SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Dalam Program
Studi kesejahteraan sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cendrawasih
Disusun Oleh:
NIM : 20140311034018
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : program panti asuhan terhadap anak terlantar di panti asuhan pelangi abepura
Jayapura, 2020
Telah diperiksa dan distujui oleh:
Mengetahui
Universitas Cenderawasih
Judul : Program panti asuhan terhadap anak terlantar di panti asuhan pelangi abepura
kota jayapura provinsi papua.
Identitas Penulis:
NIM : 20140311034018
Jurusan : sosiologi
Pada:
Hari/Tanggal :
Jam :
Tempat :
1. Ketua 1
2. Sekertaris 2
3. Anggota 3
4. Anggota 4
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meninjau latar belakang keputusan kepala panti asuhan
mengeluarkan atau menetapkan program panti asuhan terhadap anak terlantar di panti asuhan
pelangi abepura. Penulis mengumpulkan data menggunakan teknik pengumpulan data-data
secara langsung dan data-data tersebut dianalisa menggunakan teknik kuantitatif. Penulis menilai
program yang di tetapkan oleh panti asuhan sudah memuaskan dan memenuhi kebutuhan anak
terlantar yang berada dalam panti asuhan pelangi sesuai pasal dalam undang-undang
perlindungan anak. Dan program panti asuhan sudah berjalan dengan baik dan di tambah bantuan
pemerintahan. Panti asuhan ini salah satu panti asuhan yang konsinten dan tanggung jawab
dalam menjalankan program dengan sebaik-baiknya sebagai lembaga sumber daya manusia
(SDM).
Kata Kunci : program panti asuhan terhadap anak di panti asuhan pelangi
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, penulis hendak menaikkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus,
sebab usaha penulis tanpa kehendak dan penyertaan-Nya adalah sia-sia. Seperti halnya pejuang
tugas akhir yang lain, mengerjakan skripsi merupakan sebuah kerja sama tim. Dan untuk itu
penulis hendak menyampaikan rasa terima kasih kepada orang-orang baik yang telah membantu
penulis secara langsung maupun tidak dalam menyelesaikan skripsi ini. Orang-orang baik itu
adalah : bapa Daniel dan mama Rita , kedua orang tua yang selalu ada untuk penulis; Bpk. Feri
sitorus dan Bpk Alfred Padwa atas kesabaran mereka sebagai dosen pembimbing; Keluarga besar
Rumsowek dan Lasol yang tercinta; kerabat dan rekan yang terlalu banyak untuk disebutkan
satu persatu, atas dukungan moril dan materil yang diberikan pada penulis.
Kesempurnaan hanya milik Tuhan, untuk itu penulis mohon maaf atas kekurangan yang
ditemukan dalam skripsi ini. Penulis terbuka bagi setiap kritik dan saran sebab semua itu akan
membuat skripsi ini menjadi lebih baik. Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Jayapura, 2020
Penulis,
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………iii
ABSTRAK…………………………………………………………………………………iv
ABSTRACT……………………………………………………………………………….v
PENDAHULUAN
Panti asuhan pelangi ini membantu keluarga yang memiliki kekurangan,seperti beberapa
remaja panti asuhan pelangi ini yang harus tinggal didalam panti asuhan karena faktor ekonomi
keluarganya yang kurang mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,kemudian anak yatim
piatu, anak yang mengalami korban penceraian oleh kedua orang tuanya yang mengakibatkan
berdampak pada masa depan anak,dengan permasalahan tersebut panti asuhan adalah tempat
bagi remaja yang mengalami permasalahan tersebut,nantinya didalam panti asuhan remaja akan
di bimbing dan didik oleh pengasuh agar kehidupan mereka mendapatkan hak yang sama,seperti
dapat meresakan bagaiamana bersekolah dan memiliki keluarga,pada kenyataannya tidak semua
anak dapat tinggal bersama keluarganya dan dapat merasakan cinta dan kasih sayang,terutama
orang tuanya.
