Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya atau kebudayaan berasal dari Bahasa sansekerta yaitu buddhaya, merupakan
bentuk jamak dari buddi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berrkaitan dengan
budi, dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
Bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. Budaya bersifat komplek/abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya yang turut
menentukan perilaku komunikatif. Dengan demikian budayalah yang menyediakan suatu
kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan prilaku orang lain.

Di bali banyak terdapat budaya dari berbagai macam daerah. Suku-bangsa bali
merupakan suatu kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan
kebudayaannya, sedangkan kesadaran itu diperkuat oleh adanya Bahasa yang sama.
Walaupun ada kesadaran yang demikian, kebudayaan bali mewujudkan banyak fariasi dan
perbedaan setempat. Disamping itu agama hindu yang telah lama terintegrasikan ke dalam
kebudayaan bali. Dirasakan pula sebagai suatu unsur yang memperkuat adanya kesadaran
akan kesatuan itu.

Sri Aji Kresna Kepakisan adalah putra dari Soma Kepakisan dan cucu dari Danghyang
Kepakisan. Sri Aji Kresna Kepakisan menjadi raja di Samprangan, dan salah seorang dari
keturunan Arya Wiraraja yang dikenal dengan sebutan Arya Wang Bang Pinatih menjadi
pegawai tinggi raja dengan wilayah dan berkeraton di Puri Kertalangu. Diperkirakan Puri
Kertalangu berlokasi di seputaran Balitex yang sekarang. Menurut penuturan beberapa
orang konon pada waktu pembangunan Balitex itu, banyak ditemukan bekas-bekas
bangunan bataserta barang-barang lainnya yang sekarang tidak tentu rimbanya.

Kerajaan Kertalangu berdiri tahun 1350 Masehi yang mana pada abad ke 16 mengalami
kemunduran dan para penguasa beserta sanak keluarganya meninggalkan karaon, lalu

1
mengungsi ke Tulikup (Gianyar) kemudian pindah lagi atas perkenan Raja Klungkung ke
Sulang dan membuat Puri di sana. Sampai sekarang pusat Arya Wang Bang Pinatih di Puri
Sulang.

Untuk memerintah daerah Kertalangu yang telah di tinggalkan I Gusti Ngurah Gede
Pinatih, maka Betara Sakti Pemecutan mengangkat Ngurah Pemayun dan membuat keratin
di kuwum, yang berlokasi di sebelah selatan Kerajaan Kertalangu. Sesuai dengan
perkembangan jaman untuk membendung pengaruh yang negative, maka oleh penguasa di
bentuklah organisasi masyarakat, yang mana tinggal di wilayah kerajaan mempunyai jiwa
pemberani. Untuk membendung hal-hal yang bersifat subversi dari daerah lain, maka
dibuatlah arena pertempuran (kalangan) memanjang dari Patal Tohpati sampai ke Banjar
Biaung, tempat penguburan mayat berlokasi di seputaran Patal Tohpati . Untuk meyakinkan
hal tersebut diatas di sepanjang kalangan pertempuran tersebut oleh penguasa ditaruhlah
orang-orang yang mempunyai jiwa pemberani, seperti dari banjar dari utara disebut Banjar
Tohpati (Ngotoh Pati), Banjar Kertajiwa yang dulunya bernama Banjar Tohjiwa (Ngotohan
Jiwa), dan Banjar yang berada di tengah yaitu Banjar Tangguntiti yang berarti tempat
penghubung antara Raja dan Rakyat, dalam pembicaraan yang ada kaitannya dengan
keselamatan daerah, dan akhirnya Banjar yang paling selatan yaitu Banjar Biaung, yang
merupakan Bie(umpan) pertarungan. Jadi secara keseluruhan orang-orang atau Banjar-
banjar yang berada di sepanjang kalangan merupakan andel-andel kerajaan yang
mempunyai sifat pemberani.

Pada abad ke-17 penguasa di daerah kuwum memindahkan kerajaan ke Petilan (Mutilar)
di Banjar Kedaton dengan nama Desanya menjadi Desa Kesiman. Kemudian Desa kesiman
dimekarkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor
57 Tahun 1982 tertanggal 1 Juni 1982 tentang Desa Persiapan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja unsur-unsur kebudayaan yang terdapat di desa pekraman Kesiman ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui unsur-unsur budaya yang terdapat di desa pekraman Kesiman

