Anda di halaman 1dari 6

Nama : Azmi Manaf

Kelas : VIII.3
Mata Pelajaran : Prakarya

PERNIKAHAN ADAT JAWA

Dalam sebuah prosesi bernama pernikahan, dua keluarga akan disatukan menjadi
sebuah keluarga besar. Tak peduli sebelumnya berasal dari suku yang sama atau berbeda.
Biasanya setiap suku atau daerah memiliki adat yang berbeda dalam melaksanakan proses
pernikahan salah satunya daerah Jawa. Ritual dan prosesi pernikahan adat Jawa memang
dibilang panjang, namun bukan berarti tak ada artinya. Justru setiap prosesi memiliki arti dan
makna yang mendalam. Sebelum hari pernikahan, ada sejumlah prosesi hajatan yang terlebih
dahulu dilangsungkan. Dengan menjalani prosesi jahatan ini, diharapkan keluarga besar dan
calon pengantin dijauhkan dari berbagai rintangan dan seluruh acara dapat berjalan dengan
lancar.
1. Pasang Tratag dan Tarub
Dalam pernikahan ada Jawa yang pertama-tama dilakukan adalah memasang dekorasi
tenda yang disebut tratag dan hiasan dari janur atau daun kelapa muda yang disebut
tarub. Kedua hiasan ini dipasang pada pintu masuk dan menjadi pertanda bahwa keluarga
sedang mengadakan acara hajatan mantu. Sementara itu, janur kuning melengkung
seakan meminta cahaya pada Yang Maha Kuasa, sebagai doa agar dilimpahi berkah dan
kemakmuran pada kedua mempelai.
2. Kembar Mayang

Seperti namanya, kembar mayang adalah sepasang hiasan dekoratif yang dibentuk
dari rangkaian akar, batang, daun, bunga, dan buah setinggi setengah sampai satu badan
orang dewasa. Kembar mayang akan dilibatkan dari sub-upacara midodareni sampai
upacara panggih. Kembar mayang dipercaya dapat memberikan motivasi dan
kebijaksanaan kepada kedua pasangan untuk menjalani lembaran baru rumah tangganya.
3. Pasang Tawuhan

Makna dari pasang tuwuhan adalah harapan terhadap kedua pasangan suami istri agar
dikaruniai momongan. Salah satu bagian penting dalam tuwuhan adalah pohon pisang
raja yang buahnya sudah matang. Selain pisang, ada juga tebu wulung, cengkir gading,
daun randu, dan dedaunan lain. Dedaunan sebagai simbol rintangan dalam hidup, yang
diharapkan mampu dilewati bersama. 
4. Siraman

Satu sampai dua hari sebelum akad nikah, keluarga akan melakukan siraman kepada
sang pengantin. Akan ada tujuh orang yang melakukan siraman, jumlah ini pun
berdasarkan sebutan tujuh pada bahasa Jawa yaitu “pitu” atau disyaratkan sebagai
pitulungan (pertolongan) kepada calon pengantin. Ritual siraman ini menyimbolkan
pembersihan diri sebelum masuk ke ritual yang lebih sakral. Nantinya, sang ayah dari
mempelai wanita yang akan melakukan siraman terakhir. Kemudian dilanjutkan dengan
menggendok anak perempuannya menuju kamar pengantin.
5. Dodol Dawet

Prosesi selanjutnya pada pernikahan adat Jawa adalah Dodol Dawet atau menjual
dawet kepada para tamu undangan. Tetapi, ini tidak benar-benar jualan karena pembeli
membayarnya dengan kreweng atau pecahan tembikar dari tanah liat, yang
menggambarkan kehidupan manusia yang berasal dari tanah.  Pada prosesi dodol dawet
ini, sang ibu dari mempelai wanita lah yang melayani, sedangkan sang ayah memayungi
ibu. Ini merupakan contoh bahwa sepasang suami istri harus saling bergotong royong
dalam membina rumah tangga. 
6. Potong Tumpeng
Dalam adat Jawa, tumpeng identik dengan simbol kemakmuran dan kesejahteraan
karena bentuknya yang menyerupai gunung. Prosesi potong tumpeng pada pernikahan
adat Jawa ini akan dilakukan oleh kedua orang tua dengan mengambil puncak tumpeng
beserta lauk pauknya. 
7. Dulangan Pungkasan
Dulangan pungkasan berarti suapan terakhir, ritual pernikahan adat Jawa yang satu ini
melambangkan tanggung jawab terakhir orang tua terhadap anaknya. Momen ini cukup
mengharukan karena sekaligus melepas anak untuk membangun keluarganya sendiri. 
8. Tanam Rambut dan Lepas Ayam
Ritual pernikahan adat Jawa selanjutnya adalah memotong sedikit rambut kedua
mempelai lalu menanamkannya. Ritual adat Jawa ini bertujuan agar kedua mempelai
dijauhkan dari segala hal buruk dalam rumah tangga.  Lalu dilanjutkan dengan pelepasan
ayam jantan hitam sebagai bentuk keikhlasan orang tua melepas anaknya hidup mandiri.
Seperti seekor ayam yang bisa mencari makan sendiri. 
9. Midodareni
Prosesi hajatan pernikahan adat Jawa sebelum hari pernikahan akan diakhiri dengan
midodareni. Kata midodareni sendiri berasal dari kata ‘widodari’ yang dalam bahasa
Jawa berarti bidadari. Yang diharapkan dari ritual ini adalah sang pengantin wanita akan
secantik bidadari dari surga saat hari pernikahannya esok hari. Malam midodareni
dilangsungkan pada malam sebelum acara pernikahan keesokan harinya. Mempelai
wanita hanya akan ditemani keluarganya saja dan mendapat wejangan seputar
pernikahan. Pada malam ini pula, dengan mengenakan busana Jawa lengkap keluarga
calon mempelai pria mengunjungi rumah calon mempelai perempuan untuk memberi
seserahan berupa kebutuhan seperti busana, alas kaki, kosmetik, buah-buahan, makanan.

