Anda di halaman 1dari 27

A.

KARAKTERISTIK ILMU PENGETAHUAN DAN


TEKNOLOGI
Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) IPTEK adalah akronim
dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dimana dari akronim tersebut
mempunyai artinya sendiri, baik Ilmu, Pengetahuan, maupun Teknologi.
Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai
paradigma etika. Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu merupakan
hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan
perilakuknya baik secara individu atau kelompok. Ilmu sebagai produk
artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuan yang diakui secara
umum dan sifatnya yang universal. Oleh karena itu ilmu dapat diuji
kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan
suatu saat dapat ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai paradigma
ilmu, karena ilmu selain universal, komunal, juga alat meyakinkan
sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah menerima kebenaran.
Istilah ilmu yang dikemukakan di atas berbeda dengan istilah
pengetahuan. Ilmu diperoleh melalui kegiatan metode ilmiah atau
epistemology. Jadi, epistemology merupakan pembahasan bagaimana
mendapatkan pengetahuan. Epistemologi ilmu tercermin dalam kegiatan
metode ilmiah. Sedangkan pengetahuan adalah pikiran atau pemahaman
di luar atau tanpa kegiatan metode ilmiah, sifatnya dapat dogmatis,
banyak spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris. Sumber
pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman berdasarkan akal sehat
(common sense) yang disertai mencoba-coba, intuisi (pengetahuan yang
diperoleh tanpa penalaran) dan wahyu (merupakan pengetahuan yang
diberikan Tuhan kepada para nabi atau utusan-Nya). Adapun
beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh
Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah : a. Mohamad Hatta,
mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya,
maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam. b. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag,
mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik,
dan ke empatnya serentak. c. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah
lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta
pengalaman dengan istilah yang sederhana. d. Ashley Montagu,
menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu
sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji. e. Harsojo,
menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap
seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan
waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera
manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis
yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi
dalam bentuk : jika .... maka . f. Afanasyef, menyatakan ilmu adalah
manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam
dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan
kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis. 2.2 Sains dan Teknologi
Merupakan suatu hakikat yang nyata bahwa sains dan teknologi adalah
cabang-cabang ilmu mempunyai hubungan erat dan saling melengkapi
diantara satu dengan yang lain. Faham ini telah di yakini sejak abad ke-19
M yaitu ketika teknologi telah meningkat secara mendadak dari segi
kuantiti dan mutunya. Pada masa sekarang sains dan teknologi bukan saja
merupakan cabang-cabang ilmu yang melengkapi dan tidak dapat
dipisahkan, malah ilmu-ilmu tersebut mempunyai kaitan dengan
perubahan sosial yang berdasarkan kepada faham-faham dasar mengenai
manusia dan alam semesta. 2.3 IPTEK dilihat dari pandangan Islam Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menurut pandangan Al-Quran
mengundang kita untuk menengok sekian banyak ayat Al-Quran yang
berbicara tentang alam raya. Menurut ulama terdapat 750 ayat Al-Quran
yang menjelaskan tentang alam beserta fenomenanya dan
memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya. Allah
SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 31 yang artinya :Dan dia
ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian
diperintahkan kepada malaikat-malaikat, seraya berfirman Sebutkan
kepadaku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar. Dari ayat di
atas yang dimaksud nama-nama adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini
berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam semesta. Adanya
potensi tersebut, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta
ketidakmampuan alam untuk membangkang pada perintah dan hukum-
hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian
mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu menghantarkan
pada manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam itu merupakan buah
dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Quran memerintahkan manusia
untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan
manusia biasa, Rasul Allah Muhammad SAW pun diperintahkan agar
berusaha dan berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya (QS Yusuf :
72). Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan
teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan
kepadanya. Karena itu, laju IPTEK memang tidak dapat dibendung, hanya
saja mabusia dapat berusaha mengarahkan diri agar tidak diperturutkan
nafsunya untuk mengumpulkan harta dan IPTEK yang dapat
membahayakan dirinya dan yang lainnya. 2.4 Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi di jaman Islam Islam pernah berjaya di bidang IPTEK sekitar
abad VIII sampai dengan abad XIII. Tradisi keilmuan umat Islam dipelopori
oleh Al-Kindi (filosof penggerak dan pengembang ilmu pengetahuan) yang
mengatakan bahwa Islam itu dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan
teknologi dari manapun sumbernya, asalkan tidak bertenangan dengan
akidah dan syariat. Hal ini sejalan dengan hadits nabi yang menyuruh
umatnya berlayar sampai ke negeri China untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Padahal China adalah negara non muslim. Menurut Harun
Nasution, pemikiran rasional berkembang pada jaman Islam (650-1250
M). Pemikiran ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya
kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadits.
Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui
filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani
di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak),
Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W. Montgomery Watt menambahkan
lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab
pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di
berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria,
Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian
pada sekitar tahun 900 M ke Baghdad. Maka para khalifah dan para
pemimpin kaum Muslim lainnya menyadari apa yang harus dipelajari dari
ilmu pengetahuan Yunani. Mereka mengagendakan agar menerjemahkan
sejumlah buku penting dapat diterjemahkan. Beberapa terjemahan sudah
mulai dikerjakan pada abad kedelapan. Penerjemahan secara serius baru
dimulai pada masa pemerintahan al-Mamn (813-833 M). Dia mendirikan
Bayt al-ikmah, sebuah lembaga khusus penerjemahan. Sejak saat itu
dan seterusnya, terdapat banjir penerjemahan besar-besaran.
Penerjemahan terus berlangsung sepanjang abad kesembilan dan
sebagian besar abad kesepuluh. 2.5 Masa kejayaan dan kemuduran IPTEK
di kalangan Islam Dari buku Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah yang
ditulis oleh M. Natsir Arsyad, diperoleh beberapa informasi tentang nama-
nama ilmuwan Islam yang mengharumkan namanya. Diantaranya adalah
Al-Khawrizm (Algorismus atau Alghoarismus) merupakan tokoh penting
dalam bidang matematika dan astronomi. Istilah teknis algorisme diambil
dari namanya. Dia memberi landasan untuk aljabar. Istilah algebra
diambil dari judul karyanya. Karya-karyanya adalah rintisan pertama
dalam bidang aritmatika yang menggunakan cara penulisan desimal
seperti yang ada dewasa ini, yakni angka-angka Arab. Al-Khawrizm dan
para penerusnya menghasilkan metode-metode untuk menjalankan
operasi-operasi matematika yang secara aritmatis mengandung berbagai
kerumitan, misalnya mendapatkan akar kuadrat dari satu angka. Di antara
ahli matematika yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin adalah al-Nayrz atau Anaritius (w. 922 M) dan Ibn al-Haytham atau
Alhazen (w. 1039 M). Ibn al-Haytham menentang teori Eucleides dan
Ptolemeus yang menyatakan bahwa sinar visual memancar dari mata ke
obyeknya, dan mempertahankan pandangan kebalikannya bahwa
cahayalah yang memancar dari obyek ke mata. Di bidang astronomi, al-
Battn (Albategnius) menghasilkan table-tabel astronomi yang luar biasa
akuratnya pada sekitar tahun 900 M. Ketepatan observasi-observasinya
tentang gerhana telah digunakan untuk tujuan-tujuan perbandingan
sampai tahun 1749 M. Selain al-Battn, ada Jbir ibn Afla (Geber) dan al-
Birj (Alpetragius). Jbir ibn Afla dikenal karena karyanya di bidang
trigonometri sperik. Di bidang astronomi dan matematika, ada juga
Maslamah al-Majr (w. 1007 M), Ibn al-Sam, dan Ibn al-affr. Ibn Ab al-
Rijl (Abenragel) di bidang astrologi. Dalam bidang kedokteran ada Ab
