Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Atas rahmat dan karunia dari Allah S.W.T, dan kemauan yang keras di sertai bantuan dari

berbagai pihak maka dapatlah di susun Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul: “Peristiwa Simpang

Kandih atau Simpang Tinju di Kota Padang” sebagai pemahaman terhadap sejarah yang ada di

berbagai daerah khususnya Kota Padang.

Dan tak lupa penulis hanturkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada guru

pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis.

Sudah tentu hasil Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk, itu penulis sangat

memohon saran yang sifatnya konstruktif untuk kesempurnaannya. Semoga apa yang dipaparkan

dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas pendidikan pada khususnya. Dan dengan

segala kritikan yang bertujuan untuk membangun dari makalah ini penulis tetap sambut dengan

hati yang ikhlas. Mudah-mudahan Allah S.W.T tetap memberkati kita semua, amin.

Padang, 22 Juni 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..1

C. Manfaat dan tujuan………………………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hal yang MenyebabkanBangsa Inggris dan Belanda Masuk ke Kota Padang ……………...2

B. Latar Belakang Peristiwa Simpang Kandih…………………………………………………...3

C. Hubungan Peristiwa Simpang Kandih dengan Peristiwa Harimau Sumatera……………….5

D. Dampak Peristiwa Simpang Kandih…………………………………………………………..6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………….6

B. Saran……...…………………………………………………………………………………6

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara maritim yang terletak di garis khatulistiwa. Hal ini
membuat Negara Indonesia kaya akan sumber daya alam seperti rempah-rempah. Berbeda
dengan Negara lain yang hanya memilki sumber daya manusia. Sehingga dengan keterbatasan
sumber daya alam maka timbul keinginan untuk memiliki sumber daya alam tersebut dari
Negara lain seperti Indonesia. Belanda misalnya, mereka hanya memiliki sumber daya manusia
yang potensial sehingga bisa menciptakan teknologi canggih. Namun bahan-bahan yang akan di
olah kurang tersedia sehingga bangsa Belanda ingin merebut hasil kekayaan alam dari Indoesia.
Kedatangan Belanda ternyata memberikan dampak buruk bagi Indonesia. Tidak hanya merampas
mereka juga memperbudak rakyat Indonesia ntuk memenuhi keinginannya. Hal ini tentu
membuat bangsa Indonesia marah dan akhirnya timbul peristiwa pemberontakan di berbagai
daerah termasuk di Kota Padang. Peristiwa yang terjadi di Kota Padang antara lain peristiwa
simpang tinju, harimau kuranji yang merenggut nyawa para pahlawan pada masa itu. Namun
penulis lebih memilih peristiwa simpang tinju karena setiap kali penulis pergi ke siteba pasti
melewati sebuah tugu yagng berbentuk seperti kepalan tinju dan itu membuat penulis jadi
penasaran.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan di bahas dalam hal ini adalah:

1. Hal yang membuat bangsa Inggris dan Belanda menyerang simpang kandih.
2. Bagaimana jalannya peristiwa pemberontakan.
3. Hubungan peristiwa simpang kandih dengan peristiwa harimau kuranji.
4. Dampak yang ditimbulkan dari peristiwa simpang kandih.
C. Tujuan dan Manfaat

Dalam hal ini tentu saja banyak sekali manfaat yang dapat di ambil dari peristiwa
simpang kandih yang terjadi di Kota Padang terutama kepada generasi muda penerus bangsa.
Disamping itu ini juga bertujuan untuk:

