Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Adat perkawinan di Indonesia banyak sekali macam ragamnya. Setiap suku bangsa
memiliki adat perkawinan masing-masing. Diantara adat perkawinan itu ada yang hampir
serupa terutama pada suku-suku yang berdekatan, tetapi ada pula yang sama sekali
berlainan. Pada dasarnya, adat perkawinan suku bangsa Indonesia bertolak dari anggota
masyarakat bahwa perkawinan adalah suatu ikatan yang sakral dan merupakan salah satu
sunah kauniyah Allah SWT yang tidak bisa dihindari oleh manusia.1 Pernikahan bukan
sekedar ikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan tetapi juga merupakan
proses penyatuan dua keluarga. 2 Masyarakat berbagai budaya meyakini perkawinan
sebagai masa peralihan dari tingkat kehidupan remaja ke tingkat kehidupan berkeluarga.
Kebudayaan sebagai produk kerja manusia mengalami pergeseran karena sistem nilai-
sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat pun bergeser sedikit demi sedikit digantikan
oleh sistem nilai baru.4 Unsur-unsur pokok kebudayaan adalah:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-lat rumah
tangga, senjata, alat-alat produksi, transport dan sebagainya
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan,
sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya).
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum,
sistem perkawinan).
4. Bahasa (lisan maupun tertulis).
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
6. Sistem pengetahuan.
7. Religi (sistem kepercayaan).
Karena perkawinan merupakan unsur dari kebudayaan maka upacara perkawinan pun
juga mengalami pergeseran atau perubahan. Seperti yang terjadi pada kehidupan
masyarakat Madura yang tinggal di Banjarmasin, khususnya di Lokasi IV Kelurahan
Pemurus Baru Kecamatan Banjarmasin Selatan. Kalimantan Selatan merupakan provinsi
yang etnis Maduranya sekitar 1,20% atau merupakan etnis terbesar keempat.6 Suku
Madura dan Suku Banjar yang tinggal di Lokasi IV hidupnya sangat rukun sikap
kekeluargaan antara kedua suku ini masih terlihat jelas. Meskipun berbeda suku tetapi
sikap tolong-menolong mereka masih kuat. Seperti dalam acara perkawinan kedua suku
ini saling membantu untuk mempersiapkan kelangsungan acara

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran perkawinan Masyaeakat Jawa ?
2. Bagaimana gambaran perkawinan masyarakat padang ?
3. Bagimana Perkawinan Masyarakat Aceh?

2
BAB II
PEMBHASAN

A. Susunan Acara, Ritual dan Makna Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Berencana menikah menggunakan adat Jawa? Berikut ini susunan acara, ritual,
dan prosesi lengkap pernikahan adat Jawa yang bisa kamu terapkan.
Ritual dan prosesi pernikahan adat Jawa memang dibilang panjang, namun bukan
berarti tak ada artinya. Justru setiap prosesi memiliki arti dan makna yang
mendalam.
Bagi sebagian masyarakat tentu sudah tidak asing dengan rangkaian prosesi adat
Jawa. Namun ada pula yang masih belum mengerti ataupun asing dengan setiap
runtutan prosesinya.
Buat kamu yang akan menikah dengan adat Jawa, sebaiknya ketahui dahulu
makna dari setiap runtutan prosesi agar kamu bisa lebih meresapi setiap tahapnya.
Simak susunan acara, ritual, dan prosesi pernikahan adat Jawa lengkap berikut ini.
Prosesi Hajatan dan Ritual Pernikahan Adat Jawa

Sumber gambar: Okezone


Sebelum hari pernikahan, ada sejumlah prosesi hajatan yang terlebih dahulu
dilangsungkan. Dengan menjalani prosesi jahatan ini, diharapkan keluarga besar

3
dan calon pengantin dijauhkan dari berbagai rintangan dan seluruh acara dapat
berjalan dengan lancar.
1. Pasang Tratag dan Tarub

Sumber gambar: idoartgalery


Dalam pernikahan ada Jawa yang pertama-tama dilakukan adalah memasang
dekorasi tenda yang disebut tratag dan hiasan dari janur atau daun kelapa muda
yang disebut tarub.
Kedua hiasan ini dipasang pada pintu masuk dan menjadi pertanda bahwa
keluarga sedang mengadakan acara hajatan mantu.
Sementara itu, janur kuning melengkung seakan meminta cahaya pada Yang
Maha Kuasa, sebagai doa agar dilimpahi berkah dan kemakmuran pada kedua
mempelai.
2. Kembar Mayang

Sumber gambar: wartajowo


Seperti namanya, kembar mayang adalah sepasang hiasan dekoratif yang dibentuk
dari rangkaian akar, batang, daun, bunga, dan buah setinggi setengah sampai satu
badan orang dewasa.
Kembar mayang akan dilibatkan dari sub-upacara midodareni sampai upacara
panggih. Kembar mayang dipercaya dapat memberikan motivasi dan

4
kebijaksanaan kepada kedua pasangan untuk menjalani lembaran baru rumah
tangganya.