Bakar Muammad ibn Zakariyy al-Rz atau Rhazes (250-313 H/864-925
M atau 320 H/932 M) , Ibn Sn atau Avicenna (w. 1037 M), Ibn Rushd atau
Averroes (1126-1198 M), Ab al-Qsim al-Zahrw (Abulcasis), dan Ibn
uhr atau Avenzoar (w. 1161 M). Al-w karya al-Rz merupakan sebuah
ensiklopedi mengenai seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai
masanya. Untuk setiap penyakit dia menyertakan pandangan-pandangan
dari para pengarang Yunani, Syiria, India, Persia, dan Arab, dan kemudian
menambah catatan hasil observasi klinisnya sendiri dan menyatakan
pendapat finalnya. Buku Canon of Medicine karya Ibnu Sn sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 M dan terus
mendominasi pengajaran kedokteran di Eropa setidak-setidaknya sampai
akhir abad ke-16 M dan seterusnya. Tulisan Ab al-Qsim al-Zahrw
tentang pembedahan (operasi) dan alat-alatnya merupakan sumbangan
yang berharga dalam bidang kedokteran. Dalam bidang kimia ada Jbir
ibn ayyn (Geber) dan al-Brn (362-442 H/973-1050 M). Sebagian karya
Jbir ibn ayyn memaparkan metode-metode pengolahan berbagai zat
kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian besar kata untuk
menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi
bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-karyanya. Sementara itu, al-
Brn mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat yang
mencapai ketepatan tinggi. Tetapi dari tahun ke tahun para ilmuwan
muslim yang muncul semakin sedikit, salah satunya dari Negara Indonesia
adalah Prof. Dr. B. J. Habibie dalam bidang kedirgantaraan. Disamping dari
tahun ke tahun ilmuwan muslim yang muncul sedikit, menurut Prof. Dr.
Abdus Salam dalam bukunya Sains dan Dunia Islam yang diterjemahkan
oleh Prof. Dr. Achmad Baiquni yang mengatakan : Pada hemat saya,
matinya kegiatan sains di persemakmuran Islam lebih banyak disebabkan
faktor-faktor internal. Ibnu Khaldun seorang tokoh sejarahwan sosial
mengatakan : Kita mendengar baru-baru ini, bahwa di tanah bangsa
Franka dan di pesisir Timur Tengah sedang ditumbuhkan ilmu-ilmu filsafat
dengan giat. Atas perkataan Ibnu Khaldun di atas, Prof. Abdus Salam
mengatakan : Ibnu Khaldun tidak memperlihatkan sikap ingin tahu atau
menyesal, justru sikap acuh yang hampir mendekati permusuhan. Dari
ungkapan Prof. Abdus Salam tersebut, sejak saat itu telah muncul
dikotomi antara ayat-ayat kitabiyyah dan ayat-ayat khauniyyah
dikalangan muslim. Jadi timbul persepsi bahwa Islam hanya berbicara
tentang ilmu-ilmu sesuai dengan Al-Quran, tetapi tanpa mempelajari dan
mengembangkan ilmu-ilmu yang ada di Al-Quran dengan melihat
fenomena-fenomena alam semesta. Sehingga itu merupakan salah satu
faktor kemunduran ilmu pengetahuan di kalangan Islam. 2.6 Q.S
Al-ALAQ : 1-5 Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta.
(ayat 1). Dalam waktu pertama saja, yaitu bacalah, telah terbuka
kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini selanjutnya.
Nabi SAW disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu di
atas nama Allah, Tuhan yang telah mencipta. Yaitu: Menciptakan manusia
dari segumpal darah. (ayat 2). Yaitu peringkat yang kedua sesudah
nuthfah, yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki
dengan mani si perempuan, yang setelah 40 hari lamanya, air itu telah
menjelma jadi segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan
menjelma pula setelah melalui 40 hari, menjadi segumpal daging
(Mudhghah). Nabi bukanlah seorang yang pandai membaca. Beliau adalah
ummi, yang boleh diartikan buta huruf, tidak pandai menulis dan tidak
pula pandai membaca yang tertulis. Tetapi Jibril mendesaknya juga
sampai tiga kali supaya dia membaca. Meskipun dia tidak pandai menulis,
namun ayat-ayat itu akan dibawa langsung oleh Jibril kepadanya,
diajarkan, sehingga dia dapat menghapalnya di luar kepala, dengan sebab
itu akan dapatlah dia membacanya. Tuhan Allah yang menciptakan
semuanya. Rasul yang tak pandai menulis dan membaca itu akan pandai
kelak membaca ayat-ayat yang diturunkan kepadanya. Sehingga
bilamana wahyu-wahyu itu telah turun kelak, dia akan diberi nama Al-
Quran. Dan Al-Quran itu pun artinya ialah bacaan. Seakan-akan Tuhan
berfirman: Bacalah, atas qudrat-Ku dan iradat-Ku. Syaikh Muhammad
Abduh di dalam Tafsir Juzu Ammanya menerangkan: Yaitu Allah yang
Maha Kuasa menjadikan manusia daripada air mani, menjelma jadi darah
segumpal, kemudian jadi manusia penuh, niscaya kuasa pula
menimbulkan kesanggupan membaca pada seseorang yang selama ini
dikenal ummi, tak pandai membaca dan menulis. Maka jika kita selidiki isi
Hadis yang menerangkan bahwa tiga kali Nabi disuruh membaca, tiga kali
pula beliau menjawab secara jujur bahwa beliau tidak pandai membaca,
tiga kali pula Jibril memeluknya keras-keras, buat meyakinkan baginya
bahwa sejak saat itu kesanggupan membaca itu sudah ada padanya,
apatah lagi dia adalah Al-Insan Al-Kamil, manusia sempurna. Banyak lagi
yang akan dibacanya di belakang hari. Yang penting harus diketahuinya
ialah bahwa dasar segala yang akan dibacanya itu kelak tidak lain ialah
dengan nama Allah jua. Bacalah! Dan Tuhan engkau itu adalah Maha
Mulia. (ayat 3). Setelah di ayat yang pertama beliau disuruh membaca di
atas nama Allah yang menciptakan insan dari segumpal darah, diteruskan
lagi menyuruhnya membaca di atas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan
yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah Yang Maha
Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Sayang kepada Makhluk-Nya.
Dia yang mengajarkan dengan qalam. (ayat 4). Itulah keistimewaan
Tuhan itu lagi. Itulah kemuliaan-Nya yang tertinggi. Yaitu diajarkan-Nya
kepada manusia berbagai ilmu, dibuka-Nya berbagai rahasia, diserahkan-
Nya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah, yaitu dengan
qalam. Dengan pena! Di samping lidah untuk membaca, Tuhan pun
mentakdirkan pula bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat.
Pena adalah beku dan kaku, tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena
itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia Mengajari
manusia apa-apa yang dia tidak tahu. (ayat 5). Lebih dahulu Allah Taala
mengajar manusia mempergunakan qalam. Sesudah dia pandai
mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh
Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru
didapatnya itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannya: Ilmu
pengetahuan adalah laksana binatang buruan dan penulisan adalah tali
pengikat buruan itu. Oleh sebab itu ikatlah buruanmu dengan tali yang
teguh. Maka di dalam susunan kelima ayat ini, sebagai ayat mula-mula
turun kita menampak dengan kata-kata singkat Tuhan telah menerangkan
asal-usul kejadian seluruh manusia yang semuanya sama, yaitu daripada
segumpal darah, yang berasal dari segumpal mani. Dan segumpal mani
itu berasal dari saringan halus makanan manusia yang diambil dari bumi.
Yaitu dari hormon, kalori, vitamin dan berbagai zat yang lain, yang semua
diambil dari bumi yang semuanya ada dalam sayuran, buah-buahan
makanan pokok dan daging. Kemudian itu manusia bertambah besar dan
dewasa. Yang terpenting alat untuk menghubungkan dirinya dengan
manusia sekitarnya ialah kesanggupan berkata-kata dengan lidah,
sebagai sambungan dari apa yang terasa di dalam hatinya. Kemudian
bertambah juga kecerdasannya, maka diberikan pulalah kepandaian
menulis. Di dalam ayat yang mula turun ini telah jelas penilaian yang
tertinggi kepada kepandaian membaca dan menulis. Berkata Syaikh
Muhammad Abduh dalam tafsirnya: Tidak didapat kata-kata yang lebih
mendalam dan alasan yang lebih sempurna daripada ayat ini di dalam
menyatakan kepentingan membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam
segala cabang dan bahagianya. Dengan itu mula dibuka segala wahyu
yang akan turun di belakang. Maka kalau kaum Muslimin tidak mendapat
petunjuk ayat ini dan tidak mereka perhatikan jalan-jalan buat maju,
merobek segala selubung pembungkus yang menutup penglihatan
mereka selama ini terhadap ilmu pengetahuan, atau merampalkan pintu
yang selama ini terkunci sehingga mereka terkurung dalam bilik gelap,
sebab dikunci erat-erat oleh pemuka-pemuka mereka sampai mereka
meraba-raba dalam kegelapan bodoh, dan kalau ayat pembukaan wahyu
ini tidak menggetarkan hati mereka, maka tidaklah mereka akan bangun
lagi selama-lamanya. Ar-Razi menguraikan dalam tafsirnya, bahwa pada
dua ayat pertama disuruh membaca di atas nama Tuhan yang telah
mencipta, adalah mengandung qudrat, dan hikmat dan ilmu dan rahmat.
Semuanya adalah sifat Tuhan. Dan pada ayat yang seterusnya seketika
Tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena, adalah suatu
isyarat bahwa ada juga di antara hukum itu yang tertulis, yang tidak
dapat difahamkan kalau tidak didengarkan dengan seksama. Maka pada
dua ayat pertama memperlihatkan rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan.
Dan di tiga ayat sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabian.
Dan siapa Tuhan itu tidaklah akan dikenal kalau bukan dengan
perantaraan Nubuwwat, dan nubuwwat itu sendiri pun tidaklah akan ada,
kalau tidak dengan kehendak Tuhan. 2.7 Q.S YUNUS : 101 Ayat ke 101
(101) Artinya:

Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (10: 101) Pada ayat-
ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa dalil mengenai kekufuran dan
keingkaran yaitu tidak digunakannya akal dan ilmu dalam menyikapi ayat-
ayat dan tanda-tanda kebenaran Allah. Karena itu ayat ini justru
menekankan pada penggunaan akal, berfikir serta memandang secara jeli
dan teliti, yang termasuk mukadimah untuk bisa beriman kepada Allah.
Dari sisi lain, berdasarkan ayat-ayat sebelumnya, iman haruslah memiliki
syarat ikhtiyar dan sekali-kali bukan terpaksa. Karena itu ayat-ayat tadi
menekankan untuk berpikir, hingga seseorang melalui pemahaman dan
pengetahuannya yang dalam dapat menerima jalan untuk beriman,
kemudian memegang teguh dengan konsekuen. Sudah barang tentu
dengan mengkaji sesuatu yang ada di langit dan di bumi, manusia akan
merasa takjub menyaksikan berbagai ciptaan Allah di alam raya ini. Hal ini
akan membuat manusia tunduk dan berserah diri di hadapan sang
Pencipta Yang Maha Esa. Sebagian orang meski telah menyaksikan semua
tanda-tanda yang agung dan gamblang ini, namun mereka masih saja
tidak mau beriman. Bahkan sebagian masih menuruti keraguan yang
mereka bikin-bikin, sehingga mereka tetap terseret dalam keingkaran dan
kufur. Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik: 1.
Menelaah dan merenungi ciptaan Allah di alam raya ini merupakan cara
yang paling wajar dan sederhana untuk bisa mengenal Allah, Sang
Pencipta. 2. Dengan menyaksikan ayat-ayat suci Allah, mendengar seruan
kebenaran tidaklah cukup, namun kehendak dan hasrat manusia untuk
menerima kebenaran itu yang perlu. 2.8 Q.S Al-Baqarah : 164



Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di
laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit
dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)
bagi kaum yang memikirkan. Dialah yang menciptakan langit dan bumi
untuk keperluan manusia, maka seharusnyalah manusia memperhatikan
dan merenungkan rahmat Allah Yang Maha Suci itu karena dengan
memperhatikan isi semuanya akan bertambah yakinlah dia pada keesaan
dan kekuasaan-Nya, akan bertambah luas pulalah ilmu pengetahuannya
mengenai alam ciptaan-Nya dan dapat pula dimanfaatkannya ilmu
pengetahuan itu sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Yang Maha
Mengetahui. Hendaklah selalu diperhatikan dan diselidiki apa yang
tersebut dalam ayat ini, yaitu: 1. Bumi yang didiami manusia ini dan apa
yang tersimpan di dalamnya berupa perbendaharaan dan kekayaan yang
tidak akan habis-habisnya baik di darat maupun di laut 2. Langit dengan
planet dan bintang-bintangnya yang semua berjalan dan bergerak
menurut tata tertib dan aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang dari
aturan-aturan itu, karena apabila terjadi penyimpangan akan terjadilah
tabrakan antara yang satu dengan yang lain dan akan binasalah alam ini
seluruhnya. Hal ini tidak akan terjadi kecuali bila penciptanya sendiri yaitu
Allah Yang Maha Kuasa telah menghendaki yang demikian itu. 3.
Pertukaran malam dan siang dan perbedaan panjang dan pendeknya pada
beberapa negeri karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa
faedah dan manfaat yang amat besar bagi manusia. Walaupun sebab-
sebabnya telah diketahui dengan perantaraan ilmu falak tetapi
penyelidikan manusia dalam hal ini harus dipergiat dan diperdalam lagi
sehingga dengan pengetahuan itu manusia dapat lebih maju lagi dalam
memanfaatkan rahmat Tuhan itu. 4. Bahtera yang berlayar di lautan
untuk membawa manusia dari satu negeri ke negeri lain dan untuk
membawa barang-barang perniagaan untuk memajukan perekonomian.
Bagi orang yang belum mengalami berlayar di tengah-tengah samudera
yang luas mungkin hal ini tidak akan menarik perhatian, tetapi bagi
pelaut-pelaut yang selalu mengarungi lautan yang mengalami bagaimana
hebatnya serangan ombak dan badai apalagi bila dalam keadaan gelap
gulita di malam hari hal ini pasti akan membawa kepada keinsafan bahwa
memang segala sesuatu itu dikendalikan dan berada di bawah inayat
Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. 5. Allah swt. menurunkan
hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang telah mati atau
lekang dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat
pula melangsungkan hidupnya dengan adanya air tersebut. Dapat
digambarkan, bagaimana jika hujan tiada turun dari langit, semua daratan
akan menjadi gurun sahara, semua makhluk yang hidup akan mati dan
musnah kekeringan. 6. Pengendalian dan pengisaran angin dari suatu
tempat ke tempat yang lain suatu tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah
dan kebesaran rahmat-Nya bagi manusia. Dahulu, sebelum adanya kapal
api kapal-kapal layarlah yang dipakai mengarungi lautan yang luas dan
bila tidak ada angin tentulah kapal itu akan tenang saja dan tidak dapat
bergerak ke tempat yang dituju. Di antara angin itu ada yang menghalau
awan ke tempat-tempat yang dikehendaki Allah, bahkan ada pula yang
mengawinkan sari tumbuhan dan banyak lagi rahasia-rahasia yang
terpendam yang belum dapat diselidiki dan diketahui oleh manusia. 7.
Demikian pula harus dipikirkan dan diperhatikan kebesaran nikmat Allah
kepada manusia dengan bertumpuk-tumpuknya awan antara langit dan
bumi. Ringkasnya semua rahmat yang diciptakan Allah termasuk apa
yang tersebut dalam ayat 164 ini patut dipikirkan dan direnungkan
bahkan dibahas dan diteliti, untuk meresapkan keimanan yang mendalam
dalam kalbu, dan untuk memajukan ilmu pengetahuan yang juga
membawa kepada pengakuan akan keesaan dan kebesaran Allah.
2.9Keutamaan Orang Beriman dan Beramal Pengembangan ilmu
pengetahuan teknologi dan seni tidak lepas dari keimanan dan
ketaqwaan. Karena setiap sesuatu yang baik dan bergantung pada niat
seseorang akan bernilai ibadah dimata ALLAH dan bermanfaat bagi
manusia disekitar lingkungannya. Makhluk yang paling mulia dan
sempurna yaitu manusia, karena dibekali seperangkat potensi yaitu akal
dan pikiran. Akal berguna untuk berpikir terhadap hasil pemikiran seperti
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Sesuatu yang paling mulia dari diri
manusia yaitu hatinya. ALLAH akan memberikan jaminan kemaslahatan
bagi kehidupan dan lingkungan seseorang atas ilmu yang dikembangkan
berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada ALLAH SWT. ALLAH akan
mengangkat derajat orang-orang yang berilmu sesuai dengan firman
ALLAH dalam QS (almujadalah : 11) Artinya: ALLAH akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap
Alam dan Lingkungan. Ilmuwan merupakan sosok manusia yang diberikan
kelebihan oleh Tuhan dalam menguasai sebuah ilmu pengetahuan. Dari
kelebihannya ini maka Tuhan mengangkat harkat dan martabat ilmuan
tersebut di tengah-tengah masyarakat. Al-Gazali mengatakan
Barangsiapa berilmu, membimbing manusia dan memanfaatkan ilmunya
bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga
menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum dan
menyebarkan keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya.
Orang yang berilmu dan tidak mengamalkannya menurut Al-Gazali
sebagai orang yang celaka. Ia mengatakan Seluruh manusia akan
binasa, kecuali orang orang berilmu . orang orang berilmupun akan
celaka kecuali orang orang yang mengamalkan ilmunya. Dan orang
orang yang mengamalkan ilmunya pun akan binasa kecuali orang orang
yang ikhlas. Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai
Abdun(hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari
abdun adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran
dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab
terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan alam. Kerusakan alam dan lingkungan ini lenih
banyak disebabkan karena ulah manusia sendiri. Mereka banyak yang
berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri kepada Allah. Mereka tidak
menjaga amanat Allah sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga
kelestarian alam ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S, al-Rum ayat 41
yang artinya :Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka segera
kembali ke jalan yang benar.

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

1.SUMBER DAN METODE TEKNOLOGI


a. Metode Ilmiah

Sesuatu dianggap ilmiah apabila memiliki patokan yg merupakan rambu2


untuk menentukan benar atau salah.

Ilmu pengetahuan dianggap Alamiah apabila memenuhi 4 syarat yaitu

Objektif Pengetahuan itu sesuai dengan Objek

Metodik Pengetahuan itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan terkontrol

Sistemati Pengetahuan ilmiah itu tersusundalam suatu system, tidak


berdiri sendiri satu sama lain saling berkaitan ,saling
menjelaskan,sehingga keseluruhan menjadi kesatuan yg utuh.
Berlaku Umum/ Universal Pengetahuan tidak hanya diamati hanya oleh
seseorang atau oleh beberapa orang saja ,tapi semua org dengan
eksperimentasi yg sama akan menghasilkan sesuatu yg sama atau
konsisten.
Ada 2 pokok untuk memperoleh pengetahuan yaitu

1. Empiris Yaitu pengetahuan yg disusun berdasarkan pada pengalaman,


paham yg dikembangkan disebut Empiris. Bagi kaum rasionalis
berpendapat pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional
yg abstrak,namun diperoleh melalui pengalaman yg kongkrit.

2. Rasionalisme

Yaitu suatu cara yg didasarkan pada suatu rasio. Padanganya menyatakan


rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian hanya rasio
sajalah yg dapat membawa orang kepada kebenaran dan dapat memberi
petunjuk dalam segala jalan pikiran

* Para ahli memberikan rumusan untuk memperoleh pendidikan dengan 4


hal

Skiptisime

Tidak ada cara yg sah untuk mendapatkan ilmu, karena kemampuan indra
dan akal manusia terbatas.
Doubth Aliran ini merupakan awalan dari Rasionalisme dan empirisme.
Aliran ini mengunakan kerangka sebagai jembatan menuju kepastian.

Rasionalisme Aliran ini mengadalkan kemampuan akal semata, karena


kemampuan indra dianggap terbatas

Empirisme Aliran ini menekankan kemampuan indra untuk memperoleh


ilmu. Untuk menguji apakah indra benar atau salah , dilakukan pengujian
dengan percobaan.

2. Metode Ilmiah Kelebihan dan kekurangan ilmu ilmiah ditentukan dgn


metode.

1. Sifat

a. Bertujuan, tujuan sebagai arah dan target yg hendak dicapai

b. Sistematik

c. Objektif
d. Logis

e. Empiris

f. Reduktif Replicable dan Transmitable

g. Penjelasan singkat menjurus kekehidupan yg bahagia

2. Sikap Ilmiah

1. Menurut syamsudi dan Vismaia Damaianti Sikap ilmiah antara lain:


ingin tahu yg tinggi, kritis, terbuka, objektif, rela menghargai orang lain,
berani mempertahankan kebenaran, menjangkau kedepan

2. Menurut Heri purnama, Chiri khas ilmu pengetahuan yg bersifat


objektif, metodik, sistematik dan berlaku umum akan membimbing
manusia pada sikap ilmiah yg terpuji antara lain.
Mencitai kebenaran yg bersifat objektif bersikap adil akan menjurus
kearah kehidupan yg bahagia
Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolute

Ilmu pengetahuan membibing kita untuk berfikir tidak prasangka tetapi


berfikir secara terbuka

Dengan ilmu pengetahuan orang lalu tidak percaya tahayul,


astrologi,karena segala sesuatu yg terjadi melalui proses teratur

Metode iolmiah membibing kita agar tidak langsung percaya begitu saja
pada suatu kesimpulan tanpa adanya suatu bukti2 yg nyata

Metode ilmiah membibing seorang peneliti untuk bersikap optimis, teliti,


dan berani mebuat suatu pernyataan yg menuruti keyakinan ilmiah kita
adalah benar.

c. Keterbatasan Dan Keunggulamn Mtode Ilmiah

1. Keterbatasan Indra Manusia Penglihatan, pendengaran, pengecapan,


pembauan, pengidraan, pengindraan dalam, dan keterbatasan ruang dan
waktu. Metode ilmiah tidak mampu menjangkau dalam membuat
kesimpulan tentang baik dan buruknya(system nilai), termasuk tidak
dapat menjangkau seni dan keindahan
2. Keungulan Metode ilmiah

a. Memiliki rasa ingn tahu/kuriositas yg tinggi dan kemampuan belajar yg


besar

b.Tidak menerima kebenaran tanpa bukti

c. Jujur

d. Terbuka

e. sekiptis(bersikap hati2)

f. Optimis

g. Pemberani, kreatif swadaya

d. Langkah-langkah Oprasionalo Metode Ilmiah

Langkah Pemecah masalah atau prosedur ilmiah dapat dirinci sebagai


berikut :
1) Pengindraan Merupakan langkah pertama dari metode ilmiah segala
sesuatu yg tidak dapat diindera, tidak dapat diselidiki oleh ilmu alamiah

2) Masalah/problem Setelah pengindraan dilakukan, maka langkah


berikutnya adalah menemukanya masalah.