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga
karena dalam dirinya melekat harkat,martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus
dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NKRI 1945) dan Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan
bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas
perlindungandari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
1 Anak sebenarnya merupakan harta yang tak ternilai harganya baik dilihat dari perspektif sosial,
budaya, ekonomi, politik, hukum maupun perspektif keberlanjutan sebuah generasi keluarga,
suku dan bangsa. Dilihat dari sosial sebagai kehormatan harkat martabat keluarga tergantung
pada sikap dan perilaku anak untuk berprestasi, dari budaya anak merupakan harta dan kekayaan
yang harus dijaga dan sekaligus merupakan lambing kesuburan sebuah keluarga, dari politik
anak merupakan penerus suku dan bangsa, dari ekonomi ada anggapan bahwa banyak anak
banyak rejeki, dan dari segi hukum, anak mempunyai posisi dan kedudukan strategis di depan
hukum, tidak saja sebagai penerus dan ahli waris keluarga tetapi juga sebagai bagian dari subyek
hukum dengan segala hak dan kewajiban yang mendapat jaminan hukum. Anak terlantar identik
dengan kemiskinan sehingga bertambahnya populasi mereka dapat menjadi indikator
bertambahnya keluarga miskin. Kemiskinan memunculkan gelandangan
dan pengemis (gepeng), mereka menjadikan tempat apapun sebagai arena hidup termasuk pasar,
kolong jembatan, trotoar ataupun ruangter buka yang ada. Penanganan anak, seperti anak
terlantar sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ada yang
memelihara untuk dijadikan sebagai pengemis jalanan, ada yang memelihara untuk disodomi dan
tragisnya ada yang memutilasinya. Sementara anak terlantar juga berhak untuk hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara wajar, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Negara menjamin hak dan
kewajiban warga negaranya, sesuai dengan UUD NKRI 1945, yaitu dalam Pasal 34 ayat (1).
berbunyi,’’Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara’’. Dalam hal ini jelas,
negara sebagai pengayom dan pelindung serta harus bertanggung jawab langsung dalam
penanganan dan pembinaan terhadap anak-anak terlantar. Pasal ini pada dasarnya merupakan hak
konstitusional bagi seluruh warga miskin dan anak-anak yang terlantar di seluruh bumi Indonesia
sebagai subyek hak asasi yang seharusnya dijamin pemenuhannya oleh Negara. Indonesia sudah
memiliki sederet aturanuntuk melindungi, mensejahterakan dan memenuhi hak-hak anak.
Misalnya saja jauh sebelum Ratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) tahun 1990, Indonesia telah
mengesahkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. Seharusnya
sudah dapat menjadi rujukan dalam pengambilan kebijakan terhadap perlindungan anak, namun
harapan hanya tinggal harapan, kondisi anak-anak di Indonesia masih saja mengalami berbagai
masalah. Sampai akhirnya Indonesia meratifikasi Konvensi International Mengenai Hak Anak
(Convention on the Raight of the Child), Konvensi yang diratifikasi melalui Keputusan Presiden
No. 36 Tahun 1990 ternyata belum mampu mengangkat keterpurukan situasi anak-anak
Indonesia. Kemudian setelah Ratifikasi KHA Indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak. Pasal 2 Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
tersebut jelas menunjukkan bahwa prinsip-prinsip dasar perlindungan untuk anak yang terdapat
di dalam konvensi hak-hak anak, yaitu prinsip non diskriminasi, prinsip kepentingan yang
terbaik bagi anak, prinsip hak hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan, harus dijadikan
dasar atau landasan penyelenggaraan perlindungan anak.
