Anda di halaman 1dari 9

LARANGAN MENIKAH SATU KAUM DALAM MASYARAKAT SUKU

PEKAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF ISLAM (STUDI KASUS DI


KECAMATAN MALIN DEMAN KABUPATEN MUKOMUKO)

Devi Marlina
Program Studi Ahwal Syakhsiyyah Pascasarjana IAIN Bengkulu
Email: devimarlina@gmail.com

Abstract: The purpose of this study is to know and analyze the marriage of one kaum in Pekal society in Malin
Deman sub-district of Mukomuko regency in banned and to know the view of Islamic law concerning the
prohibition of marriage of one people in Pekal society in Kecamatan Malin Deman of Mukomuko Regency.
The results of the study showed that the prohibition of marrying one of the people in Pekal sub-district, Malin
Deman sub-district of Mukomuko Regency, due to the relative nature of the kinship relationship, is feared to
damage the relationship of silaturrahim, it is feared there will be marriage between siblings, consider one
brothers and to decide which dunsanak ) which does not, educate shame, and a strong conviction that there
will be a bad thing against the descent and view of Islamic law concerning the prohibition of marriage of one
kaum in Pekal tribe society in Malin Deman sub-district Mukomuko regency is not in accordance with Islamic
law because one brother not included in those who are forbidden to be married according to the Qur’an and
Sunnah. Thus can be said marriage of one punishable people may (mubah).
Keywords: Prohibition of marriage, one clan and the pekal

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perkawinan satu kaum dalam
masyarakat suku Pekal di Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko di larang dan untuk mengetahui
pandangan hukum Islam mengenai larangan perkawinan satu kaum dalam masyarakat suku Pekal di
Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa larangan
menikah satu kaum dalam masyarakat suku Pekal Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko di
karenakan rancunya hubungan/ silsilah kekerabatan, dikhawatirkan merusak hubungan silaturrahim,
dikhawatirkan akan terjadi perkawinan antara saudara kandung, menganggap satu kaum bersaudara dan
untuk menentukan mana dunsanak (saudara) mana yang tidak, mendidik rasa malu, dan keyakinan yang
kuat bahwa akan terjadi hal yang buruk terhadap keturunan dan pandangan hukum Islam mengenai larangan
perkawinan satu kaum dalam masyarakat suku Pekal di Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko
tidaklah sesuai dengan hukum Islam, karena saudara satu kaum tidak termasuk dalam orang-orang yang
haram dinikahi menurut al-Qur’an dan Sunnah. Dengan demikian dapat dikatakan perkawinan satu kaum
berhukum boleh (mubah).
Kata kunci: Larangan menikah, satu kaum dan suku pekal