3. Pasang Tuwuhan

Sumber gambar: inibaru


Makna dari pasang tuwuhan adalah harapan terhadap kedua pasangan suami istri
agar dikaruniai momongan.
Salah satu bagian penting dalam tuwuhan adalah pohon pisang raja yang buahnya
sudah matang.
Selain pisang, ada juga tebu wulung, cengkir gading, daun randu, dan dedaunan
lain. Dedaunan sebagai simbol rintangan dalam hidup, yang diharapkan mampu
dilewati bersama.
4. Siraman

Sumber gambar: brilio


Satu sampai dua hari sebelum akad nikah, keluarga akan melakukan siraman
kepada sang pengantin.
Akan ada tujuh orang yang melakukan siraman, jumlah ini pun berdasarkan
sebutan tujuh pada bahasa Jawa yaitu “pitu” atau disyaratkan sebagai pitulungan
(pertolongan) kepada calon pengantin.

5
Ritual siraman ini menyimbolkan pembersihan diri sebelum masuk ke ritual yang
lebih sakral. Nantinya, sang ayah dari mempelai wanita yang akan melakukan
siraman terakhir. Kemudian dilanjutkan dengan menggendok anak perempuannya
menuju kamar pengantin.
5. Dodol Dawet

Sumber gambar: kompasiana


Prosesi selanjutnya pada pernikahan adat Jawa adalah Dodol Dawet atau menjual
dawet kepada para tamu undangan.
Tetapi, ini tidak benar-benar jualan karena pembeli membayarnya dengan
kreweng atau pecahan tembikar dari tanah liat, yang menggambarkan kehidupan
manusia yang berasal dari tanah.
Pada prosesi dodol dawet ini, sang ibu dari mempelai wanita lah yang melayani,
sedangkan sang ayah memayungi ibu.
Ini merupakan contoh bahwa sepasang suami istri harus saling bergotong royong
dalam membina rumah tangga.
6. Potong Tumpeng

Sumber gambar: temukonco


Dalam adat Jawa, tumpeng identik dengan simbol kemakmuran dan kesejahteraan
karena bentuknya yang menyerupai gunung.

6
Prosesi potong tumpeng pada pernikahan adat Jawa ini akan dilakukan oleh kedua
orang tua dengan mengambil puncak tumpeng beserta lauk pauknya.

7. Dulangan Pungkasan

Sumber gambar: twitter @besar_riski


Dulangan pungkasan berarti suapan terakhir, ritual pernikahan adat Jawa yang
satu ini melambangkan tanggung jawab terakhir orang tua terhadap anaknya.
Momen ini cukup mengharukan karena sekaligus melepas anak untuk
membangun keluarganya sendiri.

8. Tanam Rambut dan Lepas Ayam

Sumber gambar: sarsito1949


Ritual pernikahan adat Jawa selanjutnya adalah memotong sedikit rambut kedua
mempelai lalu menanamkannya.
Ritual adat Jawa ini bertujuan agar kedua mempelai dijauhkan dari segala hal
buruk dalam rumah tangga.
Lalu dilanjutkan dengan pelepasan ayam jantan hitam sebagai bentuk keikhlasan
orang tua melepas anaknya hidup mandiri. Seperti seekor ayam yang bisa mencari
makan sendiri.

7
9. Midodareni

Sumber gambar: instagram.frix8


Prosesi hajatan pernikahan adat Jawa sebelum hari pernikahan akan diakhiri
dengan midodareni.
Kata midodareni sendiri berasal dari kata ‘widodari’ yang dalam bahasa Jawa
berarti bidadari. Yang diharapkan dari ritual ini adalah sang pengantin wanita
akan secantik bidadari dari surga saat hari pernikahannya esok hari.
Malam midodareni dilangsungkan pada malam sebelum acara pernikahan
keesokan harinya. Mempelai wanita hanya akan ditemani keluarganya saja dan
mendapat wejangan seputar pernikahan.
Pada malam ini pula, dengan mengenakan busana Jawa lengkap keluarga calon
mempelai pria mengunjungi rumah calon mempelai perempuan untuk memberi
seserahan berupa kebutuhan seperti busana, alas kaki, kosmetik, buah-buahan,
makanan.
Susunan Acara Puncak Pernikahan Adat Jawa