1. Memberikan informasi tentang peristiwa simpang kandih yang terjadi di Kota


Padang.
2. Menyadarkan para remaja akan pentingnya mengetahui peristiwa sejarah agr dapat
dijadikan sebagai pedoman hidup di masa yang akan datang.
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pemberontakan simpang kandih.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hal yang menyebabkan Bangsa Inggris dan Belanda masuk ke Kota Padang
Kota Padang adalah satu kota yang juga memiliki sumber daya alamyang berlimpah.
Kota padang kaya akan bahan mentah dan rempah-rempah. Ini tentu menarik bangsa Belanda
untuk datang ke Kota Padang dan ingin menguasai wilayah kota Padang. Untuk memenuhi
keinginannya itu bangsa Belanda tidak mau menunda-nunda waktu dan akhirnya tiba di kota
padang dengan menggunakan kapal yang berlabuh di teluk bayur. Setelah melakukan penjajahan
di berbagai tempat, mereka beralih ke tempat lain lain yaitu di daerah lapai.
B. Latar belakang dan jalannya peristiwa simpang kandih
Pada 17 Agustus 1945, Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. Namun penjajah
kolonial belum sesungguhnya hengkang dari Republik ini. Masih banyak terjadi gejolak pada
waktu itu. Setahun setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 15 Agustus 1946
Bagindo Azizchan diangkat menjadi Walikota Padang kedua. Dalam memimpin Kota Padang ini
ia selalu bersikap tegas, seperti menolak kontak langsung dengan tentara NICA. Sehingga binaan
Muhammad Roem dan Haji Agus Salim ini menjadi sosok yang ditakuti oleh penjajah termasuk
Inggris dan Belanda.
Demi mendapatkan apa yang mereka inginkan, berbagai upaya dilakukan oleh tentara
Belanda untuk membunuh Bagindo Azizchan agar mereka mendapatkan hasil bumi kota padang
terutama daerah lapai. Tragedi Simpang Kandih itulah menjadi momen yang tepat bagi Belanda
untuk menghabisi Bagindo Azizchan. Pada tanggal 19 Juli 1947, bertepatan dengan hari Sabtu
sehabis shalat Ashar, Bagindo Azizchan beserta anak dan istrinya akan meninggalkan Kota
Padang. Dengan menggunakan sebuah mobil sedan, Bagindo Azizchan akan menuju Kota
Bukittinggi. Dalam perjalanannya, ketika melewati pos tentara Belanda di Jembatan Purus,
mobil dibiarkan lewat. Saat sampai di Ulak Karang, mobil itu dicegat oleh dua orang serdadu
Belanda. Salah seorang adalah Letkol Van Erp, Komandan Militer Belanda di Padang.

Saat itu, serdadu Belanda ini memberi tahu kepada Bagindo Azizchan bahwa di Lapai
telah terjadi sebuah insiden penembakan oleh ekstrimis Indonesia di garis demarkasi. Serdadu
Belanda kemudian membawa Bagindo Azizchan ke lokasi peristiwa dengan alasan bisa
mengamankan kekacauan yang sedang terjadi. Tentu saja sebagai seorang walikota Bagindo
Azizchan merasa bertanggungjawab terhadap peristiwa tersebut. Tanpa ada sedikitpun
kecurigaan, beliau langsung menaiki mobil jeep militer Van Erp. Sementara keluarganya
dibiarkan menunggu di pos penjagaan Belanda dekat jembatan Ulak Karang. Pada waktu itu
keluarga sudah merasa curiga atas sikap serdadu Belanda tersebut.

Sesampai di Lapai serdadu Belanda meminta Bagindo Azizchan turun dari mobil.
Alasannya untuk memeriksa tempat peristiwa penembakan di garis demarkasi. Tepatnya di
Simpang Kandih, yang saat ini warga Kota Padang mengenalnya dengan sebutan Simpang Tinju.
Baru saja turun dari mobil, serdadu Belanda ini langsung memukul kepala Bagindo Azizchan
beberapa kali. Kemudian sebuah peluru juga ditembakkan ke pangkal telinganya. Ternyata,
serdadu Belanda hanya berpura-pura menyebut ada tragedi penembakan di garis demarkasi.
Tujuan sebenarnya adalah menghabisi Bagindo Azizchan.

Peristiwa ini disaksikan dengan mata kepala oleh seorang warga setempat yang bernama
Djamaan Malin Batuah. Pada saat kejadian, ia sedang memanjat dan memetik buah kelapa di
Simpang Kandih tersebut. Djamaan mengetahui kalau 6 meter dari Bagindo Azizchan ternyata
juga ada serdadu Belanda yang bersembunyi di dalam semak. Tentara Belanda inilah yang
memuntahkan peluru panas kepada Bagindo Azizchan. Setelah terdengar letusan, kata Djamaan,
Bagindo Azizchan langsung tersungkur. Setelah itu Bagindo Azizchan dilarikan ke Rumah Sakit
Tentara di Ganting. Beberapa saat setelah itu Letkol Shorborg memberi tahu berita kematian
Bagindo Azizchan kepada Wakil Walikota Padang yaitu Said Rasad.

