari nafkah utama meninggal.
- Penghimpun dana
Selain memiliki fungsi asuransi sebagai pengalihan risiko, fungsi utama dari
asuransi adalah penghimpun dana. Kegiatan penghimpunan dana ini bertujuan
mengumpulkan dana dari masyarakat (tertanggung atau pemegang polis) lewat premi
yang dibayarkan.
Fungsi Asuransi secara Primer, Sekunder, dan Khusus. Dengan
penghimpunan dana ini, perusahaan asuransi bisa menjalankan fungsi utamanya yang
pertama yaitu pengalihan risiko lewat pembayaran klaim. Terkait penghimpunan dana
ini, cukup tegas dari hal pembayaran premi hingga klaim. Pasalnya, hukum asuransi
di Indonesia mencantumkan hal tersebut. Tanpa dana dari pemegang polis,
perusahaan asuransi akan sulit membayarkan klaim. Perusahaan asuransi biasanya
akan mengelola dana himpunan tersebut agar bisa mendistribusikannya kepada
tertanggung yang tertimpa musibah, tanpa merugikan keuangan perusahaan.
- Menjamin keseimbangan premi dan perlindungan
Fungsi utama dari asuransi adalah menjamin keseimbangan premi dan
perlindungan. Fungsi ketiga ini membuat pemegang polis gak harus bayar mahal
untuk perlindungan atau jaminan atas suatu risiko yang dialami. Jadi, perusahaan
asuransi akan mengalkulasi segala risiko yang mungkin terjadi dengan premi yang

12
dibayarkan. Jadi, setiap risiko yang dialami nasabah belum tentu akan mendapatkan
penggantian sama. Hal tersebut tergantung pada premi yang dibayar hingga profil
risiko tertanggung yang berbeda-beda. Contohnya, premi asuransi jiwa Rp1 juta per
bulan orang yang merokok dan tidak merokok akan memberikan UP jiwa yang
berbeda, meskipun usia sama.

2. Fungsi sekunder asuransi


Dari fungsi asuransi yang utama tadi, ada beberapa fungsi lain dari asuransi.
Fungsi asuransi ini masuk kategori sekunder karena tidak berdampak langsung
kepada tertanggung atau penanggung. Berikut penjelasannya:
- Ekspor secara tidak langsung
Asuransi memungkinkan penjualan komoditas atau barang tertentu ke luar
negeri. Sebab, perusahaan asuransi tertentu bisa menawarkan proteksi produk hingga
ke luar negeri.
Contohnya asuransi yang memberikan proteksi pengiriman barang ke luar negeri.
- Merangsang pertumbuhan ekonomi
Kok bisa asuransi merangsang pertumbuhan ekonomi? Fungsi asuransi ini
memang gak langsung, ya!. Jadi, aktivitas jual-beli, menabung, dan pengendalian
kerugian dalam asuransi membantu merangsang pertumbuhan ekonomi. Tentunya di
sektor jasa keuangan. Dengan begitu, aktivitas ekonomi suatu negara terdongkrak.
Perusahaan asuransi juga menciptakan lapangan pekerjaan lewat agen-agen asuransi.

3. Fungsi asuransi secara khusus


Nah, fungsi secara khusus produk asuransi pun ternyata ada. Fungsi ini khususnya
berefek pada pihak tertanggung. Fungsinya dibedakan berdasarkan jenis asuransi apa
yang kamu ambil. Mari cari tahu fungsinya secara khusus untuk kamu:
- Fungsi asuransi jiwa
Asuransi jiwa biasanya dibeli untuk menghindari risiko finansial akibat tulang
punggung keluarga meninggal dunia atau tidak lagi bisa bekerja. Manfaat asuransi
satu ini cocok untuk kamu yang telah berkeluarga. Dengan demikian, keluarga yang
ditinggalkan tidak akan mengalami kesulitan ekonomi setelah ditinggalkan oleh
kepala keluarga
- Fungsi asuransi kesehatan
Asuransi kesehatan bisa dikatakan sebagai jenis asuransi paling populer.
Maksud dari asuransi kesehatan adalah menjadi perlindungan bagi nasabah apabila
jatuh sakit. Jadi, nasabah asuransi tersebut akan bisa menikmati pengobatan tanpa
perlu merogoh kocek terlalu dalam. Sebab, dia sudah “menabungkan” sebagian
uangnya untuk menghadapi kejadian tersebut.
- Fungsi asuransi pendidikan