Hal ini berarti bahwa peraturan perundang-undangan sebagai bagian dari penyelenggaraan
perlindungan anak harus berlandaskan pada prinsip-prinsip yang terdapat di dalam konvensi hak-
hak anak.( Imam Sukadi, Tanggung Jawab Negara terhadap Anak Terlantar hal 119) Ada
konstruksi hukum tertentu jika konvensi hak-hak anak, Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
1990, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 dihubungkan. Pertama, Keputusan Presiden
Nomor 36 Tahun 1990 meratifikasi konvensi hak-hak anak. Kedua, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 menunjuk langsung prinsip-prinsip yang ada di dalam konvensi hak-hak anak
sebagai landasan atau dasar penyelengaraan perlindungan anak. Hal yang dapat ditegaskan dari
konstruksi tersebut adalah bahwa secara tekstual prinsip-prinsip yang terdapat di dalam konvensi
Hak-hak Anak dalam penyelengaraan perlindungan anak yaitu prinsip non diskriminasi, prinsip
kepentingan yang terbaik bagi anak, prinsip hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan
perkembangan, serta prinsip penghargaan terhadap pendapat anak,di tambah prinsip
perlindungan aktif, harus menjadi landasan atau dasar bagi peraturan perundang-undangan dalam
penyelenggaraan perlindungan anak. Masalah keterlantaran yang dialami oleh bayi dan anak-
anak semakin meningkat. Keterlambatan terjadi karena kelalaian dan atau ketidakmampuan
orang tua dan atau keluarga melaksanakan kewajibannya, sehingga kebutuhan jasmaniah,
rohaniah maupun sosial mereka tidak terpenuhi secara wajar. Masalah keterlantaran semakin
nampak dalam situasi terbatasnya/minimnya ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh
keluarga dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan sosial. Padahal, upaya perlindungan
anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pusdatin Kementerian Sosial RI mencatat, dari tahun ke
tahun, jumlah anak dengan berbagai permasalahannya semakin meningkat. Tahun 2008 tercatat
sebanyak 2.250.152 anak terlantar, anak yang berhadapan dengan hukum sebanyak 189.075,
anak dengan kecacatan sebanyak 295.763 anak korban kekerasan sebanyak 182.406 jiwa, anak
yang bekerja sebanyak 5.201.1452 jiwa yang bekerja rata berusia 10-18 tahun. anak jalanan
sebanyak 231.894 jiwa. Pada tahun 2009, jumlah anak terlantar tersebut berdasarkan data yang
ada sebanyak 3.488.309, Balita Terlantar sebanyak 1.178.824, Anak Rawan Terlantar sebanyak
10.322.674, sementara Anak Nakal sebanyak 193.155 anak dan Anak Cacat sebanyak 367.520
anak. Berbeda pada tahun 2010 ini, sampai bulan Juli, data anak terlantar menurut Kemsos sudah
mencapai 5,4 juta jiwa, ini terdiri dari jumlah anak terlantar sebanyak 3.939.400 Jiwa dan Balita
Terlantar sebanyak 1.467.000 Jiwa. Peningkatan jumlah anak terlantar yang fantastik ini tak
sepadan dengan klaim pemerintah tentang menurunnya tingkat kemiskinan di Indonesia. Tahun
2009 lalu, pemerintah mengklaim telah berhasil menurunkan angka kemiskinan hingga level
14,15%, bahkan berani memprediksi angka ini turun menjadi 13,5% ditahun 2010. Logikanya,
jika tingkat kemiskinan benar menurun, berarti tingkat kesejahteraan masyarakat seharusnya
meningkat. Sementara, tak bisa dipungkiri jika problem anak terlantar justru menjadi potret atau
cerminan bagi realitas masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah. Itulah kenapa
Kementerian Sosial sendiri mengkatagorikan anak terlantar ke dalam kelompok penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Pertanyaannya, jika klaim pemerintah soal menurunnya
tingkat kemiskinan yang berarti meningkatnya tingkat kesejahteraan itu benar, lantas siapa yang
menikmatinya? Atau, jangan-jangan hitungannya memang salah ? Banyak Anak yang
diterlantarkan oleh orangtua disebabkan oleh berbagai alasan, terutama masalah kemiskinan dan
kurangnya tanggung jawab orang tua terhadap pola pengasuhan dan perawatan anak,
kecenderungan orang tua melepaskan tanggung jawab pengasuhan atas anak mereka ketika
beban ekonomi.