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unsur Kebudayaan


Dalam kebudayaan terdapat beberapa unsur yaitu :
1. Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat sebagai perantara
untuk berkomunikasi atau bersosialisasi sesama mereka untuk dapat melakukan kegiatan
sehari - hari. Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia sendiri dan
tiap - tiap masing daerah di Indonesia juga mempunya bahasa daerah mereka sendiri.
Tiap - tiap daerah memiliki bahasa daerah tersendiri dengan ciri khas dan dialek/logat
mereka masing - masing
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan adalah sistem yang berkaitan tentang ilmu pengetahuan dan
bersifat mendidik. Sistem ini meliputi ruang pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan
fauna, waktu, ruang dan bilangan, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia, tubuh
manusia.
3. Sistem Kemasyarakatan / Organisasi Sosial
Sistem kemasyarakatan / organisasi social adalah tentang sekelompok orang atau
perkumpulan orang yang dibentuk di masyarakat itu sendiri untuk keperluan tertentu.
Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial meliputi kekerabatan, asosiasi, sistem
kenegaraan, sistem kesatuan hidup, dan perkumpulan.
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah dari semua teknik yang dimiliki
oleh para anggota dalam suatu masyarakat yang meliputi cara bertindak dan berbuat
dalam mengelola dan mengumpulkan bahan-bahan mentah. Kemudian bahan tersebut
dijadikan sebagai alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan, alat transportasi, dan
kebutuhan hidup lainnya yang berupa material. Unsur teknologi yang sangat menonjol
adalah kebudayaan fisik yang meliputi alat produksi, senjata, wadah, makanan dan
minuman, pakaian, perhiasan, tempat tinggal, perumahan, dan alat-alat transportasi.

3
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Sistem Mata Pencaharian Hidup adalah usaha atau upaya masyarakat untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diperlukannya untuk bertahan hidup sehingga
masyarakat melakukan suatu kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang disekitar
dan bisa menghasilan uang.
Sistem Mata Pencaharian meliputi : berdagang, bertani, beternak, melaut, dll.
6. Sistem Religi/ Keagamaan
Sistem Religi adalah sistem yang menganut tentang kepercayaan masyarakat
terhadap yang di yakini-Nya dengan cara dan agama masing - masing. Sistem ini
mengacu kepada keyakinan tiap - tiap masyarakat terhadap apa yang dianut nya dan
diajarkan oleh agamanya.
7. Kesenian / Tradisi
Kesenian adalah suatu hal yang mengacu tentang keindahan dan estetika yang
biasanya dilakukan untuk pertunjukan atau pun untuk keagamaan. Kesenian ini memiliki
ciri khas tertentu dari daerah masyarakat masing - masing dan hanya daerah tersebut lah
yang mempunyai ciri khas tersebut. Kesenian ini juga merupakan daya tarik tersendiri
di daerah itu karena seni yang indah dan unik dapat menjadi daya tarik sendiri.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Desa Pekraman Kesiman

Desa Pekraman Kesiman terletak di wilayah Denpasar Timur, yang terdiri dari tiga desa
yaitu Kelurahan Kesiman, Desa Kesiman Petilan, dan Kesiman Kertalangu. Desa Pekraman
Kesiman juga termasuk di dalam Kota Administratif Denpasar, sekretariatnya beralamat di
Jalan WR. Supratman 219, Telphon: (0361) 243175. Letaknya kira-kira kurang lebih tiga
km dari pusat Kota Denpasar. Dengan luas wilayahnya adalah 2,84Km².
Batas Desa Kesiman terdiri dari empat penjuru mata angin yaitu:
1. Sisi Utara : Derbatsan dengan Desa Adat Tembau, Desa Adat Bekul, Desa Adat
Oongan, dan Desa Adat Tonja.
2. Sisi Timur : Berbatasan dengan Desa Adat Tegeha dan Desa Adat Batubulan.
3. Sisi Selatan : Berbatasan dengan Desa Adat Sanur, dan Desa Adat Tanjung Bungkak.
4. Sisi Barat : Berbatasan dengan Desa Adat Sumerta.

3.1.1 Sejarah Desa Pekraman Kesiman

Sejarah Desa Kesiman berasal dari kata Ku dan Sima, yang tercantum di dalam di
dalam Babad Wanggayah yang menceritakan terjadinya Desa Kesiman. Adapaun asal
mula terjadinya Desa Kesiman adalah sebagai berikut.
Di ceritakan Ida Dalem Batu Ireng, yang juga bernama Sri Tapuk Ulung atau Daalem
Beda Ulu tinggal di bali pada tahun 1247 (Caka warsa Candra Sengkala : Resi Mengapit
Tunggal). Beliu berkeinginan akan melepaskan diri dari ikatan duniawi dan mencapai

