Anda di halaman 1dari 8

1.

Perbedaan Peran Notaris dalam PP 82/2012, PP 71 2019 Tentang


Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik, dan PP 80/2019
tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik
a. - PP 82/2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi
Elektronik mengatur mengenai Sertifikasi Keandalan, dalam hal ini
Notaris berperan sebagai salah satu Profesional yang dapat turut
serta dalam pembentukan Lembaga Sertifikasi Keandalan (Pasal
69). Lembaga Sertifikasi Keandalan dibentuk paling sedikit oleh
konsultan Teknologi Informasi, auditor Teknologi Informasi, dan
konsultan hukum bidang Teknologi Informasi. Selain itu, profesi
lain yang dapat terlibat dalam pembentukan Lembaga Sertifikasi
Keandalan adalah akuntan, konsultan manajemen bidang
Teknologi Informasi, penilai, notaris, dan profesi lain yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
- PP 82/2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi
Elektronik juga mengatur mengenai sertifikasi elektronik. Peran
notaris dalam sertifikasi elektronik ini tercantum di penjelasan
pasal 59 ayat (5), permohonan sertifikasi elektronik dapat
disampaikan melalui notaris.
b. - PP 71 2019 Tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi
Elektronik menggantikan PP 82/2012, dalam PP ini tidak diatur
secara spesifik mengenai peran Notaris dalam Transaksi Elektronik
seperti yang diatur dalam PP sebelumnya. Lembaga Sertifikasi
Keandalan dan permohonan sertifikasi elektronik disebutkan
bahwa ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri.
c. PP 80/2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik
(PMSE) juga tidak mengatur secara spesifik mengenai kewenangan
Notaris. Namun dalam Pasal 15 diatur bahwa Pelaku Usaha wajib
memiliki izin usaha dalam melakukan kegiatan usaha PMSE.
Dalam rangka memberikan kemudahan bagi Pelaku Usaha untuk
memiliki izin usaha, pengajuan izin usaha dilakukan melalui
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, Salah satu
bentuk pelayanan jasa yang diberikan oleh penghadap sebagai
bentuk kepercayaan terhadap notaris adalah diberikannya kuasa
untuk pengurusarizin penan perusahaan melalui Perizinan
Berusaha Terintergrasi Secara Elektronik atau Online Single
Submission (OSS). Berdasarkan pedoman perizinan berusaha
melalui sistem Online Single Submission yang dibuat oleh
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
pada bulan Juli 2018,pihak yang mendaftarkan izin perusahaan
melalui sistem Online Single Submission tersebut didaftarkan oleh
pelaku usaha dan pihak lain seperti Konsultan Hukum dan
Notaris.1