183
Manthiq Vol. 2, No. 2, November 2017

Pendahuluan dan ketetanggaan serta menyangkut upacara


Perkawinan merupakan salah satu tahapan adat dan keagamaan. Begitu juga menyangkut
yang penting dalam perjalanan hidup seorang kewajiban mentaati perintah dan larangan
manusia. Perkawinan sangat dipengaruhi oleh keagamaan, baik dalam hubungan manusia
adat istiadat yang tidak terlepas dari pengaruh dengan Tuhannya (ibadah) maupun hubungan
latar belakang budaya keluarga dan lingkungan manusia dengan sesama manusia (mua’malah)
serta pergaulan masyarakat. Disamping itu juga dalam pergaulan hidup agar selamat di dunia
tak kalah pentingnya adalah adanya pengaruh dan selamat di akhirat.4
agama atau kepercayaan yang melingkupi Dikalangan masyarakat suku Pekal Kecamatan
perbuatan hukum tersebut. Namun pengaturan Malin Deman Kabupaten Mukomuko masih
perkawinan menurut hukum adat yang hidup di terdapat budaya atau kepercayaan terhadap
dalam masyarakat tidaklah dapat dikesampingkan larangan menikah satu kaum. Kaum menurut
kehadiran dan keberadaannya. Hal ini disebabkan kamus besar bahasa Indonesia yaitu suku bangsa,
karena hukum adat adalah refleksi budaya serta sanak saudara, kerabat, keluarga, golongan
penjelmaan dari jiwa masyarakat.1 (orang yang sekerja, sepaham, sepangkat, dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang sebagainya): dan keluarga garis matriline.5 Artinya
Perkawinan adalah suatu produk hukum masyarakat suku Pekal Kecamatan Malin Deman
nasional yang berlaku bagi seluruh warga tidak boleh menikah pada kaum yang sama.
negara Indonesia dan bersifat menghapuskan Masyarakat suku Pekal beranggapan bila menikah
keberlakuan hukum perkawinan adat yang ada pada kaum yang sama, maka masyarakat suku
dalam masyarakat Indonesia. Namun tidak dapat Pekal percaya dan mempunyai keyakinan bahwa
dipungkiri bahwa setelah berpuluh-puluh tahun pasangan yang melaksanakannya perkawinan
sejak hukum perkawinan nasional itu disahkan, tersebut akan mendapat petaka, yaitu perkawinan
hukum perkawinan adat pada kenyataannya akan banyak cobaan baik adanya perpecahan
masih tetap berlaku sampai sekarang. dalam rumah tangga mereka yang tiada henti
dan akan berakhir pada perceraian, yang
Dalam pandangan Islam perkawinan itu
menimbulkan dampak yang kurang baik pada
bukanlah hanya urusan perdata semata, tetapi
keturunan- keturunan mereka kelak.6
merupakan masalah dan peristiwa agama, oleh
karena perkawinan itu dilakukan adalah untuk Masyarakat suku Pekal sebagai salah satu
memenuhi perintah Allah dan Sunnah Nabi dan dari 8 Suku yang terdapat di wilayah Propinsi
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah dan Bengkulu, Suku ini berada diantara dua suku
petunjuk Nabi.2 dominan berada diperbatasan yakni Suku
Minangkabau dan suku Rejang. Di utara wilayah
Hukum adat di Indonesia pada umumnya
kebudayaan Pekal berbatasan dengan daerah
perkawinan itu bukan saja berarti sebagai
budaya suku Muko-muko, di Timur berbatasan
“perikatan perdata”, tetapi juga merupakan
langsung dengan daerah budaya suku Rejang, di
“perikatan adat” dan sekaligus merupakan
Selatan berbatasan dengan wilayah suku Rejang
perikatan kekerabatan dan ketetanggaan.3 Dalam
yaitu urai Bengkulu Utara dan di Barat berbatasan
hukum adat terjadinya suatu ikatan perkawinan
langsung dengan lautan Indonesia.7
bukan semata-mata membawa akibat terhadap
hubungan-hubungan keperdataan, seperti hak Masyarakat suku Pekal Kecamatan Malin
dan kewajiban suami isteri, harta bersama, Deman Kabupaten Mukomuko mengenal satu
kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, sistem kekerabatan yang dikenal dengan tungku
tetapi juga menyangkut hubungan-hubungan adat tiga. Hal ini dianalogikan dengan tiga tungku
istiadat kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan memasak di dapur, di mana dahulu kebiasaan

4
1
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia …. h.8.
5
Menurut Perundangan Hukum Adat dan Hukum Agama, Dep P dan K, Kamus Besar Bahasan Indonesia, (Jakarta:
(Bandung: CV. Mandar Maju) 2003), h.5 Balai Pustaka, 2000), h.721
2 6
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Wawancara dengan Ainul Yakin, Tokoh Adat Masyarakat
Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Malin Deman, tanggal 25 Januari 2017.
(Jakarta: Kencana, 2007), h. 48. 7
Wawancara dengan Damrah, Tokoh Adat Masyarakat Malin
3
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia … h.7 Deman, tanggal 25 Januari 2017

