Anda di halaman 1dari 5

Nama: ZUL FAJRI

Nim: 221001071
Kls: C/informatika 22

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan tradisi nyorong dalam perkawinan
masyarakat adat samawa, Tradisi nyorong menurut adat Sumbawa tentu sangatlah penting
dimana sudah menjadi kebiasaan dalam perkawinan adat Sumbawa. Sehingga sudah tentu
setiap tradisi adat yang dibuat dan disepakati oleh kedua pihak keluarga dan masyarakat, jika
tidak dilaksanakan maka akan timbul suatu akibat. Nyorong ini adalah bentuk perwujudan dari
hasil kepustusan bersama antara kedua pihak keluarga pengantin.

I. PENDAHULUAN

Perkawinan merupakan upacara sakral yang akan selalu dialami oleh semua manusia.
Perkawinan menjadi hal menarik untuk dikaji dari berbagai segi, salah satunya pelaksanaan
perkawinan. Setiap daerah memiliki cara atau adat tersendiri dalam melakukan prosesi sebelum atau
sesudah melangsungkan perkawinan. Adat atau cara ini memiliki nilai tersendiri agar perkawinan yang
dilakukan dapat menjadi keluarga yang bahagia, sakinah, mawaddah dan warahmah. Khususnya dalam
masyarakat sumbawa, ada berbagai macam cara atau adat yang dilakukan terlebih dahulu sebelum
melangsungkan perkawinan. jika adat atau tradisi tidak dilakukan sebelum perkawinan,maka proses
perkawinan tidak dapat berlangsung dengan lancar karena salah satu fungsi pelaksanaan adat tersebut
agar kedua belah keluarga dapat lebih saling mengenal.

Dalam adat Sumbawa, wadah perkawinan bukan hanya sekedar menjodohkan seseorang
dengan lawan jenisnya tetapi lebih jauh lagi adalah memperluas silaturrahim antara anggota keluarga.
Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah kesempatan untuk menjajagi sang calon jodoh, sampai kepada latar
belakang keluarganya.

Masyarakat Sumbawa asli memiliki struktur hukum adat tersendiri. Bentuk masyarakat hukum
tersebut berbeda antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Kelompok- kelompok
tersebut menyebar di berbagai tempat di daerah lain di Sumbawa. Perbedaan kelompok tersebut
tercermin dalam upacara adat dalam perkawinan masyarakat Samawa. Prosesi perkawinan tau
Samawa atau masyarakat Sumbawa sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan masyarakat lain
di Indonesia. Namun pada dasarnya adat istiadat yang menyertai prosesi itu sangat berbeda dan
mempunyai keunikan tersendiri. Salah satu dari beberapa prosesi itu adalah nyorong.

Bagi masyarakat Sumbawa nyorong adalah suatu hal yang penting dalam proses
perkawinan dimana pihak keluarga pengantin laki-laki mengantarkan uang mahar dan mas
kawin sebagaimana telah di sepakati pada proses sebelumnya.

Banyak orang beranggapan, bahwa hukum adat itu ketinggalan zaman, statis, dan tidak
memberikan kepastian hukum. Pandangan yang demikian, ada benarnya sekaligus ada
salahnya. Pandangan ini patut dihargai untuk memacu para peneliti dan pemerhati hukum adat
untuk terus mencari dan menemukan asas-asas hukum yang hidup dan lahir dari nilai- nilai
budaya asli bangsa Indonesia itu, yakni nilai Pancasila.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tradisi nyorong dalam perkawinan adat


Sumbawa
2) Untuk mengetahui akibat hukum dari pelaksanaan tradisi nyorong dalam
perkawinan adat Sumbawa.

PEMBAHASAN
Pelaksanaan Tradisi Nyorong Dalam Perkawinan Adat Sumbawa

Perkawinan menurut hukum adat Sumbawa atau tau samawa merupakan suatu ikatan antara
pria dengan wanita sebagai suami istri untuk bermaksud mendapatkan keturunan dan membangun serta
membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga berarti suatu hubungan hukum adat yang
menyangkut para anggota kerabat dari pihak istri dan dari pihak suami dengan agama dan kepercayaan
yang dianut.