5
moksa. Karena banyaknya musuh yang datang dari tanah jawa yang berkeinginan untuk
menyerang kerajaan bali. Yang tidak lain adalah maha patih dari Kerajaan Majapahit
seperti Maha Patih Gajah Mada, dan di ikuti oleh para Arya Seperti Arya Damar, dan
Arya yang lainnya.
Kerajaan Bali mampu dikalahkan, para prajurit di Bali mampu di bunuh oleh
pasukan majapahit. Seperti Arya Girimakna dibunuh oleh Arya Damar, ki Gudug Basur
mampu dibunuh oleh Arya Wang Bang, kemudian Ida Daem Batu Ireng mengungsi dari
kerajaan dan berkelana menuju desa desa seperti Taro, Gelgel, Batuaji, Batuasih,
Kalangendis, Taman Hyang Batur. di taman Hyang Batur beliau membangun
prahyangan Dalem yang bernama Dalem Tungkub yang diusung oleh para Pasek
Dangka.
Dari Taman Hyang Batur beliau melanjutkan perjalanan ka Bukit Bali, Batu Belig,
Sumerta. Desa Sumerta saat itu di kuasai olih Anglurah Bongaya. Kedatangan Ida Dalem
Batuireng di Sumrta tidak dihiraukan olih Anglurah Bongaya, kemudian Ida
melanjutkan perjalanan menuju desa Tangkas. Setelah Dalem Batuireng berjalan mider
bhuana, karena sengitnya pertempuran yang terjadi kemudian muncul keinginan beliau
untuk mati malabuh geni. Tiga bulan setelah beliau berhasil mencapai moksa, Ida Dalem
Batu Ireng kembali hidup seperti sediakala. Dan beliau kembali melanjutkan perjalanan
menuju sebuah sungai, dan berkeinginan kembali moksa namun dengan menggunakan
media air, karena menurut belaiu moksa menggunakan air adalah jalan terbaik dan
mampu membwa berkah bagi beliau di alam sana. Dan setelah beliau moksa, sungai
tempat belaiu melakukan upacara pamoksan (melabuh we) sungai tersebut bernama
Sungai Ayu atau We Ayu (we berarti air, ayu berarti kedamaian)
Setelah Ida Dalem Datu Ireng , mencapai moksa untuk yang kedua kalinya, para
pengikut beliau mendirikan sebuah batu peringatan (tugu peringatan) yang terbuat dari
batu besar yang dinamakan Batu Sima.
Setelah Ida Dalem Batuireng moksa, putra beliau yang bernama Arya Panji
mendirikan kerajaan yang terletak di Buruan Tegal Asah Sanur, sekitar tahun 1265
(Candra Sengkala bhuta Manapit Tunggal). Batu peringatan yang terletak di tukad
Ayung semakin lama di kenal dengan nama Batumenjong.Setelah beberapa tahun
melintang tiga orang keturunan Dalem Batuireng pergi ke Tukad Ayung yang di ikuti

6
oleh Bendesa Manik Mas warih dari Pangeran Manik Mas yang tinggal di Pule Pradesa
Mas, kemudian bertemu di Gaduh mengambil Batu Sima tersebut dan di letakkan di tepi
Tukad Ayung. Di tepi Tukad Ayung tersebut para keturunan Dalem Moksa bersama
Bendesa Mas dan kemudian masyarakat Gaduh membangun grema ( desa pekraman)
yang di beri nama Pendem (tempat menyimpan batu sima tersebut). Di Desa Pendem
tersebut dibangun Perhyangan Desa Puseh dan Prhyangan Manik Aji yang bertempat di
alas(hutan) Ambengan Abian Namgka.
Ketika Ida Dalem Batuireng kakasorang oleh Majapahit, yang menguasai kerajaan
di Bali adalah Sira Kresna Kepakisan yang di dampingi oleh para Arya, Arya Wangbang
kemudian mendirikan kerajaan puri di tepi tukad Ayung tempat Ida Dalem Batuireng
Moksa. Disana Sira Arya Wangbang Pinatih majapahit bertemu dengan masyarakat Bali,
Sira Arya Wang Bang Pinatih mengatakan diri bahwa beliau adalah utusan Sang Prabu
Majapahit akian meneruskan membangun kerajaan setelah peninggalan Ida Dalem.
Setelah Arya Wang Bang Bang menerima warisan dari Dalem Moksa (Dalem
Batuireng) dari Wong Bali yang terletak di tepi Tukad Ayung, kemudian disihir oleh
Sira Arya Wang Bang, dan tempat peninggalan Ida Dalem Batuireng di beri nama KU
SIMA.
Sira Arya Wang Bang menyatakan arti Kesiman tidak lain adalah KU berarti
Kukuh (kuat) Sima, berarti hasil Prahyangan Dalem Muter. Prahyangan yang dibangun
oleh Sira Arya Wang Bang di tepi We Ayung. Dan sampai saat ini ddikenal dengan
nama KESIMAN.