TINJAUAN PUSTAKA
Program adalah daftar terinci mengenai acara dan usaha yang akan dilaksanakan.
Saifuddin Anshari
Program adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode skema,
ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan
komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus,
termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi tersebut. Sunarto, S.Kom
Program adalah susunan daftar kegiatan yang dirancang untuk di laksanakan dalam satu
periode kepengurusan. Program kerja ini akan menjadi tolak ukur pencapaian kinerja
kepengurusan. Adapun pertanggung jawaban program kerja biasanya dilakukan pada masa akhir
kepengurusan dengan format laporan pertanggung jawaban kepada seluruh anggota institusi.
Program kerja disebut juga Agenda Kegiatan.Yaitu suatu rencana kegiatan organisasi yang
dibuat untuk jangka waktu tertentu yang disepakati oleh pengurus organisasi.
Program kerja harus dibuat secara terarah, sebab program kerja sebagai pegangan dalam
menuju organisasi. Program Kerja sebagai panduan atau pegangan organisasi untuk mencapai
visi, misi serta tujuan organisasi.
2.1.2 Tujuan program
Dengan program kerja yang baik maka dapat membantu setiap anggota pada organisasi
bekerja secara sistematis dan terstruktur, sehingga kinerja organisasi dapat meningkat.
Dengan program kerja yang telag disepakati bersama maka setiap anggota pada
organisasi akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing. Dengan
setiap anggota memiliki rasa tanggung jawab maka dapat membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya
3. Citra Baik Organisasi Semakin Baik
Pihak yang berada di luar organisasi seperti masyarakat akan melihat bahwa organisasi
tersebut bekerja secara efektif, terstruktur dan berperilaku baik dalam menjalankan tugasnya
sehingga membuat citra organisasi tersebut semakin baik.
Berbicara tentang Anak saat ini seperti tidak ada habis-habisnya, mala saya rasa
semakin menarik karena di balik itu semua terdapat fakta-fakta menarik tentang
permasalahan anak. Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari
perkawinan anatar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut
bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan
tetap dikatakan anak. Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang
merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi
pembangunan Nasional.Anak adalah asset bangsa.Masa depan bangsa dan Negara dimasa
yang akan datang berada ditangan anak sekarang.Semakin baik keperibadian anak sekarang
maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa.Begitu pula sebaliknya, Apabila
keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan
datang.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang
panjang dalam rentang kehidupan.Bagi kehidupan anak, masa kanak-kanak seringkali
dianggap tidak ada akhirnya, sehingga mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan
yaitu pengakuan dari masyarakat bahwa mreka bukan lagi anak-anak tapi orang dewasa.
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termaksud anak yang masih
dalam kandungan. Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8
(delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah
kawin. Merujuk dari Kamus Umum Bahasa Indonesia mengenai pengertian anak secara
etimologis diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun manusia yang belum
dewasa.Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan dan
atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya sehingga kebutuhan anak baik jasmani,
rohani maupun sosialnya tidak terpenuhi.
Anak terlantar adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu (karena
beberapa kemungkinan: kemiskinan, salah seorang dari orang tua/wali sakit, salah
seorang/kedua orang tua/wali pengasuh meninggal,keluarga tidak harmonis, tidak ada
pengasuh)sehingga tidak dapat terpenuhinya kebutuhan dasar dengan wajar baik jasmani,
rohani , maupun sosial. Anak Terlantar adalah anak karena suatu sebab orangtuanya
melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik
secara rohani, jasmani dan sosial yang dimaksud anak terlantar adalah anak yang tinggal
dalam keluarga miskin usia sampai dengan 18 tahun.