184
Devi Marlina: Larangan Menikah Satu Kaum dalam Masyarakat Suku Pekal

masyarakat suku Pekal Kecamatan Malin Deman penelitian yang ditunjukan untuk mendapatkan
memasak dengan tungku yang terbuat dari batu, saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan
kemudian disusun berbentuk segi tiga. Sistem untuk mengatasi masalah-masalah tertentu.10
kekerabatan ini menjadi falsafah masyarakat Adapun jenis data yang digunakan dalam
suku Pekal Kecamatan Malin Deman Kabupaten penelitian ini ada dua, yaitu data Primer merupakan
Mukomuko.8 Dengan adanya falsafat tersebut data pokok yang di dapat dari hasil wawancara
maka berlaku larangan menikah satu kaum. penulis kepada responden, yaitu kepala adat,
Untuk itu laki-laki yang ingin menikah harus tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat
mencari wanita diluar kaumnya, begitu juga yang telah melakukan pernikahan sekaum di
dengan perempuan harus menikah dengan laki- Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko.
laki di luar kaumnya. Data sekunder merupakan data penunjang yang
Hal ini tentu akan menimbulkan masalah, di dapat dari buku-buku atau artikel-artikel, jurnal-
yaitu terlanggarnya hukum adat yang mengatur jurnal serta dokumentasi yang ada hubungan
tentang larangan perkawinan ini apabila ada kepada permasalahan yang di angkat.
masyarakat suku Pekal kecamatan Malin Deman Metode pengumpulan data meliputi ; Observasi
tersebut yang akan melangsungkan pernikahan diartikan sebagai pencatatan dan pengamatan
satu kaum. secara langsung terhadap objek penelitian.
Observasi ini penulis gunakan untuk mengamati
Rumusan Masalah kepercayaan masyarakat Kecamatan Malin Deman
1. Mengapa perkawinan satu kaum dalam yaitu tradisi menikah satu kaum apakah sudah
masyarakat suku Pekal di Kecamatan Malin sesuai atau tidak dengan ketentuan hukum Islam.
Deman Kabupaten Mukomuko di larang? Menurut Moleong11 wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
2. Bagaimana pandangan hukum Islam mengenai
dua pihak yaitu pewawancara dan terwawancara
larangan perkawinan satu kaum dalam
untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang
masyarakat suku Pekal di Kecamatan Malin
diajukan. Wawancara ini penulis gunakan untuk
Deman Kabupaten Mukomuko?
mengetahui tentang faktor penyebab larangan
menikah suatu kaum. Dokumentasi, yaitu cara
Tujuan Penelitian mengumpulkan data yang terkait dengan fokus
1. Untuk me ngeta hu i dan men gan alisis penelitian yang berasal dari dokumen-dokumen
perkawinan satu kaum dalam masyarakat yang didapat dari obyek penelitian. Data tersebut
suku Pekal di Kecamatan Malin Deman bisa berupa letak geografis, demografis maupun
Kabupaten Mukomuko di larang. kondisi penduduk yang menjadi obyek kajian.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam
mengenai larangan perkawinan satu kaum Pembahasan
dalam masyarakat suku Pekal di Kecamatan Pengaturan Hukum Perkawinan
Malin Deman Kabupaten Mukomuko. Bagi umat Islam Indonesia, aturan mengenai
perkawinan menjadi persoalan sejak masa
Metode Penelitian sebelum kemerdekaan. Seperti dimaklumi,
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan sebelum lahirnya UU No.1 tahun 1974, di Indonesia
penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan berlaku berbagai macam hukum perkawinan
adalah yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris sebagai peraturan pokok dalam pelaksanaan
adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan perkawinan, antara lain hukum adat yang berlaku
cara meneliti data secara langsung di lapangan bagi golongan masyarakat Indonesia asli dan
(masyarakat) untuk mendapatkan data primer.9 Hukum Fiqih Islam bagi yang beragama Islam.12
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu
10
Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:
8
Wawancara dengan Ainul Yakin, Tokoh Adat Masyarakat UI Press, 1996), h. 10.
11
Malin Deman, tanggal 25 Januari 2017. Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif…, h, 186
9 12
Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta:
Normatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 1985), h. 14-15. Ghalia Indonesia,1992), h. 11