1
Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Tentang Ikhtisari Aplikasi Tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission)
2. – peluang yang dapat terbuka bagi Notaris dengan cyber notary yaitu
berupa telekonferensi, setirfikasi elektronik, tanda tangan elektronik
dan penyimpanan dokumen, yang meliputi;
 Peluang agar proses pembuatan akta otentik dapat dilakukan
secara online atau hanya melalui dunia maya tanpa bertemu
secara langsung antara para pihak dapat dilakukan dengan
menghapus persyaratan yang mengharuskan bertemunya para
pihak. Namun tentu saja harus ditunjang dengan kecanggihan
teknologi seperti sarana telekonferensi yang memungkinkan akta
dibacakan oleh notaris melalui media dan didengar dan disaksikan
oleh para pihak secara online. (telekonferensi)
 Praktek legalisasi akta secara elektronik dengan penandatanganan
akta secara elektronik.
 membuat salinan dari asli surat-surat di bawah tangan dapat
dilakukan secara elektronik
 melakukan pembetulan kesalahan tulis dan/atau kesalahan ketik
yang terdapat pada minuta akta yang telah di tanda tangan, dapat
dilakukan secara elektronik (apabila tanda tangan elektronik
diperbolehkan karena dalam prosesnya berita acara tentang
perbaikan tersebut dikirimkan kepada para pihak untuk
ditandatangani.)
- Kongres ke 29 International Union of Notaries di Jakarta dalam
salah satu agendanya membahas mengenai perkembangan
teknologi dan kaitannya dengan notaris. untuk mencegah penipuan
(fraud) dan pemalsuan dokumen cyber notary memiliki fungsi yang
signifikan, tengah berkembang penggunaan suatu metode
otentikasi secara elektronik (electronic authentication) yang
terwujud dalam teknologi Tanda Tangan Elektronik dan Sertifikat
Elektronik.("SE") sebagai sistem pengamanan transaksi yang
dilakukan melalui sistern komunikasi elektronik yang dapat lebih
terdeteksi riwayat dokumennya, sehingga penipuan dan pemalsuan
dapat dicegah. Demi efektifitasnya tujuan itu, telah banyak negara
memberdayakan fimgsi dan peran Notaris dalam mendukung dan
memfasilitasi sualu transaksi elektronik (Cybernotary), tidak hanya
sebagai pihak pengemban amanat kepercayaan melainkan juga
sebagai pihak yang menjadi penyedia jasa k
- enotariatan itu sendiri secara elektronik (electronic notary).
3. -Tanda Tangan Elektronik
notaris dalam melaksanakan kewenangannya untuk melakukan legalisasi
tanda tangan tidak berwenang dan tidak mencakup legalisasi terhadap
tanda tangan elektronik (yang berupa kode-kode kriptografi algoritma) yang
dibubuhkan pada dokumen elektronik (scriptless atau paperless). apabila
ada klien yang ingin melakukan legalisasi terhadap tanda tangan elektronik
dan dokumen elektronik ke Notaris, sulit seseorang yang ingin
mendapatkan sertifikat digital untuk mengesahkan tanda tangan
elektroniknya, maka dalam hal ini Notaris hanya dapat melakukan
waarmerking (pendaftaran) pada buku daftar khusus terhadap salinan atau
hasil cetaknya (hard copy) dari dokumen elektronik karena tanda tangan
elektronik bukan kewenangan notaris dan dokumen elektronik tersebut
sudah ditanda tangani terlebih dahulu oleh para pihak sebelumnya
sehingga tanggal penandatanganan berbeda dengan tanggal didaftarkan di
Notaris. Secara teknis, meskipun dilengkapi dengan sistem yang canggih
untuk menciptakan keyakinan terhadap suatu TIE dan Sertifikat Elektronik,
pada dasarnya hal tersebut akan berpulang lagi kepada kaedah hukurn nir-
sangkal, yakni jika hanya dilakukan oleh kedua belah pihak yang
berkomunikasi tanpa me1ibatkan pihak ketiga, maka tetap saja ada peluang
bagi salah satu pihak untuk melakukan penyangkalan. Oleh karena itu,
untuk memastikan tidak dapat disangkallagi, maka diperlukan peranan
pihak ketiga sebagaimana layaknya notaris dalam penggunaan tandatangan
elektronik dalam transaksi tersebut.
- Sertifikat Elektronik. peranan pihak T3P yang paling kuat adalah apabila
mereka menyertakan fungsi dan peran notaris di dalamnya, paling tidak
sebagai pemeriksa dan legalisasi identifikasi seseorang dalam proses
pendaftaran dan perolehan certificate (RA) di dalamnya. Proses ini akan
menjarnin bahwa pihak yang mengajukan sertifikat elektronik adalah
orang yang benar dan memastikan yang bersangkutan menerimanya
secara langsung.

- peranan fungsi notaris yang paling kuat dalam mendukung suatu


Transaksi Elektronik adalah apabila mereka dapat bertindak hanya
sebagai sebagai RA melainkan juga mempunyaJ kewenangan untuk
membuat suatu akta secara elektronik; Fungsi dan peran sebagaimana
layaknya Notaris, dalam konteks transaksi elektronik dijalankan oleh
pelaku CAlCSP. Lembaga ini mengemban amanat (trust) dari masyarakat
terhadap keberadaan informasi ID seseorang yang disampaikannya.
Sayangnya hal tersebut dalam perspektif dan kinerja teknis semata,
maka sangat diperlukan peranan notaris untuk mendukungnya agar
informasi yang disampaikan oleh CAlCSP substansinya dapat dikatakan
sebagaimana layaknya suatu akta otentik, khususnya apabila tidak ada
penyangkalan dari pihak yang terkait daripadanya.