3) Hipotesis Pertanyaan yg tepat akan menghasilkan suatu jawaban dan


jawaban itu bersifat sementara yg merupakan suatu dugaan.

4) Eksperimen Melakukan uji coba apa yg menjadi obyek


penelitian.Langkah2 tersebut yg lebih rinci adalah :

Perumusan Masalah Jelas Dan Arah Hal ini untuk menghidari biasan
masalah maka memerlukan kejelasan arah dan batas2 rumusan masalah

Peyusunan Hipotesis Jadi hipotesis adalah kebenaran yg masih rendah,

Pengajuan Hipotesis Untuk melakukan pengujian hipotesis, perlu adanya


pengajuan Hipotesis, untuk melakukan pengajuan ini kita harus
mengumpulkan fakta2 yg diuperoleh melalui pengamatan langsung,
dan eksperimen.

Penarikan kesimpulan Merupakan hasil alhir dari penelitian yg dilakukan


pd saat itu.
b. Sumber ilmu

Al-Quran

Islam mengajarkan bahwa Allah SWT. merupakan sumber dari segala


sesuatu, ilmu dan kekuasaannya meliputi bumi dan langit, yang nyata
maupun yang ghaib, dan tidak ada sesuatu yang luput dari
pengawasannya.

Firman Allah SWT. QS Taha ayat 98 yang Artinya :

sesungguhnya tuhanmu hanyalah Allah SWT. yang tidak ada tuhan


(yang berhak disembah) selain dia. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.
Allah SWT. adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan, baik ilmu
pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan khusus keagamaan. Ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan alam semesta dan seisinya, adalah
Allah yang maha mengetahui, ilmu keagamaan, sumber dan hukum-
hukum dalam syariat islam, semuanya adalah bersumber dari Allah SWT.

Allah yang menentukan dan memberikan pengetahuan kepada manusia


tentang syariat islam melalui utusannya nabi besar Muhammad SAW.
Segala yang diajarkannya berasal dari Allah SWT. Allah yang menciftakan
bumi dan langit, beserta seluruh isinya, yang didalamnya terdapat
pengetahuan untuk dipelajari oleh umat manusia. sebagaimana
disebutkan dalam surah Ar-Rahman ayat 1-4 bahwa Allah SWT telah
mengajarkan kepada manusia Al-Quran, Ia juga mengajarkan kepada
manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.

Artinya: dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jka kamu
memang orang-orang yang benar.(Al-Baqoroh:31)

Sumber ilmu yang primer dan utama adalah wahyu yang diterima oleh
nabi Muhammad SAW yang berasal dari Allah SWT. sebagai sumber dari
segala sesuatu. Allah SWT menurunkan wahyu kepada nabi Muhammad
SAW untuk menjadi pelajaran bagi umat manusia yang mengimaninya.
Al-Quran merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, oleh karena itu, Al-Quran menempati urutan pertama
dalam hierarki sumber ilmu dalam epistemology islam. Al-Quran sebagai
sumber ilmu, dijelaskan melalui ayat-ayat yang menyatakan bahwa Al-
Quran merupakan petunjuk bagi manusia dan alam semesta, yaitu
diantaranya dalam surah At-Takwir ayat 27, dan Al-Furqon ayat 1.
Artinya: Al-Quran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.

Artinya: Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Quran


kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam.

Al-Quran sebagai sumber ilmu pertama dan yang paling utama, karena
dari Al-quran lah semua ilmu berasal, dalam epistemology islam, sesuai
dengan turunannya Al-quran menjadi yang pertama, yang selanjutnya
sumber ilmu terdapat pada hadits nabi Muhammad SAW. Baik yang
berupa ucapan, perbuatan, dan ketatapannya.

2. Hadits

Hadits adalah sumber ilmu yang kedua setelah Al-quran, dalam kaitannya
dengan Alquran, hadits ada untuk menjelaskan sesuatu dalam al-Quran
yang tidak terperinci. yang tergambar dari perbuatan, ucapan, dan
ketatapan yang diberikan oleh nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah
SWT.
Allah SWT menyatakan bahwa Rasulullah SAW. Merupakan sumber ilmu
yang akan mengajarkan kitab serta hikmah

Artinya: Sebagaiman (kami telah menyempurnakan nikmat Kami


kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah), serta
mengajarkan kepada kamu yang belum kamu ketahui. (Al-Baqoroh: 151)

Al-quran dan Hadits adalah pedoman hidup, sumber ilmu, dan ajaran
islam, serta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Al-Quran merupakan sumber primer yang banyak memuat
pokok-pokok ajaran islam, sedangkan Hadits merupakan penjelas (Bayan)
bagi keumuman isi Al-quran.
3. Akal / Rasio ()

Sumber ilmu selain wahyu dalam epistemology islam adalah akal (Aql)
dan kalbu (qalb).Aql sebagai mashdar tidak disebutkan dalam Al-Quran,
tetapi sebagai kata kerja aqala ( )yang terdapat dalam al-Qur`an
sebanyak 49 kali kosa kata dalam berbagai bentuk. Semuanya
menunjukan unsure pemikiran pada manusia. Misalnya: -
. sebagaimana berikut: kata ( aqaluh) dijumpai dalam 1
ayat, kata ( taqilun) 24 ayat, ( naqil) 1 ayat, ( yaqiluha)1 ayat,
dan ( yaqilun) 22 ayat. Yang berarti paham dan mengerti.
Dalam Lisan al-Arab dijelaskan bahwa al-aql berarti al-hijr (menahan)
dan al-qil adalah orang yang menahan diri (yahbis) dan mengekang
hawa nafsu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa al-aql mengandung arti
kebijaksanaan (al-nuh), lawan dari lemah pikiran (al-humq).Al-aql juga
mengandung arti al-qalb (kalbu). Lebih lanjut disebutkan bahwa kata
aqala mengandung arti memahami.
Dari keseluruhan kosa kata yang berakar pada a-q-l dapat disimpulkan
bahwa al-aql adalah fitrah manusia yang berfungsi untuk mengerti atau
memahami sesuatu. Jelasnya akal merupakan fitrah yang dianugrahkan
kepada manusia untuk mendapat ilmu pengetahuan.
4. Indera

Dalam Al-Qur`an alat-alat indera yang beraktifitas dan berfungsi bagi


manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah al-sam dan al-absar.
Kata al-sam dan berbagai kata jadiannya disebut 185 kali, sedangkan
kata al-sam sendiri dijumpai 12 kali dalam Al-Qur`an. Kata al-absar dan
berbagai kata jadiannya disebut 148 kali. Sementara kata al-absar disebut
18 kali.

Al-Quran mengajak manusia untuk menggunakan indra dan akal


sekaligus dalam pengalaman manusia, baik yang bersifat fisik maupun
metafisik karena indra dan akal saling menyempurnakan.Ali Abdul Azhim
berpendapat bahwa kedua sumber tersebut tidak terpisah dan tidak
berdiri sendiri sebagaimana pemahaman empirisme dan rasionalisme.
Allah SWT selalu menyeru manusia untuk mengingat dan menggunakan
nikmat indra dan akal secara simultan.orang-orang yang mengabaikan
indra dan kalbunya, maka akan tersesat dan jauh dari kebenaran.