Masalah perlindungan anak yang dapat dicontohkan di sini adalah soal hak atas catatan
kependudukan. Anak-anak di komunitas terpencil nun jauh di sana masih banyak yang
mengalami kesulitan dalam mengakses “akte lahir”. Penyebabnya beragam, yang paling
mencolok adalah soal tradisi masyarakat yang masih enggan mencatatkan pernikahan. Catatan
pernikahan berdampak pada sulitnya akses akte lahir bagi anak. Dampak yang diperoleh anak
dengan tidak adanya akte lahir adalah tidak adanya perlindungan bagi anak tersebut. Anak
yang tidak punya akta lahir secara otomatis sulit mendapatkan jaminan sosial berupa jaminan
atas kesehatan, pendidikan dan kehidupan yang layak.
Berbagai macam eksploitasi anak sering kali muncul menjadi masalah dalam masyarakat
dan menjadi kekhawatiran orang tua. Peran keluarga muncul harus seperti apa dan bagaimana
menyelesaikan atau mencegah permasalahan yang terjadi terhadap eksploitasi anak dan
kekerasan lainnya?
Beberapa pengertian yang ditetapkan Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, Bab 1 Ketentuan umum Pasal 1 yaitu:
(1). Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan;
(2). Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi;
(3). Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami
istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam
garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga;
(4). Orang tua adalah ayah dan atau ibu kandung, atau ayah dan atau ibu tiri, atau ayah dan
atau ibu angkat
(5). Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan
dipenuhi oleh yang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara.
Anak mempunyai hak yang harus dimiliki dan mendapatkan perlindungan dari keluarga
atau orang tua dengan pemberian kasih sayang atau kebutuhan lain seperti psikis atau fisik,
sehingga anak mendapatkan kenyamanan di lingkungan keluarga.
Keluarga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani
(manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras
manusia. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak
telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat
memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (self actualization). Kondisi
keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi
para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini diperoleh apabila keluarga dapat
memerankan fungsinya secara baik. Dari penguatan peran keluarga dalam pembentukan
kepribadian anak melalui seminar dan pendampingan masalah keluarga.
2.2.5 Kebutuhan anak terlantar ( Jasmani,rohani,sosial )
Keberadaan anak jalanan berkaitan langsung dengan tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar anak yang meliputi kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Anak tidak tercukupi
kebutuhan makan, sandang, papan,pendidikan, rasa nyaman hingga tidak mampu menjalankan
fungsi sosial sebagai anak secara wajar. Oleh karenanya, anak melakukan upaya dengan cara
mereka untuk memenuhi kebutuhan dimaksud. Untuk itu, anak-anak melakukan upaya
mencari pemenuhan kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritualnya dengan turun ke jalan,
menjadi anak jalanan. Masalah yang disandang anak jalanan dapat dikategorikan ke dalam
dua kelompok masalah besar, yang meliputi masalah fisik dan psikis. Masalah fisik berkaitan
dengan ketidakterpenuhan kebutuhan dasar manusia kategori pangan, sandang, papan,
kesehatan dan pendidikan. Hal ini berkaitan langsung dengan ketidak mampuan keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan dasar dimaksud karena kemiskinan yang disandangnya. Dengan
alasan membantu mencari nafkah bagi keluarga (sebagian malah teridentifikasi sebagai
dieksploitasi oleh keluarganya) maka anak melakukan kegiatan di jalanan dari yang berupa
jualan koran, rokok, premen, hingga yang ngamen, mengelap mobil, polisi ”cepek” dan
bahkan cenderung melakukan tindak kriminal. Hasil dari kegiatan ini, sebagian dipakai untuk
membeli kebutuhan pribadi si anak sejak makan hingga kebutuhan sekunder, dan sebagian
dibawa pulang untuk keluarganya. Ditemukan bahwa terdapat anak yang membawa pulang
uang yang jumlahnya sedikit, maka anak dimaksud terkena tindak kekerasan dari orang
tuanya, baik ? sik maupun psikis. Masalah psikis, berkaitan dengan ketidak terpenuhan
kebutuhan anak dalam keluarga. Oleh karenanya, anak cenderung pergi ke luar rumah untuk
mendapatkan pemenuhan kebutuhannya melalui teman-teman seusianya.