Sumber gambar: suaramga.blogspot

8
Susunan acara pernikahan adat Jawa akan dilanjutkan dengan acara puncak
pernikahan, yaitu upacara dan resepsi pernikahan. Tentunya masih ada ritual-ritual
yang bertujuan untuk kebahagiaan dan keberlangsungan rumah tangga sang
anak. Berikut susunannya:
1. Upacara Pernikahan

Sumber gambar: idntimes


Pada momen ini, waktunya kedua pengantin berhadapan dengan penghulu, orang
tua, wali, dan tamu undangan dan mengucapkan sumpah serta janji pernikahan.
Kedua pengantin akan mengenakan pakaian tradisional khas adat Jawa berwarna
putih sebagai lambang kesucian.
2. Upacara Panggih

Upacara Panggih disebut juga upacara dhaup atau temu, prosesi inilah puncak
acara pernikahan adat Jawa.
Setelah kedua pengantin resmi menikah secara agama, orang tua dari kedua belah
pihak bertemu secara adat Jawa.
Jadi, prosesi ini hanya akan dilaksanakan setelah pernikahan sah secara agama,
bukan sebaliknya. Berikut ini urut-urutan acara dalam upacara panggih:
a. Balangan Gantal

9
Sumber gambar: colorfulphotocinema
Di prosesi pernikahan adat Jawa ini, kedua pasangan akan saling melempar gantal,
sirih yang diikat benang putih.
Mempelai pria melemparkan gantal ke arah dada mempelai wanita sebagai tanda
bahwa ia telah menaklukan hati sang pasangan.
Lalu mempelai wanita melemparkan gantal ke arah lutut mempelai pria sebagai
tanda bahwa ia akan berbakti kepada sang suami.
b. Ngidak Endhog atau Injak Telur

Sumber gambar: potretperkawinan


Kemudian lanjut ke prosesi injak telur atau yang disebut ngidak endhog. Ngidak
endhog merupakan prosesi dimana sang suami menginjak telur mentah, lalu sang
istri membersihkan kaki suaminya dalam posisi berlutut. Ini mengartikan
kesopanan istri kepada suami.
Setelah itu, sang suami akan membantu sang istri bangkit berdiri yang memiliki
makna penghargaan terhadap istri.
c. Sinduran

10
Sumber gambar: dhitayutantri.blogspot
Setelah menginjak telur, prosesi pernikahan adat Jawa berlanjut ke mengenakan
kain sindur kepada kedua pengantin yang berjalan menuju pelaminan sambil
berpegangan tangan.
Kain sindur biasanya berwarna putih dan terdapat renda merah di dalamnya.
Kedua warna ini melambangkan keberanian serta gairah dalam menjalani rumah
tangga.

d. Bobot Timbang

Sumber gambar: idntimes


Sesampainya di kursi pelaminan, kedua mempelai diarahkan untuk duduk di atas
pangkuan ayah dari mempelai wanita.
Lalu sang ibu naik ke atas panggung untuk bertanya siapa yang lebih berat di
antara kedua pasangan.
Kemudian, sang ayah akan menjawab keduanya sama saja. Percakapan ini
menandakan bila tidak ada perbedaan kasih sayang kepada kedua mempelai.
e. Minum Air Degan

11
Sumber gambar: pexels
Air degan atau air kelapa muda dilambangkan sebagai air suci dan air kehidupan.
Air degan yang diminum bersumber dari satu gelas saja untuk seluruh keluarga.
Sang ayah dari mempelai wanita akan menjadi yang pertama meminum air degan,
lalu diteruskan ke sang ibu hingga kepada kedua mempelai.

f. Kacar Kucur

Sumber gambar: seputarpernikahan


Prosesi pernikahan adat Jawa selanjutnya adalah kacar kucur, dimana mempelai
pria mengucurkan uang receh serta biji-bijian kepada mempelai wanita sebagai
lambang bahwa sang pria akan bertanggung jawab menafkahi keluarganya, serta
menjadi tanggung jawab istri untuk mengelolanya.
g. Dulangan

12
Sumber gambar: boombastis
Setelah kacar kucur, kedua pengantin akan saling menyuapi sebanyak tiga kali.
Prosesi ini menaruh harapan bahwa kedua pasangan bisa saling rukun, pengertian,
dan tolong-menolong dalam menjalani kehidupan pernikahan.
3. Bubak Kawah

Sumber gambar: budayajawa


Prosesi ini biasanya menjadi acara yang paling ditunggu dan meriah. Hanya saja,
bubak kawah ini hanya dilakukan pada saat mantu pertama. Merupakan rasa
syukur orang tua atas pernikahan anaknya.
4. Tumplek Punjen

Sumber gambar: kongkrit


Kebalikan dengan babak kawah, keluarga akan mengadakan prosesi tumplek
punjen saat seluruh anaknya sudah menikah sehingga tidak akan bermenantu lagi.
Tumplek punjen berarti melepas darma orang tua pada anak.