13
Fungsi asuransi pendidikan adalah memberikan proteksi pendidikan putra-
putri kamu di masa mendatang. Dengan demikian, anak-anak kamu akan memiliki
masa depan pendidikan yang terjamin. Sebab, pihak perusahaan asuransi akan
menggelontorkan sejumlah dana yang sudah disepakati untuk pendidikan mereka.
- Fungsi asuransi kerugian
Ada pula asuransi kerugian yang difungsikan untuk meminimalisasi kerugian
tertentu akibat aset kamu rusak atau hilang. Asuransi kerugian ini masuk kategori
asuransi umum yang biasanya memiliki produk asuransi mobil.
- Fungsi asuransi syariah
Asuransi syariah adalah produk asuransi yang dikelola secara syariah dan
diawasi oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Produk
asuransi syariah ini terdiri atas asuransi kesehatan, asuransi jiwa, hingga asuransi
umum termasuk asuransi mobil. Fungsi asuransi syariah sebenarnya sama dengan
asuransi konvensional. Berikut beberapa fungsi asuransi syariah yang
menguntungkan bagi kamu:
 Dikelola sesuai prinsip syariah Islam
 Pengelolaan dana transparan
 Keuntungan hasil investasi dibagikan kepada peserta
 Kepemilikan dana oleh dua pihak yaitu perusahaan dan peserta
 Dana kontribusi tidak hangus meski tidak ada klaim
 Manfaat surplus underwriting.

- Tujuan asuransi
Kalau sudah dengar kata asuransi, biasanya banyak yang menghindar dan
kurang tertarik. Padahal, asuransi itu punya banyak tujuan yang menguntungkan diri
kita lho. Berikut ini beberapa tujuan asuransi.
 Memberi jaminan agar terlindung dari risiko yang tak terduga.
 Memberi perlindungan secara efisien.
 Membayar premi dengan nilai tertentu buat mengganti sebagian besar
kerugian.
 Memberi jaminan ke bank agar mau mengucurkan kredit
 Sebagai pengganti penghasilan ketika seseorang atau badan usaha tidak aktif
atau produktif.

2.4 Jenis-Jenis Asuransi


Saat ini, semakin banyak masyarakat Indonesia yang sadar akan pentingnya
melakukan perlindungan atau proteksi dari risiko-risiko buruk yang mungkin terjadi di
masa depan. Pasalnya, saat ini banyak kejadian yang tiba-tiba bisa hadir seperti banjir,
kebakaran, kecelakaan, dan risiko-risiko lainnya. Untuk melindungi nasabah, perusahaan
asuransi memperluas perlindungan yang diberikan melalui beberapa jenis asuransi yang