4. Dengan adanya revolusi industri 4.0 dan society 5.0, jabatan Notaris
tidak akan terkena distrupsi apabila mengikuti dan memanfaatkan
teknologi yang berkembang, sehingga pengelolaan dokumen dapat
dilakukan dengan lebih efisien. Secara umum apabila gagasan
Cybernotary atal/pun E-notary dapat dimplementasikan di Indonesia,
maka kekuatan pembuktian informasi dan transaksi elektronik yang
selama ini seringkali dipersepsikan mempunyai nilai pembuktian yang
lemah akan menjadi lebih kuat kedudukannya karena dapat dipahami
sebagaimana layaknya akta otentik. Hal tersebut akan meningkatkan
kepercayaan dan keamanan masyarakat terhadap transaksi
elektronik. Selain itu beberapa permasalahan hukum yang terkait
dengan penyelenggaraan keIja notaris secara konvensional selama ini,
juga akan terselesaikan dengan baik. Tidak hanya terkait dengan
perbaikan sistem pemberkasan karena penggunaan electronic filing
melainkan juga karena sistem pencatatan dan standar
penyelenggaraan jasa yang semakin efisien dan lingkup peluang
transaksi yang semakin global. Notaris juga akan dipermudah dan
diperkaya dengan fasilitas sistem elektronik yang menunjang bukti-
bukti dari dipenuhinya syarat-syarat suatu keotentikan baik terhadap
syarat obyektif maupun syarat subyek.
5. A. Legalisasi dan autentikasi dokumen menggunakan Alegtron
Proses legalisasi di instansi pemerintahan Indonesia pada
umumnya terdiri dari dua langkah, yaitu legalisasi di Kementerian
Hukum dan HAM dan kemudian legalisasi di Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia. Setelah itu, dokumen tersebut dapat
ditunjukkan ke Kedutaan untuk dilegalisasi. Dokumen yang dibuat
atau diterbitkan di Indonesia termasuk di Daerah, dan akan
dipergunakan di negara lain, harus dilegalisasi oleh Kementerian
Hukum & HAM RI, Kementerian Luar Negeri RI, dan Perwakilan
RI di luar negeri sedangan untuk dokumendokumen asing yang
diterbitkan di luar negeri dan ingin dipergunakan di wilayah
Indonesia, harus pula melalui prosedur yang sama, yaitu
dilegalisasi oleh Kementerian Kehakiman dan/atau
Kementerian Luar Negeri negara dimaksud dan Perwakilan
Republik Indonesia di negara setempat.2
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa di Indonesia
terdapat 2 (dua) kementerian yang melaksanakan fungsi legalisasi yaitu
Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Luar Negeri. Proses
legalisasi pada dan HAM kedua kementerian tersebut telah dilakukan
reformasi dengan berbasis pada teknologi informasi. Kementerian Hukum
menggunakan sistem aplikasi yang dinamakan Aplikasi Legalisasi
Elektronik (ALEGTRON). Penggunaan aplikasi ini diharapkan akan
memangkas waktu legalisasi dari 3 (tiga) hari3 menjadi 3 (tiga) jamDalam
mengakses situs tersebut pemohon diminta untuk melakukan registrasi
dengan mengisi Form registrasi Legalisasi. Setelah akun diaktifkan,
pemohon dapat mengajukan legalisasi secara online dengan mengisi form
permohonan, mengunggah dokumen yang akan dilegalisasi, dan membayar
biaya PNBP.Setelah proses permohonan diterima, pemohon dapat pergi ke
loket dengan membawa Dokumen Fisik agar dilakukan pencetakan Stiker.
Legalisasi Dokumen Publik di Indonesia Proses legalisasi terhadap dokumen
publik yang berasal dari luar negeri atau dokumen publik yang akan