13
5. Sungkeman

Sumber gambar: inibaru


Acara sungkeman lah yang akan mengakhiri prosesi pernikahan adat Jawa. Kedua
mempelai berlutut di hadapan orang tua dari kedua belah pihak sebagai bentuk
penghormatan atas jasa orang tua yang telah membesarkan mereka sampai bisa
menikah menjalani lembaran baru kehidupan.

6. Kirab Pengantin

Sumber gambar: gunawantembem


Terakhir, kirab merupakan istilah yang digunakan saat pengantin meninggalkan
panggung pelaminan untuk berganti pakaian.
Itulah serangkaian panjang ritual dan prosesi pernikahan adat Jawa lengkap
beserta makna dari masing-masing prosesi. Menikah dengan gaya tradisional dan
mengikuti adat dan budaya yang ada memang menjadi sangat unik dan tak
terlupakan.

14
Bukan hanya sekedar prosesi yang panjang, pasalnya banyak makna serta harapan
mendalam yang menyertai dari setiap prosesi tersebut.

B. Susunan Acara Adat Pernikahan Suku Padang

Mempersiapkan pernikahan adat tidaklah mudah, banyak sekali proses yang harus
dilewati. Tak hanya itu, pada pernikahan adat Padang, banyak keluarga besar yang
dilibatkan dalam setiap prosesi pernikahan.
Acara pernikahannya pun tidak hanya berlangsung satu hari, namun ada beberapa
prosesi yang dijalankan dari beberapa hari sebelum hari pernikahan, sampai
setelah hari pernikahan selesai pun, prosesi pernikahan adat Padang masih
berlanjut.
Setiap tahap acara melibatkan adat dan budaya di momen pernikahan memiliki
makna dan harapan yang berarti. Maka dari itu, jangan sampai ada yang
terlewatkan. Berikut susunan acara dan prosesi pernikahan adat Padang lengkap
dari awal sampai akhir.

Sumber gambar: wikipedia


Tokopedia telah mengulas susunan acara pernikahan adat Padang dan
Minangkabau di bawah ini. Simak artikel berikut untuk selengkapnya.

15
1. Marasek
Marasek merupakan tahapan pertama pada tata cara pernikahan adat Padang. Pada
prosesi ini, utusan dari keluarga pihak calon mempelai wanita akan mendatangi
keluarga calon mempelai pria.
Sesuai dengan adat istiadat Padang yang menganut sistem kekerabatan
matrilineal, proses penjajakan ini dilakukan oleh keluarga wanita.
Yang diutus pun tak sembarang orang, wanita yang dianggap berpengalaman atau
dituakan lah yang mencari tahu apakah sang pria cocok untuk dinikahkan dengan
sang wanita. Prosesi Marasek ini bisa berlangsung beberapa kali sampai terjadi
kesepakatan.
2. Maminang dan Babimbang Tando (bertukar tanda)
Jika mendapatkan hasil yang positif, prosesi selanjutnya pada pernikahan adat
Padang pada Marasek adalah Maminang. Pihak keluarga calon mempelai wanita
datang membawa buah tangan untuk keluarga calon mempelai pria.
Biasanya buah tangan yang dibawa adalah sirih pinang lengkap, kue-kue, dan
buah-buahan. Sirih disuguhkan di awal memiliki makna bahwa bila ada
kekurangan atau kejanggalan dalam pertemuan tidak menjadi gunjingan,
sebaliknya hal-hal manis boleh melekat dan diingat selamanya.
Setelah itu, dilanjutkan dengan prosesi Batimbang Tando atau bertukar tanda.
Tujuan dari prosesi ini adalah untuk mengikat kedua pihak dan tidak bisa
dibatalkan sepihak.
Barang-barang yang dipertukarkan biasanya benda-benda pusaka seperti keris,
kain adat, atau benda lain yang bernilai bagi keluarga.
Prosesi pernikahan adat Minang ini melibatkan orang tua, ninik mamak, dan para
sesepuh dari kedua pihak.
3. Mahanta Siri
Prosesi selanjutnya adalah Mahanta Siri di mana kedua mempelai meminta izin
dan doa restu kepada anggota keluarga yang dituakan. Ritual pernikahan adat
Minang ini juga bertujuan membertahukan rencana pernikahan.
Pada prosesi ini calon mempelai pria akan membawa selapah yang berisi daun
nipah dan tembakau, yang mana zaman sekarang sering diganti dengan rokok.
Sementara itu calon mempelai wanita akan membawa sirih lengkap

