Anda di halaman 1dari 7

Adat Perkawinan Di Desa Sidomulyo

Oleh: Diah Angguning Tias


Email: diahangguningtias491012@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Adat Perkawinan Di Desa Sidomulyo”.Permasalahan yang diangkat adalah
bagaimana proses pelaksanaan upacara adat perkawinan di Desa Sidomulyo.Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengungkapkan dan menjelaskan proses pelaksanaan upacara adat perkawinan di Desa
Sidomulyo dan bentuk-bentuk upacara adat lainnya.Sedangkan Teknik atau metode yang digunakan
adalah metode penelitian normatif-empiris.Prosesi upacara adat perkawinan di Desa Sidomulyo
menggunakan dua adat,yaitu Adat Jawa dan Adat Sumatera (Palembang).
Kata kunci : Prosesi Upacara Adat,Perkawinan

ABSTRACT

This research is entitled “Marriage Customs In Sidomulyo Village”.The problem raised is how the
process of carrying out traditional marriage ceremonies in Sidomulyo Village.The aim of this research
is to reveal and explain the process of carrying out traditional marriage ceremonies in Sidomulyo
Village and other forms of traditional ceremonies.Normatife-empiris The technique or method.Based
on the results of data collection in the field,from the past until now the traditional wedding ceremony
procession in Sidomulyo Village uses two customs,namely Javanese Customs and Sumatran Customs
(Palembang).
Keywords: Traditional Ceremonial Procession,Wedding

PENDAHULUAN

Kebudayaan memiliki tujuh unsur budaya.Unsur-unsur kebudayaaan itu adalah sistem


pengetahuan,kesenian,organisasi sosial,sistem kemasyarakatan,sistem peralatan hidup,dan
teknologi,bahasa,sistem mata pencaharian hidup (Koentjaraningrat,2009 : 165).Pada penelitian ini
dari ketujuh unsur kebudayaan tersebut yang menjadi fokus penelitian adalah uunsur sistem
kemasyarakatan.Sistem masyarakat merupakan suatu sistem yang di dalamnya terjadi proses
hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia.Sistem ini berfungsi utuk memelihara hubungan-
hubungan tersebut beserta pola-polanya sesuai dengan kepentingan manusia dan kelompoknya.Sistem
kemasyarakatan memiliki perbedaan sifat yang disebabkan oleh pranata-pranata sosial yang berlaku di
dalamnya.
Perkawinan merupakan hak setiap individu untuk melanjutkan keturunan yang sah.Hal ini
berdasarkan pasal 28 B ayat (1) UUD RI 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak membentuk
keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah”.Selain itu menurut pasal 1 ayat (1)
UU No 1 Tahun 1974 “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang Wanita
sebagai suami isrti dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang Bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Adanya perkawinan dua adat disini dikarenakan penduduk sekitar merupakan penduduk
pendatang dari luar daerah yang mayoritasnya banyak dari Jawa dan Sumatera.Mereka menggunakan
adat ini dalam menggelar acara pernikahan atau pun acara syukuran lainnnya.Terdapat bannyak
perbedaan diantara keduanya antara adat Jawa dan Sumatera.Meski memiliki banyak perbedaan
diantara keduanya,namun tidak mengurungkan niat baik itu berlangsung.
Dalam adat perkawinan Adat Jawa dan Adat Sumatera,menjelang hari perkawinan,banyak tahap
yang harus dilalui.Hal ini dikarenakan adat perkawinan Jawa dan Sumatera merupakan pranata yang
dilaksanakan atas dasar budaya dan aturan adat istiadat.Adat perkawinan ini ditandai dengan
pertimbangan bibit,bebet,dan bobot yang telah diatur dan ditetapkan oleh keluarga besar.Dalam suatu
upacara perkawinan menurut adat Palembang,proses perkawinan akan dilaksanakan dengan
rangkaian-rangkaian upacara perkawinan serta hiburan-hiburan music dan tari.Dalam upacara
perkawinan adat Jawa,proses perkawinan akan dilaksanakan dengan serangkaian doa
Bersama,upacara perkawinan serta hiburan jika ada.
Adat perkawinan Palembang ini melalui beberapa fase (tahapan) yang harus diikuti yakni: tahap
pendahuluan (pertama),tahap kedua,tahap ketiga,tahap keempat dan tahap kelima.Tahapan ini dimulai
dari tahap pendahuluan yang berupa madik (menyelidiki keadaan dari seseorang untuk tujuan
diperistri) sampai dengan tahapan terakhir yaitu penganten Sanjo mengunjungi keluarga kedua
pengantin secara bergiliran).Adat perkawinan adat Jawa memilik beberapa susunan setelah proses
lamaran selesai yaitu pasang tarub (memasang tarub/tratag sebagai tanda resmi akan mengadakan
hajatan) dan tilik besan atau ngunduh mantu (pengantin beserta orang tua mempelai
Wanita,keluarga,dan tetangga mengunjungi besan atau mempelai orang tua pria).
Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk mengetahui,menelusuri dan menganalisis,tentang adat
perkawinan di Desa Sidomulyo yang mempunyai beberapa perbedaan dan bagaimana asal mula
terdapat dua prosesi adat perkawinan dan menggambarkan hal yang terjadi,penulis akan meneliti hal
ini melalui penelitian yang berjudul “Adat Perkawinan Yang Ada Di Desa Sidomulyo”.