Masalah kategori ini yang lebih mendorong anak menjadi anak jalanan kategori lebih
berat. Ditemukan dari anak kategori ini melakukan tindak yang dapat dikategorikan sebagai
melanggar norma sosial, seperti mabuk, ngelem, penyalahgunaan obat, bahkan terdapat anak
yang cenderung berperilaku seks komersial. Masalah lain yang juga ikut mewarnai masalah
anak jalanan berupa eksploitasi dari orang tua atau keluarga terdekat. Ditemui adanya anak
yang ikut ngamen dan minta-minta di jalanan bersama atau ditunggui oleh orang tuanya. Ini
seolah merupakan anak jalanan struktural. Berkaitan dengan hal dimaksud, maka perlu
dilakukan suatu langkah preventif agar tidak terjadi masalah yang lebih parah. Selain itu
tentunya diupayakan langkah rehabilitatif bagi penyandang yang telah terkena imbas dari
krisis, dan apabila mungkin diadakan langkah pemulihan agar setiap orang dapat menjalankan
peran sosialnya secara wajar. Upaya ini tentunya menjadi tanggungjawab bersama antara
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan bahkan masyarakat itu sendiri. Penelitian ini
dimaksudkan untuk memahami secara spesifik masalah anak jalanan serta berbagai faktor
yang berpengaruh. Selain itu dimaksudkan sebagai upaya mencari langkah alternatif untuk
percepatan pengentasan para penyandangnya.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim(2001) hal 6-7 dalam Drs.kuntjojo,M.pd Menurutnya,
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang didasari pada asumsi, kemudian
ditentukan variabel, dan selanjutnya dianalis dengan menggunakan metode-metode
penelitian yang valid, terutama dalam penelitian kuantitatif.
Penulis mengunakan data kuantitatif dalam penelitian ini. menurut sugiyono (2004 :
15), data kuantitatif adalah data yang terbentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan.
Penulis beranggapan bahwa pernyataan tersebut dapat berlaku sebaliknya .artinya adaa
kemungkinan untuk menjelaskan data kuantitatif ( data angka ) menjadi suatu pernyataan-
pernyataan kualitatif.
1. Sumber Data
Sumber data menurut Arikunto (2002 : 107) adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh untuk mempermudah mengidentifikasikan sum,ber data.arikunto
mengklasifikasikannya menjadi tiga dengan huruf depan P yang merupakan singkatan dari
bahasa Inggris, yaitu :
1. person (orang) : yaitu sumber data yang bisa memberikan jawaban secara lisan melalui
wawancara ataupun bisa diamati untuk dapat ditarik kesimpulan.
2. place (tempat) : yaitu sumber data yang berupa keadaan fisik/tempat dimana penelitian
ini diadakan.
3. Paper (dokumen dan kepustakan) : yaitu sumber data yang dapat memberikan
informasi berupa bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan focus penelitian.
Dalam penelitian ini sumber data yang penulis gunakan hanya berupa person dan
paper.
2. Alat Pengumpulan Informasi
Untuk kepentingan penulis karya ilmiah ini dalam pengumpulan data agar
tidak dalam pemahaman penulis mengadakan penelitian atau study keperpustakaan dan
study lapangan melalui data sekunder dan primer
1. Wawancara(interview)
Dalam pengumpulan data tentang dampak kekerasaan remaja di panti asuhan
pelangi kota jayapura., dilakukan wawancara dengan nara sumber yang relevan
yaitu Pimpinan/ kepala panti asuhan pelangi kota jayapura atau yang ada di panti
asuhan.
2. Dokumentasi
Dalam hal ini penulis mencari dan mempelajari dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan focus permasalahan yang diteliti yaitu dokumen-dokumen
kebijakan/aturan resmi yang diterapkan oleh panti asuhan pelangi abepura kota
jayapura., seperti UU, peraturan kantor panti asuhan pelangi abepura kota
jayapura.,
3. Kepustakaan
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data terhadap instrument –literatur yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas.