16
4. Babako-babaki
Pada prosesi ini, pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita yang disebut
dengan Bako menunjukkan kasih sayangnya terhadap calon mempelai wanita
dengan memberikan bantuan biaya sesuai dengan kemampuannya.
Para keluarga datang membawa hantaran yang berupa sirih lengkap sebagai
hantaran kepala adat, nasi kuning singgang ayam sebagai simbol dari makanan
adat, dan barang-barang yang diperlukan calon mempelai wanita seperti pakaian,
perhiasan emas, makanan, dan lain sebagainya.
Calon mempelai wanita akan dijemput dari rumahnya menuju rumah ayahnya
untuk diberikan petua oleh para tetua.
Lalu keesokan harinya diarak kembali ke rumahnya dengan iringan keluarga ayah
membawa barang hantaran tadi.

5. Malam Bainai

Malam Banai dilakukan semalam sebelum hari pernikahan. Bainai berarti


melekatkan tumbuhan halus daun pacar merah (daun inai) ke kuku calon
mempelai wanita.
Malam Bainai dilakukan sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu yang
diberikan oleh para sesepuh keluarga calon mempelai wanita.
Selain itu, terdapat juga air dari campuran tujuh macam kembang. Air campuran
ini digunakan untuk memandikan calon mempelai wanita.

17
6. Manjapuik Marapulai
Manjapuik Marapulai merupakan prosesi paling penting diantara rangkaian
prosesi pernikahan adat Padang lainnya.
Calon mempelai pria akan dijemput untuk menyambangi kediaman calon
mempelai wanita untuk melangsungkan akad nikah.
Lalu pada acara ini pula dilangsungkan pemberian gelar pusaka kepada sang pria
menandakan kedewasaan. Keluarga pihak wanita kemudian akan menyambut
dengan sirih lengkap menunjukan tata krama.
7. Penyambutan di Rumah Anak Daro
Prosesi pernikahan adat Padang dilanjutkan dengan penyambutan calon mempelai
pria di rumah calon mempelai wanita.
Momen besar ini biasanya menjadi acara yang paling meriah. Penyambutan ini
diiringi musik tradisional Minang yaitu talempong dan gandang tabuk, serta
barisan Gelombang Adat timbal balik yang terdiri dari pemuda-pemuda
berpakaian silat, juga disambut para dara berpakaian adat yang berperan
menyuguhkan sirih.
Saat calon mempelai pria memasuki rumah, para sesepuh dari pihak wanita akan
memercikkan air ke kakinya sebagai tanda penyucian lalu menaburinya dengan
beras kuning. Lalu calon mempelai pria pun berjalan menuju tempat akad
dilangsungkan.
8. Akad Nikah
Setelah penyambutan di rumah calon mempelai wanita, inti dari segala prosesi
pernikahan ini pun tiba.
Orang tua pihak wanita melepaskan putrinya untuk dinikahi oleh seorang pria, dan
mempelai pria menerima mempelai wanita untuk dinikahi.
9. Basandiang di Pelaminan

18
Seusai sah menjadi pasangan suami istri, kedua mempelai kemudian bersanding di
rumah mempelai wanita.
Anak daro (mempelai wanita) dan marapulai (mempelai wanita) akan menanti
tamu undangan sambil musik didendangkan di halaman rumah.
10. Tradisi Usai Akad Nikah
Pada pernikahan adat Minang, prosesinya tidaklah berhenti sampai akad nikah
saja, masih ada beberapa tahapan prosesi yang harus dijalankan setelahnya.
a. Mamulangkan Tando
Saatnya mengembalikan tanda yang diberikan sebagai ikatan janji pada saat
lamaran karena sekarang kedua pasangan telah resmi menjadi suami istri.

