DISUSUN OLEH:
(B2B020003)
Fakultas Hukum
Universitas Bengkulu
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Proses Kepailitan Dan Syarat Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dr. Tito Sofyan, S.H,M. S pada bidang studi Hukum Kepailitan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hukum Kepailitan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Tito Sofyan, S.H,M.S, selaku
Dosen Hukum Kepailitan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1. Latar Belakang....................................................................................1
2. Rumusan Masalah...............................................................................3
3. Tujuan Pembahasan............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................4
1. Proses Kepailitan................................................................................4
2. Syarat Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ..............8
3. Contoh Kasus dan Penyelesaiannya.................................................10
1. Kesimpulan ......................................................................................12
2. Saran.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pailit adalah suatu keadaan dimana debitor tidak mampu lagi melakukan
pembayaran utang kepada para kreditornya. 1 Ketidakmampuan debitor tersebut
terjadi karena utang-utangnya lebih besar daripada aset-asetnya. Berbeda
dengan pailit, kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit
yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah
pengawasan Hakim Pengawas, dengan tujuan utamanya menggunakan hasil
penjualan harta kekayaan tersebut untuk membayar semua utang-utang debitor
pailit secara proporsional.
1
M. Hadi Subhan, 2008, Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan,
Prenadha Media Grup Jakarta, hal.1.
2
Soemarti Hartono, 1993, Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran,
Seksi Hukum Dagang Fak. Hukum UGM, Yogyakarta, hal. 56
1
e. bila debiturnya bank, permohonan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank
Indonesia (pasal 2 ayat (3) UU Kepailitan);
f. Bila debiturnya Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kriling dan
Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pailit
hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
(Pasal 2 ayat (4) UU Kepailitan);
g. dalam hal debiturnya Perusahaan Asuransi, perusahaan Reasuransi, Dana
Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang
kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan
oleh Menteri Keuangan (Pasal 2 ayat (5) UU Kepailitan). Sedangkan
tujuan pernyataan pailit adalah untuk mendapatkan suatu penyitaan
umum atas kekayaan debitur (segala harta benda disita atau dibekukan)
untuk kepentingan semua orang yang menghutangkannya (kreditur).
Krisis moneter Tahun 1999 yang melanda beberapa Negara Asia, termasuk
Indonesia, berdampak pada para pengusaha Indonesia tidak mampu lagi
membayar utang-utang mereka, bahkan ada yang berhenti membayar utang
mereka yang telah jatuh waktu.3
3
Mutiara Hikmah, 2007, Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Perkara-
Perkara Kepailitan, PT.Refika Aditama, Bandung, hal.1
2
Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UUK dan PKPU ).
Proses terjadinya kepailitan sangatlah perlu diketahui, karena hal ini dapat
menentukan keberlanjutan tindakan yang dapat dilakukan pada perseroan yang
telah dinyatakan pailit. Selain itu, syarat penundaan kewajiban pembayaran
utang juga perlu diketahui sebagai salah satu bagian dari kepailitan. Maka dari
itu penulis tertarik untuk menulis mengenai hal tersebut dengan judul “Proses
Kepailitan Dan Syarat Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Kepailitan
Pailit atau Kepailitan (dari bahasa Perancis: "failite" dalam bahasa Indonesia
berarti kemacetan dalam pembayaran) merupakan suatu proses di mana
seorang debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar
utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini adalah pengadilan
niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya, Harta
debitur dapat dibagikan kepada para kreditur sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.4
4
Adrian Sutedi, 2009, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 2.
5
M. Hadi Subhan, 2008, Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan,
Prenadha Media Grup Jakarta, hal.1.
4
Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU No. 37 Tahun 2004) menentukan: debitor
yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih dinyatakan pailit dengan
putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya.6
a. Adanya hutang
b. Minimal satu hutang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih
c. Adanya debitur
d. Adanya kreditur (lebih dari satu kreditur)
e. Permohonan pernyataan pailit
f. Pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga
6
Munir Fuady, 1999, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal. 11
7
Ibid, hal. 12
8
Ibid
9
Ibid
5
Langkah-Langkah dalam Proses Kepailitan:10
10
Ibid
11
Ibid. Hal. 15
12
Ibid
6
permohonan didaftarkan. Dalam jangka waktu paling lambat 2 hari terhitung
sejak tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan pengadilan
mempelajari permohonan dan menetapkan hari sidang. Sidang pemeriksaan
atas permohonan kepailitan diselenggarakan paling lambat 20 hari sejak
permohonan di mana dalam hal ini terjadi rapat verifikasi atau pencocokan
utang antara debitur dengan kreditur. Dalam rapat verifikasi atau pencocokan
utang seorang debitor wajib datang sendiri agar dapat memberikan keterangan
yang diminta oleh hakim pengawasmengenai sebab kepailitan dan keadaan
harta pailit. Pada rapat pencocokan utang setelah semua pihak hadir baik
debitor, kurator, maupun kreditor, hakim pengawasakan membacakan daftar
piutang yang diakui sementara dan daftar yang dibantah oleh kurator.13
Pada proses pengurusan harta pailit ada beberapa pihak yang melakukan
kepengurusan yaitu:
Dalam hal kepailitan terdapat upaya yang dapat dilakukan yaitu perlawanan,
kasasi ke Mahkamah Agung, dan Peninjauan Kembali terhadap keputusan
13
Rahayu Hartini, 2007, Hukum Kepailitan, UMM Press, Malang. Hal, 44
7
pailit yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Proses pengurusan kepailitan
dianggap telah berakhir apabila telah terjadi hal-hal seperti berikut:
a. Akur atau perdamaian, terjadi ketika terdapat perjanjian antara debitur pailit
dengan para kreditur di mana debitur menawarkan pembayaran sebagian
dari utangnya dengan syarat bahwa ia setelah melakukan pembayaran
tersebut dibebaskan dari sisa utangnya.
