Anda di halaman 1dari 7

P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.

2, Oktober 2016

PERKAWINAN BEDA AGAMA DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG


NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM
ADAT DI BALI (STUDI KASUS DI DESA TANGGUWISIA
KECAMATAN SERIRIT KABUPATEN BULELENG)
I Nengah Suastika

Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Universitas Pendidikan Ganesha
Email: suastikainengah08@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui latar belakang terjadinya perkawinan beda
agama di Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, (2) untuk
mengetahui prosedur dari perkawinan beda agama di tinjau dari UU No 1Tahun 1974
yang terjadi di Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, (3) untuk
mengetahui bagaimana dampak serta pandangan masyarakat mengenai perkawinan
beda agama terhadap pasangan yang melakukan perkawinan tersebut. Penelitian ini
adalah termasuk penelitian Deskritif Kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah pelaku
perkawinan beda agama, tokoh agama, generasi muda, dan tokoh masyarakat.
Penentuan responden yang di tentukan dengan metode purposive sampling.
Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, pencatatan dokumen,
kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkawinan beda agama yang terjadi
di desa tangguwisia bisa dilakukan apabila terlebih dahulu melaksanakan upacara sudi
wadani, sudi yang artinya penyucian, wadani yang artinya ucapan –ucapanpernyataan
berupa kata-kata, jadi sydi wardani adalah upacara pada waktu melakukan penyucian,
menjadi agama hindu. Yang melatar belakangi terjadinya perkawinan beda agama
adalah karena meningkatnya hubungan sosial anak-anak dari pulau-kepulau dan juga
dari manca negara .Perkawinan dilaksanakan berdasarkan atas hukum adat di bali sah
nya perkawinan menurut yurisprudensi raad kerta dan adat bali apabila sudah
melaksanakan upacara mebyakaon penyucian kedua belah pihak pasangan mempelai,
prosedur perkawinan sesuai dengan hukum adat bali calon mempelai yang non hindu
arus melaksanakan sudi wadani untuk memeluk agama hindu. Perkawinan beda agama
berdampak psikologis, pewaris, status anak, akibat ekonomi pandangan masyarakat 80%
setuju dengan perkawinan beda agama terjadi karena telah mentaati awig-awig umat
hindu dengan melebur agama yang dahulu melakukan sudi wadani untuk memeluk
agama sama dengan mempelai pria. Karena dalam umat hindu perkawinan yang memiliki
keyakinan beda tidak dapat dilangsungkan perkawinan tersebut.

Kata kunci : Perkawinan Beda Agama, Ditinjau Dari UU No 1 Tahun 1974 Dan Hukum
Adat Bali Di Desa Pakraman Tangguwisia

ABSTRACT
This study aims to (1) determine the background of the interfaith marriage in the village
Tangguwisia, District Seririt, Buleleng, (2) to determine the procedure of interfaith
marriage in the review of Law No. 1 year 1974 occurred in the village Tangguwisia,
District Seririt, Buleleng, (3) to find out how the impact and community perceptions of
interfaith marriage to couples who perform the marriage. This study is included
Descriptive Qualitative research. The subjects in this study were the perpetrators of
interfaith marriage, religious leaders, youth, and community leaders. Respondent is
determined by purposive sampling method. Collecting data using interviews, observation,
recording of documents, literature. The results showed that interfaith marriage that
occurred in the village of tangguwisia be done if the first ceremony wadani willing, willing
the means of purification, which means utterance wadani -ucapanpernyataan form of

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 828


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

words, so sydi wardani is a ceremony at the time of purification, into a religion Hindu. The
background for the interfaith marriage is due to the increase of social relationships the
children of the island-kepulau and also from foreign countries .Perkawinan implemented
based on customary law in bali his lawful marriages under customary jurisprudence raad
kerta and bali when they implement second purification ceremony mebyakaon parties for
the couple, the marriage procedure in accordance with customary law bali non hindu
bride who carry currents wadani willing to embrace Hinduism. Psychological impact on
interfaith marriage, the heir, the child's status, due to the economic views of the
community 80% agree with interfaith marriage happened because they had complied
awig awig Hindus by religion practicing melt wadani willing to embrace the same with the
groom. Because the Hindus marriage have different beliefs can not be held the marriage.