METODE PENELITIAN

Teknik atau metode yang digunakan adalah metode analisis penulisan Sejarah tipe penelitian hukum
normatif-empiris. Metode penelitian hukum normatif-empiris mengartikan penelitian mengkaji
pelaksanaan ketentuan hukum positif dan dokumen tertulis pada setiap peristiwa hukum tertentu yang
terjadi.Metode penelitian ini bertujuan untuk bisa memastikan jika penerapan hukum pada peristiwa
hukum in concreto sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku atau apakah
ketentuan telah dilaksanakan sebagaimana mestinya.Penelitan hukum normatif-empiris menekankan
penelitian hukum yang bukan hanya mengkaji mengenai sistem norma dalam peraturan perundang-
undangan,namun mengamati reaksi dan interaksi yang terjadi.Penelitian yang dilakukan adalah
penelitian terhadap Perkawinan Di Desa Sidomulyo.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Prosesi adat perkawinan yang ada di Desa Sidomulyo ada dua,yaitu Adat Jawa dan Adat Sumatera
(Palembang).Hal tersebut dikarenakan penduduk sekitar merupakan penduduk datangan dari luar
daerah seperti Jawa dan Sumatera,jadi mereka menggunakan dua adat tersebut untuk melakukan
prosesi perkawinan menurut adat masing-masing.Ada banyak beberapa tahapan yang dilakukan
dalam prosesi tersebut.Berikut beberapa hasil dari penelitian yang ditemukan.
Adat perkawinan Sumatera (modern)
1. Madik
Dalam prosesi pernikahan di adat Palembang, ada yang namanya Madik. Madik ini prosesi
pendekatan atau mendekati. Ini semacam prosesi penyelidikan terhadap keberadaan sang gadis, utusan
atau perwakilan dari keluarga calon pengantin pria berkunjung ke rumah calon pengantin wanita yang
memiliki tujuan untuk berkenalan. Tujuannya untuk mengetahui kondisi, asal-usul, silsilah keluarga,
dan yang paling penting mengamati calon pengantin wanita dan keluarganya.Perwakilan keluarga
calon pengantin pria tentu tidak datang dengan tangan kosong,mereka membawa tenong atau songket
yang berbentuk bulat dari anyaman bambu.
2. Menyengguk
Pada prosesi pernikahan adat Palembang selanjutnya adalah menyengguk. Tahap ini dilakukan setelah
Madik terlaksana. Istilahnya seperti "memasang pagar" atau mengikat. Menyengguk ini menjadi
bentuk tanda keseriusan calon pengantin pria. Tujuan dari tahap ini agar sang gadis tidak dapat
diganggu oleh senggung (semacam hewan musang) atau tidak diganggu oleh laki-laki lain.Keluarga
laki-laki akan datang mengirimkan utusan ke rumah sang gadis sambil membawa tenong/sangkek.
Sebuah anyaman bambu tang berbentuk bulat atau persegi empat dan dibungkus dengan kain batik
bersulam benang emas.Namun, saat ini tak banyak prosesi Menyengguk dilakukan oleh adat
Palembang modern, karena keluarga tidak banyak ikut campur dalam prosesi pendekatan atau
pengikatan calon pengantin.