b. Malewakan Gala Marapulai


Prosesi pernikahan adat Minang selanjutnya adalah mengumumkan gelar sebagai
tanda kehormatan dan kedewasaan bagi mempelai pria.
c. Balantuang Kaniang (Mengadu Kening)
Selanjutnya, kedua mempelai dihadapkan satu sama lain dalam posisi duduk.
Dalam keadaan berhadapan, kedua wajah mereka hanya terpisahkan oleh kipas.
Lalu kipas diturunkan perlahan sehingga kening mereka saling menempel. Prosesi
ini akan dipimpin oleh para sesepuh wanita.
d. Mangaruak Nasi Kuniang
Salah satu prosesi yang unik dari pernikahan adat Minang adalah acara yang satu
ini. Kedua mempelai berebut mendapatkan daging ayam yang tersembunyi di
dalam nasi kuning.
Acara ini mengisyaratkan hubungan suami istri yang bekerja sama untuk saling
melengkapi dan menahan diri.
e. Bamain Coki
Bamain Coki berarti bermain Coki. Coki adalah mainan tradisional Minang mirip
catur yang dimainkan di atas papan mirip halma. Permainan ini bertujuan
meluluhkan kekauan dan ego masing-masing agar tercipta kemesraan diantara
kedua mempelai.
f. Tari Payung

19
Tarian ini dipercaya sebagai tarian untuk pengantin baru. Para penari akan
menggunakan payung sebagai lambang peran suami sang pelindung istri.
11. Manikam Jajak
Prosesi adat pranikah sampai hari pernikahan telah usai dilaksanakan, namun
prosesi pernikahan adat Minang belum sepenuhnya selesai.
Satu minggu setelah hari pernikahan, kedua mempelai akan bertandang ke rumah
orang tua dan ninik mamak pengantin pria membawa makanan. Sikap ini
dilakukan untuk menghormati orang tua dan ninik mamak pengantin pria.
Seperti itulah pernikahan adat Minang yang menggiring secara bertahap sampai
pada momen inti pernikahan itu sendiri.
Relatif jauh berbeda memang dengan pernikahan modern masa kini yang
menjunjung tinggi konsep kesederhanaan. Namun, suasana pada pernikahan adat
tidak akan bisa tergantikan dengan apapun.

C. Susunan Acara Adat Pernikahan Suku Aceh

Aceh adalah salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan campuran
budaya dan tradisi. Begitu juga pada proses pernikahan adat Aceh.
Ia dibaluri dengan berbagai campuran budaya Arab, Eropa, Tionghoa serta
Hindia.

20
Dalam pernikahan adat Aceh, diisi dengan syarat-syarat dan unsur
kekeluargaan dan penghormatan terhadap Tuhan dan sesama manusia.
Yuk, ketahui lebih dalam mengenai prosesi dan baju pernikahan adat Aceh.
Prosesi Pernikahan Adat Aceh
Kebudayaan Aceh terus berkembang pada ritual dan tradisi sakral, salah
satunya adat pernikahan.
Mulai dari prosesi pernikahan, busana, malam keagamaan, semua dirangkai
menjadi sebuah pernikahan yang penuh dengan arti.
Adapun tahapan dan prosesi pernikahan adat Aceh, antara lain:
1. Jak Keumalen (Cah Roet)

Prosesi pernikahan adat Aceh yang pertama adalah Jak Keumalen. Ini
merupakan prosesi merintis jalan yang dilakukan untuk mencari tahu dan
mengenal calon mempelai wanita.
Pada prosesi ini biasanya akan bisa dilakukan langsung oleh orang tua atau
utusan khusus dari pihak laki-laki.
Pihak keluarga calon mempelai pria (linto baro) datang bersilaturahmi
sambil mengamati calon mempelai wanita (dara baro).
Biasanya, calon mempelai pria akan membawa  bungong jaroe (bingkisan
berupa makanan). Pihak perempuan akan menyambut baik keluarga pria,
dan dilanjutkan dengan jak meu lake (jak ba ranub) atau meminang.
Jak keumalen sendiri dapat dilakukan dengan dua cara :
 Langsung dilakukan oleh orang tua atau keluarga
 Menggunakan utusan khusus (theulangke)
2. Jak Meu Lake Jok Theulangke (Jak ba Ranub)
Setelah itu, prosesi pernikahan adat Aceh dilanjutkan dengan Jak Ba Runub.
Ini seperti halnya prosesi 'lamaran'.
Prosesi ini, orang tua calon mempelai pria akan memberi kuasa
pada theulangke (utusan khusus) untuk mengemukakan tujuan kedatangan
kepada calon mempelai putri, dengan membawa  bingkisan seperti sirih,
buah-buahan, baju dan sebagainya.
Kedua pihak keluarga akan saling musyawarah.

