Anda di halaman 1dari 6

Makalah Agama Hindu

Nama : Made Ary Duta Sutasoma.


No : 22
Kelas : XI MIA 3
PENDAHULUAN

Dalam agama Hindu di Bali istilah perkawinan biasa disebutPawiwahan. Pengertian


Pawiwahan itu sendiri dari sudut pandang etimologi atau asal katanya, kata pawiwahanberasal dari
kata dasar “ wiwaha”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata wiwaha berasal
dari bahasa sansekerta yang berarti pesta pernikahan; perkawinan (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1997:1130).
Pengertian pawiwahan secara semantik dapat dipandang dari sudut yang berbeda beda sesuai
dengan pedoman yang digunakan. Pengertian pawiwahan tersebut antara lain: menurut Undang-
Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 1 dijelaskan pengertian perkawinan yang berbunyi:
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
KeTuhanan Yang Maha Esa.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat saya simpulkan bahwa pawiwahan adalah ikatan
lahir batin (skala dan niskala ) antara seorang pria dan wanita untuk membentuk keluarga bahagia
dan kekal yang diakui oleh hukum Negara, Agama dan Adat.

A. Pembahasan
Sistim-Sistim Perkawinan
1. Sistim mepandik

Perkawinan Sistim mepandik adalah suatu perkawinan yang dilandasi oleh rasa cinta sama cinta
dari calon mempelai serta telah mendapat restu dari kedua pihak orang tua.

2. Sistim ngerorod

Perkawinan sistim ngerorod adalah suatu perkawinan berdasarkan cinta sama cinta dari kedua
mempelai dengan alasan sebagai berikut:

1. Tidak medapat restu dari salah satu pihak orang tua kedua mempelai
2. Tidak mendapat restu dari kedua pihak orang tua kedua mempelai.
3. Dilaksanakan Sistim perkawinan ini berdasarkan pemikiran efisiensi pelaksanaan dan
pembiayaan.
4. Dilaksanakan Sistim perkawinan ini, berdasarkan pemikiran bahwa dari kedua belah pihak tidak
lagi memiliki sanak keluarga atau salah satu pihak tidak memiliki sanak keluarga.
3. Sistim nyentana

Sistim perkawinan ini, ada yang berdasarkan cinta sama cinta dari kedua mempelai, ada yang tidak
berdasarkan cinta sama cinta. Hanya atas kemauan serta persetujuan dari kedua pihak keluarga.
Karena berdasarkan kebutuhan penerus pewaris di pihak mempelai wanita. Oleh karena bentuk
pewaris untuk di bali adalah purusa (patrelineal).

4. Sistim mekaro lemah (medua umah)

Sistim perkawinan ini hampir mirib dengan Sistim perkawinan nyentana, tetapi masing-masing
mempelai diberikan hak sebagai pewaris pada kedua rumah dari kedua pihak keluarga. Oleh
karena itu upacara perkawinan dilaksanakan dikedua tempat secara bergantian

Prosesi Pernikahan

1.Menentukan hari baik digunakan untuk menyepakati hari baik di mana mempelai wanita
dijemput dan dibawa ke rumah mempelai pria
Setelah melakukan proses mamadik atau ngindih (lamaran), kedua keluarga menentukan hari
baik untuk pernikahan. Warga Bali dikenal religius dan mempercayai hari baik untuk pernikahan
sehingga menentukan hari baik adalah awal prosesi pernikahan yang penting.

Hari baik yang telah disepakati oleh kedua pihak tersebut dipakai untuk prosesi pernikahan
dimana calon mempelai pria menjemput dan membawa calon mempelai wanita ke rumahnya.

2. Ngekeb adalah ritual siraman yang bertujuan untuk menyambut pernikahan, maknanya kedua
mempelai harapannya bersih secara lahir batin
Salah satu yang mencirikan siraman pada adat Bali adalah calon mempelai wanita diluluri
ramuan dari campuran daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah ditumbuk, serta
air merang untuk keramas. Siraman ini menjadi awal baik untuk menyambut hari pernikahan
sekaligus untuk membersihkan diri secara lahir dan batin.