14
ada. Saat ini sudah banyak jenis asuransi untuk segala keperluan. Berikut beberapa jenis-
jenis asuransi yang wajib kamu ketahui:
1. Asuransi Jiwa
Jenis asuransi yang akan memberikan proteksi berupa dukungan finansial
atas kematian tertanggung ini sudah cukup populer di Indonesia. Sistem
pembayaran untuk jenis asuransi jiwa pun kini sudah makin beragam. Ada
perusahaan asuransi yang membayarkan klaim setelah kematian, ada pula
perusahaan yang memberikan tertanggung untuk mengklaim dana sebelum
kematiannya.
2. Asuransi Kesehatan
Jenis asuransi satu ini juga sudah sangat umum dimiliki oleh masyarakat
Indonesia. Bahkan pemerintah Indonesia telah mewajibkan seluruh penduduk
untuk memiliki asuransi kesehatan plat merah, BPJS Kesehatan. Namun sudah
banyak pula perusahaan asuransi swasta besar seperti Prudential, Allianz, AIA,?
Cigna, dan Manulife yang menawarkan produk asuransi kesehatan. Asuransi
kesehatan akan menanggung biaya proses perawatan jika tertanggung sakit. Setiap
produk asuransi memiliki cakupan penyakit yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
pastikan kamu memilih produk asuransi kesehatan yang memiliki cakupan yang
luas.
3. Asuransi Kendaraan
4. Asuransi Properti
Sebagai aset yang berharga, jenis asuransi yang satu ini akan memberikan
perlindungan terhadap kehilangan atau kerusakan yang mungkin terjadi pada
barang-barang tertentu di properti milik pribadi tertanggung. Asuransi ini juga
memberikan keringanan apabila properti tertanggung terdampak musibah seperti
kebakaran atau kebanjiran.

5. Asuransi Pendidikan
Pendidikan untuk anak kini sudah menjadi prioritas para orang tua. Biaya
pendidikan yang selalu naik tahun demi tahun, membuat para orang tua kini sadar
untuk memiliki perlindungan biaya pendidikan untuk anak-anak mereka dengan
asuransi pendidikan. Sebab asuransi pendidikan merupakan alternatif terbaik
untuk menjamin aset pendidikan anak. Biaya premi yang harus dibayarkan
tertanggung biasanya akan berbeda-beda sesuai dengan tingkatan pendidikan yang
ingin didapatkan nantinya.
6. Asuransi Perjalanan
Asuransi jenis ini akan akan memberikan proteksi kepada nasabah dengan
jangka waktu pendek yaitu selama pembeli premi melakukan perjalanan hingga
kembali pulang. Jadi, jika kamu akan traveling dengan jarak yang cukup jauh dan
membeli asuransi perjalanan sebelum berangkat, maka kamu akan mendapatkan
proteksi berupa penanggungan biaya untuk kecelakaan yang mungkin
15
menimpamu, santunan kecelakaan pribadi, biaya pengobatan darurat, pemulangan
jenazah, evakuasi medis, hingga perlindungan barang bawaan jika hilang ataupun
rusak selama perjalanan.
7. Asuransi Umum
Asuransi umum atau general insurance berfungsi untuk memberikan
proteksi terhadap resiko atas kerugian maupun kehilangan manfaat dan tanggung
jawab hukum pada pihak ketiga. Perlindungan asuransi umum memiliki rentang
waktu jangka pendek (biasanya sekitar satu tahun). Ada beberapa dua jenis
asuransi umum yang ada di Indonesia, yaitu Social Insurance (Jaminan Sosial)
dan Voluntary Insurance (Asuransi Sukarela).
8. Asuransi Kredit
Jenis asuransi lain yang bisa kamu pilih adalah asuransi kredit. Asuransi
yang satu ini akan melindungi kamu dari risiko kegagalan debitur untuk melunasi
fasilitas kredit atau pinjaman tunai seperti kredit perdagangan, modal kerja, atau
kebutuhan lainnya. Asuransi kredit ini bertujuan untuk melindungi lembaga
keuangan dan bank dari kemungkinan tidak memperoleh kembali uang yang
diberikan kepada nasabah.