Tentang keababsahan perkawinan, hukum adat menggantungkannya pada sistem kekeluargaan


yang dianut oleh masyarakat hukum tempat para calon mmplai tinggal. Dalam suatu perkawinan adat
terdapat beberapa bentuk, diantaranya :a) Bentuk perkawinan pada masyarakat patrilineal; b) Bentuk
perkawinan pada masyarakat matrilineal; c) Bentuk perkawinan pada masyarakat parental.

Menurut Hasanuddin, bahwa perkawinan adat Sumbawa menganut sistem kekerabatan


patrilineal, yang berarti bahwa menarik garis keturunan dari pihak lakilaki atau keturunan dari pihak
ayah.5Dikalangan masyarakat adat yang menganut sistem kekerabatan “patrilineal”, maka hukum
perkawinan adat yang berlaku adalah bentuk perkawinan “jujur”.Perkawinan jujur adalah bentuk
perkawinan yang dilakukan dengan adanya pembayaran jujur, baik berupa uang atau barang dari pihak
pria kepada pihak orangtua calon mempelai wanita.

Dikalangan masyarakat adat Sumbawa sendiri atau dalam sistem perkawinan Adat Sumbawa
atau biasa disebut Tau Samawa, terdapat beberapa macam tradisi perkawinan yang masih berlaku dan
dipergunakan di kalangan masyarakat Sumbawa. Pasangan yang akan melangsungkan perkawinan
terlebih dulu harus melalui upacara adat dan sesuai dengan hukum adat Sumbawa. Upacara perkawinan
tersebut cukup dilakukan dengan kegiatan religius dan dilaksanakan dengan berbagai
rangkaianrangkaian kegiatan adat salah satu diantaranya adalah nyorong.Nyorong (mengantar dan
menerima barang bawaan) adalah mengantar barang bawaan hasil kesepakatan kedua belah pihak yang
akan mengawinkan anaknya berupa uang, emas, peralatan rumah tangga, bahan makanan dan lain-lain
yang akan menjadi kebutuhan perkawinan. Yang paling penting dalam hal ini adalah mengantar barang
bawaan ke pihak keluarga perempuan guna proses perkawinan.

Lahirnya tradisi nyorong dalam perkawinan adat Sumbawa dikarenakan adanya kebutuhan dan
pembiayaan dalam proses perkawinan itu sendiri dimana pihak lakilaki bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang menyangkut dengan kebutuhan dan pembiayaan selama proses perkawinan berlangsung.
Ada dua hal yang menjadi alasan lahirnya tradisi nyorongyaitu :

1) Tentang kesepakatan, maksudnya suatu kesepakatan yang terbentuk dari hasil Basaputis atau
musyawarah, yang kemudian melahirkan suatu keputusan bahwa pihak laki-laki berkewajiban
membiayai dan mengantar keperluan perkawinan .

2) Bentuk penghargaan, ada dua yaitu :

a. bentuk penghargaan pihak keluarga laki-laki terhadap pihak keluarga perempuan karena
sudah merawat anak perempuannya.

b. bentuk penghargaan terhadap hasil keputusan bersama agar dapat diaktualisasikan dalam
bentuk yang nyata.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam tradisi nyorong, diantarannya :


1) Orang tua, tugasnya menyiapkan segala keperluan hantaran nyorong sesuai keputusan para
pihak keluarga dalam Basaputis.
2) Lako tu setokal boat (seseorang yang dipercayai oleh pihak keluarga pengantin wanita) artinya
Pihak yang diserahi tanggung jawab oleh pihak keluarga tugasnya mengkordinir segala
sesuatu yang berhubungan dengan nyorong. Yang mengemban tugassnya biasanya tokoh
adat atau bisa juga kepala lingkungan setempat.
3) Kerabat, tugasnya membantu dengan logistic berhubungan dengan nyorong dimana disebut
Panulung. Utang senair (utang budi dibalas sampai mati) artinya ketika salah satu dari anggota
keluarga akan melakukan perkawinan para kerabat akan senantiasa membantu meringankan
beban keluarga yang akan melakukan perkawinan.
4) Anggota masyarakat tugasnya membantu mempersiapkan arena nyorong dan menyemarakkan
acara nyorong..
5) Sahabat atau handetolan tugasnya ikut serta menyemarakkan dan juga membantu dari segi
logistic.