3. Lamaran
Tahap pernikahan adat Palembang berikutnya yakni mendapatkan tanggal pasti dari kesepakatan
kedua keluarga, yang dilanjutkan dengan lamaran.Tujuannya, pastinya meminang atau melamar sang
gadis pujaan hati calon mempelai pria. Rombongan keluarga calon pengantin pria akan datang
membawa seserahan.Apabila lamaran diterima, maka barang-barang hantaran akan diserahkan
kemudian dilanjutkan dengan memutus "kato" atau menentukan tanggal pernikahan.
4. Berasan dan Mutuse Kato
Prosesi pernikahan adat Palembang selanjutnya adalah berasan. Berasan sendiri dalam bahasa Melayu
berarti musyawarah. Pihak keluarga yang melakukan musyawarah membicarakan persyaratan
pernikahan baik adat maupun agama. Persyaratan ini juga menentukan mahar atau mas kawin.Setelah
itu para utusan keluarga akan melakukan upacara pengikatan tali keluarga yakni dengan mengambil
setumpuk Sasak gelungan (konde) dan dibagikan ke para utusan atau keluarga. Seserahan yang
diberikan keluarga mempelai pria membawa tujuh Tenong berisi gula pasir, telur itik, emping pisang,
buah-buahan, tepung terigu. Tidak hanya itu, beberapa perlengkapan lain yang dibutuhkan secara adat
harus dipenuhi sesuai dengan adat masing-masing. Saat menjelang pulang, Tenong akan dikembalikan
dengan aneka jajanan khas Palembang.
5. Ngeterke Belanjo
Prosesi adat Palembang berikutnya yakni Nganterke Belanjo. Tahap ini mirip dengan adat pernikahan
Jawa yang dilaksanakan sebelum akad nikah. Prosesi yang lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita,
sedangkan kaum pria hanya mengiringi saja.Uang belanja atau duit belanjo akan dimasukkan ke
dalam ponjen warna kuning dilengkapi 12 nampan pengiring kebutuhan pesta.
6. Akad Nikah
Selanjutnya, akad nikah. Menurut tradisi Palembang, akad nikah akan dilakukan di kediaman calon
mempelai pria. Namun ada juga yang di kediaman calon mempelai wanita, atau disebut numpang
kawin.Akad nikah ini juga momen untuk memberikan mas kawin yang telah disepakati kedua
keluarga.
7. Mengarak Pacar
Mengarak pacar adalah prosesi yang menjadi simbol pengantin wanita menerima sang suami. Tahap
ini rombongan keluarga pengantin pria tiba di rumah pengantin wanita dan akan disambut ibu sang
pengantin wanita. Dalam prosesi ini juga dihadiri para sesepuh perempuan yang sudah siap membawa
semangkuk kecil beras tabur dicampur receh. Nantinya beras ini ditaburkan kepada pengantin pria
beserta rombongannya.
8. Ngocek Bawang
Pernikahan adat Palembang juga memiliki prosesi Ngocek Bawang yang menjadi bagian dari
persiapan hari Munggah. Proses ini dilakukan dengan pemasangan tapup, persiapan bumbu masak,
dan lain sebagainya. Ngocek bawang kecik ini dilakukan dua hari sebelum Munggah dan Ngocek
Bawang besak dilakukan sehari sebelum munggah.