3.2 Unsur Kebudayaan Desa Pekraman Kesiman


1. Bahasa
Desa Kesiman terletak ± 3 km dari pusat kota denpasar. Bahasa yang digunakan
adalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di ranah pendidikan dan kedinasan.
Sementara, untuk kegiatan sehari-hari dan upacara keagamaan menggunakan bahasa
Bali yang penuturannya disesuaikan dengan lawan bicara.
Desa Pekraman Kesiman berbatasan langsung dengan desa Batubulan, kecamatan
Sukawati, kabupaten Gianyar. Kondisi ini menunjukkan adanya penduduk pendatang
dan pengaruh dari budaya dan bahasa penutur daerah lain ataupun bahasa Bali dari
wilayah Gianyar, selain itu karena letaknya yang dekat dengan pusat kota menjadikan

7
Desa Kesiman sebagai tempat bagi para urbanisasi untuk menetap, sehingga bahasa yang
digunakan masyarakat urbanisasi banyak mempengarhi bahasa yang digunakan di Desa
Kesiman.

2. Sistem Pengetahuan
Berdasarkan Peraturan Desa Kesiman tentang penyelenggaran pendidikan di Desa
Kesiman dalam Bab I Pasal 1 dalam peraturan desa dijelaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, yang
diselenggarakan di Kabupaten Badung.
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan
tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan
informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan non formal adalah jalur
pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan terstruktur dan berjenjang.
Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen-komponen
sistem pendidikan pada satuan/program pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Penyelenggaran pendidikan di tingkat Desa Kesiman Petilan yang dimaksud
dalam Peraturan Desa ini meliputi jenjang Satuan pendidikan. Satuan pendidikan yang
dimaksud dalam Peraturan Desa ini adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap
jenjang dan jenis pendidikan, yang meliputi :
(a) Satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

8
(b) Pendidikan non formal seperti lembaga bimbingan belajar, lembaga pelatihan
ketrampilan (kursus-kursus), pasraman, sanggar seni.

3. Sistem Kemasyarakatan / Organisasi Sosial


Desa Pakraman Kesiman menaungi tiga Desa Dinas, diantaranya Desa Kelurahan
Kesiman, Desa Petilan Kesiman dan Desa Kertalangu yang masing – masing desa
dipimpin oleh seorang kepala desa. Desa Pakraman sebagai satu kesatuan wilayah
pakraman yang mempunyai otonomi tersendirilah, telah mampu berperan aktif dengan
baik dan tercipta koordinasi yang serasi, selarah dan harmonis dengan konsep kemitraan
dengan desa, sehingga gerak pembangunan dikembangkan senantiasa dengan mengacu
kepada konsep ‘Tri Hita Kirana”. Dimana dalam pelaksanaannya diatur dalam awig –
awig Desa Pakraman di Desa Kesiman sehingga penduduk dari tiga Desa dinas
merupakan karma Desa yang bernaung di bawah Desa Pekraman Kesiman.
Di masing – masing desa yang berada dibawah naungan Desa Pekraman Kesiman
dipimpin oleh Kepala desa dan memiliki BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Desa
Kesiman memiliki 31 Banjar yang masing – masing banjar tersebut dipimpin oleh
Kepala dusun/Kelian Banjar.
Banjar Pakraman yang menjadi wewidangan Desa Pakrama Kesiman, yaitu: (1)
Banjar Ujung; (2) Banjar Cerancam; (3) Banjar Dauh Tangluk; (4) Banjar Pabean; (5)
Banjar Dajan Tangluk; (6) Banjar Dangin Tangluk; (7) Banjar Abian Tubuh; (8) Banjar
Kebonkuri Lukluk; (9) Banjar Kebonkuri Tengah; (10) Banjar Kebonkuri Mangku; (11)
Banjar Kebonkuri Kelod; (12) Banjar Bukit Buwung; (13) Banjar Kuningan; (14) Banjar
Abian Nangka Kaja; (15) Banjar Saraswati; (16) Banjar Meranggi; (17) Banjar
Kesumajati; (18) Banjar Anyar; (19) Banjar Kedaton; (20) Banjar Abiannangka Kelod;
(21) Banjar Kehen; (22) Banjar Batan Buah; (23) Banjar Kertapura; (24) Banjar Kerta
Langu; (25) Banjar Kerta Graha; (26) Banjar Tohpati; (27) Banjar Kertajiwa; (28) Banjar
Tangguntiti; (29) Banjar Biaung; (30) Banjar Kesambi; (31) Banjar Batur Sari.