b. Insolvensi atas pemberesan harta pailit, ketika terjadi insolvensi apabila
kepailitan tidak ditawarkan akur atau perdamaian atau tidak dipenuhinya
suatu kesepakatan sehingga terjadi keadaan tidak mampu membayar,
sebagaimana diatur pada pasal 178 UU no 37 tahun 2004.
c. Rehabilitasi, permohonan rehabilitasi dapat diajukan oleh debitur pailit atau
ahli warisnya dengan dibuktikan bahwa kreditur telah menerima seluruh
pembayaran piutangnya.
Akibat hukum secara umum yang terjadi yang disebabkan oleh putusan
pailit adalah terhadap harta debitur akan dilakukan sitaan umum, perikatan
debitur yang dibuat setelah putusan pailit tidak dapat dibayarkan oleh harta
pailit, dan perbuatan hukum yang dilakukan debitor sebelum putusan pailit
diucapkan dapat dibatalkan oleh pengadilan berdasarkan pada pasal 41 UU No
37 Tahun 2004
8
piutang antara debitur dan kreditur ini memang diberikan langsung oleh
Pengadilan Niaga. 15
PKPU bisa diajukan jika sekiranya pembayaran utang telah jatuh tempo
atau bahkan melebihi dari tenggat waktu pembayaran yang ditentukan
sebelumnya. Ketidakmampuan dari debitur untuk membayar Utangnya, bisa
dijadikan landasan baik bagi kreditur atau debitur, untuk meminta
kerenggangan waktu terkait persoalan utang piutang tersebut.
Jika sekiranya debitur memiliki lebih dari satu kreditur alias meminjam
uang dari banyak pihak, maka pengajuan PKPU pun bisa dilakukan. Pihak
yang mengajukan PKPU pun tak terbatas hanya dari pihak debitur saja,
melainkan juga dari pihak kreditur. Diharapkan dengan pengajuan PKPU,
maka setiap utang piutang antara satu debitur dengan banyak kreditur ini
bisa selesai dengan baik.
15
Zaeni Asyhdie, 2005, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal, 20.
16
Ibid
9
debitur ini hanya dilandaskan atas rasa kepercayaan saja dan harapan atas
itikad baik debitur.
Tanpa adanya jaminan atas piutang yang diberikan, tentu saja kreditur
berisiko mengalami kerugian, jika sekiranya terjadi wanprestasi di mana
debitur urung membayar utangnya. Nah, dengan mengajukan PKPU, maka
akan ada kepastian dan jaminan atas pembayaran utang, baik sebagian atau
keseluruhan, dari debitur.
Jika sekiranya syarat untuk bisa mengajukan PKPU ini dipenuhi, maka baik
debitur atau kreditur bisa melayangkan permohonan PKPU. Jika yang
mengajukan permohonan adalah debitur, maka permohonan wajib disertai
dengan daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, utang debitur, beserta
dengan surat bukti secukupnya.
Perusahaan ini didirikan pada 1977. PT. Gagan Indonesia adalah salah
satu distributor resmi produk Van di Indonesia. Perusahaan ini adalah salah
satu produk sepatu fashion yang bermerek di Indonesia. Selain itu, PT.
Gagan Indonesia adalah perusahaan retail dan distributor untuk Beberapa
brand fashion internasional seperti Adidas, Bebe, cache cache, Quiksilver,
Evita Peroni, Promod dan salah satu brand ternama yaitu Vans. Pada tahun
2017 PT. Gagan Indonesia distributor resmi Vans dinyatakan pailit oleh
hakim pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
10
Analisa Kasus
Penyelesaian/ Putusan
BAB III
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
tentang kepailitan dan PKPU selain itu juga Hakim menyatakan bahwa PT.
Gagan Indonesia memiliki hutang lagi ke beberapa kreditur-kreditur di luar
negeri sebesar mata uang Dolar Singapura.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
13
Adrian Sutedi, 2009, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta.
M. Hadi Subhan, 2008, Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktik di
Peradilan, Prenadha Media Grup Jakarta.
Munir Fuady, 1999, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Mutiara Hikmah, 2007, Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional Dalam
Perkara-Perkara Kepailitan, PT.Refika Aditama, Bandung.
Rahayu Hartini, 2007, Hukum Kepailitan, UMM Press, Malang.
Soemarti Hartono, 1993, Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan
Pembayaran, Seksi Hukum Dagang Fak. Hukum UGM, Yogyakarta.
Zaeni Asyhdie, 2005, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Undang-Undang:
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Internet:
https://nasional.kontan.co.id/news/gagan-indonesia-terima-status-pailit
Wikipedia.com
14