Adat perkawinan Jawa


Ritual pernikahan adat Jawa Keraton berbeda dengan pesta pernikahan masyarakat modern saat ini.
Dalam jurnal 'Tradisi Pernikahan Adat Jawa Keraton Membentuk Keluarga Sakinah' (Ibda' Volume 15
No 1, 2017) disebutkan, ritual pernikahan adat Jawa keraton memuat beberapa bagian:
1. Pasang Tarub
Pasang tarub yakni pihak keluarga pria atau wanita yang akan melangsungkan pernikahan biasanya
memasang tarub (tratag) sebagai tanda resmi akan mengadakan hajatan.Kata tarub sering disebut
kependekan dari ditata ben ketok murub (ditata agar kelihatan bersinar dan mewah). Tujuannya
menunjukkan kepada masyarakat bahwa sebuah keluarga sedang memiliki hajat manten.
2. Srah-srahan
Srah-srahan yakni keluarga pihak pengantin pria memberikan barang kepada keluarga pihak
pengantin perempuan. Umumnya srah-srahan berisi seperangkat pakaian lengkap, perhiasan, beras,
kelapa, peralatan rumah tangga, hewan ternak, dan sejumlah uang.Srah-srahan bertujuan membantu
persiapan acara pernikahan serta memberikan beberapa barang yang memiliki nilai filosofi sekaligus
simbol pengharapan kepada Tuhan.
3. Siraman
Siraman yakni membersihkan jasmani (badan) dan ruhani sebelum melangsungkan ijab kabul.
Siraman biasanya dilakukan oleh ayah, ibu, kakek, nenek dan kerabat sejumlah tujuh orang.Angka
tujuh dalam Bahasa Jawa ialah pitu yang berarti pitulungan (pertolongan). Artinya, melalui siraman
ini pasangan pengantin pria dan wanita akan memperoleh pertolongan dari Tuhan.
4. Midodareni
Midodareni yakni mempelai wanita bersama ibu, ayah, dan teman-temannya memanjatkan doa agar
ijab kabul dan pesta pernikahan keesokan hari berjalan lancar dan mempelai wanita tampak cantik
seperti bidadari.Sebelum berdoa bersama, kedua orang tua menyuapi putrinya sebagai lambang
suapan terakhir (dulangan pungkasan). Saat itu pula terkadang diadakan acara penebusan kembar
mayang atau sekar maneka warna (berbagai macam bunga). Kembar mayang sebagai simbol dari
kesejahteraan semesta.
5. Ijab Kabul
Ijab kabul adalah akad nikah atas pengesahan seorang pria dengan wanita menjadi suami istri. Ijab
kabul dilakukan di hadapan penghulu, wali, saksi, dan disiarkan kepada masyarakat luas agar kelak
tidak terjadi fitnah atas perilaku yang diperbuat oleh keduanya.
6. Panggih atau Temu Manten
Selepas ijab kabul biasanya dilanjutkan dengan upacara panggih atau temu manten. Pada acara
panggih, pengantin pria dan wanita terlebih dulu dirias. Selanjutnya, rombongan pihak keluarga
penganten pria membawa sanggan tebusan yang akan diserahkan kepada orang tua pengantin
wanita.Acara panggih di tiap daerah berbeda menurut kebiasaannya masing-masing. Ada yang hanya
sekadar bersalaman antara pengantin pria dengan pengantin wanita.Ada pula yang menggunakan
sarana midak tigan, yaitu pengantin pria menginjak telur mentah lalu kakinya dibersihkan oleh
pengantin wanita.Namun, yang paling umum dalam tradisi panggih adalah menggunakan gantalan
sirih (gulungan daun sirih) untuk balangan (saling melempar) yaitu kedua pengantin saling melempar
dengan lintingan sirih.Lemparan dari pengantin pria berarti bimbingan untuk mencapai cita-cita luhur
serta rasa tanggung jawab dan sebagai pengayom keluarga. Sedangkan lemparan pengantin putri
diartikan godhang kasih atau istri juga menanggapi, membalas dengan lemparan bakti yang penuh