9
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Di Desa Kesiman alat transportasi yang digunakan jaman dulu adalah dokar, seiring
berkembangnya teknologi, kini dokar tidak dapat dijumpai di Desa Kesiman, selain itu
juga ada bemo atau angkutan umum yang dulunya sering lalu lalang melintasi jalanan di
Desa Kesiman namun kini sudah jarang ditemui. Dan kini masyarakat mulai
menggunakan kendaran pribadi seperti motor dan mobil.
Dari segi cara berkomunikasi, masyarakat Desa Kesiman
awalnya mulai mengenal kulkul yang digunakan untuk
mengumpulkan warga atau pun mengirim pesan. Kemudian
masyarakat kini mengenal telepon dan handphone sebagai alat
komunikasi modern.
Selain itu perkembangan teknologi juga terjadi
pada alat bajak sawah, yang awalnya menggunakan
sapi, kini masyarakat sudah menggunakan traktor
dengan mesin. Traktor mesin sangat membantu bagi
petani, karena dapat membajak sawah dengan mudah.

5. Sistem Mata Pencarian Hidup


Mata pencaharian masyarakat Desa Kesiman adalah sebagai petani, petani jagung,
buruh, pedagang, peternak. Dengan adanya objek wisata barong dan kecak yang terletak
di Desa Kesiman, sebagaian masyarakat juga bekerjaa sebagai penari dan penabuh,
maupun guide bagi tamu luar negeri. Seiring berkembangnya jaman, masyarakat di Desa
Kesiman kini banyak bekerja sebagai Pegawai Swasta, PNS, Polisi dan yang lainnya.

6. Sistem Religi/ Keagamaan


Di Desa Kesiman terdapat Pura Dalem Kahyangan yang terletak di jalan waribang
yang berdampingan dengan Pura prajapti dan setra gandamayu kesiman. Di Pura

10
Kahyangan ini distanakan sesuhunan Barong Ratu Ayu Kebonkuri. Piodalan Pura
Kahyangan kesiman ini dilaksanakan pada Rahina Anggarkasih Tambir, Kajeng Kliwon
enyitan.
Selain itu Desa Kesiman juga memilik Pura Kahayangan Tiga yaitu :
1. Pura Dalem yang terletak di jalan soka, piodalan pura Dalem desa kesiman
dilaksanakan pada wrespati sungsang (sugian jawa)
2. Pura Desa – Puseh , yang terletak di jalan sulatri, piodalan pura Desa – Puseh
dilaksanakan pada purnama setelah Galungan.
Desa Kesiman juga memiliki Pura Klan/Warga/Soroh, diantaranya: (1) Pura Pasek,
di Jalan WR. Supratman, piodalan dilaksaakan pada Anggra Kasih; (2) Pura
Pengastulan, di Jalan Sulatri; dan (3) Pura Pauman Penatih, di Jalan Sulatri yang
melaksanakan piodalan pada Umanis Galungan. Selain itu juga terdapat Pura Subak
Padanggalak, di Jalan By Pass Ngurah Rai, Pura Subak Delodsema (Jalan Waribang);
dan Pura Subak Buaji (di Jalan Sedap Malam). Juga terdapat Pura Melanting (Bagian
Bale Agung/Desa/Puseh) di Jalan WR. Supratman, yang melaksanakan piodalan pada
Umanis Galungan/Purnama setelah Galungan. Pura lainnya yang juga terdapat di Desa
Pakraman Kesiman yaitu Pura Taman Musen di Jalan WR. Supratman. Piodalan di Pura
ini dilaksakan pada Purnama Kapat.
7. Kesenian/Tradisi
Kesenian yang terdapat di Desa Kesiman adalah
Ngerebong. Upacara Pengerebongan diaksanakan
oleh penduduk Desa Kesiman setiap 210 hari yakni
pada hari Minggu wuku Medangsia ( Redite
Medangsia) atau tepatnya seminggu setelah Hari
Raya Kuningan yang dimulai dari Pangebekan pada
Umanis Galungan (Kamis Umanis Wuku Dungulan)
yang identik dengan Ngusabha Desa, Pamagpagan
pada Paing Kuningan (Senin Paing Wuku Langkir)
yang identik dengan Ngusabha Nini, dan Ngarebong
pada Redite Pon Medangsia (Minggu Pon Wuku