16
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang Kasus


Menurut ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),
setiap perjanjian harus dilandasi oleh itikad baik para pihak yang mengadakan perjanjian. Hal
demikian berlaku pula pada perjanjian asuransi. Perjanjian asuransi mempunyai sifat-sifat khusus
dibandingkan dengan jenis-jenis perjanjian lain yang terdapat dalam Kitab UndangUndang
Hukum Perdata (KUHPerdata) diartikan bahwa tertanggung harus menyadari bahwa pihaknya
mempunyai kewajiban untuk memberikan keterangan yang sebenar-benarnya, sejujur-jujurnya
dan selengkap-lengkapnya mengenai keadaan obyek yang diasuransikan. Keterangan secara jujur
sangat penting bagi lembaga asuransi karena dari keterangan tersebut, akan dapat dianalisis
risiko calon tertanggung sehingga dapat ditentukan besar premi yang harus dibayar.
Perjanjian pertanggungan adalah salah satu dari perjanjian hukum. Selain syarat-syarat
umum yang termuat dalam Pasal 1320 KUHPerdata sebagaimana disebutkan diatas, perjanjian
pertanggungan harus pula memenuhi syarat-syarat khusus. Syarat khusus dari perjanjian
pertanggungan adalah adanya kewajiban dari tertanggung untuk memberitahukan informasi yang
sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya kepada penanggung. Kewajiban pemberitahuan ini
terdapat pada tertanggung. Dimana tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung
mengenai objek pertanggungan. Pemberitahuan tersebut dilakukan saat mengadakan
pertanggungan. Apabila ternyata tertanggung lalai maka dapat mengakibatkan perjanjian
pertanggungan itu menjadi batal. Kewajiban pemberitahuan itu tidaklah digantungkan pada
itikad baik diri tertanggung, jika ia keliru memberitahukan, meskipun ia tidak sengaja atau tidak
mengetahuinya pertanggungan tetap dianggap batal, kecuali jika para pihak telah
memperjanjikan lain.
Dalam pembuatan suatu perjanjian asuransi, calon tertanggung adalah pihak yang paling
mengetahui tentang risiko yang akan dipertanggungkan. Kewajiban memberitahukan fakta-fakta
wajib dilakukan oleh pihak yang bersangkutan secara positif yaitu tidak menunggu sampai
penanggung menanyakan fakta penting tersebut. Setiap calon tertanggung, sebelum menutup
perjanjian asuransi mempunyai kewajiban untuk memberitahukan informasi yang penting
sehingga penanggung dapat memutuskan apakah akan menutup perjanjian asuransi atau tidak.
Kewajiban pemberitahuan fakta-fakta yang material tersebut, dapat mempengaruhi pertimbangan
penanggung dalam menetapkan besarnya tingkat premi atau pertimbangan untuk memutuskan

17
apakah penanggung bersedia menerima permohonan pertanggungan yang diminta calon
tertanggung atau tidak. Mengenai tingkat penting atau tidaknya informasi yang dibutuhkan,
penilaian sepenuhnya ada pada diri si penanggung. Penanggung bersedia menanggung risiko
yang diperjanjikan maka akan ditetapkan suatu tingkat premi dan persyaratan-persyaratan yang
seimbang dengan adanya fakta penting tersebut. Keterbukaaan diri si tertanggung dalam setiap
akta penting, akan sangat berpengaruh bagi penanggung untuk mengambil keputusan berkenaan
dengan permohonan asuransi yang diajukan.
Itikad baik atas dasar percaya mempercayai antara pihak penanggung dengan pihak
tertanggung dalam perjanjian asuransi artinya :
a. Pihak penanggung harusl dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang
luasnya syarat atau kondisi dari asuransi yang bersangkutan dan menyelesaikan tuntutan ganti
rugi dengan syarat dan kondisi pertanggungan.
b. Sebaliknya tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas obyek
atau kepentingan yang dipertanggungkan artinya tertanggung tidak boleh menyembunyikan
keterangan yang benar tentang sebab terjadinya kerugian.