Caranya adalah menjalani instrument tersebut kemudian yang catat atau
mengutip pada bagian-bagian yang berkaitan erat dengan masalah yang
diteliti. Kegunaanya adalah untuk membantu penelitian agar dapat
memahami tentang masalah yang diteliti. Selain itu untuk membantu dalam
penyusunan instrument penelitian yang dimulai dari pengumpulan data,
pengolahan data dan penyajian data.
3.3 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan
penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan alat
bantu seperti pedoman wawancara atau juga dengan menggunakan taperecorder atau
juga dengan kertas yang sudah disiapkan sebelumnya.
1.1 Anak yang tinggal di panti asuhan sebahyak 31 orang . pemilihan anak
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
1.2 Pengasuh/ pendidik/ pembina di panti asuhan
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil secara
tidak langsung dari sumber data. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data
yang diperoleh melalui studi dokumentasi, buku-buku, surat kabar, makalah, arsip
dan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan pembinaan pegawai
fungsional.
1.1 penulis hanya mengamati objek yang diteliti tanpa terlibat dalam kegiatan
mereka
Variabel bebas merupakan salah satu variable yang punya pengaruh besar
terhadap variabel lainnya. Contohnya program panti asuhan . Dalam penelitian
tersebut maka yang sebagai variable bebas adalah program panti asuhan.
2. Pengertian Variabel Terikat (Variabel Dependen)
1. Populasi
Menurut Arikunto (2002) hal 108, pengertian populasi adalah objek yang
secara keseluruhan digunakan untuk penelitian. Jadi apabila ada seseorang
yang hendak meneliti semua karakteristik dan elemen dalam suatu wilayah
penelitian, tentu saja penelitian tersebut temasuk dalam penelitian populasi.
Populasi dari penelitian ini adalah semua pegawai panti asuhan pelangi
berJumlah adalah 10 orang.
2. Sampel
Arikunto (2000) hal 109 : sampel adalah sebagian atau wakil populasi yangditeliti.
Sugiyono (2001) hal 51 : sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.
Jumlah anak di panti asuhan pelangi 31 orang.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arikunto , 2002 tentang populasi dan sampel jakarta PT Rineka cipta
Edi Suharto, 22 April 2015, kekerasan terhadap anak respon pekerjaan social,kawistara,Jakarta.
Hadisuprapto, Paulus, 1996, Masalah Perlindungan Hukum Bagi Anak, PT. Gramedia
Indonesia, Jakarta.
Huraerah Abu, 2012, Kekerasan terhadap Anak, Bandung: Nuansa..
Joni, Muhammad, (1999) Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak
Anak, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Kasiram 2008 meteodologi penelitian,malang UIN-Maliki Press
Sugiyono 2001 tentang metode penelitian,bandung:CV Alfa Beta.
Wadong, Maulana Hassan, (2000) Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta
PT. Gramedia Indonesia, Jakarta.
Abdul Rachmad Budiono, Hukum Pekerja Anak, (Malang: UM Press, 2008), hal. 69-70
JURNAL
Anggraeni,ratna dewi., 2013, dampak kekerasaan anak dalam rumah tangga”, jurnal psikologi,
jurusan IKS (ilmu kesejahteraan sosial) univesitas jember(UNEJ).,Vol 1.,
Solihin,lianny., desember 2004 ,tindak kekerasan pada anak dalam keluarga.,jurnal pendidikan
penabur.,No.03,Th.III.
Evans dan Greenway 2010, Kesejehteraan psikologi., jurnal riset mahasiswa bimbingan dan
konseling, volume 4 no 3 2018
Supardi & Sadarjoen, 2006 “ kekerasaan seksual” jurnal INSAN , vol 13 no 2
Wiwid Noor Rakhmad 2016, kekerasaan terhadap anak dalam konstruksi Koran tempo, jurnal
ilmu sosial, vol 15 no 1.
Fifik Wiryani, “Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak”, Jurnal Legality, Vol. 11 No. 2
September 2003 Februari 2004, h. 288