21
Jika calon mempelai wanita menerima lamaran, maka ia akan menjawab
“Insha Allah” sementara jika tidak diterima mereka akan menjawab dengan
alasan yang baik seperti “Hana get lumpo”.
Artinya adalah mimpi yang tidak baik atau buruk. Kebudayaan Aceh kental
dengan makna mimpi dan kekuatan alam.
Kepercayaan ini dipengaruhi oleh nenek moyang bahkan dalam hal memilih
calon pengantin.
Bila lamaran diterima, pihak keluarga pria akan melanjutkan dengan  jak ba
tanda (membawa tanda jadi).

3. Malam Peugaca/Inai
Menjelang hari pernikahan, kedua mempelai akan mengadakan upacara
selamatan pada malam hari dalam waktu 3 sampai 7 hari. Ini dinamakan
malam Peugaca.
Tujuan prosesi pernikahan Aceh ini adalah untuk memanjat doa serta
wejangan dari orang tua dengan bantuan sesepuh adat.
Hal ini dimaksudkan agar kedua mempelai mendapatkan berkah dan
kemudahan di kehidupan pernikahan.
Dalam prosesi upacara ini juga diadakan peusiejeuk (upacara pemberian
tepung tawar) calon dara baro dan peusiejeuk gaca, serta bate mupeh (batu
giling).
Maksud dari peusiejeuk adalah memberi dan menerima restu serta
mengharapkan keselamatan atas segala peristiwa yang akan terjadi kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Busana dan baju yang dikenakan oleh dara baro pada malam Inai ini tidak
terikat dan terus berganti dari malam pertama hingga ketujuh.
4. Pernikahan/Ijab Kabul
Masuk ke dalam prosesi pernikahat adat Aceh berikutnya yakni malam
pernikahan. Adat ini kuat dipengaruhi oleh buaya India dan Arab.
Dahulu ijab kabul dapat dilakukan di KUA atau di musala dekat rumah
tanpa dihadiri pengantin wanita.

22
Namun sekarang berkembang dengan ijab kabul yang dilakukan di masjid
besar.
Ijab kabul pengantin pria kepada wanita dihadiri oleh wali nikah, penghulu,
saksi dan pihak keluarga.
Biasanya lafaznya berupa bahasa aceh "ulon tuan peunikah, aneuk lon
(apabila ayah perempuan yg mengucapkan)....(nama pengantin perempuan)
ngon gata (nama pengantin laki-laki) ngon meuh...(jumlah mahar yang telah
disepakati) mayam,"
Jawabannya yakni "ulon tuan terimong nikah ngon kawen.. (nama
pengantin) ngon meuh.. (jumlah mahar yang telah disepakati) mayam, tunai
"
Ada beberapa lafaz yang berbeda, disesuaikan dengan kesepakatan dan adat
setempat.
5. Meratakan Gigi
Nah, jika mengikuti prosesi pernikahan adat Aceh pada masa lalu, adanya
malam meratakan gigi.
Gigi seorang gadis yang telah menikah harus dipotong dengan alat pengikir
gigi, kemudian diberi obat penguat gigi (baja ruek).
Ini dlakukan menjelang pesta pernikahan dan ditentukan pada keluarga.
Pemotongan gigi dimulai dengan posisi mempelai pengantin berbaring di
atas kasur, mengikir gigi bagian sisi yang ganjil lalu ke bagian sisi yang
lain.
Setelah selesai ia akan berkumur air garam hangat, lalu dengan kain perca
yang telah direndam air panas, mengatupkan gigi atas dan bawah, setiap
celah diolesi baja ruek hingga merata dan dibiarkan beberapa saat.
Lalu gigi dibersihkan dengan tapeh (sabut kelapa) dan berkumur dengan air
bersih.
Prosesi pernikahan adat Aceh ini bertujuan untuk memperkuat gigi dan
memberi kesan lebih cantik.
Namun prosesi ini sudah jarang dilakukan di masa sekarang.
6. Khatam Al-Quran

23
Karena prosesi pernikahan adat Aceh masih kental dengan budaya Arab,
maka perlu melakukan khatam Al-Quran.
Upacara ini dipimpin oleh guru ngaji dan dimulai dengan membaca doa
untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Setelah itu calon mempelai disuapi ketan dan tumpo, dan menyelesaikan
membaca ayat terakhir Al Qur’an.
Setelah selesai, calon pengatin akan bersalaman, pengucapan syukur serta
memohon maaf dan restu guru ngaji
Selanjutnya sang guru membimbing calon dara baro untuk melakukan hal
yang sama kepada kedua orang tua dan keluarga terdekat.
Acara khatam Al-Quran ini ditutup dengan pemberian hadiah seperti
telur, bereteh, beras, padi dan uang sedekah kepada guru ngaji.
7. Pesta Pernikahan