3.2 Sebab
Berkaitan dengan permasalahan antara PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Cabang Padang
selaku penanggung dengan tertanggung yang bernama Efiza yang telah melakukan perjanjian
asuransi jiwa dengan penanggung PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Cabang Padang, dengan
masa asuransi 10 tahun. Pada bulan kedua tertanggung Efiza meninggal dunia. Ahli waris
tertanggung Efiza mengajukan klaim kepada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Cabang Padang.
Dari hasil klarifikasi dan investigasi penanggung, ternyata diketahui bahwa sebelum melakukan
perjanjian asuransi jiwa dengan penanggung, tertanggung Efiza telah menderita penyakit kanker
payudara. Hal tersebut diketahui dari keterangan dokter yang menerangkan bahwa tertanggung
Efiza dinyatakan menderita penyakit kanker payudara stadium IV. Penyakit ini tidak
disampaikan oleh tertanggung Efiza kepada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) melalui agen,
sebagaimana diharuskan dalam pengisian Surat Keterangan Kesehatan yang telah ditandatangani
oleh calon tertanggung. Surat Keterangan Kesehatan tersebut merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari perjanjian asuransi jiwa yang ditandatangani oleh tertanggung sehingga
perjanjian yang diajukan oleh tertanggung dinyatakan cacat hukum oleh penanggung. Lebih
lanjut dikatakan oleh pihak penanggung, bahwa penolakan pembayaran klaim asuransi jiwa itu
terjadi karena murni terdapat unsur ketiadaan itikad baik (bad faith).
Begitu juga dengan kasus serupa juga dialami oleh seorang tertanggung yang bernama
Erwin yang melakukan perjanjian asuransi jiwa dengan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)
Cabang Padang selaku penanggung, dengan masa asuransi 15 tahun. Pada bulan ke 8
tertanggung Erwin meninggal dunia. Ahli waris tertanggung Erwin mengajukan klaim kepada

18
PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Cabang Padang. Dari hasil klarifikasi dan investigasi
penanggung, ternyata diketahui sebelum melakukan perjanjian asuransi jiwa, tertanggung Erwin
telah menderita penyakit Jantung. Sama halnya dengan tertanggung Efiza, penyakit ini tidak
disampaikan kepada penanggung melalui agen yang mengakibatkan terjadinya penolakan
pembayaran klaim asuransi jiwa dari penanggung yang mengakibatkan terjadinya pembatalan
perjanjian dari penanggung. Dari kasus Efiza dan Erwin tersebut, terdapat unsur ketiadaan itikad
baik d ari si tertanggung. Jika penanggung mengetahui hal tersebut di awal penutupan asuransi
tentunya perjanjian asuransi akan ditutup secara medical atau bahkan ditolak.
Terhadap kasus tertanggung Efiza dan Erwin yang telah menyembunyikan riwayat
kesehatan dirinya kemudian menyebabkan tertanggung meninggal dunia merupakan bentuk
pelanggaran prinsip itikad baik. Akibat pelanggaran prinsip ini, perjanjian asuransi dianggap
tidak pernah ada atau batal demi hukum. Hal ini mengacu kepada Pasal 3 mengenai Dasar
Perjanjian Asuransi yang terdapat di dalam Syarat-Syarat Umum Polis Asuransi Jiwa JS Link
Perorangan. Klausul ini melekat pada polis asuransi jiwa yang diterbitkan penanggung dan
diserahkan kepada tertanggung atau pemegang polis. Pasal 3 ayat (2) dari Syarat-Syarat Umum
Polis Asuransi Jiwa JS Link Perorangan PT. Asuransi Jiwasraya tersebut berbunyi : “Apabila
keterangan, pernyataan dan pemberitahuan (selain mengenai hal-hal sebagaimana
tercantum pada ayat (3) di bawah ini yang disampaikan kepada penanggung ternyata
keliru atau tidak benar atau ternyata terdapat penyembunyian keadaan yang diketahui
oleh pemegang polis dan atau tertanggung. Meskipun dilakukannya dengan itikad baik,
yang sifatnya sedemikian rupa sehingga pertanggungan dan atau polis tidak akan
diadakan atau tidak diadakan dengan syaratsyarat yang sama bila penanggung
mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari hal itu, maka pertanggungan dan polis
dengan sendirinya menjadi batal sejak pertanggungan dimulai dan dalam hal demikian
penanggung tidak berkewajiban membayar apapun selain nilai tunai, apabila ada, yang
dihitung berdasarkan harga unit pada tanggal perhitungan terdekat setelah kekeliruan,
ketidakbenaran atau penyembunyian keadaan sebagaimana yang dimaksud di atas baru
diketahui sesudah dilaksanakan pembayaran manfaat asuransi.” Atas dasar ini perusahaan
berhak membatalkan perjanjian asuransi atau menolak klaim asuransi tanpa pembayaran apapun
dan pihak penanggung hanya melakukan pengembalian seluruh premi tertanggung yang
merupakan kebijakan dari pihak penanggung