Pada ritual ngekeb, calon mempelai wanita dilarang untuk keluar dari kamar mulai sore hari
hingga keluarga calon pria datang menjemput.

3. Penjemputan calon mempelai wanita dengan kain kuning tipis berarti bahwa wanita telah
siap mengubur masa lalu untuk memulai hidup baru
Pernikahan adat Bali dilakukan di kediaman pihak laki-laki sehingga calon mempelai wantia
harus dijemput terlebih dulu. Penjemputan mempelai wanita dilakukan dengan memakai kain
kuning tipis yang dipakai dari ujung rambut sampai kaki.

Simbol dari kain kuning adalah mempelai wanita telah siap mengubur masa lalu sebagai lajang
untuk memulai kehidupan rumah tangga baru.
4. Munggah lawang (buka pintu) adalah saat dimana calon mempelai wanita mengetuk pintu
calon mempelai pria untuk persetujuan menikah
Ritual munggah lawang atau buka pintu adalah saat dimana calon mempelai wanita mengetuk
pintu calon mempelai pria. Acara ini diiringi dengan syair dan tembang yang dinyanyikan oleh
utusan kedua mempelai.
Jika mempelai pria telah membukakan pintu berarti pertanda bahwa pihak pria telah sepakat.
Setelah mendapat izin, calon mempelai wanita digendong menuju tandu untuk segera dibawa di
kediaman keluarga pria.

5. Masegehagung dilakukan untuk menyambut mempelai wanita, kain kuning akan dibuka oleh
ibu calon mempelai pria dan ditukar dengan uang
Penyambutan mempelai wanita di kediaman keluarga pria dimulai dengan ritual masegahagung.
Pada prosesi ini, ibu dari mempelai pria membuka kain kuning yang dipakai mempelai wanita
dan menukarnya dengan kepeng satakan (nama uang pada masa lampau) senilai dua ratus
kepeng. Masegehagung menjadi tanda diterimanya mempelai wanita dalam keluarga mempelai
pria.

6. Mekala-kalaan adalah awal dari prosesi memutuskan benang yang berarti kedua mempelai
telah siap memulai hidup berkeluarga
Mekala-kalaan atau madengen-dengen adalah rangkaian prosesi adat Bali yang terdiri dari
menyentuhkan kaki pada kala sepetan, jual beli, dan menusuk tikeh dadakan, serta memutuskan
benang. Pertama kedua mempelai melakukan upacara menyentuhkan kaki pada kala sepetanyang
bertujuan untuk menyucikan dan membersihkan diri. Ritual ini dimulai dengan mempelai wanita
membawa bakul perdagangan, dan mempelai pria memikul tegen-tegenan, keduanya berputar
sebanyak tiga kali mengelilingi pesaksi, kemulan, dan penegteg. Setelah itu baru menyentuhakn
kaki pada kala sepetan.
Kemudian dilanjutkan dengan prosesi jual beli oleh kedua mempelai, kegiatan ini adalah simbol
dari kehidupan berumah tangga yang harus saling melengkapi, memberi dan mengisi, hingga
meraih tujuan yang ingin dicapai. Seusai jual beli, mempelai wanita telah siap memegang
anyaman tikar yang terbuat dari pandan muda (tikeh dadakan), sedangkan calon mempelai pria
menyiapkan keris. Menurut kepercayaan Hindu, tikeh dadakan menyimbolkan kekuatan Sang
Hyang Prakerti (kekuatan yoni), sedangkan keris pria melambangkan kekuatan Sang Hyang
Purusa (kekuatan lingga).