185
Manthiq Vol. 2, No. 2, November 2017

Di Indonesia ketentuan yang berkenaan Sedangkan pada seminar Hukum Adat di


dengan perkawinan telah diatur dalam peraturan Yogyakarta pada tahun 1975 menyebutkan bahwa
perundang-undangan negara yang khusus berlaku Hukum Adat merupakan Hukum Indonesia asli yang
bagi warga Negara Indoneisa. Aturan perkawinan tidak tertulis dalam bentuk Perundang-Undangan
yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 1 RI, yang disana sini mengandung unsur agama.15
Tahun 1974 dan peraturan pelaksanaannya dalam Sistem Hukum Adat bersendi atas dasar alam
bentuk Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun pikiran bangsa Indonesia, yang tidak sama dengan
1975. Undang-undang ini merupakan hukum alam pikiran yang menguasai sistem Hukum
materiil dari perkawinan, sedangkan hukum Barat. Oleh karena itu, untuk dapat memahami
formalnya ditetapkan dalam Undang-Undang sistem Hukum Adat orang harus menyelami dasar-
Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor dasar alam pikiran yang hidup dalam masyarakat
3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. Indonesia.16 Namun sebagian besar sarjana Hukum
Sedangkan sebagai aturan pelengkap yang Indonesia memandang rendah terhadap Hukum
akan menjadi pedoman bagi hakim di lembaga Adat. Karena mereka umumnya lebih mengenal
Peradilan Agama adalah Kompilasi Hukum dan menguasai Hukum Belanda daripada Hukum
Islam di Indonesia yang telah ditetapkan dan Adat. Sehingga mendengar Hukum Adat akan
disebarluaskan melalui Instruksi Presiden Nomor terbayang suatu sistem Hukum yang kuno, using
1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. dan tidak sempurna, tradisionil dan statis, yang
Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah suatu tidak mungkin dapat mengikuti perkembangan
himpunan bahan-bahan Hukum Islam dalam suatu alam modern.17
buku atau lebih tepat lagi himpunan kaidah-kaidah
Hukum Islam yang disusun secara sistematis 2. Berlakunya Hukum Adat Mukomuko
selengkap mungkin dengan berpedoman pada Adat yang berlaku di Mukomuko bersumber
rumusan kalimat atau pasal-pasal yang lazim kepada Adat Minang Kabau, disini juga dikenal
digunakan dalam peraturan perundangan. Kompilasi pepatah Adat bersendi syarak, syarak bersendi
hukum Islam terdiri dari 3 buku: buku I tentang kitabullah, syarak mengato Adat memakai.
hukum perkawinan, Buku II: tentang Hukum, Pepatah lainnya yang tidak asing di telinga
Kewarisan, Buku III: tentang Hukum Perwakafan. masyarakat Mukomuko adalah kemenakan
Selain itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berajo pada mamak, mamak berajo ke penghulu,
Indonesia (khususnya Masyarakat Islam) agar penghulu berajo ke nan bana, bana badiri
didalam bidang hukum perkawinan, kewarisan, dan sandirinya sesuai alur dengan patut. Mamak
perwakafan didapati ketentuan hukum yang lebih berpandang tajam, kemenakan berleher genting.
lengkap, pasti dan mantap sesuai dengan sasaran
kemerdekaan bangsa Indonesia yangberdasarkan 3. Sistem Kekerabatan Adat
Pancasiia dan UUD 1945.13
Sistem kekerabatan tidak dapat dilepaskan dari
garis keturunan seseorang. Dalam penerapannya
Hukum Adat di Indonesia penarikan garis keturunan ini diatur oleh Hukum
1. Hukum adat secara umum kekerabatan Adat yang berlaku pada masyarakat
Hukum Adat sendiri ialah Hukum yang hidup tersebut. Hal ini terlihat pada pengertian Hukum
dan berlaku dalam masyarakat Indonesia yang kekerabatan Adat yang dikemukakan Hilman
dalam perkembangannya mengalami proses Hadikusuma, “Hukum kekerabatan Adat adalah
penyempurnaan, menebal dan menipis. Soekanto aturan-aturan Hukum Adat yang mengatur
pada tahun 1981 mengemukakan bahwa Hukum bagaimana hubungan antar warga Adat yang
Adat diartikan sebagai komplek Adat-Adat yang satu dengan warga Adat yang lain dalam ikatan
kebanyakan tidak dikitabkan, tidak dikodifikasikan kekeluargaan.18
dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi dan
akibat Hukum.14 15
Andry Harijanto Hartiman, Bahan Ajar Hukum Adat…h.8
16
Andry Harijanto Hartiman, Bahan Ajar Hukum Adat…h.25
17
13
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Andry Harijanto Hartiman, Bahan Ajar Hukum Adat…h.28
Akademika Pressindo, 1999), h. 1 18
Hilman Hadikusuma, Hukum Kekerabatan Adat, (Jakarta:
14
Andry Harijanto Hartiman, Bahan Ajar Hukum Adat…h. 10 PT. Pajar Agung, 1999), h. 15