SUSUNAN ACARA PUNCAK ADAT JAWA


Susunan acara pernikahan adat Jawa akan dilanjutkan dengan acara puncak
pernikahan, yaitu upacara dan resepsi pernikahan. Tentunya masih ada ritual-ritual yang
bertujuan untuk kebahagiaan dan keberlangsungan rumah tangga sang anak. Berikut
susunannya:
1. Upacara Pernikahan
Pada momen ini, waktunya kedua pengantin berhadapan dengan penghulu, orang tua,
wali, dan tamu undangan dan mengucapkan sumpah serta janji pernikahan. Kedua
pengantin akan mengenakan pakaian tradisional khas adat Jawa berwarna putih sebagai
lambang kesucian.
2. Upacara Panggih
Upacara Panggih disebut juga upacara dhaup atau temu, prosesi inilah puncak acara
pernikahan adat Jawa. Setelah kedua pengantin resmi menikah secara agama, orang tua
dari kedua belah pihak bertemu secara adat Jawa. Jadi, prosesi ini hanya akan
dilaksanakan setelah pernikahan sah secara agama, bukan sebaliknya. Berikut ini urut-
urutan acara dalam upacara panggih:
a. Balangan Gantal
Di prosesi pernikahan adat Jawa ini, kedua pasangan akan saling melempar
gantal, sirih yang diikat benang putih. Mempelai pria melemparkan gantal ke arah
dada mempelai wanita sebagai tanda bahwa ia telah menaklukan hati sang pasangan.
Lalu mempelai wanita melemparkan gantal ke arah lutut mempelai pria sebagai
tanda bahwa ia akan berbakti kepada sang suami. 
b. Ngidak Endhog atau Injak Telur
Kemudian lanjut ke prosesi injak telur atau yang disebut ngidak endhog.
Ngidak endhog merupakan prosesi dimana sang suami menginjak telur mentah, lalu
sang istri membersihkan kaki suaminya dalam posisi berlutut. Ini mengartikan
kesopanan istri kepada suami. Setelah itu, sang suami akan membantu sang istri
bangkit berdiri yang memiliki makna penghargaan terhadap istri.
c. Sinduran
Setelah menginjak telur, prosesi pernikahan adat Jawa berlanjut ke
mengenakan kain sindur kepada kedua pengantin yang berjalan menuju pelaminan
sambil berpegangan tangan. Kain sindur biasanya berwarna putih dan terdapat renda
merah di dalamnya. Kedua warna ini melambangkan keberanian serta gairah dalam
menjalani rumah tangga. 
d. Bobot Timbang
Sesampainya di kursi pelaminan, kedua mempelai diarahkan untuk duduk di
atas pangkuan ayah dari mempelai wanita. Lalu sang ibu naik ke atas panggung
untuk bertanya siapa yang lebih berat di antara kedua pasangan. Kemudian, sang
ayah akan menjawab keduanya sama saja. Percakapan ini menandakan bila tidak ada
perbedaan kasih sayang kepada kedua mempelai. 
e. Minum Air Degan
Air degan atau air kelapa muda dilambangkan sebagai air suci dan air
kehidupan. Air degan yang diminum bersumber dari satu gelas saja untuk seluruh
keluarga. Sang ayah dari mempelai wanita akan menjadi yang pertama meminum air
degan, lalu diteruskan ke sang ibu hingga kepada kedua mempelai. 
f. Kacar Kucur
Prosesi pernikahan adat Jawa selanjutnya adalah kacar kucur, dimana
mempelai pria mengucurkan uang receh serta biji-bijian kepada mempelai wanita
sebagai lambang bahwa sang pria akan bertanggung jawab menafkahi keluarganya,
serta menjadi tanggung jawab istri untuk mengelolanya
g. Dulangan
Setelah kacar kucur, kedua pengantin akan saling menyuapi sebanyak tiga
kali. Prosesi ini menaruh harapan bahwa kedua pasangan bisa saling rukun,
pengertian, dan tolong-menolong dalam menjalani kehidupan pernikahan. 
3. Bubak Kawah
Prosesi ini biasanya menjadi acara yang paling ditunggu dan meriah. Hanya saja,
bubak kawah ini hanya dilakukan pada saat mantu pertama. Merupakan rasa syukur
orang tua atas pernikahan anaknya.
4. Tumplek Punjen
Kebalikan dengan bubak kawah, keluarga akan mengadakan prosesi tumplek punjen
saat seluruh anaknya sudah menikah sehingga tidak akan bermenantu lagi. Tumplek
punjen berarti melepas darma orang tua pada anak
5. Sungkeman
Acara sungkeman lah yang akan mengakhiri prosesi pernikahan adat Jawa. Kedua
mempelai berlutut di hadapan orang tua dari kedua belah pihak sebagai bentuk
penghormatan atas jasa orang tua yang telah membesarkan mereka sampai bisa menikah
menjalani lembaran baru kehidupan. 
6. Kirab Pengantin
Terakhir, kirab merupakan istilah yang digunakan saat pengantin meninggalkan
panggung pelaminan untuk berganti pakaian.

Anda mungkin juga menyukai