11
Medangsia) yang identik dengan Ngusabha Dalem, Pengerebongan dilaksanakan di Pura
Agung Petilan atau yang lebih dikenal dengan Pura Pengerebongan.
Upacara Pengerebongan merupakan ritual yang diwariskan oleh puri Agung
Kesiman, dan apabila dilihat dari segi kata, Pengerebongan sendiri berasal dari kata
“Rebu” yang dalam bahasa kawi berarti pesta yang bertujuan untuk menghibur atau
membesarkan hari seseorang. Kata ini mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi
“Pengerebuan”. Perlahan kata ini berubah menjadi Pengerebong hingga akhirnya
menjadi Pengerebongan.
Upacara Pengerebongan
merupakan upacara bhuta yadnya yang
biasanya dilaksanakan dengan
pelaksanaan upacara tabuh rah, dengan
tiga pasang adu ayam, tujuannya untuk
menetralisir kekuatan negatif agar
menjadi kekkatan positif, sehingga
prosesi upacara berjalan lancar. Acara dilanjutkan dengan hadirnya manca dan prasanak
pangerob Pura Petilan dengan pelawatan Barong dan Rangda yang diusung ke Pura
Petilan untk mengikuti upacara Pengerebongan, sebelumnya terlebih dahulu
dilaksanakan upacara di Pura Musen yang terletak di timr Pura Petilan dipinggir Sungai
Ayung, setelah kembali dari proses penyucian, barulah upacara Pengerebongan dimulai.
Upacara Pengerebongan diawali dengan
Upacara Nyanjan dan Nuwur Ida Bhattara,
tujannya menghadirkan kekuatan suci Ida
Bhatara/Bhatari. Setalah pelawatan rangda
dan barong serta para pepatih mengalami
kerauhan, kemudian diarahkan ke kori agung

kemudian mengellilingi wantilan sebanyak


tiga kali yang disebut dengan napak tilas.
Dalam suasana keruhan para peptih maupun
pelawatan rangda, melakukan ngurek atau
menusukan keris ke bagian tubuh, tanpa rasa
12
sakit/ terluka sembari berteriak, bahkan ada yang menancapkan keris tajam di mata,
kedua kening dan lainnya. Setelah prosesi tersebut, pepatih yang kerauhan kembali ke
gedong agung dengan Upacara Pengeluwur, serta para pepatih yang kerauhan tadi
disadarkan dengan memercikan tirta oleh para jro mangku.

Upacara berlanjut dengan


Upacara Maider Bhuwana, yaitu
para Ida Bhatara/Bhatari kembali
mengelilingi wantilan berupa
Pradaksina. Dalam upacara ini
pepatih maupun umat kembali
mengalami kerauhan. Upacara ini
dilakukan sebanyak tiga kali putaran
yang bertujuan mengantarkan beliau
dari alam bhur loka, menuju bwah loka dan terakhir swah loka tempat para dewa
berstana.
Selain dari prosesi upacaranya yang
seni dan unik, yang menarik dari
upacara pengerebongan yaitu dengan
adanya penjor – penjor yang menghiasi
Pura dari sepanjang jalan WR.
Supratman hingga jalan Noja dan jalan
Sulatri. Penjor – penjor ini merupakan
karya dari sekaa teruna teruni masing –
masing banjar yang ada di Desa
Kesiman. Penjor – penjor ini memiliki
ukuran yang besar ±5 kali lebih besar
dari penjor biasa. Penjor ini dibuat sekretif mungkin, dan dilombakan

13
3.3 Tujuan Wisata di Desa Pekraman Kesiman
Desa Kesiman merupakan salah satu tujuan pariwisata yang sering dikunjungi oleh
wisatawan mancanegara maupun wisatawan dalam negeri. Beberapa objek wisata yang
dapat dijadikan tujuan wisata yaitu :
1. Gong Perdamaian Kertalangu

Gong Perdamaian Kertalangu terletak di Jalan By Pass Ngurah Rai 88X, Desa
Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali, Indonesia.
Gong Perdamaian ini digunakan untuk mengenang jasa-jasa para tokoh “pemburu”
kedamaian (anti kekerasan) dan perdamaian yang mereka perjuangkan tetap
terpelihara maka dibuatlah Gong Perdamaian Dunia. Dengan adanya Gong
Perdamaian Dunia, diharapkan mampu menyadarkan umat manusai bahwa
perdamaian dan kebersamaan itu sangat penting tanpa membedakan ras, suku,
bangsa, idiologi, ataupun sekat-sekat pemisah lainya.
Gong Perdamaian Dunia ini dibuat pada akhir tahun 2002 oleh Djuyoto Suntani
sebagai presiden komite perdamaian dunia, Gde Sumarjaya Linggih sebagai anggota
DPR-RI, dan beberapa tokoh nasional lain seperti Esy Darmadi, Lius Sungkharisma,
dan lain-lain. Gong Perdamaian Dunia ini ditabuh untuk pertama kalinya oleh
Presiden RI Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden RI Hamzah Haz tepat pada
pukul 00.00 WITA tanggal 31 Desember 2002 di Bali.
Sekarang gong itu diletakan di Taman Shanti Buana dan menjadi monumen yang
bernama Monumen Gong Perdamaian Dunia. Di monumen ini juga terdapat patung
tokoh-tokoh dunia yang telah berjasa memperjuangkan perdamaian dunia, seperti
Soekarno, Mikhail Gorbachev, Willy Brandt, Mother Teresa of Calcutta, Marti
Ahtisaari, Kofi Annan, dan Barrack Obama. Taman Shanti Buana ini berada di
tengah-tengah Desa Budaya Kertalangu. Tidak jauh dari monumen ini terdapat areal