186
Devi Marlina: Larangan Menikah Satu Kaum dalam Masyarakat Suku Pekal

Penduduk asli wilayah Mukomuko adalah Etnis Didalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa per-
Minang Mukomuko yang merupakan bagian dari kawinan untuk menciptakan kehidupan keluarga
Rumpun Minangkabau. Secara Adat, budaya, dan antara suami isteri dan anak-anak serta orang
bahasa, dekat dengan serumpunnya di wilayah tua agar tercapai suatu kehidupan yang aman,
Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Sehingga tentram (sakinah), pergaulan saling cintai-men-
sistem kekerabatan Mukomuko yaitu Matrilineal.19 cintai (mawaddah), dan saling menyantuni
(rahmah). Hal ini sesuai dengan firman Allah
4. Suku Bangsa Mukomuko dalam surat Ar-Ruum/30: 21 yang berbunyi:
Penduduk asli Mukomuko terdiri dari 2 suku ‫ﮉﮊﮋﮌﮍ ﮎﮏ ﮐ‬
bangsa, yaitu Mukomuko dan Pekal. Suku bangsa
Mukomuko masih menganut tipe kesatuan kerabat ‫ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖﮗ ﮘ‬
yang disebut kaum. Ada Enam Kaum di Kabupaten ‫ﮙﮚﮛﮜ ﮝ‬
Mukomuko yaitu Kaum Berenam Dihulu, Kaum
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Delapan Ditengah, Kaum Empat Belas, Kaum
dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
Berenam Dihilir, Kaum Lima Suku, Kaum Gersik.20
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
5. Sistem Perkawinan Adat
di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang pada yang demikian itu benar-benar terdapat
paling tinggi dan paling abstrak dari Adat-istiadat. tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu
Adapun tujuan dari perkawinan antara lain
merupakan konsep-konsep mengenai apa yang
sebagai berikut:
hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari
warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang 1) Melanjutkan keturunan
mereka anggap bernilai, berharga dan paling Fitrah yang sudah ada dalam diri manusia
penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi ini diungkapkan dalam firman Allah dalam
sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan Q.S an-Nahl/16: 72 yang berbunyi:
orientasi kepada kehidupan masyarakat.
‫ﰁﰂﰃﰄﰅﰆ ﰇﰈﰉ‬
Perkawinan Dalam Islam ‫ﰊ ﰋ ﰌ ﰍ ﰎ ﰏﰐ‬
Pengertian dan Tujuan Perkawinan ‫ﰑ ﰒﰓﰔﰕﰖ‬
Perkawinan menurut bahasa (az-zawaj) diartikan
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari
pasangan atau jodoh. Sedangkan menurut syara’,
jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari
secara umum fuqaha’ memberikan definisi akad isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu,
zawaj adalah pemilikan sesuatu melalui jalan yang
dan memberimu rezki dari yang baik-baik.
disyari’atkan dalam agama.21
Maka Mengapakah mereka beriman kepada
Dalam agama Islam perkawinan disebut yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?
“nikah”, yang berarti melakukan suatu akad
2) Menenteramkan jiwa
atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara
Allah menciptakan manusia berpasang-
seorang laki-laki dan seorang perempuan serta
pasangan dan tidak hanya manusia saja, tetapi
menghalalkan hubungan kelamin antara kedua-
juga hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hal itu
nya, dengan dasar suka rela dan persetujuan
adalah sesuatu yang alami, yaitu pria tertarik
bersama demi terwujudnya keluarga (rumah
kepada wanita dan begitu sebaliknya.
tangga) bahagia, yang diridhai oleh Allah SWT.22
3) Menjaga diri dari perbuataan yang tercela
19
Anonim,( http ://war isa nb ud a ya Ind onesia .info/vie w/
Seorang tokoh agama Yahudi yang ber-
warisan/2295) diakses pada hari selasa tanggal 11 februari 2017 nama Farwed pernah menjelaskan kepada
pukul 12.30 Wib pengikutnya, bahwa mereka harus me-
20
Badan Musyawarah Adat…, h. 17
lampiaskan insting biologis, dengan dalil
21
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: PT
Rajawali Pers, 2010), h, 68
22
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan (Yogyakarta: Liberty, 1996), h,15