3.3 Dampak
3.3.1 Dampak Terhadap Perusahaan
Setiap calon tertanggung, sebelum menutup perjanjian asuransi mempunyai
kewajiban untuk memberitahukan informasi yang penting sehingga penanggung
dapat memutuskan apakah akan menutup perjanjian asuransi atau tidak. Kewajiban
pemberitahuan fakta-fakta yang material tersebut, dapat mempengaruhi

19
pertimbangan penanggung dalam menetapkan besarnya tingkat premi atau
pertimbangan untuk memutuskan apakah penanggung bersedia 10Indonesia, Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, Pasal 251. ISSN : 1978-8991 Esther Masri :
Pelanggaran Prinsip…….. 116-139 Jurnal Krtha Bhayangkara, Volume 12 No. 1,
Juni 2018 131 menerima permohonan pertanggungan yang diminta calon
tertanggung atau tidak
3.3.2 Dampak Terhadap Pelanggan
Setiap calon tertanggung, sebelum menutup perjanjian asuransi mempunyai
kewajiban untuk memberitahukan informasi yang penting sehingga penanggung
dapat memutuskan apakah akan menutup perjanjian asuransi atau tidak. Kewajiban
pemberitahuan fakta-fakta yang material tersebut, dapat mempengaruhi
pertimbangan penanggung dalam menetapkan besarnya tingkat premi atau
pertimbangan untuk memutuskan apakah penanggung bersedia menerima
permohonan pertanggungan yang diminta calon tertanggung atau tidak. Jika pihak
tertanggung tidak memberikan iktikad baik dengan memberikan keterangan sebenar-
benarnya maka pihak penanggung berhak memutuskan untuk membatalkan
perjanjian pertanggungan karena tidak adanya penyampaian informasi yang penting
tersebut.

3.4. Pembahasan
Faktor yang mendasari tertanggung melakukan pelanggaran iktikad baik memberikan
informasi yang sebenar-benarnya adalah Kurang memahami isi polis asuransi Dalam hal ini,
tertanggung sebagai pengguna jasa asuransi jiwa kurang berhati-hati dan kurang memahami isi
dari polis asuransi. Sehingga menyulitkan dalam mengajukan klaim karena isi dari polis ternyata
tidak sesuai dengan apa yang diajukan dalam permohonan klaim tertanggung tersebut. Perjanjian
asuransi merupakan perjanjian baku atau standar. Di dalam perjanjian baku isi perjanjian telah
disusun secara terperinci dalam polis asuransi.
Dalam kegiatan perasuransian apabila terjadi suatu perselisihan atau sengketa
sebagai akibat dari pelaksanaan perjanjian asuransi penyelesaiannya dapat ditempuh melalui
jalur pengadilan dan di luar pengadilan. Alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non
litigasi) pada umumnya ada beberapa pilihan yaitu melalui negosiasi, mediasi dan arbitrase.
1. Negosiasi ( perdamaian dan musyawarah)
Penyelesaian secara negosiasi (musyawarah) antara para pihak menjadi prioritas utama untuk
melakukan suatu perdamaian. Dalam perdamaian ada 2 (dua) pihak yang sebelumnya terjadi
persengketaan kemudian para pihak sepakat untuk saling melepaskan semua atau sebagian dari
tuntutannya. Hal ini dimaksudkan agar persengketaan diantara mereka dapat berakhir. Perjanjian
perdamaian tidak dapat dibatalkan secara sepihak, kalaupun hendak dibatalkan harus
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