Prosesi memutuskan benang dimulai dengan kedua mempelai yang bersama-sama menanam
kunyit, talas, dan andong di belakang merajan (tempat sembahyang keluarga). Ritual ini sebagai
wujud melanggengkan keturunan keluarga. Kemudian setelah itu memutuskan benang yang
terentang pada cabang dadap (papegatan) yang berarti kedua mempelai siap memulai hidup
berkeluarga.

7. natab banten beduur, pertemuan keluarga di pura yang meminta doa leluhur untuk
melanjutkan keturunan
Prosesi selanjutnya adalah pertemuaan kedua keluarga di dalam pura pada kediaman mempelai
pria yang dipimpin oleh pemangku sanggah dan para pinisepuh. Upacara ini bertujuan untuk
meminta doa pada leluhur untuk menyambut keluarga baru dan mendapatkan keturunan.

8. Terakhir adalah upacara mejauman (ma pejati), ritual ini ditujukan untuk menghormati leluhur
keluarga dan memohon pamit
Upacara majauman adalah tanda bahwa wanita sudah menikah dan mengikuti suami. Ritual ini
ditujukan untuk menghormati leluhur keluarga sekaligus pamitan pada leluhur mempelai wanita.
Kedatangan mempelai wanita diiringi dengan membawa berbagai panganan tradisional berwarna
putih dan merah, kue bantal, apam, sumping, kuskus, wajik, gula, kopi, buah-buahan, lauk-pauk,
dll.

Tujuan Pernikahan

Tujuan utama wiwaha adalah: untuk memperoleh keturunan/ sentana terutama yang suputra, yaitu
anak yang hormat terhadap orang tua, cinta kasih terhadap sesama, dan berbakti kepada
Tuhan.Dalam nitisastra disebutkan bahwa orang yang mampu melahirkan anak yang suputra lebih
tinggi keutamaannya dari membuat 100 yadnya.Dalam Manawa DHARMA SASTRA, Wiwaha
disamakan dengan Samskara.Dalam manusa yadnya, Wiwaha Samskara merupakan puncaknya
upacara manusa yadnya. Wiwaha bertujuan untuk membayar hutang kepada orang tua /
leluhurWiwaha samskara dilaksanakan berdasarkan weda, karena merupakan Sarira Saraskara
(Penyucian diri melalui perkawinan)

Kewajiban dalam hidup berumah tangga:

1. Melanjutkan keturunan
2. Membina rumah tangga
3. Bermasyarakat
4. Melaksanakan panca yadnya

Penutup

Perkawinan bagi masyarakat Bali menjadi bagian dalam sebuah persembahan suci kepada
Tuhan. Budaya Bali juga mengenal jenis perkawinan ngerorod / merangkat / ngelayas yang
merupakan cerminan kebebasan wanita Bali untuk memilih dan menentukan jodohnya.
Masyarakat Bali juga memberlakukan sistem patriarki, karena dalam pelaksanan upacara
perkawinan semua biaya yang dikeluarkan untuk hajatan tersebut menjadi tanggung jawab pihak
keluarga laki – laki.

Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat memahami mengenai
perkawinan menurut adat Bali, serta mengetahui tentang beraneka ragamnya jenis perkawinan
dan tata caranya serta bentuk perkawinan yang ada dalam masyarakat Bali.

Biografi Desa

Desa Tegallalang merupakan salah satu Desa yang ada kabupaten Gianyar, Kotamadya Gianyar,
provinsi Bali, Indonesia dengan penduduk yang seni diberbagai tempat terdapat pernak-pernik,
ukira-ukiran pengerajinan kayu, dan berbagai karya
seni sepanjang jalan di Desa Tegallalang. Desa
Tegallalang terkenal dengan keindahan dari sawah
yang membentang lebar dengan pemandangan yang
indah disekitarnya sehingga banyaknya wisatawan-
wisatawan yang berkunjung ke desa ini untuk
dijadikan destinasi liburan di Bali.

Anda mungkin juga menyukai