PENDAHULUAN
budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama dan bahasa yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke dan disetiap wilayah tersebut d ihuni oleh suku bangsa
memiliki kesamaan fisik, bahasa serta adat istiadat, dari beragamnya suku bangsa
yang ada di Indonesia maka setiap suku bangsa memiliki budaya sebagai ciri
khasnya.
memiliki 6 sub-etnis terdiri dari Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,
Batak Pak-Pak, Batak Angkola dan Batak Mandailing. Batak dalam persepsi
kebudayaan dapat diartikan sebagai salah satu suku yang mendiami wilayah
geografis Sumatera Utara dan dapat dikatakan Batak dengan syarat mutlak
memiliki garis keturunan dari bapak atau yang sering disebut patrilineal.
“orang Batak Toba” begitupun dengan sub-etnis Batak yang lain memilih
Batak Mandailing adalah salah satu sub-etnis dari Suku Batak yang
dan Kota Padang Sidempuan. Dari kepadatan penduduk etnis Batak Mandailing
1
2
yang bernama Tuan Syeh Muhammad Basyir Nst yang diawalin dengan yang
membuka lahan permukiman di Gampong Alue Merbau Kota Langsa. Hal ini
berasal dari kampung luhur untuk bermukim di Gampong Alue Merbau Kota
Langsa.
Gampong ini dihuni oleh etnis Batak Mandailing pada tahun 1828 dan dapat
dikatakan bahwa penduduk asli Gampong Alue Merbau Kota Langsa adalah etnis
Batak Mandailing. Sebagai ciri khas budaya Batak Mandailing dan sub-etnis
Batak lainnya memiliki budaya yaitu tidak boleh melakukan perkawinan satu
marga yang sudah diterapkan secara turun-temurun dari nenek moyang dan
satu marga akan mendapakan hukuman dan sanksi adat dari masyarakat daerah
merupakan hukum masyarakat yang tidak tertulis dalam bentuk per Undang-
Hukum dan sanksi adat merupakan hukum asli yang dibuat dan disepakai
bersama oleh masyarakat adat Batak Mandailing yang dimana pada masa dahulu
hukum dan sanksi adat dijadikan sebagai pedoman bagi seluruh aspek kehidupan
3
masyarakat adat. Hukum dan sanksi adat Batak Mandailing memiliki karakteristik
berbeda dengan hukum pidana yang merupakan warisan dari penjajah di wilayah
pemahaman yang mendalam ketika akan memberikan hukum dan sanksi adat.
Berkaitan dengan itu, ada tiga macam sistem perkawinan dalam adat Batak
perempuan yang memiliki marga yang sama dengan dirinya. Kedua, endogami
suku, klan dan family. Ketiga, eleuthrogami yaitu perkawinan yang tidak
perempuan yang memiliki marga yang sama dengan dirinya. Masyarakat Batak
dikarenakan satu marga dapat dikatakan termasuk kedalam ikatan satu darah atau
kahanggi, anak boru, dan mora sehingga tujuan Dalihan Na Tolu tidak dapat
dicapai oleh keturunan serta akan merusak persaudaraan yang apabila di antara
laki-laki dan perempuan yang menikah semarga bercerai maka akan rusak
partuturannya. Karena disetiap hal apa yang dilakukan masyarakat adat Batak
4
serta tumbuh- tumbuhan yang ada di sekeliling menjadi guru yang sangat
berharga dan berpengaruh besar dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu dan
kenyataannya dalam banyak hal masih dipakai dan dilestarikan sampai saat ini
Namun pada masa ini ada beberapa ditemukan pasangan yang melakukan
perkawinan satu marga yang berasal dari etnis Batak Mandailing, perkawinan ini
dilakukan karena adanya perbedaan boleh atau tidaknya perkawinan satu marga
dilakukan. Pada kesempatan kali ini, peneliti memfokuskan pada salah satu
Gampong yang terdapat di Kota Langsa, yaitu Gampong Alue Merbau Kota
Langsa.
5
Hal yang menarik untuk diteliti dan dikaji karena hukum adat menjadi
hakikat yang kuat bagi masyarakat Batak Mandailing. Dari ini dapat dirumuskan
2. Bagaimana hukum dan sanksi adat perkawinan satu marga etnis Batak
Langsa.
2. Untuk mengetahui hukum dan sanksi adat terhadap perkawinan satu marga
a. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan bagi peneliti lain
Mandailing.
b. Manfaat Praktis
budaya yang ada di Gampong Alue Merbau Kota Langsa sebagai warisan
satu marga etnis Batak Mandailing sehingga hasil penelitian ini dapat