187
Manthiq Vol. 2, No. 2, November 2017

bahwa tanpa tindakan tersebut akan me- haram, yang disebut Haram Sementara Waktu.25
nyebabkan seseorang mengalami gangguan 1) Haram Selamanya.
pada kejiwaannya. a) Disebabkan oleh adanya hubungan
4) Latihan Memikul tanggung jawab kekerabatan;
Apabila perkawinan untuk mengatur fitrah b) Larangan perkawinan karena adanya
manusia, dan mewujudkan kelangsungan hubungan perkawinan yang disebut dengan
hidup manusia di muka bumi, maka factor hubungan mushaharah;
yang keempat yang tidak kalah pentingnya c) Karena hubungan persusuan.
dalam perkawinan adalah menumbuhkan 2) Haram Sementara Waktu
rasa tanggung jawab. Hal ini berarti, bahwa
Haram sementara waktu ialah larangan kawin
perkawinan adalah merupakan pelaja Rukun
yang berlaku untuk sementara waktu disebabkan
dan Syarat Sahnya Perkawinan
oleh hal tertentu, bila hal tersebut sudah tidak
Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, ada, maka larangan itu sudah tidak berlaku lagi.
maka terlebih dahulu harus diperhatikan hal- Larangan kawin sementara itu berlaku dalam
hal yang mendasar dari terlaksananya kegiatan hal-hal tersebut di bawah ini:
tersebut, yaitu dilengkapi syarat-syarat serta
1. Mengawini dua orang saudara dalam satu
rukun-rukun dari pernikahan tersebut.Dari
masa.
pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa rukun
2. Poligami di luar batas.
ialah sesuatu yang menjadi hakikat atas sesuatu.
3. Larangan karena ikatan perkawinan
Yang termasuk kedalam rukun ialah23:
a. Calon pengantin pria 4. Larangan karena talak tiga
5. Larangan karena ihram
b. Calon pengantin perempuan
c. Wali nikah 6. Larangan karena pezinahan
7. Larangan karena beda agama.
d. Dua orang saksi
Sighat (akad) ijab kabul.ran dan latihan praktis
bagi pemikul tanggung jawab itu sendiri. Proses Pernikahan Suku Pekal
Adapun syarat-syaratnya ialah24: Adapun proses pernikahan suku pekal adalah
1. Bukan mahram dari calon istri sebagai berikut:
2. Tidak terpaksa/ atas kemauan sendiri 1. Melamar atau berasan
3. Orangnnya tertentu atau jelas orangnnya 2. Biaya adat
4. Tidak sedang menjalankan ihram haji 3. Menikah
4. Arak ( supaya orang-orang tahu bahwa akan
ada yang menikah dan acara arak ini wajib
Larangan dan Pencegahan Perkawinan Dalam
tidak boleh ditinggalkan)
Islam
5. Duduk dikursi ditengah laman dikelilingi
Larangan-larangan itu ada dua macam: Pertama:
oleh orang banyak dan diiringi dengan tarian
larangan perkawinan yang berlaku haram untuk
pencak silat.
selamanya dalam arti sampai kapanpun dalam
keadaan apapun laki-laki dan perempuan itu tidak 6. Balik kepelaminan
boleh melakukan perkawinan. Larangan dalam 7. Minum punai untuk orang yang nolong dalam
bentuk ini disebut Haram Selamanya. Kedua: menyiapkan pernikahan yaitu pada pagi hari.
larangan perkawinan berlaku untuk sementara 8. Makan besak maksudnya hari puncak dengan
waktu dalam arti larangan itu berlaku dalam makan-makan bersam yaitu pada sorenya.
keadaan dan waktu tertentu, suatu ketika bila 9. Setelah selesai acarah pernikahan besok
keadaan dan waktu tertentu itu sudah berubah hariny diadakan ngubak basung atau doa(
ia sudah berubah ia sudah tidak lagi menjadi balik bahasa).26

25
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia
23
Zhuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkwinan, (Bandung: Antara Fiqih Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan.
Mizan 1994 ) Cet. 1, h. 52 (Jakarta: Kencana, 2007), h..109-110.
24 26
Shomad. Hukum Islam: Pedoman Prinsip Syariah Dalam Badan Musyawarah Adat, Adat Hukum dan Seni Budaya
Hukum Islam. (Jakarta: Kencana, 2010). h. 263 Kabupaten Mukomuko, 2008…h. 9

