NOVA KRISNAYANTI
EMAIL : krisnayantinova0@gmail.com
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai
suku bangsa, agama, budaya, bahasa dan adat-istiadat yang berbeda-beda.
Dengan beranekaragamnya adat istiadat tersebut juga merupakan kebanggaan
tersendiri bagi bangsa Indonesia, karena walaupun berbeda-beda akan tetapi tetap
satu sebagai warga negara Indonesia. Pengaruh dari beraneka ragamnya adat
istiadat dan agama yang ada di Indonesia, maka dalam pelaksanaan perkawinannya
juga berbeda-beda sesuai dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat itu
sendiri, sehingga di Indonesia dapat dikenal berbagai macam sistem, azas dan
bentuk perkawinan.1
Metode Penelitian
Menurut hukum Adat pada umumnya di Indonesia perkawinan itu bukan saja
berarti sebagai ‘perikatan Perdata’, tetapi juga merupakan ‘perikatan adat’ dan
sekaligus merupakan perikatan kekerabatan dan ketetanggaan. Terjadinya suatu
ikatan perkawinan bukan semata- mata membawa akibat terhadap hubungan
keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami- istri, harta bersama, kedudukan
anak, hak dan kewajiban orangtua, tetapi juga menyangkut hubungan- hubungan
adat istiadat kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan dan ketetanggaan serta
menyangkut upacara- upacara adat dan keagamaan. Begitu juga menyangkut
kewajiban mentaati perintah dan larangan keagamaan, baik dalam hubungan
Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masjarakat, Universitas Suamtera
Utara manusia dengan Tuhannya (ibadah) maupun hubungan- hubungan manusia
sesama manusia (mu’amalah) dalam pergaulan hidup agar selamat di dunia dan di
akhirat.5 (Hilman Hadikusuma,op.cit, hlm 8.)
Menurut Sorayana Zebua (Tokoh Adat Nias), peranan Böwö dalam perkawinan adat
Nias antara lain :
Kesimpulan
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
kebudayaan yang masih tinggi. Perkawinan dalam adat Nias merupakan hal yang
paling penting dan sangat bersifat sakral. Masyarakat suku Nias menganggap
bahwa perkawinan adalah kehidupan yang harus diteruskan di atas bumi ini karena
harus dijalankan dengan hukum adat atau Fondrakö. Di dalam perkawinan adat Nias
dikenal istilah Böwö (Mahar). Mahar/ böwö adalah keseluruhan prosedur
penyerahan yang oleh adat telah ditetapkan oleh pihak laki- laki kepada pihak
perempuan sesuai dengan lapisan dan kedudukan sosial masing- masing sebelum
seorang laki- laki secara resmi mengambil seorang perempuan. Perceraian sangat
jarang terjadi di Nias, selain karena mahar (böwö) yang sangat mahal, besar dan
tinggi, juga menyulitkan seseorang untuk kawin kembali. Dan, apabila terjadi
perceraian maka laki- laki akan dikecam sebagai orang yang tak mampu
bertanggungjawab sedangkan si wanita akan dituduh sebagai istri yang tidak becus.
Baik si laki- laki maupun si wanita yang telah bercerai sama- sama menghadapi
kesukaran untuk mendapatkan jodoh kembali. Sehingga 65 Universitas Suamtera
Utara peranan böwö dalam hubungan rumah tangga yang telah terjalin antara suami
dan istri ini memiliki nilai yang sangat penting.
Referensi