Muslim Ilyas
Kata Sambutan
Setelah 38 tahun yang lalu Sdr. Drs. Muslim Ilyas menulis tentang
kepahlawanan Bapak Wali Kota Padang, Bagindo Aziz Chan, tahun 2005
ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Bibliografi
KOTA PADANG, 20 JULI 1947.
Sejak jam 24.00 malam , suasana dalam kota Padang menyeram dan
menakutkan. Semua laki-laki dan anak kecil ditangkap NICA. Mereka
dikumpulkan di rumah Wali Kota, di jalan Belakang Olo. Kemudian
mereka ditumpukkan di Kompleks Tangsi Muara. Kecuali orang-orang
Nica dan kaki tangannya, tinggal lagi orang-orang perempuan dan anak-
anak diburu kecemasan setiap saat. Rumah-rumah penduduk dalam
keadan tertutup dan terkunci.
Secara paksa Belanda berusaha melenyapkan Pemerintah RI di
Kota Padang. Kepala Polisi dan Sekretaris Wali Kota, dua pimpinan resmi
Pemerintah RI di kota Padang ditangkap Belanda. Tragisnya,
penangkapan-penangkapan itu justru dilakukan ketika pada saat seluruh
kota dalam keadaan berkabung. Seorang pemimpin rakyat yang dicintai,
pucuk pimpinan RI dalam kota dan Ketua Pelaksana Hasil-hasil Putusan
Bersama Pemerintah RI –Belanda, sehubungan dengan Perjanjian
Linggarjati. Dengan darah dagingnya, ia berusaha menegakkan wibawa
dan kekuasan Pemerintah RI. , dan ia gugur dengan berlumuran darah
sore, hari Sabtu, 19 Juli 1947. Tokoh itu ialah Wali Kota Bagindo Aziz
Chan.
Beratus-ratus penduduk dan rekan seperjuangannya datang melayat
jenazah almarhum di rumah kediamannya di Belakang Olo, di rumah Dr.
Akmam. Pada saat itu pula serdadu Belanda menangkap semua laki-laki
dan memasukkan mereka di Tangsi Muara.
Hari sudah sore. Setelah melalui prosedur yang berbelit-belit dan
perdebatan yang alot dengan pihak Belanda, masalah Bagindo Aziz Chan
baru selesai sore hari.
Jenazah Bagindo Aziz Chan dapat dibawa dengan mobil ke Stasiun
Kereta Api Padang, untuk dimakamkan di Bukittinggi. Masalahnya, ialah
Belanda enggan melepaskan mayat itu di luar Kota Padang. Perjalanan
kereta api yang membawa jenazah itu tertahan lagi di Tabing. Belanda
menggeledah dan melakukan pemeriksaan lagi, sehingga perjalanan
membawa jenazah itu terlambat, jauh lama dari waktu yang semestinya.
Di sepanjang jalan yang dilalui rombongan jenazah, penduduk
berdesak-desak sambil menyampaikan penghormatan terakhir pada Wali
Kota, almarhum Bagindo Aziz Chan. Berita kematian yang mengejutkan
itu meluas dengan cepatnya di Sumatera Barat. Rakyat Sumatera Barat
berkabung.
Ketika rombongan jenazah sampai di pasar Usang, hari sudah malam.
Dari sini jenazah dipindahkan ke atas truk agar lebih cepat sampai di
Bukittinggi.