14
persawahan yang luas dan hijau. Di sini juga terdapat area jogging track yang
panjangnya mencapai 4 km yang melewati area persawahan. Banyak wisatawan
yang datang berkunjung ke monumen ini sambil menikmati suasana alam desa ini
bersama keluarga dan teman. Tempat ini sekarang menjadi tempat wisata yang
menarik dan layak untuk dikunjungi.
2. Barong & Keris Dance

Barong & Keris Dance terletak di jalan waribang, yang berdampingan dengan
Pura Kahyangan desa adat kesiman ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan yang
ingin menyaksikan tarian barong.
Tarian Barong dan Kris
adalah salah satu drama tari
paling ikonis di pulau Bali,
setara dengan Legong dan
Kecak. Acara dikelola secara
lokal; tarian-tarian dilakukan
oleh penduduk desa, dan
gamelan langsung menyertai
sepanjang pertunjukan. Kisah klasik abad ke-12 tentang kebaikan melawan
kejahatan, Calon Arang, menjadi latar belakang tarian Barong dan Kris. Barong,
arwah yang baik hati dalam bentuk binatang harus melindungi kerajaan dari murka
15
janda dan ratu penyihir, Rangda. Dua penari pria melakukan gerakan kostum Barong
yang penuh hiasan, sangat mirip dengan tarian singa Cina, sementara mendukung
penari yang menggambarkan monyet, pendeta dan pria desa.
3. Uma Dewi Kecak & Sanghyang Dance

Uma Dewi Kecak &Sanghyang Dance juga terletak di jalan Waribang ini jga
menjadi daya Tarik wisatawan di Desa Kesiman. Bedanya dengan Barong & keris
dance adalah dari segi Drama Tari yang disajikan. Di Uma dewi ini ditampilkan tari
kecak dan Sanghyang yang mengambil lakon cerita dari drama Tari Ramayana.
Tari kecak merupakan suatu seni musik yang di hasilkan dari perpaduan suara
yang biasa mengiringi tarian Sang Hyang dan pementasannya di Pura. Adapun yang
menjadi lakonnya adalah mengambil bagian dari cerita ramayana yang di
dramatarikan sebagai pengganti dari tarian sahyang dengan tujuan agar tarian ini
dapat dipentaskan di depan khalayak ramai.
Berdasarkan cerita yang berkembang
di masyarakat dan kalangan seniman,
Tari Kecak sendiri mulai populer di
mancanegara sejak tahun 1970an ketika
Wayan Limbak berkeliling dunia untuk
mempromosikan tari ini. Nama kecak
adalah sebuah nama yang diambil dari
suara yang keluar dari iringan tari

16
tersebut yang berdendang "Cak " yang didendangkan secara terus menerus, dimana
suara "cak" ini memiliki arti yang sangat signifikan di dalam pementasan tarian ini.
Mayoritas pemain tari kecak adalah laki-laki yang jumlahnya bisa mencapai
puluhan. Meskipun gerakan yang dilakukan oleh para penari tergolong sangat
sederhana, namun pembawaan para penari yang berjumlah cukup banyak mulai dari
puluhan hingga ribuan orang membuat gerakan yang dimainkan tergolong sangat
unik dan menarik.
Dalam tarian yang berawal dari upacara Sang Hyang ini juga terdapat kisah dan
cerita yang tersirat dari awal hingga akhir pertunjukan. Cerita pewayangan yang
diangkat dalam sebuah gerakan tari merupakan inovasi baru dalam usaha
melestarikan kebudayaan Hindu khususnya dalam kisah Ramayana.
4. Tukad Bindu
Tukad Bindu di kawasan Jalan
Turi, Denpasar Timur, tepatnya di Banjar
Ujung, Desa Kesiman, Kecamatan Denpasar
Timur, sejak awal tahun 2018 menjadi salah
satu taman rekreasi alternatif di Kota Denpasar.
Sebelum menjadi taman rekreasi yang
dilengkapi dengan arena bermain untuk
anak, nasib Tukad Bindu hampir sama dengan
Tukad di Denpasar pada umumnya, yakni
tukad (sungai) yang kotor dan penuh sampah.
Pada awal dilakukan penataan,
Gung Nik atau I Gusti Rai Ari
temaja (Pelopor dan Penggagas
Taman Rekreasi Tukad Bindu Kota
Denpasar) mengatakan pihaknya
mengalami banyak kesulitan.
Bukan hanya dalam proses
membersihkan sampah di Tukad Bindu ini, namun juga dalam hal mengubah pola
pikir masyarakat yang ada di bantaran Tukad Bindu. Tak disanggah Gung Nik, pola