Keywords: Interfaith Marriages, Seen From Law No. 1 of 1974 and Customary Law Bali
Di Pakraman Tangguwisia

PENDAHULUAN wanita sebagai suami-istri dengan tujuan


Latar Belakang membentuk keluarga bahagia dan kekal
Persoalan perkawinan adalah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
persoalan yang selalu aktual dan selalu dan juga bertujuan untuk meneruskan dan
menarik untuk di bicarakan, Karena melanjutkan keturunan keluarga. Dalam
persoalan ini bukan hanya menyangkut pasal 2 Undang-undang No 1 tahun 1974
tabiat dan hajat hidup manusia saja, tetapi di nyatakan bahwa perkawinan itu sah
juga menyentuh suatu lembaga yang apabila dilaksanakan sesuai dengan
luhur, yaitu rumah tangga. Luhur, karena hukum masing-masing agama dan
lembaga ini merupakan benteng bagi kepercayaan serta setiap perkawinan
pertahanan martabat manusia dan nilai- harus tercatat sesuai dengan aturan
nilai martabat kehidupan yang luhur. perundang-undangan yang berlaku,
Perkawinan merupakan salah satu fase berkenan dengan hal seperti itu maka
sangat penting bagi hidup manusia dalam perkawinan di dalam masyarakat hindu
bermasyarakat, mengapa dikatakan khususnya dan masyarakat bangsa
sangat penting karena perkawinan dapat indonesia umumnya sesuai dengan
mengubah status hukum seseorang. hukum masing-masing agama dan
Semula manusia dianggap belum dewasa kepercayaan yang dianutnya.
dan dengan dilangsungkannya Dalam perundang-undangan di
perkawinan, dapat menjadi dewasa atau indonesia, perkawinan beda agama
yamg semula dianggap anak muda didefisinikan dalam undang-undang No 1
dengan adanya perkawinan akan menjadi Tahun 1974 Di dalam kondisi masyarakat
suami istri dengan berbagai konsekuensi Indonesia yang beragam, dari segi suku,
yuridis dan sosiologis yang menyertainya agama, dan ras, terdapat berbagai macam
(Wayan windia. 2009:1). masalah yang timbul di dalamnya. Seperti
Berbicara mengenai perkawinan, misalnya masalah di dalam pembagian
perkawinan bertujuan untuk membentuk harta warisan dalam keluarga, masalah
rumah tangga yang bahagia, perkawinan mengenai jenis adat apa yang berlaku
juga menyangkut kelangsungan hidup dari dalam suatu atuaran keluarga.
manusia. Hidup bersama antara seorang Salah satu masalah yang menjadi
pria dengan seorang wanita tersebut sorotan dalam konflik-konflik yang timbul
mempunyai akibat yang sangat penting dalam masyarakat sekarang ini ialah,
dalam masyarakat, baik terhadap kedua dimana sering kita jumpai terjadinya
belah pihak maupun terhadap pelangsungan Pernikahan Beda Agama.
keturunannya serta anggota masyarakat Kalau kita mau meninjau lebih jauh
lainnya. Perkawinan tentunya tidak mengenai Negara Indonesia merupakan
terlepas dari Undang-Undang No 1 Tahun negara dengan wilayah yang luas dan
1974 yang menjelaskan bahwa terbentuk dari ribuan pulau dari Sabang
perkawinan adalah ikatan lahir batin sampai Merauke.Dalam wilayah yang luas
antara seorang pria dengan seorang dan banyak terpisahkan oleh lautan itu,

