Anda di halaman 1dari 5

Tradisi Membayar Uang Lompek Paga (Lompat Pagar)

Studi Kasus (Adat Perkawinan Lompek Paga di Nagari Padang Tarok,


Kecamatan Baso, Kabupaten Agam)

OUTLINE

Oleh :
Tia Aprilia
17058130

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berbentuk kepulauan, yang
terdiri dari beribu pulau dari Sabang sampai Merauke. Maka dari itu
terciptalah keberagaman di Indonesia baik dari segi mata pencaharian,
bahasa, suku, agama, kepercayaan, adat istiadat dan kebudayaan. Di setiap
daerah bahasa dan kebudayaan tidak ada yang sama maka dari itu
Indonesia kaya akan bahasa dan kebudayaan, hidup berdampingan dengan
tingkat toleransi yang tinggi sehingga tercipta masyarakat multikultural.
Salah satunya Suku Bangsa Minangkabau yang kaya akan tradisi,
kebudayaan, pesona alam dan yang lainnya, yang meliputi daratan
Sumatera Barat dan sebagian wilayah tetangga lainnya. Minangkabau
merujuk kepada kultur etnis dari suatu rumpun melayu yang tumbuh dan
besar karena sistem monarki serta menganut sistem adat yang dicirikan
dari garis keturunan dari ibu atau disebut matrilineal. Prinsip adat
Minangkabau tertuang dalam pernyataan “Adat Basandi Syarak, Syarak
Basandi Kitabullah” yang berarti adat berlandaskan ajaran agama Islam.
Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan sekelompok
orang atau masyarakat sejak lama dan terus menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat yang diwariskan secara turun temurun kepada setiap generasi
agar tidak luntur dan punah.
Dari sekian banyak keberagaman yang ada di Minangkabau, salah
satunya tradisi proses perkawinan yang terjadi di Nagari Padang Tarok,
Kecamatan Baso, Kabupaten Agam. Pada adat perkawinan Minangkabau
di Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam terdapat
sebuah hukum adat yang disebut hukum adat Lompek Paga. Perkawinan
merupakan ikatan lahir batin atara seorang pria dan wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut Fiony Sukmasari dalam bukunya menyebutkan ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam adat pernikahan Minangkabau
yaitu kedua calon mempelai harus beragama islam, kedua calon mempelai
tidak sedarah dan tidak berasal dari suku yang sama kecuali persukuan itu
berasal dari nagari atau luhak yang lain, kedua calon mempelai dapat
saling menghormati dan menghargai orang tua dan keluarga dari kedua
belah pihak, calon Marapulai (Suami) sudah memiliki sumber penghasilan
sendiri untuk memenuhi betutuhan keluarganya. Jika Memang kedua belah
pihak sudah setuju dan berniat untuk membawa hubungan kearah yang
lebih lanjut atas restu dan persetujuan orang tua kedua belah pihak yaitu
pernikahan maka Mamak dari pihak perempuan akan meminang calon
suami.
Dalam hal peminangan dan seluruh urusan perkawinan dari awal
sampai selesai itu seluruhnya ditanggung oleh pihak perempuan.
Meminang itu disyariatkan dalam suatu perkawinan yang waktu
pelaksanaannya dilakukan sebelum berlangsungnya akad nikah. Sebelum
tahap peminangan dikenal dulu tahapan Maresek (Meraba) tahapan ini bisa
juga dikatakan tahapan mengenal, tahapan ini dilakukan oleh pihak
perempuan. Maresek dilakukan untuk mengenalkan pihak laki-laki dengan
pihak perempuan sebelum berlanjut ketahap selanjutnya yaitu peminangan.
Pada tahap peminangan pihak perempuan mendatangi pihak laki-laki
dengan membawa Tando (Tanda), ini dimaksudkan sebagai tanda
peminangan dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki, Tando biasanya
berupa cincin ataupun kain. Barulah jelang beberapa hari tahapan
selanjutnya dilaksanakan yaitu perkawinan.
Dari tahapan adat pernikahan yang dilakukan diatas terdapat
perkawinan yang dilarang menurut adat yaitu perkawinan Lompek Paga.
Perkawinan Lompek Paga merupakan perkawinan yang dilakukan antara
laki-laki dan perempuan yang berbeda daerah atau tidak sewilayah,
perkawinan ini terjadi karena kesepakatan keduabelah pihak atas dasar
suka sama suka sehingga sulit dipisahkan. Dan jika perkawinan itu terjadi
maka akan dikenakan sanksi bagi yang melanggar, tapi dari hal ini tidak
sedikit yang melakukan perkawinan Lompek Paga. Dan perkawinan itu
akan diterima nagari apabila pihak yang melanggar sudah membayar
sanksi kenagari. Peraturan adat ini di buat supaya anak nagari tidak hilang
dan garis keturunan tidak punah, pernikahan ideal itu adalah perkawinan
yang terjadi disatu wilayah.
Permasalahan ini merupakan proses pernikahan yang tidak umum,
hanya terjadi di beberapa daerah saja, oleh karena itu peneliti tertarik dan
merasa perlu mengangkat kedalam suatu permasalahan dengan judul
“Tradisi Membayar Uang Lompek Paga (Lompat Pagar) Studi kasus
(Adat Pernikahan Lompek Paga di Nagari Padang Tarok, Kecamatan
Baso, Kabupaten Agam)”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah


Dari masalah yang sudah di jabarkan diatas maka penulis
membatasi penelitian ini dengan titik fokus penelitian ini adalah Tradisi
Membayar Uang Lompek Paga (Lompek Pagar) Studi Kasus pada Adat
Perkawinan Lompek Paga di Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso,
Kabupaten Agam. Sehingga memunculkan sebuah pertanyaan “Bagaimana
tradisi pernikahan Lompek Paga dan sanksi yang akan diterima seseorang
jika terjadi pernikahan Lompek Paga di Nagari Padang Tarok, Kecamatan
Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat?” sehingga membayar uang
sanksi pada pernikahan Lompek Paga wajib dilakukan dalam hukum adat
jika terjadi pernikahan Lompek Paga.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini
dilaksanakan adalah:
1. Untuk mengetahui proses pernikahan Lompek Paga di Nagari Padang
Tarok.
2. Untuk mengetahui apa bentuk sanksi yang diterima jika terjadi
pernikahan Lompek Paga.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
mengenai proses pernikahan Lompek Paga di Nagari Padang Tarok
dari perspektif antropologi. Selain itu hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah serta
pengetahuan terkait proses pernikahan Lompek Paga di Nagari Padang
Tarok. Terlebih lagi mampu memberikan kontribusi bagi ilmu sosial
dan masyarakat yang melakukan penelitian dengan topik yang sama.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat memberikan suatu manfaat dikalangan
mahasiswa agar lebih dapat berpikir kritis dan mampu menghadapi
berbagai arus informasi di tengah perkembangan zaman dan
globalisasi kebudayaan dan adat istiadat serta masyarakat terutama
mahasiswa mengkaji dan memahami lebih jauh terkait tradisi
pernikahan Lompek Paga.

Anda mungkin juga menyukai