188
Devi Marlina: Larangan Menikah Satu Kaum dalam Masyarakat Suku Pekal

Larangan Perkawinan Dalam Masyarakat Faktor Penyebab Larangan Perkawinan Satu


Suku Pekal Kaum
Masyarakat Mukomuko pada umumnya masih Adapun yang menjadi penyebab mengapa
menggunakan hukum adat dalam kehidupan perkawinan satu kaum dalam masyarakat suku
sehari-harinya terutama dalam melaksanakan Pekal di larang karena bisa menyebabkan, yaitu:
perkawinan. Hukum Adat sendiri tidak mem- 1) Rancunya hubungan/ silsilah kekerabatan
bedakan suku,agama, ras, dan adat sehingga 2) Dikhawatirkan merusak hubungan silaturrahim
siapapun boleh menggunakan hukum adat 3) Dikhawatirkan akan terjadi perkawinan antara
dalam pelaksanaan Perkawinannya. Meskipun saudara kandung
beda agama sekalipun pernikahan tetap harus 4) Menganggap satu kaum bersaudara dan untuk
dilaksanakan sesuai dengan hukum adat. Akan menentukan mana dunsanak (saudara) mana
tetapi memang yang boleh melaksanakan yang tidak.
perkawinan berdasarkan hukum adat mukomuko
5) Mendidik rasa malu
adalah masyarakat asli atau pun pendatang yang
6) Keyakinan yang kuat bahwa akan terjadi hal
masuk dalam wadah yang dinamakan kaum.
yang buruk terhadap keturunan
Adapun pengertian larangan yaitu me-
merintahkan supaya tidak melakukan sesuatu
Sanksi yang Akan Diterima Bila Melanggar
atau tidak membolehkan berbuat sesuatu.
Perkawinan itu sendiri sama dengan pernikahan Adapun bentuk sanksi yang akan diterima
yaitu perjanjian antara laki-laki dan perempuan bila melanggar bermacam-macam bentuk
untuk bersuami isteri, sedangkan satu kaum diantaranya, adalah:
maksudnya sama suku (bangsa)nya, sama asal 1) Dikucilkan dalam pergaulan masyarakat.
(keturunan)nya, dalam hal ini garis keturunan 2) Pelaku diusir dari wilayah Suku Pekal
berdasarkan kepada ibu (matrilineal). Jadi, 3) Didenda dengan seekor sapi
secara keseluruhan larangan perkawinan satu 4) Didenda dengan padi/ beras sebanyak 1 (satu)
kaum yaitu ketidak bolehan melakukan per- Rangkiang/ Lumbung padi.
janjian antara laki-laki dan perempuan untuk
bersuami isteri jika mereka mempunyai Pandangan Hukum Islam Mengenai Larangan
hubungan pertalian dari ibu. Perkawinan Satu Kaum
Masyarakat suku Pekal Kabupaten Muko-muko Sebelum ajaran agama Islam masuk ke
mengatakan bahwa di Kecematan Malin deman Indonesia Hukum Adat sudah menyebar luas
Kabupaten Mukomuko terdiri dari 7 kaum, yaitu: bahkan sudah sampai ke pelosok daerah, sehingga
1) Kaum Dehak, 2) Kaum Cading, 3) Kaum segala aturan dalam kehidupan masyarakat
Teguh, 4) Kaum Depati Matun 5) Melayu Gedang, berdasarkan Hukum Adat. Hukum Adat sebagian
6) Kaum Sawah, 7) Kaum Haji samad.27 ada yang memiliki unsur keagamaan seperti halnya
Suku Pekal sendiri termasuk ke dalam kaum tradisi genduri, walimah aqiqah, dan sebagian ada
melayu Gedang. Dalam adat Masyarakat suku yang tidak memiliki unsur keagamaan.
Pekal yang tidak dibolehkan menikah adalah Islam telah menjadikan ikatan perkawinan
antara kaum bagian tersebut karena mereka yang sah berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah
mempunyai pertalian darah yaitu dari ibu yang sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi
dinamakan saporuik (satu perut), satu rumah tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan
koto dan mempunyai pertalian darah yang sarana untuk membina keluarga yang Islami.
sama. Misalnya: perkawinan antara seorang Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan
pria dari kaum dehak dengan wanita dari kaum besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan
sawah, dalam perkawinan ini tidak ada larangan sebanding dengan separuh agama.
adat. 28
Didalam hukum perkawinan Islam tidak
mengenal adanya larangan melangsungkan
perkawinan satu kaum, seperti yang terjadi di
27
Wawancara dengan H. Rusli, Tokoh Adat, tanggal 12 Juni 2017 masyarakat suku Pekal Kecamatan Malin Deman
28
Wawancara dengan Damrah,Tokoh Adat, tanggal 14 Juni 2017 Kabupaten Mukomuko. Di masyarakat Suku Pekal