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 829


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

hidup golongan-golongan masyarat yang kepercayaan agama berbeda,


berbeda latar belakang satu sama lain. kepercayaan juga bisa dengan beda
Di dalam kondisi masyarakat kewarganegaraan yaitu pria dan wanita
Indonesia yang beragam tersebut, baik salah satunya kewarganegaraan asing
dari segi budaya, suku, ras, agama, dan juga salah satunya memiliki
kontak antar satu golongan masyarakat perbedaan agama atau kepercayaan.
satu dengan yang lain sudah tentu tidak Pandangan agama hindu perkawinan
dapat dihindarkan. Kontak antar orang yang beragama hindu yang tidak
masyarakat yang berbeda latar belakang memenuhi syarat dapat di batalkan. Suatu
ini pada kemudian hari menimbulkan perkawinan batal karena tidak memenuhi
adanya suatu fenomena dalam syarat bila perkawinan itu dilakukan
masyarakat yaitu berupa perkawinan menurut hukum hindu tetapi tidak
campuran. memenuhi syarat untuk mengesahkannya,
Salah satu perkawinan campuran misalnya mereka yang tidak menganut
yang paling banyak mengundang agama yang sama pada saat upacara
perdebatan adalah perkawinan campuran perkawinan itu dilakukan, tidak dapat
antara pasangan yang memiliki agama dilakukan menurut hukum agama hindu,
yang berbeda. Masalahnya, dengan apabila salah satu mempelai bukan
perkawinan beda agama akan terjadi beragama hindu, maka diwajibkan
suatu perbedaan prinsipil dalam sebagai penganut agama hindu, karena
perkawinan itu sehingga dikhawatirkan calon mempelai yang bukan agama hindu
akan menimbulkan berbagai masalah tidak di sucikan terlebih dahulu dan
yang rumit untuk diselesaikan di kemudian kemudian dilaksanakan perkawinan, hal
hari. Oleh karena itu kemudian hal ini ini melanggar ketentuan dalam sloka V89
banyak mendapat tentangan dari kitab manawadharmasasstra, yang
masyarakat luas, tetapi juga oleh hukum berbunyi:
positif di negara kita serta hukum agama Air pesucian tidak bisa di berikan
yang mereka anut. Walau tidak dapat kepada mereka yang tidak menghiraukan
dipungkiri ada saja pihak yang pro upacara-upacara yang telah di tentukan
terhadap keberadaan perkawinan beda sehingga, dianggap kelahiran mereka itu
agama ini. sia-sia belaka, tidak pula diberikan kepada
Islam sendiri sebagai agama yang mereka yang lahir dari perkawinan
dianut oleh mayoritas penduduk di campuran kasta secara tidak resmi,
Indonesia sebenarnya juga menentang kepada mereka yang menjadi petapa dari
keras mengenai keberadaan perkawinan golongan murtad perkawinan tidak
antar agama di dalam masyarakat disahkan oleh pendeta.
Indonesia saat ini. Sangat dilarang bagi Dengan demikian adapun
umat Islam untuk menikahi pasangan ketentuan hukum positif terhadap
yang non muslim. Larangan ini dapat kita perkawian beda agama adalah sebagai
jumpai dalam sumber-sumber hukum berikut : di indonesia secara yuridis
Islam yang menyebutkannya secara formal, perkawinan indonesia diatur dalam
implisit maupun eksplisit. UU republik indonesia No 1 tahun 1974
Dengan adanya berbagai perbedaan tentang perkawinan dan intruksi presiden
pandangan mengenai perkawinan beda republik indonesia No 1 tahun 1991
agama ini, maka dalam makalah ini tentang komplikasi hukum islam. kedua
tertarik untuk membahas lebih dalam produk perundang undangan ini mengatur
mengenai perkawinan beda agama di masalah-masalah yang berkaitan dengan
Indonesia, terutama dilihat dari perspektif perkawinan termasuk perkawinan antar
hukum Perdata Indonesia. agama.
Perkawinan beda agama adalah Dalam Undang-undang republik
perkawinan antara pria dan wanita yang indonesia No 1 tahun 1974 tentang
keduanya memiliki perbedaan agama atau perkawinan pasal 2 ayat 1disebutkan
kepercayaan satu sama lain. Perkawinan perkawinan adalah sah apabila dilakukan
beda agama bisa terjadi atar wni yang pria menurut hukum masing-masing
wni perempuan wni yang memiliki agamanya atau kepercayaan yang