Setelah mengetahui alasan dan unsur dari tradisi nyorong, maka perlu juga untuk diketahui tentang
bagaimana pelaksanaan dari tradisi nyorong tersebut.

Menyiapkan Perlengkapan Acara Nyorong.


Setelah acara Basaputis selesai maka timbul suatu kewajiban pada pihak keluarga pengantin
laki-laki untuk mepersiapkan biaya dan perlengkapan perkawinan.Sebelum diantarkannya barang
bawaan pihak keluarga pengantin laki-laki ke tempat kediaman pengantin perempuan terlebih dulu
pihak keluarga mengecek kembali barang bawaanya, tentunya harus sesuai dengan hasil keputusan
kedua pihak keluarga.

Mengemaskan Barang Bawaan Dengan Lisu (Indah) Sesuai Dengan Tradisi


Adat Sumbawa
Mengemas barang bawaan dengan indah merupakan bentuk kesopanan dan rasa saling
menghargai antara kedua keluarga.Yang bertugas mengemas barang bawaan ini yaitu kerabat dari
keluarga pengantin pria.Hal ini dilakukan untuk memepertahankan nilai-nilai sastra yang dimiliki
masyarakat adat Sumbawa.

Pembentukan Panitia Nyorong


Pembentukan panitia Nyorong ditujukan kepada anggota masyarakat setempat guna
mengerjakan tugas tertentu dalam sebuah acara perkawinan masyarakat Sumbawa. Panitia nyorong
diperlukan untuk:
a. Mengusulkan tindakan-tindakan selanjutnya dan membuat beberapa keputusan
b. Membantu terciptanya terciptanya koordinasi, komunikasi, dan kerjasama
c. Memyebarkan informasi dan
d. Menghasilkan ide dan masalah tertentu.

Persiapan Arena Nyorong


Persiapan arena nyorong tidak dilakukan oleh oihak keluarga pengantin lakilaki saja, tetapi
pihak keluarga perempuan juga ikut mempersiapkan arena nyorong guna menyambut kedatangan pihak
keluarga pengantin pria.

Menyebarkan Undangan Pelaksanaan Nyorong

Setelah semua persiapan sudah siap untuk segera dihantarkan ke rumah pengantin wanita,
maka keluarga dari pihak pengantin pria segera melakukan perjalanan menuju rumah pengantin wanita
dengan rombongan masyarakat yang ikut serta menyemarakkan acara.Acara nyorong ini

dilakukan tidak terlalu lama, cukup satu hari.Dalam perjalanan menuju kediaman calon pengantin
perempuan, rombongan pihak laki-laki dengan semangat dan suka cita belemar basoan membawa
barang yang diiringi dengan ratib rebana ode. Sebelum memasuki tempat kediaman mempelai
perempuan, rombongan nyorong disambut dengan atraksi toto rantok sebagai pemberitahuan kepada
seluruh pihak keluarga tuan rumah bahwa tamu yang ditunggu telah tiba.

Untuk memasuki kediaman calon pengantin perempuan, rombongan nyorong harus melewati
pintu masuk yang disebut lawang rare. 10Rombongan laki-laki tidak diizinkan masuk tanpa
melantunkan lawas sebagai kunci pembuka pintu/lawang. Disinilah syair-syair orang sumbawa yang
dikenal dengan lawas dilantunkan oleh kedua belah pihak (rabalas lawas). 11Dibukalah lawang rare
dan dilanjutkan dengan serah terima secara simbolis panyorong (barang bawaan).
Terlaksananya tradisi nyorong ini tidak lepas dari adanya peran dan keikutsertaan orang tua
mempelai dalam mendukung dan menbantu terpenuhinya segala kebutuhan tersebut, karena tidak serta
merta pengantin pria dapat menanggung seluruh biaya dan kebutuhan seorang diri. Dengan demikian
persetujuan orang tua adalah hal utama untuk mengaktualisasikan pelaksanaan tradisi nyorong ini agar
proses perkawinan dapat berjalan dengan lancar sebagaimana yang direncanakan kedua belah pihak
sebelumnya.

PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut Pelaksanaan tradisi nyorong yang dilakukan oleh masyarakat sumbawa terjadi setelah adanya
kesepakatan hasil musyawarah terlebih dahulu (basaputis) antara kedua pihak keluarga.

Anda mungkin juga menyukai