Artinya:Katakanlah (Muhammad), Siapakah yang memberi rezki


kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan)
pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan
siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab,
Allah. Maka katakanlah, Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?
(Yunus: 131).

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (An-Nahl: 78).

Artinya: Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran,


penglihatan, dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur. (Al-
Mu`minun: 78).
Artinya: Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ruh
(ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran,
penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.
(As-Sajdah: 9).

Manusia mempunyai kemampuan mendengar karena manusia diberikan


alat berupa telinga (uzun) dan kemampuan melihat karena manusia
diberikan alat berupa mata (ain). Mata, yang memiliki kemampuan
melihat, bisa saja tidak memberi manusia pengetahuan, oleh karena
qalbu-nya tidak paham (buta). Sesuatu yang jelas terlihat bahwa bagi Al-
Qur`an, al-sam dan al-basr adalah aktifitas

5. Hati (Fuad)
Kata fu`ad dan yang seakar kata dengannya tersebar dalam 16 ayat.
Semuanya dalam bentuk kata benda, yakni al-fu`ad dan al-af`idah.
Mahmud Yunus mengartikannya sebagai hati atau akal. Kedua kata ini
seakar dengan f`idah (jamak: faw`id) artinya faedah atau guna. Makna
yang dapat ditarik dari penggunaan Al-Quran terhadap kata al-fu`ad dan
al-af`idah adalah bahwa al-fu`ad memiliki fungsi akal (memahami,
mengerti), sama dengan al-qalb.



Artinya:Dan semua kisah-kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu
(Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di
dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan
peringatan bagi orang yang beriman.
Secara tekstual, Allah menceritakan, yang bermakna Nabi Saw
mendengarkan kisah-kisah Rasul terdahulu. Lalu dengan kisah-kisah itu
menjadi kuat fu`ad (hati) Nabi. Dengan al-fuad itu berarti Nabi
mendapatkan makna atau hikmah sejarah.

Dalam ayat lain disebutkan:



Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh hampir saja dia menyatakan
(rahasia tentang Musa), seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia
termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah).

Makna al-fuad dalam ayat terakhir juga sama dengan makna al-fuad pada
ayat sebelumnya. Makna yang sama juga dinyatakan oleh Allah ketika
menjelaskan bahwa hati Nabi Saw tidak mendustakan apa yang ia lihat
oleh beliau ketika Jibril mendekat kepadanya untuk menyampaikan
wahyu.
Berdasarkan ayat-ayat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa al-fu`ad
merupakan pusat dan pengendali bagi aktifitas al-aql dan al-qalb dalam
menetapkan pengetahuan yang benar, baik dan berguna bagi manusia.

Secara umum, bagi Al-Qur`an indera dalam dan luar manusia seperti
al-aql, al-qalb, al-fuad, al-sam, al-absar adalah alat untuk memperoleh
ilmu pengetahuan. Dan obyek pengetahuan adalah ayat-ayat Allah baik
yang qauliyah/tanziliyah maupun yang kauniyah. Berbeda sekali dengan
perspektif Barat yang memandang bahwa akal dan indera sebagai
fakultas yang memberi manusia pengetahuan. Hemat penulis, Barat
berpandangan demikian karena hirarki pengetahuan mereka hanya
berhenti pada tataran empirikal. Asumsi-asumsi teologis-metafisik telah
terputus dari epistemologi keilmuan Barat, sejalan dengan pandangan
humanis mereka yang sekular-ateistik.

Sebagai seorang muslim, tentunya kita harus meyakini bahwa sumber


ilmu yang utama itu adalah Al-Quran, dan dari Al-Quran ilmu
pengetahuan berasal. Kajian para ilmuan tentang berbagai disiplin ilmu
dan berbagai fenomena yang terjadi, sudah dibahas dalam Al-Quran.
Dalam Al-Quran ilmu-ilmu itu diperjelas kembali oleh As-sunnah (hadits),
sebagai turunannya. Seorang muslim menjadikan hadits sebagai sumber
hukum kedua setelah Al-Quran. Selanjutnya dalam qaidah pengambilan
hukum dalam islam digunakan pula landasan berupa ijma (Qaul ulama)
yang disandarkan pada Al-Quran dan hadist, dan yang terakhir Qiyas
sebagai sarana untuk kaum muslim melakukan ijtihad dengan metode
Qiyas sesuai dengan qaidah yang berlaku dikalangan ulama mujtahid.

2.KETERBATASAN ILMU
1. ilmu hanya mengetahui fenomena bukan realitas, atau mengkaji
realitas sebagai suatu fenomena (science can only know the
phenomenal, or know the real through and as phenomenal - R.
Tennant)
2. Ilmu hanya menjelaskan sebagian kecil dari fenomena
alam/kehidupan manusia dan lingkungannya
3. kebenaran ilmu bersifat sementara dan tidak mutlak
keterbatasan tersebut sering kurang disadari oleh orang yang
mempelajari suatu cabang ilmu tertentu, hal ini disebabkan ilmuwan
cenderung bekerja hanya dalam batas wilayahnya sendiri dengan suatu
disiplin yang sangat ketat, dan keterbatasan ilmu itu sendiri bukan
merupakan konsern utama ilmuwan yang berada dalam wilayah ilmu
tertentu.

B. PEMBAGIAN ILMU PENGETAHUAN


Pembagian Ilmu Pengetahuan :
Ilmu Alamiah,
Ilmu Sosial,
Ilmu Budaya.

Pengertian.
Ilmu Alamiah adalah ilmu yang mempelajari alam dan manusia serta
seluruh isi nya dan merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang
gejala-gejala dalam alam semesta. Bisa juga siebut IPA (ilmu pengetahuan
alam).
contohnya seperti peristiwa bencana alam, yaitu banjir, gempa bumi,
tsunami.

Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari semua aspek kemanusiaan


atau metode ilmiah untuk mempelajari aspek-aspek yang berhubungan
dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Bisa juga disebut IPS (ilmu
pengetahuan sosial).
contohnya seperti kegiatan-kegiatan sosial dan komunikasi antar sesama
anggota atau kelompok.

Ilmu Budaya adalah suatu ilmu yang mempelajari dasar-dasar atau


pengetahuan yang dapat memberikan pengertian umum tentang konsep-
konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia
dan kebudayaan.
contoh seperti budaya betawi saat melamar yang dipersiapkan
1. Sirih lamaran
2. Pisang raja
3. Roti tawar
4. Hadiah Pelengkap
5. Para utusan yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil orang
tua dari calon tuan mantu terdiri dari sepasang wakil keluarga ibu dan
bapak.

Perbedaan Ilmu Alamiah, Sosial dan Budaya.


ilmu alamiah lebih ditekan kan dengan gejala-gejala kehidupan alam
semesta,
ilmu sosial lebih ke soal interaksi antar sesama manusia.
ilmu budaya lebih menunjukkan konsep-konsep untuk mengkaji
masalah-masalah manusia.

C. KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU


PENGETAHUAN
1. Penghargaan terhadap ilmu
Apresiasi Islam terhadap Ilmu Umat Islam pernah mengalami masa
kejayaan. Hodgson menyatakan bahwa masa kemajuan Islam di dorong
oleh ayat yang berbunyi ; kamu adalah umat yang terbaik yang menyeru
kepada kebaikan dan meninggalkan segala keburukan(Q.S. al-Imran, 110).
Melalui kemajuan ilmu pengetahuan ini umat Islam pernah mengalami
kejayaan beberapa abad pada masa yang lalu.Ajaran Islam pertama kali
turun adalah ajaran membacaiqra lengkap-nya ayat itu berbunyi : Iqra
bismirabbika alladz khalaq (Q.S. al-Alaq, 1) yang artinya bacalah dengan
nama Tuhanmu yang yang menciptakan manusia dari segumpal darah.
Kata Iqra mengisyaratkan agar umat Islam membaca, membaca dan
membaca sebagai gerbang pengetahuan. Ayat itu diteruskan bacalah
dengan nama Tuhanmu melalui perantaraan qalam.

Qalam berarti pena atau alat menulis; artinya umat Islam setelah
membaca, menulis apa-apa yang dia baca; ini menggambarkan semangat
untuk menggali dan mengembang-kan ilmu pengetahuan. Kemudian
pentingnya ilmu pengetahuan dalam sebuah Hadist diisyarat-kan bahwa
apabila seorang ingin jaya di dunia tentu dengan ilmu, apabila ia ingin
berjaya di akherat juga dengan ilmu, tetapi apabila ingin berjaya kedua-
duanya hendaklah dengan ilmu.Dalam ayat al-Quran yang lain
disebutkan bahwa orang yang memiliki ilmu akan diangkat beberapa
derajat. Seperti ayat yang berbunyi: Yarfaillah alladzna man minkum
wa alladzna t al-ilma darajt artinya Allah mengangkat derajat orang
yang beriman dan berilmu dalam berbagai derajat (Q.S. al-Mujadilah, 11).
Ayat ini berlaku untuk semua orang apakah ia seorang Muslim atau tidak
apabila ia memiliki ilmu ia akan memperoleh derajat yang lebih tinggi.

Pentingnya ilmu ini di dalam Islam bahkan seorang menuntut ilmu


melebihi seorang ahli ibadah sekalipun. Dalam sebuah hadits disebutkan
bahwa orang yang sedang mengkaji ilmu pengetahuan pahalanya melebih
orang yang beribadah sepanjang malam.Dalam Islam isyarat
membedakan pentingnya ilmu agama daripada ilmu umum tidak
ditemukan.Dalam Islam hanya menggambarkan tidak semua orang perlu
pergi berperang, tetapi hendaklah ada sebagian orang Islam yang belajar
ilmu agama (fuqaha) (Q.S. al-Taubah, 122). Dengan demikian agama
Islam tidak mengajarkan bahwa ilmu agama lebih penting dari ilmu umum
atau ilmu lainnya.Tentang teknologi menurut Quraish Shihab ada sekitar
750 ayat al-Quran yang berbicara tentang alam materi dan
fenomenanya, yang termasuk katagori teknologi. Sebab menurutnya
teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk
memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan Kenya-manan manusia.
Antara lain ayat-ayat berikut yang artinya: Dan Dia menundukkan untuk
kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya
(sebagai anugerah) dari-Nya (Q.S. al-Jatsiyah, 13). Kemudian ayat berikut:
Segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ukuran (Q.S. al-Rad, 8). Kemudian
ayat lain lagi menyatakan: Kemudian Dia menuju kepada penciptaan
langit dan langit ketika itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepada-Nya, Datang-lah(tunduklah) kamu berdua (langit dan bumi)
menurut perintah-Ku suka atau tidak suka! Mereka berdua berkata, Kami
datang dengan suka hati (Q.S. Fushshilat, 11)[6]

Dalam sejarah Islam ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang


sangat pesat dalam waktu sekitar 5 abad lebih, bersamaan dengan itu
orang-orang Barat berada di alam kegelapan atau kebodohan.Ilmu
pengetahuan dalam Islam berkembang secara pesat pada masa Ban
Umayyah dan Ban Abbasiyah.Berkembangnya ilmu pengetahuan ini
didahului oleh penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab
yang berpusat di Bayt al-Hikmah di Baghdad.Ilmi-ilmu yang dicakup dalam
perkembangan ini adalah ilmu kedokteran, matematika, fisika, mekanika,
botanika, optika, astronomi di samping filsafat dan logika.Karya yang
diterjemahkan adalah karangan Galinos, Hipokrates, Ptolemeus, Euclid,
Plato, Aristoteles dan lain-lain. Buku-buku itu dipelajari oleh ulama-ulama
Islam dan mengalami perkembangan di bawah khalfah-khalfah Ban
Umayyah dan Ban Abbasiyah antara lain ilmu hitung, ilmu ukur, aljabar,
ilmu falak, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu alam, ilmu bumi, ilmu sejarah
di samping bahasa dan sastra arab.

Cendikiawan Muslim pada masa kemajuan Islam bukan hanya menguasai


ilmu dan filsafat yang mereka peroleh dari peradaban Yunani tetapi
mereka kembangkan ke dalam penyelidikan hasil-hasil mereka sendiri
dalam berbagai bidang ilmu. Pada masa ini berkembang universits-
universitar termasyhur di dunia yakni universitas Qordoba di Andalusia,
Universitas di Salamanka dan universitas di berbagai kota lainnya sebagai
tempat menuntut ilmu bagi kalangan Nasrani yang berasal dari berbagai
negara Eropa.Ilmu yang sangat menarik bagi khalfah adalah ilmu
kedokteran. Ali bin Rabba al-Thabary pada tahun 850 mengarang Firdaus
al-Hikmah adalah dokter pertama terkenal dalam Islam. Abu bakar
Muhammad bin Zakaria al-Razi pada tahun 865 yang di Eropa dikenal
dengan nama Rhazes ia mengepalai rumah sakit di Baghdad dan
menyusun ensiklopedi ilmu kedokteran yang berjudul Kitab al-Thib al-
Manshri dan al-Hawi yang diterjemahkan dalam bahasa latin dengan
nama Liber al-Mansoris dan Continens.

Begitu pula Ibnu Sina (Avicenna) bukunya al-Qann f al-Thib


diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan nama Canon dan Ibnu Rusyd
bukunya berjudul al-Kulliyt f al-Thib diterjemahkan dengan nama
Colliget.Dalam astronomi, astronom-astronom Islam di kenal di Eropa
antara lain al-Faraganus (Abu al-abb al-Farghani dan al-Battegnius
(Muhammad bin Jabr al-Battani). Mengenai sistem Heliosentris, al-Biruni
pernah menulis buku tentang hal itu, dan Abu Said al-Sijri membuat
astrolab atas dasar teori bumi berputar sekeliling bulan. Dalam ilmu
optika dapat disebut nama Abu Ali Hasan bin al-Haytsam di Eropa menjadi
al-Hazem bukunya berjudul al-Manzib diterjemahkan dalam bahasa latin
tahun 1572 M. Dalam bukunya dia berteori bahwa bendalah yang
mengirim cahaya ke mata bukan sebaliknya. Dari proses pengiriman
cahaya itulah timbul gambaran benda dalam mata. Dalam bidang geografi
dapat di sebut nama Abu al-Hasan al-Masudi, pengarang buku Muruj al-
Dzahab dan Madin al-Jauhar, menjelajah dunia yang dikenal pada
zamannya dan datang ke Timur sampai kepulauan Indonesia. [7]

Ulama-ulama Islam meninggalkan pula buku-buku dalam ilmu hewan, ilmu


tumbuh-tumbuhan, antropologi dan geologi.Al-Jahiz dalam bukunya Kitab
al-Hayyawan yang berbicara tentang evolusi dan antropologi. Dengan
diterjemahkannya buku ilmiah karangan ilmuan Islam tersebut ke dalam
bahasa latin, ilmu pengetahu-an diambil oleh orang Eropa, ketika umat
Islam mengalami kemunduran dalam sejarah kebudayaannya. Dekade
kemunduran ilmu dan sains datang. Sejalan dengan kemajuan ilmu Islam
tersebarnya ke berbagai penjuru dunia, pemikiran dalam mengem-
bangkan ilmu pengetahuan agama seperti ilmu fiqh, tafsir, hadits, tauhid
mengalami kemajuan pesat, sementara pengetahuan umum seperti
kedokteran, astronomi dan lainnya mengalami kemunduran.Pemikiran
pemikiran keagamaan memproleh penghargaan yang tinggi dan
menjadikan seseorang terhormat, sementara penguasaan orang terhadap
ilmu non agama tidak mendapatkan tempat. Pada masa ini pula ditandai
oleh pola perilaku raja-raja Islam yang tidak sesuai dengan norma Islam
yang hidup bermewah-mewah, menyebabkan banyak orang Islam
menghindari kehidupan dunia dan pergi menyendiri atau belajar agama
untuk memperbaiki keadaan.