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 830


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

dianutnya dalam rumusan ini diketahui masyarakat yang terlibat secara langsung
bahwa tidak ada perkawinan diluar hukum maupun tidak langsung dalam proses
masing-masing agama dan kepercayaan perkawinan Beda Agama tersebut
hal ini senada di terangkan beberapa khususnya yang ada di Desa Adat
pasal dalam intruksi presiden republik Tangguwisia.
indonesia nomor 1 tahun 1991 tentang
kompilasi hukum islam sebagai berikut: Teknik Penentuan Sampel
pasal 4 Perkawinan adalah sah, apabila Penentuan informan atau
dilakukan menurut hukum Islam sesuai responden yang menjadi sumber data
dengan pasal 2 ayat (1) Undang-undang dalam hal ini ditentukan secara purposive
No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan”, sampling dimana penentuan sampel
Pasal 40: Dilarang melangsungkan sesuai dengan tujuan penelitian (sesuai
perkawinan antara seorang pria dengan dengan tujuan) dan ditentukan pula oleh
seorang wanita karena keadaan tertentu; kedudukan informan sebagai pemimpin
a. Karena wanita yang bersangkutan informal yang memiliki pengaruh dalam
masih terikat satu perkawinan dengan pria menentukan segala sesuatu dalam
lain; masyarakat Desa Tangguwisia untuk
b. Seorang wanita yang masih berada menentukan responden, maka penelitian
dalam masa iddah dengan pria lain; menentukan informan kunci (key
c. seorang wanita yang tidak beragam informan) dan selanjutnya bergulir ke
Islam. koresponden lain berdasarkan prinsip
Pasal 44: “Seorang wanita Islam dilarang “snowball sampling”, sampai di temukan
melangsungkan perkawinan dengan kejenuhan data yang mana informasi
seorang pria yang tidak beragama Islam”, sudah terkumpul secara tuntas (Nasition,
Pasal 61: “ Tidak sekufu tidak dapat 1988:32). Atas dasar pertimbangan
dijadikan alasan untuk mencegah tersebut, besaran dan jumlahnya tidak di
perkawinan, kecuali tidak sekufu karena tentukan sebelumnya, akan tetapi di
perbedaan agama atau ikhtilaf al-dien”. tentukan oleh tuntutan untuk terkumpulnya
Dengan demikian, menurut penjelasan informassi dan ketuntasan dalam
pasal-pasal tersebut bahwa setiap pemunculan makna realitas alamiahnya.
perkawinan yang dilaksanakan dalam
wilayah hukum Indonesia harus Teknik pengumpulan data
dilaksanakan dalam satu jalur agama, 1) Metode wawancara adalah
tidak boleh dilangsungkan perkawinan pengumpulan data dengan
masing-masing agama, dan jika terjadi mempergunakan Tanya jawab antar
maka hal tersebut merupakan pencari informasi. 2) Metode observasi
pelanggaran terhadap konstitusi. adalah suatu cara pengumpulan data
yang di lakukan oleh peneliti dengan
METODE PENELITIAN mengamati langsung obyek yang di
Jenis Penelitian teliti.3) Metode kepustakaan.4) Metode
Penelitian ini menggunakan jenis analisis data.
penelitian deskriftif kualitatif dimana
melalui penelitian ini, peneliti PEMBAHASAN
mendiskripsikan secara deskriptif kualitatif Prosedur perkawinan beda agama
persoalan yang menyangkut perkawinan Ditinjau dari Undang – Undang No. 1
beda agama ditinjau dari uu no 1 tahun Tahun 1974 tentang Perkawinan
1974 dan hukum adat bali (studi kasus di Dengan berlakunya Undang-
desa pakraman tangguwisia, kecamatan Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
seririt kabupaten buleleng). Perkawinan, (UU Perkawinan) maka
semua perundang-undangan perkawinan
Subjek Penelitian Hindia Belanda dinyatakan tidak berlaku
Dalam penelitian ini yang menjadi lagi. Hal ini secara tegas dinyatakan
subjek penelitian adalah orang yang dalam Pasal 66 UU Perkawinan. Menurut
melaksanakan perkawinan beda agama, Pasal 1 UU Perkawinan, perkawinan
tokoh-tokoh beda agama, dan tokoh-tokoh adalah sebuah ikatan lahir bathin antara

