Anda di halaman 1dari 12

DOSA DAN REKONSILIASI

DALAM BUDAYA NIAS


KELOMPOK 9

Dorma Pionauli Tarida Evelina S Santy sitohang


JURNAL 1
Perempuan di mata masyarakat Nias,
adalah sosok yang sangat dijunjung tinggi

ata
d i M as
u a n t Ni
m p aka
ere syar
P
Ma Apabila seorang perempuan Nias dilecehkan
di depan umum, akan menjadi suatu
permasalahan besar

Konsekuensi membayar denda adat, hingga


sanksi terberat labunu (hukuman mati) ba
lataba mbagi (pemenggalan leher) guna
menebus kesalahan.
Sebelum Agama Hadir dalam Suku Nias

Fondrakö sudah menjadi aturan tata laku kehidupan di


dalam masyarakat

Istilah Fondrakö berasal dari kata rakö, yang berarti tetapkan


dengan sumpah yang bersanksi kutuk bagi pelanggar (S.W.
Mendrofa,1981:11).

Kepatuhan setiap masyarakat Nias zaman dahulu pada


fondrakö, didasarkan pada sanksi kutuk.

Sehingga perlahan masyarakat Nias diatur oleh hukum adat,


yang lebih didasarkan pada kekristen, tidak lagi pada sanksi
kutuk.
JURNAL 2

Pengaruh Fondrako Perspektif Religi

Fondrako adalah aturan, tata tertib Masyarakat Nias menjadi terbuka


dan nilai-nilai yang telah disepakati dan menerima nilai-nilai baru
bersama dalam sebuah wadah menurut ajaran kitab suci Kristen.
musyawarah mufakat (Zega, 2019).

Semua ketentuan yang telah Para penginjil yang membawa masuk


ditetapkan di dalam Fondrako agama Kristen di Nias mulai
mengikat secara komunal. menerapkan kebijakan-kebijakan
Melaksanakannya berarti berkat. literasi Alkitabiah terhadap semua
Sebaliknya, melanggarnya ritus adat yang dilarang oleh agama
menghasilkan kutuk dan hukuman. dan yang diperkenankan untuk tetap
dilakukan
JURNAL 3
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
menyatakan perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

perkawinan

bertujuan untuk meneruskan garis


keturunan suatu keluarga, bahkan dalam
pandangan adat, perkawinan itu bertujuan
untuk memelihara hubungan keluarga agar
tali persaudaraan semakin erat.
Menurut masyarakat adat Nias yang
menganut sistem kekeluargaan patrilineal
yaitu menarik garis keturunan dari pihak
Bapak, anak laki-laki adalah sebagai orang
yang akan meneruskan garis keturunan dari
suatu keluarga. Menurut tradisi Nias
perempuan itu sangat di jaga ketat supaya
tidak ternodai atau tercemar nama baikanya
sehingga mendapatkan jujur yang tinggi
pula.anak laki-laki tersebut melakukan
perkawinan jujur dimana pihak laki laki
memmembayar jujur kepada pihak wanita.
Fungsi jujur (bỏwỏ)

yaitu dengan dibayarnya jujur


(bỏwỏ) maka masuklah istri
menjadi bagian dari kelompok
suaminya.
Apabila pihak laki-laki sama sekali tidak mampu
memenuhi jujur yang telah dipatok oleh keluarga
perempuan maka yang jadi taruhannya ialah nyawa,dimana
pihak perempuan bisa menghilangkan nyawa salah satu
dari keluarga laki laki ,.untuk menghindari diri dari
beragam keharusan kedua calon pengantin melarikan diri
ke tempat yang tidak diketahui oleh keluarga
perempuan.Akibat perkawinan yang tidak pakai jujur pada
masyarakat adat Nias di Kecamatan lahewa kabupaten
Nias utara antara lain Suami tidak terhormat ditengah-
tengah masyarakat adat dan tidak ada kebahagiaan setelah
berlangsungnya pernikahan.
Critikal Book Report
IdentitasB
uku

IdentitasBu
ku

BUKU Seri RisetEtnografiKesehatan 2016

JUDUL TradisiBowo Dan MalnutrisiPadaEtnikNias

PENULIS Suharmiati,AdeAryantiFahriani,SuciyadiRamdhani

EDITOR TetyRachmawati

PENERBIT PtKanisius

ISBN 978-979-21-5083-4
THANKS

Any Question ??

Anda mungkin juga menyukai