Dilanjuti dengan pesta pelaminan yang dilakukan setelah melangsungkan


ijab kabul antara sang calon pengantin laki-laki dengan pengantin
perempuan.
Biasanya dilaksanakan pada hari yang sama ataupun lain hari. Ini juga
disebut juga acara Tueng Linto Baro.
Pesta pernikahan dalam proses pernikahan adat Aceh ini bertujuan selain
merayakan kebahagian juga untuk memperkenalkan kedua mempelai kepada
seluruh kaum kerabat.
Prosesi Usai Acara Pernikahan
Usai pesta pelaminan digelar proses pernikahan adat Aceh ternyata belum
usai, Moms. Ada yang namanya Tueng Dara Baro. Apakah itu?
8. Tueng Dara Baro
Selain pesta pernikahan, ada yang melakukan Tueng Dara Baro sebagai
prosesi pernikahan adat Aceh.
Ini adalah upacara untuk mengundang pengantin perempuan dan rombongan
ke rumah keluarga laki-laki.
Upacara ini dilakukan tujuh hari setelah akad nikah. Keluarga perempuan
akan membawa hantaran berupa makanan, kue, serta makanan lainnya.

24
Dalam proses ini, orangtua keduanya akan melakukan tukar sirih, di pintu
masuk juga akan ditaburi dengan beras, bunga rampai dan daun-daun
sebagai on seunijuk.
Setelah pengantin perempuan duduk, ibu pengantin laki-laki akan
melakukan tepung tawar dan dilanjutkan sujud dan restu pada orang tua.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Menurut Hukum adat apda umumnya di Indonesia perkawinan itu bukan saja
berarti sebagai “perikatan perdata”, tetapi juga merupakan “perikatan adat” dan
sekaligus merupakan “perikatan kekerabatan dan ketetanggaan”. Jadi terjadinya
suatu ikatan perkawinan bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan
keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami istri, harta bersama, kedudukan
anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut hubungan-hubungan

25
adat istiadat kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan dan ketetanggaan serta
menyangkut upacara-upacara adat dan keagamaan. Perkawinan dalam perikatan
adat adalah perkawinan yang mempunyai akibat hukum terhadap hukum adat
yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Akibat hukum ini telah ada sejak
sebelum perkawinan terjadi, yaitu misalnya dengan adanya hubungan pelamaran
yang merupakan “rasan sanak” (hubugan anak-anak,bujang-gadis) dan “rasan
tuha” (hubugan antara orang tua keluarga dari para calon suami istri). Setelah
terjadinya ikatan perkawinan maka timbul hak-hak dan kewajiban-kewajiban
orang tua (termasuk anggota keluarga atau kerabat) menurut hukum adat
setempat, yaitu dalam pelaksanaan upacara adat dan selanjutnya dalam peran serta
membina dan memilihara kerukunan, keutuhan dan kelanggengan dari kehidupan
anak-anak mereka yang terikat dalam perkawinan.

DAFTAR PUSTAKA

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11572/2/T1_312010031_BAB
%20II.pdf
https://repositori.kemdikbud.go.id/13213/1/ADAT%20DAN%20UPACARA
%20PERKAWINAN%20DAERAH%20ISTIMEWAH%20ACEH.pdf
AbubakaF Al Yura, Pandangan Islam Terhadap Hukum Adat Warisan Adat Gayo di
Daerah Gayo Lut Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Tengah , Skripsi IAIN (tidak
diterbitkan) Darussalam 1976. 2. Adam L, Virilocal and Uxorilocal, Man, 1948. 3. Adnan
Abdullah, Penyebaran Penduduk di Daerah Aceh, Suatu Permasalahan di Dalam Bidang
Pendidikan, Sinar Darusalam, No. 67 April 1976. 4. Alfian Ahmat, Segi Sosial Budaya

26
Masyarakat Aceh, LP3ES, Jakarta 1975 . 5. Anthony Reid, The Contest For North
Sumatra, A tjeh The Netherlands and Britain, 1858 - 1859, Oxford University Press
University of Malaya Press, Kuala Lumpur, 1969. 6. Benediet Ruth, Pola-Po/a
Kebudayaan, Pustaka Rakyat, Jakarta, 1972. 7. Bidang Urusan Agama Islam, Kanwil
Dept. Agama Propinsi Daerah Istimewa Aceh. 8. Biro Sensus dan Statistik Propinsi
Daerah Istimewa Aceh, 1977. 9. Biro Sensus dan Statistik Kabupaten Aceh Selatan,
1977. 10. Brian Harrison, South-Eas

27

Anda mungkin juga menyukai