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 831


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

seorang pria dengan seorang wanita masing-masing berbeda keyakinan


sebagai suami isteri dengan tujuan (perkawinan beda agama) di desa
membentuk keluarga (rumah tangga) yang tangguwisia. Dalam perkawinan ini ada
bahagia dan kekal berdasarkan yang masih utuh dan ada pula yang
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari pasal ini, melaksanakan perkawinan dan kemudian
tersirat bahwa perkawinan yang berlaku di cerai. Putusnya suatu perkawinan yang di
Indonesia adalah perkawinan antara sebabkan oleh karena adanya perceraian,
seorang pria dan wanita saja. Selanjutnya, tentunya akan menimbulkan
dalam Pasal 2 Undang-Undang tersebut permasalahan-permasalahan. Adapun
disebutkan bahwa perkawinan dampak dari akibat hukum yang di
dianggap sah, apabila dilakukan menurut timbulkan apabila terjadi putusnya
hukum masing-masing agama dan perkawinan beda agama, yaitu dampak
kepercayaan para pihak. psikologis, pewarisan, status anak, dan
Prosedur Perkawinan Beda Agama akibat ekonomi.
Ditinjau Dari Hukum Adat Bali Dari 10 narasumber yang di wawancarai
sebanyak 8 orang yang setuju mengenai
Dalam prosedur pelaksanaan perkawinan perkawinan beda agama yang telah terjadi
beda agama di desa tangguwisia di desa tangguwisia dengan alasasan
perkawinan yang berlangsung sesuai sesuai berjalan dengan awig-awig dan
dengan hukum adat dan jika dilihat dalam sudah melakukan sudi wadani dan
hukum adat . Pelaksanaan dari pada upacaranya tidak mengganggu
perkawinan beda agama ada yang ketentraman masyarat, sedangkan yang
melakukan dirumah wanita atau laki-laki lagi 2 orang masyarakat menyatakan
akan tetapi lebih banyak yang kurang setuju dengan adanya perkawinan
melangsungkan perkawinannya di rumah beda agama dengan alasan yang nantinya
laki-laki, sehubungan dengan calon akan mempersulit dalam administrasi
mempelai memeluk keyakinan ber beda- penduduk yang akan di catat di kantor
beda maka sangat di perlukan adanya catatan cipil.
upacara sudi wadani penyucian dan untuk Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai
memeluk agama hindu (perpindahan macam suku, golongan, ras dan agama
agama). Adapun tata cara dalam serta kaya akan budaya. Heteroginitas
pelaksanaan upacara sudi wardani masyarakat Indonesia itu sangat
diantanya adalah yang pertama membuat memungkinkan terjadinya perkawinan
surat pernyataan penyucian yang sah, beda agama. Mengenai perkawinan beda
upacaranya adalah mempergunakan agama Perkawinan beda agama, adalah
banten mebyakala, maprastiste, dan suatu perkawinan yang dilakukan oleh
tataban sesuai dengan kemampuan seorang pria sebagai suami dengan
memper gunakana bhasma air seorang wanita sebagai isteri, yang
cendana(madya), mempergunakan air, memeluk agama dan kepercayaan yang
bunga, wija (nista),dan pelaksanaanya berbeda antara satu dengan yang lain.
selalu disertai dengan api. Kemudian Perlangsungan perkawinan beda agama
mengucapkan yang terjadi di Desa Pakraman
Om,sa,ba,ta,a,i,na,ma,si,wa,ya,Ang,Ung, tangguwisia telah dilangsungkan dengan
Mang,Om. menurut hukum masing-masing.
Dampak dan pandangan masyarakat Perkawinan yang di laksanakan telah
perkawinan beda agama terhadap mematuhi hukum adat dengan malkukan
pasangan yang melakukan perkawinan sudhi wadani penyucian diri dan pindah
tersebut agama berkeyakinan sama pelaksanaan
Dalam suatu ikatan perkawinan perkawinan di saksikan oleh beberapa
atau berumah tangga, tidak semua saksi dihadapan pencatatan cipil, prajuru-
kehidupan suami istri bisa berjalan prajuru dan pendeta. Dengan adanya
dengan lancar dan harmonis seperti apa penjelasan tersebut diatas maka upacara
yang di harapkan dengan pasangan suami perkawinan bisa dilaksanakan karena
istri pada umumnya. Begitu pula dengan sudah tidak ada yang bertentangan.
pasangan suami istri yang masa mudanya