189
Manthiq Vol. 2, No. 2, November 2017

larangan perkawinan selain yang diatur menurut Daftar Pustaka


agama ada juga larangan perkawinan yang di Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,
larang dalam satu kaum. Jika ditinjau dari hukum Jakarta: Akademika Pressindo, 1999.
Islam tentu bertentangan dengan hukum Islam. Anonim,(http://warisanbudayaIndonesia.info/view/
Karena dalam Al-Qur’an dan Hadist tidak ada warisan/2295) diakses pada hari selasa tanggal
larangan melangsungkan perkawinan satu kaum. 11 februari 2017 pukul 12.30 WIB.
Kendati terdapat larangan perkawinan satu Badan Musyawarah Adat, Adat Hukum dan Seni
kaum pada masyarakat suku Pekal Kecamatan Budaya Kabupaten Mukomuko, 2008.
Malin Deman Kabupaten Mukomuko, namun C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
jika ada masyarakat yang melakukanya, ia Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
tidak sampai kepada pembatalan perkawinan. 1996.
Sanksi yang diterapkan oleh pemuka adat Dep P dan K, Kamus Besar Bahasan Indonesia,
hanya bersifat sanksi sosial yaitu dikucilkan dari Jakarta: Balai Pustaka, 2000.
pergaulan masyarakat. Berbeda dengan hukum Hadikusuma Hilman, Hukum Perkawinan
Islam, larangan perkawinan pada hukum Islam Indonesia Menurut Perundangan Hukum Adat
berdampak pada keharaman kawin dalam Islam. dan Hukum Agama, Bandung: CV. Mandar
Keharaman kawin dalam Islam berdampak dosa Maju) 2003.
dan harus di batalkan jika terlanjur. _____, Hukum Kekerabatan Adat, Jakarta: PT.
Pada dasarnya larangan perkawinan tersebut Pajar Agung, 1999.
bertentangan dengan hukum perkawinan Islam Muhdlor, Zhuhdi, Memahami Hukum Perkwinan,
yang tidak ada mengatur tentang larangan Bandung: Mizan 1994.
perkawinan suatu daerah dengan daerah Rasjid Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru
lainnya. Meskipun demikian masyarakat setempat Algesinda, 1994.
terutama para pemuka adat tetap bersikukuh Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam di
dengan pandangan mereka yang mengatakan Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
bahwa hal tersebut tidak bertentangan dengan Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2007.
Islam dan mengatakan bahwa hukum adat lebih Soekamto Soejano, dkk, Penelitian Hukum
dulu ada dari pada hukum Islam. Normatif, Jakarta: Rajawali Pers, 1985.
, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI
Press, 1996.
Penutup
, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: PT Rajawali
Bahwa larangan menikah satu kaum dalam Pers, 2010.
masyarakat suku Pekal Kecamatan Malin Deman Saleh Wantjik, Hukum Perkawinan Indonesia,
Kabupaten Mukomuko di karenakan rancunya Jakarta: Ghalia Indonesia,1992.
hubungan/ silsilah kekerabatan, dikhawatirkan Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-
merusak hubungan silaturrahim, dikhawatirkan Undang Perkawinan. Yogyakarta: Liberty, 1996.
akan terjadi perkawinan antara saudara kandung, Shomad. Hukum Islam: Pedoman Prinsip Syariah
menganggap satu kaum bersaudara dan untuk Dalam Hukum Islam, Jakarta: Kencana, 2010.
menentukan mana dunsanak (saudara) mana Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam
yang tidak, mendidik rasa malu, dan keyakinan di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan
yang kuat bahwa akan terjadi hal yang buruk Undang-Undang Perkawinan, Jakarta:
terhadap keturunan dan pandangan hukum Kencana, 2007.
Islam mengenai larangan perkawinan satu kaum Wawancara dengan Ainul Yakin, Tokoh Adat
dalam masyarakat suku Pekal di Kecamatan Masyarakat Malin Deman, tanggal 25 Januari
Malin Deman Kabupaten Mukomuko tidaklah 2017.
sesuai dengan hukum Islam, karena saudara satu Wawancara dengan Damrah, Tokoh Adat
kaum tidak termasuk dalam orang-orang yang Masyarakat Malin Deman, tanggal 25 Januari
haram dinikahi menurut al-Qur’an dan Sunnah. 2017
Dengan demikian dapat dikatakan perkawinan Wawancara dengan Ainul Yakin, Tokoh Adat
satu kaum berhukum boleh (mubah). Masyarakat Malin Deman, tanggal 25 Januari
2017.

190

Anda mungkin juga menyukai