Pemerintah yang berdasarkan keturunan cenderung diperebutkan antara


satu anak keturunan dengan keturunan lainnya. Kemudian, masyarakat
disibukkan dengan diskursus masalah-masalah ketuhanan, apakah Tuhan
dominan dalam menentukan nasib manusia atau sebaliknya atau akallah
penentu segala-galanya dan yang lain berpandangan tidak. Pemikiran
Asyari, Mutazilah dan pemikiran lainnya mewarnai jagad ilmu saat itu.Di
tengah kondisi ini negara-negara Islam saling menyerang atau antara satu
keturunan raja dengan yang lainnya saling bermusuhan, umat Islam
sudah jauh dari norma-norma Islam, generasi mudanya yang bakal
menjadi ulama sangat mengagung-agungkan filsafat helenisme, sehingga
muncul diskursus antar mereka yang sering menimbulkan ketegangan.

Melihat fenomena itu banyak ilmuan Islam yang mendalam ilmu tashawuf
dan memandang pentingnya mendalami ajaran agama, untuk
membawa umat Islam mendekatkan diri pada al-Khaliq.Al-Ghazali salah
seorang ilmuan terkenal mengarang buku Ihya Ulmuddn yang berteori
bahwa menuntut ilmu agama merupakan kewajiban ain sementara
menuntut ilmu non agama merupakan wajib kipyah. Sehingga melalui
salah satu teori al-Ghazali ini telah mempengaruhi frame atau mainset
berfikir umat dan berkembanglah ilmu agama Islam, sejalan dengan itu
ilmu non agama mengalami kemunduran. Padahal, di dalam Islam tidak
ada pemisahan antara al-dn dan al-ilm.Ilmu dalam keadaan demikian
ilmu yang memiliki kaitan dengan masalah-masalah asal-usul,
pertumbuhan dan berjalan manusia dengan orientasi tran-sendental dan
dengan nilai-nilai rohani. Hasan Abd al-Ala berpendapat bahwa dengan
cara yang memisahkan antar ilmu dan agama dari sudut pandang di atas
jelas keliru. [8]

Sebagai konsekuensi dari tidak adanya pemisahan antar ilmu dan agama,
dapat pula ditegaskan bahwa tidak ada pemisahan antara apa yang
disebut dengan ilmu agama dan ilmu umum. Munir Mursi menyatakan
bahwa seluruh ilmu adalah islami sepanjang berada dalam batas-batas
yang digariskan Allh kepada kita.Hanya saja memang harus diakui
bahwa menurut Muhammad Said Ramadan bahwa ilmu itu ada ilmu ilahi,
ialah ilmu yang memberikan manusia pengetahuan yang menyeluruh dan
lengkap (al-Marifah al-Kmilah al-Samilah), ilmu-ilmu itu hanya terwujud
melalui kitab Allh. Hanya para Nab dan Rasl yang dapat memperoleh
ilmu ilahi secara sempurna.Ada pula ilmu atas hasil kreasi manusia yang
bersifat nisbi seperti kimia, biologi, kedokteran dan lainnya. Kenisbian
ilmu manusia ini didasari oleh alasan-alasan berikut:

Pertama, adanya keterbatasan perangkat-perangkat pengetahuan yang


diberi-kan Tuhan kepada manusia. Kedua, indra, akal dan ruh yang dimiliki
manusia adalah media terbatas baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Ketiga, keterbatasan kawasan yang dapat ditangkap perangkat tersebut
mengingat manusia hanya dapat menangkap sesuatu yang sifatnya
materi yang tidak meliputi alam ghaib.Keempat, ilmu yang diperoleh dan
ditampung manusia juga terbatas.Oleh karena itu, kenisbian ilmu manusia
harus selalu dikonfirma-si dengan sumbernya yaitu kebenaran mutlak
yang dicakup ilmu Tuhan. Dengan kata lain ilmu pengetahuan yang nisbi
harus dihubungkan dengan ilmu ilahi agar menuju kepada kesatuan ilmu,
sesuai dengan kesatuan Tuhan. Dengan demikian ilmu yang harus
dikuasai menurut pandangan Islam adalah segala ilmu yang dapat
membawanya menuju iman kepada Allh, dalam kaitan inilah Islam
memasukkan pancaran ilmu sebagai amalan yang sangat terhormat,
bahkan sebagian dari ibadah.[9]

2.PERINTAH MENUNTUT ILMU


Dalil Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

Dalil Al-Qur'an :

Artinya :

"Wahai orang-orang yang beriman!Apabila dikatakan kepadamu,"Berilah


kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu,
maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa
derajat". Q.S Al-Mujadalah ayat 11



Artinya ;

mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: 489.05pt 503.25pt; text-align:


justify;"> "Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi
kemedan perang, mengapa sebagian diantara mereka tidak pergi untuk
memperdalam ilmu pengetahuan agama mereka dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka
dapat menjaga dirinya " QS. At-Taubah ayat :122

Dari ayat 1 tersebut diatas, maka jelaslah bahwa menuntut ilmu adalah
merupakan perintah lansung dari Allah. karena orang yang menuntut ilmu
akan diangkat derajatnya oleh Allah beberapa derajat, sedangkan ayat
yang ke2 menjelaskan bahwa diwajibkan untuk menuntut ilmu agama dan
kedudukan orang yang menuntut ilmu harus mampu menjadi pengingat
bagi orang yang tidak tau masalah agama serta mampu menjaga diri dari
hal-hal yang bisa menjerumuskan kedalam lembah kenistaan.

Dalil Hadits :

Banyak hadits yang menjelaskan perintah kewajiban menuntut ilmu


diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah




Artinya :

"Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu
itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan
ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara,
atau emas" HR.Ibnu Majah

Dari hadits tersebut diatas mengandung pengertian, bahwa mencari


ilmu itu wajib bagi setiap muslim, kewajiban itu berlaku bagi laki-laki
maupun perempuan, anak-anak maupun orang dewasa dan tidak ada
alasan untuk malas mencari ilmu. Ilmu yang wajib diketahui oleh settiap
muslim adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata cara peribadatan
kepada Allah SWT. Sedangkan ibadah tanpa ilmu akan mengakibatkan
kesalahan-kesalahan dan ibadah yang salah tidak akan dapat diterima
oleh Allah. Sedangkan orang yang mengajarkan ilmu kepada orang yang
tidak mengetahui atau tidak paham maka akan sia-sia. Maksudnya, ilmu
itu harus disampaikan sesuai dengan taraf berfikir si penerima ilmu,
memberikan ilmu secara tidak tepat diibaratkan mengalungkan perhiasan
pada babi, meskipun babi diberikan perhiasan kalung emas maka babi
tetap kotor dan menjijikkan.

Anda mungkin juga menyukai