Kebencian Belanda terhadap Bagindo Azizchan tak berhenti dengan peristiwa


pembunuhan itu saja. Belanda tidak mau mengakui telah membunuh Bagindo Azizchan. Ia
beralasan, tewasnya Bagindo Azizchan disebabkan oleh peluru nyasar. Bahkan untuk proses
pemakaman beliaupun sangat dipersulit. Hingga dengan berbagai jalur diplomasi yang dilakukan
oleh Wakil Walikota Padang Said Rasad dan Johnny Anwar yang saat itu menjabat sebagai
Kepala Polisi Padang. Pada tanggal 20 Juli 1947, jenazah almarhum bisa dibawa ke Bukittinggi.
Bagindo Azizchan dimakamkan di Makam Pahlawan Bahagia.
Kini, di lokasi pembunuhan Bagindo Azizchan ini berdiri sebuah tugu berbentuk kepalan
tinju orang dewasa, orang menyebutnya Simpang Tinju. Kalau sebelum tugu itu ada, daerah ini
disebut Simpang Kandih. Saya yakin sebagian besar orang yang menetap di Kota Padang
mengenal daerah Simpang Tinju ini. Makna dari tugu itu adalah untuk mengenang kembali
peristiwa sejarah yang terjadi disana.

C. Hubungan peristiwa simpang kandih dengan peristiwa Harimau Sumatera.


Peristiwa simpang kandih dengan peristiwa harimau kuranji sangat berhubungan dimana
kedua peristiwa itu terjadi pada tahun 1947 dua tahun setelah diproklamirkan kemerdekaan
Indonesia. Kedua peristiwa ini merenggut nyawa para pahlawan pembela bangsa yaitu Bagindo
Azizchan yang gugur pada peristiwa simpang kandih dan Ahmad Husein yang gugur pada
peristiwa harimau kuranji. Keduanya adalah pemimpin yang cerdas, tertib dan memiliki
tanggung jawab.
D. Dampak dari peristiwa simpang kandih.
Peristiwa simpang kandih sangat member dampak bagi kehidupan warga kota padang
khususnya daerah Lapai. Dampak tersebut dapat berupa materil dan non materil, diantaranya
yaitu:
1. Sektor perekonomian kota padang terganggu.
2. Masyarakat kota Padang khususnya daerah Lapai dan sekitarnya mengalami kesulitan
karena segala sesuatu di atur oleh Belanda.
3. Kota Padang kehilangan sosok yang sangat penting dalam pembangunan kota Padang
4. Masyarakat menderita tekanan batin karena takut terulang lagi penjajahan Belanda.
5. Terjadinya kekacauan di daerah lapai yang menimbulkan berbagai kerugian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peristiwa Simpang Kandih atau Simpang
Tinju merupakan peristiwa sejarah di Kota Padang yang merupakan aksi balas dendam tetara
Belanda kepada Bagindo Azizchan dan melakukan perencanaan pembunuhannya. Ini terjadi
pada tanggal 19 Juli 1947 saat Bagindo Azizchan memimpin kota Padang selama setahun.
Peristiwa ini memberikan dampak buruk bagi Kota Padang khususnya daerah Lapai. Namun
untuk mengenang peristiwa tersebut masyarakat mendirikan sebuah tugu berbentuk tinju di
simpang kandih dan sekaraang di kenal dengan simpang tinju. Sehingga saat melewati simpang
tersebut masyarakat langsung teringat pada peristiwa yang merenggut nyawa orang pertama di
Kota Padang.
B. Saran
Sebagai generasi muda penerus bangsa hendaknya mampu mencontoh dan meneladani
sosok pahlawan yang telah rela berkorban demi nusa dan bangsa. Generasi muda harus selalu
membela Negaranya dimanapun dia berada dan juga harus menjadi seseorang yang memiliki
pribadi yang baik dan berbudi luhur.
DAFTAR PUSTAKA

Sidi Gazalba, Sejarah di Daerah Indonesia. Jakarta : Pustaka AlHusna, 1983.

Zianuddin Sardar, Belanda di Indonesia. Bandung : Mizan, 1988.

www.wikipedia.com

http://sosbud.kompasiana.com/2011/08/0

Anda mungkin juga menyukai