2
Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor: 09/A/KP/XII/2006/01
tentang PanduanUmum Tata Cara Hubungan Dan Kerjasama Luar
Negeri Oleh Pemerintah Daerah, Bab VI Konsuler,
3
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2017
tentang Tata Cara Permohonan Legalisasi Dokumen Pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi
Manusia, Pasal 8, “
digunakan di luar negeri melibatkan suatu prosedur yang rumit, panjang
dan memerlukan biaya yang tidak sedikit.4 Dengan adanya ALEGTRON,
memangkas beberapa tahapan yang seharusnya dilakukan proses legalisasi
dan autentikasi biasa, tahapan menjadi lebih cepat, efisien, dan biaya
ringan.
B.Alegtron hanya dapat melayani Jenis dokumen yang dapat dilegalisir di
Kementerian Hukum dan HAM, meliputi: a) dokumen pendidikan; b)
dokumen pernikahan; c) dokumen perdagangan; d) dokumen terjemahan; e)
dokumen kependudukan; f) SKCK; dokumen tersebut bukan merupakan
kewenangan notaris. Legalisasi yang dilakukan oleh Notaris hanya
mencakup legalisasi terhadap tanda tangan manual yang konvensional yang
dibubuhkan dengan tinta diatas kertas yang bermatrai.

Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor:


09/A/KP/XII/2006/01 tentang Panduan Umum
Tata Bagian B. LegalisMODERNISASI HU
KUM NOTARIS MASA DEPAN: KAJIAN HUKUM TERHADAP KEMUNGKINAN
CYBERNOTARYDI INDONESIA
Edmon Makarim jurnal hukum dan pembangunan
Edmon Makarim, 2013,Notaris dan Transaksi Elektronik;Kajian Hukum
tentag Cyber Notary atas Electronic Notary, PT Raja Grafindo Perkasa,
Jakarta, hlm. 117.

196 Jurnal RechtsVinding, Vol. 7 No. 2, Agustus 2018, hlm. 189–206


Volume 7, Nomor 2, Agustus 2018

akarta – Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna H. Laoly,
meminta para notaris untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung Making Indonesia
4.0. Dimana birokrasi digital yang dilakukan kementerian/lembaga terkait secara
besar-besaran dan menyeluruh di segala sektor, telah membuat business process
menjadi lebih sederhana, cepat, mudah, dan murah.
Program Making Indonesia 4.0 yang telah diluncurkan Kementerian Perindustrian
merupakan peta jalan (roadmap) terintegrasi dan kampanye untuk
mengimplementasikan strategi menghadapi era revolusi industri ke-4 (Industry 4.0).

4
11 Sudargo Gautama, Indonesia dan Konvensi-konvensi Hukum Perdata Internasional, (Bandung: Alumni,
2002), hlm.
Menkumham mengatakan notaris harus berperan aktif dalam mendukung kebijakan
pemerintah dalam proses pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara
elektronik, atau online single submission (OSS), dan upaya penataan badan usaha
menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) hingga semua badan
usaha tersebut memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).
“Ini semua sebagai upaya untuk mewujudkan kepastian dan kemudahan berusaha
atau Ease of Doing Business (EoDB), yang antara lain starting business,” kata
Yasonna usai melantik anggota Majelis Pengawas Pusat Notaris (MPPN) dan
Majelis Kehormatan Notaris Pusat (MKNP), Selasa (17/09/2019) pagi.
Mengingat tugasnya yang berat dalam Making Indonesia 4.0, lanjut Yasonna, serta
adanya tuntutan dunia internasional, baik dalam kepastian dan kemudahan
berusaha serta prasyarat untuk menjadi anggota FATF (Financial Action Task
Force), maka MPPN dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya harus selalu
meningkatkan kemampuan dan mengikuti perkembangan global.
“Lebih khusus juga mengembangkan pola koordinasi dan pembinaan yang efektif
dengan Majelis Pengawas Wilayah (MPW) dan Majelis Pengawas Daerah (MPD),”
kata Laoly. “Hal ini penting, karena MPPN adalah pusat pengawasan notaris, dan
dalam memutus perkara memperoleh data dan informasi pengaduan masyarakat
dari MPW dan MPD,” lanjutnya di Lounge Pengayoman.
Sementara itu, MKNP dalam melaksanakan fungsi pembinaan notaris harus dapat
meningkatkan koordinasi dan pembinaan dengan MKNW (Majelis Kehormatan
Notaris Wilayah), sehingga pemberian izin pemanggilan notaris dihasilkan melalui
pertimbangan yang cermat dan seksama.
“Sebab hanya dengan kemampuan dan pengetahuan serta kerja sama vertikal,
maka pengawasan dan pembinaan ke seluruh wilayah akan dapat dilaksanakan
dengan baik, dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan dunia usaha,”
tutupnya. (Tedy)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012


TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Pasal 69
(2) Profesional lain yang dapat turut serta dalam pembentukan Lembaga
Sertifikasi Keandalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi
profesi:
a. akuntan;
b. konsultan manajemen bidang Teknologi Informasi;
c. penilai;
d. notaris; dan
e. profesi dalam lingkup Teknologi Informasi yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Penjelasan
Pelaku Usaha yang menyelenggarakan Transaksi Elektronik dapat disertifikasi oleh
Lembaga Sertifikasi Keandalan. Lembaga Sertifikasi Keandalan menerbitkan Sertifikat
Keandalan melalui proses sertifikasi keandalan yang mencakup pemeriksaan terhadap
informasi yang lengkap dan benar dari Pelaku Usaha.
Lembaga Sertifikasi Keandalan dibentuk paling sedikit oleh konsultan Teknologi Informasi,
auditor Teknologi Informasi, dan konsultan hukum bidang Teknologi Informasi. Selain itu,
profesi lain yang dapat terlibat dalam pembentukan Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah
akuntan, konsultan manajemen bidang Teknologi Informasi, penilai, notaris, dan profesi lain
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Setiap Instansi, Orang, Badan Usaha, dan masyarakat berhak memiliki Nama Domain
berdasarkan prinsip pendaftar pertama (first come first served). Nama Domain dikelola oleh
Pemerintah dan/atau masyarakat. Keberadaan Nama Domain sesungguhnya lahir pada saat
suatu nama itu diajukan dan diterima pendaftarannya oleh sistem pencatatan Nama Domain.
Sistem tersebut merupakan alamat internet global dimana hierarkis dan sistem pengelolaan
Nama Domain mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh institusi yang berwenang, baik
nasional maupun internasional.

Pasal 59
Ayat (5)
Peraturan Menteri memuat antara lain pengaturan
mengenai tata cara mengajukan permohonan sertifikasi
elektronik yang dapat disampaikan melalui notaris.

Pasal 59

(1) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan


publik wajib memiliki Sertifikat Elektronik.

(2) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk


nonpelayanan publik harus memiliki Sertifikat
Elektronik.

(3) Penyelenggara dan Pengguna Sistem Elektronik


selain sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dapat memiliki Sertifikat Elektronik
yang diterbitkan oleh penyelenggara sertifikasi
elektronik.
(4) Untuk memiliki Sertifikat Elektronik, Penyelenggara
dan Pengguna Sistem Elektronik harus mengajukan
permohonan kepada penyelenggara sertifikasi
elektronik.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memiliki


Sertifikat Elektronik diatur dalam Peraturan
Menteri.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN
2019 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK

Dari penjelasan pasal 6 di atas diketahui bahwa dokumen elektronik ini


kedudukannya disejajarkan dengan dokumen kertas pada umumnya.
Dokumen elektronik pada transaksi elektronik ini adalah sertifikat
elektronik yang menurut pasal 41 ayat (3) PPNomor 82 tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik, wajib
dilakukan sertifikasi kepada inilah yang nantinya dibawa ke Notaris oleh
salah satu pihak, untuk kemudian dilakukan sertifikasi terhadap
transaksi yang dilakukan secara elektronik

agar dapat memiliki kekuatan sebagai alat bukti. Sertifikat elektronik ini
menurut pasal 1 angka 18 PP Nomor 82 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik mendiefinisikan
sertifikat tersebut sebagai sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat
Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek
hukum para pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh
penyelenggara sertifikasi elektronik. Sertifikat Elektronik di atas sebelum
dilakukannya ser

Anda mungkin juga menyukai