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 832


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

PENUTUP Saran
Kesimpulan Kepada pemerintah, perlu diadakan
Dengan berlakunya Undang- sosialisasi mengenai betapa pentingnya
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang melakukan pencatatan di kantor catatan
Perkawinan, (UU Perkawinan) maka cipil untuk membuat akte perkawinan
semua perundang-undangan perkawinan sebagai syarat sahnya perkawinan
Hindia Belanda dinyatakan tidak berlaku menurut hukum untuk memperoleh
lagi. . Selanjutnya, dalam Pasal 2 Undang- kepastian hukum.
Undang tersebut disebutkan bahwa Kepada masyarakat bali khusunya
perkawinan dianggap sah, apabila masyarakat yang beragama hindu yang
dilakukan menurut hukum masing-masing memiliki calon istri non hindu belum
agama dan kepercayaan para pihak. menikah maupun sudah menikah jangan
Setelah perkawinan dilakukan, lah memiliki suatu anggapan bahwa
perkawinan tersebut pun harus dicatatkan, perkawinan beda agama itu tidak baik
dalam hal ini pencatatan di Kantor Urusan dilakukan, atau pun tidak boleh dilakukan,
Agama (KUA) dan Catatan Sipil. karena perkawinan beda agama setelah
Prosedur Perkawinan Beda Agama melakukan upacara sudi wadani
Ditinjau dari Hukum Adat Bali, penyucian pindah agama upacara
pelaksanaan dari pada perkawinan beda perkawinan bisa di lakukan dan sah
agama ada yang melakukan di rumah menurut hukum adat bali.
wanita atau laki-laki akan tetapi lebih Bagi masyarakat desa tangguwisia
banyak yang melangsungkan yang sudah melaksanakan perkawinan
perkawinannya di rumah laki-laki, beda agama hendaknya perkawinan
sehubungan dengan calon mempelai tersebut memiliki akte perkawinan, karena
memeluk keyakinan ber beda-beda maka dengan memiliki akte perkawinan
sangat di perlukan adanya upacara sudi mnandakan sah nya perkawinan tersebut
wadani penyucian dan untuk memeluk di mata hukum nasional.
agama hindu (perpindahan agama). Bagi generasi muda sebagai
Dampak dan pandangan masyarakat generasi penerus bangsa hendaknya
perkawinan beda agama terhadap mampu memikul beban warisan budaya
pasangan yang melakukan perkawinan nenek moyang dari jaman dahulu.
tersebut
Dari berbagai pandangan mengenai DAFTAR PUSTAKA
perkawinan beda agama peneliti kaitkan Arthayasa. Tahun 1998. Petunjuk Teknis
dengan ajaran weda dan UU no 1 tahun Perkawinan Hindu. Penerbit
1974 menyangkut masalah perkawinan Surabaya :Paramitha.
dalam Manawa Dharmasastra Burhan Bungin.2003.Metodologipenelitian
IX,45(Puja.1978.540) dinyatakan bahwa kualitatif Jakarta:PT.Raja
istri tunggal dengan suaminya. Ini artinya Pratindo.
kedudukan wanita dan laki-laki adalah Anonim 2004. Petunjuk Teknis
setara dan sangat utama dalam agama Perkawinan Hindu. Surabaya
hindu. Karena itu di dalam Rg weda laki :Paramitha
– laki dan perempuan yang sudah menjadi Manawa Dharma. Ditjen Bimas Hindu dan
suami istri di sebut dengan suatu istilah Budha. Departemen Agama
yaitu DAMPATI artinya tidak dapat di Republik Indonesia,Jakarta.
pisahkan. Demikian juga kalau laki-laki Mulyana. 2004.Metodologi penelitian
yang di sebut dengan suami pasti sudah kuantitatif paradigma baru ilmu
punya istri tidak ada laki-laki yang komunikasi dan ilmu
bujangan di sebut suami. Mereka di sebut sosiallainnya. Bandung: PT
suami dan istri karena mereka sejajar Rosdakarya
tetapi memiliki beda fungsi. Netra,I.B.1974.Metodologi Penelitian.
Singaraja : Biro Penelitian,
Singaraja: Biro Penelitian
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Udayana.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 833


P-ISSN: 2303-2898 Vol. 5, No.2, Oktober 2016

Pudja, Gde dan Tjok Rai


Sudartha.2002.Manawa Dharma
sastra.Weda smerti,kopedium
Hukum Hindu. Jakarta: Yayasab
Dharma Naradha .1978. Manawa
Dharma. Ditjen Bimas Hindu dan
Budha. Departemen Agama
Republik Indonesia,Jakarta.
Sudarsono. 1994.Hukum Perkawinan
Nasional.Jakarta: PT Rineka
Cipta
_________.2003. Pengantar Hukum
Indonesia. Jakarta:Rineka cipta.
Sudiatmaka, Ketut.2001.Materi pokok
Hukum Adat Pada Jurusan Ppkn
IKIP Negeri Singaraja. Singaraja.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan dan
Pengaturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1975
Tentang pelaksanaan Undang –
Undang Nomor 1 Tahun 1974.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 834

Anda mungkin juga menyukai