17
hidup masyarakat di sekitar bantaran Tukad Bindu masih menggunakan tukad
sebagai tempat pembuangan sampah. "Kami cukup kesulitan dalam mengendalikan
jumlah sampah, karena ini berkaitan dengan pola hidup dan mindset masyarakat,"
lanjutnya. Setelah proses pembersihan dilakukan secara terus menerus dan
menerapkan sanksi yang tegas kepada masyarakat yang membuang sampah di Tukad
Bindu diberlakukan, akhirnya usaha yang dilakukan sejak tahun 2011 lalu, lanjut
Gung Nik, membuahkan hasil.
Sejak awal tahun 2018, Tukad Bindu sudah berubah wujud menjadi tukad yang
bebas sampah dan dilengkapi dengan taman rekreasi yang rindang. Untuk yang hobi
berfoto, ada beberapa spot foto yang dapat dijadikan spot selfie, diantaranya ada
jembatan yang diapit rangkaian bambu menjulang tinggi, ada juga spot foto berlatar
belakang akar tanaman yang merambat di dinding bantaran Tukad Bindu.

18
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Desa Pekraman Kesiman terletak di wilayah Denpasar Timur, yang terdiri dari tiga desa
yaitu Kelurahan Kesiman, Desa Kesiman Petilan, dan Kesiman Kertalangu. Desa Pekraman
Kesiman juga termasuk di dalam Kota Administratif Denpasar. Desa Kesiman memiliki 7
unsur kebudayaan yaitu
1. Bahasa yang digunakan adalah bahasa bali dengan pengaruh dari berbagai daerah seperti
gianyar.
2. Sistem Pengetahuan berdasarkan peraturan desa dilaksanakan dengan pendidikan secara
formal, maupun nonformal melalui PAUD, sangar seni, dan lembaga pendidik lainnya.
3. Sistem kemasyarakatan Desa Pakraman Kesiman menaungi tiga Desa Dinas,
diantaranya Desa Kelurahan Kesiman, Desa Petilan Kesiman dan Desa Kertalangu yang
masing – masing desa dipimpin oleh seorang kepala desa, dan memiliki BPD dan 31
Banjar yang masing- masing dipimpin oleh kepala dusun/ kelian banjar
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi yang sudah berkembang dari masa kemasa, seperti
dari dokar, bemo menjadi transportasi pribadi.
5. Sistem mata pencarian, sebagian besar masyarakat bertani dan berladang jagung, ada
juga yang bermata pencaharian disektor perdagangan, buruh, peternakan dan pariwisata.
6. Sistem religi/keagamaan sebagian besar menganut hindu dengan berdirinya Pura-Pura
diwilayah Desa Kesiman, seperti Pura Kahyangan, desa-puseh, dalem, dan lainnya.
7. Kesenian/tradisi yang terdapat di Desa Kesiman adalah tradisi ngerbong yang dilakukan
di Pura Agung Petilan
4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para pembaca
mengenai Desa Pekraman Kesiman. Kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran
para pembaca untuk kebaikan makalah kami.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Monumen Gong Perdamaian Bali”. Tersedia pada http://obyekwisataterlengkap.


blogspot.com/2016/11/monumen-gong-perdamaian-bali-tempat.html. Diakses pada 28
Mei 2019
Anonim. Ragam Bio Linguistik terhadap Pergeseran Bahasa Bali di Denpasar. Tersedia
pada https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian1dir/0a00e09db0e79e981261
c066a50b2fe3.pdf. Diakses pada 24 Mei 2019.
Ida Yuni Astuti, Ni Putu. 2016. Tradisi Ngerebong di Desa Pakraman Petilan Kesiman,
Denpasar Timur, Bali (Latar Belakang, Sejarah, Pelaksana Sistem Ritual dan Aspek-
Aspek Ritual Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di SMA. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Sejarah : Universitas Pendidikan Ganesha.
Siany L, Atiek Catur B. 2009. Khasanah Antropologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

20

Anda mungkin juga menyukai