20
2. Mediasi
Mediasi merupakan proses negosiasi penyelesaian masalah dimana terdapat pihak luar yang
tidak memihak, netral, tidak bekerja sama dengan para pihak yang bersengketa untuk membantu
mereka guna mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan. Dari pengertian
tersebut dapat dilihat bahwa mediasi merupakan proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan
berdasarkan adanya suatu perundingan antar para pihak yang bersengketa.
3. Arbitrase
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa dinyatakan bahwa arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa
perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Keputusan yang telah ditetapkan oleh Arbitrase
bersifat mengikat dan segera dilakukan. Apabila salah satu pihak kemudian enggan memberikan
kontribusinya untuk pengambilan keputusan atau tidak mentaati keputusan yang telah diambil
oleh orang yang mereka berikan wewenang untuk sengketa tersebut, pihak itu dianggap
melakukan breach of contract atau melanggar perjanjian.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga baik dalam
menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas
harta benda yang dimiliki. Suatu perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam suatu akte
yang dinamakan polis. Hal ini diatur dalam Pasal 255 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD). Keterangan secara jujur dari tertanggung merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi sebelum perjanjian asuransi dibuat secara kongkrit dalam bentuk polis, yang dikenal
dengan principle of utmost good faith yaitu prinsip itikad baik atau prinsip kejujuran yang
sempurna, yakni setiap tertanggung berkewajiban memberitahukan secara jelas dan teliti
mengenai segala fakta penting yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan serta tidak
mengambil untung dari asuransi.

4.2 Saran
1. Penanggung (perusahaan asuransi) memberikan follow up kepada agen tentang
pemahamapn produk yang ditawarkan kepada calon tertanggung agar agen tidak
melakukan kesalahan dalam memberikan keterangan dan penjelasan kepada calon
tertanggung. Pada saat agen melakukan prospek dan penawaran produk asuransi kepada
tertanggung disarankan adanya bukti akurat penanggung jika terjadi kesalahan baik dari
agen ataupun tertanggung. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya saling
menyalahkan antara kedua pihak.
2. Bagi calon pihak tertanggung yang ingin mendaftarkan asuransi jiwa alangkah baiknya
bisa benar-benar memahami isi perjanjian dan polis yang diberikan dari pihak
penaggung, jika perlu calon tertanggung juga menanyakan kepada agen penanggung
sejelas jelasnya tentang produk knowledge dari penaggung serta mempertanyakan resiko
dari perjanjian asuransi jiwa tersebut sehingga calon tertanggung dapat memberikan hak
dan kewajiban yang sesuai dengan polis yang tertuang dalam perjanjian.

22
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Wirjono Prodjodikoro, 1987, Hukum Asuransi di Indonesia, Penerbit PT Intermasa, Bandung.
Genie AJunaedy, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2013.
Sri Rejeki, Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 1995.
Mashudi H dan Moch. Chidir Ali (Alm), Hukum Asuransi¸CV Mandar Maju, Bandung, 1995.
Muhammad Abdulkadir, Pengantar Hukum Pertanggungan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
1994.
Prakoso Djoko dan I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Prawoto Agus, Hukum Asuransi Dan Kesehatan Perusahaan Asuransi, BBFE, Yogyakarta, 1995.
Rastuti Tuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011.
Salim A. Abbas, Dasar-dasar Asuransi (Principles of Insurance), Rajawali Pers, Jakarta, 1989.
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata Cetakan XX, PT Intermasa, Jakarta, 1985.

Internet
https://lifepal.co.id/media/fungsi-asuransi/
https://benefits.bankmandiri.co.id/article/jenis-jenis-asuransi-yang-ada-di-indonesia

Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha perasuransian
Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha 3 Ibid., hlm. 4. ISSN : 1978-8991 Esther
Masri : Pelanggaran Prinsip Perasuransian.
Pasal 1320 KUHPerdata
Pasal 255 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

23

Anda mungkin juga menyukai