rasa cinta kasih suci.
7. Bobot Timbang
Bobot timbang yaitu ayah mempelai putri duduk di pelaminan dan kedua pahanya diduduki kedua
mempelai. Ini lambang bahwa ayah mempelai wanita telah menerima menantunya dengan baik dan
menganggapnya sebagai anak sendiri.
8. Nanem Jero
Nanem Jero yakni ayah menekan bahu pengantin agar duduk di pelaminan, artinya kedua mempelai
diberi tugas untuk memberi keturunan yang baik dan menjadi orang tua yang baik pula.
9. Kacar-kucur
Kacar-kucur yaitu mempelai pria memberi penghasilan (kaya) kepada istrinya yang dilambangkan
dalam wujud kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, beras kuning dan logam.Kaya harus
diterima sang istri dengan sapu tangan dan tidak boleh tercecer. Ini lambang bahwa istri harus mampu
memanfaatkan secara hemat dan cermat.
10. Dulangan atau Klimahan
Dulangan yakni kedua mempelai saling menyuapkan nasi yang sudah dikepal oleh pengantin pria. Ini
melambangkan bahwa dalam rumah tangga dipimpin oleh suami dan harus hidup dengan rukun,
kerjasama, dan saling membantu.
11. Sungkeman
Sungkeman merupakan simbol ungkapan dharma bhakti kepada orang tua serta mohon doa restu
dengan berjongkok seperti orang menyembah menyentuh lutut orang tua. Saat sungkeman, keris
pusaka yang dipakai pengantin putra harus dilepas dulu.
12. Tilik Besan atau Ngunduh Mantu
Tilik Besan sering diistilahkan dengan ngunduh mantu. Pengantin beserta orang tua mempelai wanita,
keluarga, dan tetangga mengunjungi besan atau orang tua mempelai pria.Sesampainya di rumah
besan, mempelai wanita segera sungkem kepada mertua diikuti oleh mempelai pria. Hal ini sebagai
wujud bakti pengantin pada orang tua atau mertua.Selanjutnya, mertua mendudukan kedua mempelai
di pelaminan. Lalu, orang tua pengantin pria menjemput orang tua pengantin wanita dan diantar untuk
duduk di sisi pelaminan berdekatan dengan mempelai pria. Hal ini sebagai lambang penghormatan
besan terhadap orang tua mempelai wanita.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Adat Perkawinan Di Desa Sidomulyo,maka dapat
diperoleh bahwa dari kedua adat perkawinan tersebut mengandung nilai sakral yang mendalam,serta
memiliki perbedaan yang sangat lah berbeda.Penelitian ini dibuat agar pembaca dapat mengerti akan
perbedaan adat pernikahan di setiap daerah masing-masing.Adat Jawa dengan berbagai macam
prosesi yang dilakukan dan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebelum acara,ketentuan
tersebut berlaku bagi mereka yang mempercayai atau mengikuti nenek moyang mereka,adat ini
digunakan oleh masyarakat asli Jawa.Adat Palembang dengan beberapa rangkaiannya juga digunakan
oleh masyarakat yang disebut orang dusun atau orang asli Sumatera.

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka yang berupa disertasi/thesis/skripsi:


Freti Yulita,(2016).Upacara Adat Perkawinan Di Palembang Tahun 1999-2015 : Sumbangan Materi
Sejarah Kelas X Di SMA Negeri 2 Indralaya Utara
Pustaka yang berupa internet
Melisa Dwi Ervinda.Prosesi Pernikahan Adat Palembang,Penuh Dengan Makna.Detik
Sumbagsel,diakses pada 3 Desember 2023, https://www.detik.com/sumbagsel/budaya/d-
6766358/prosesi-pernikahan-adat-palembang-penuh-dengan-makna
Tim DetikJateng.12 Susunan Acara Pernikahan Adat Jawa,Ritual dan Maknanya.detikJateng,diakses
pada 3 Desember 2023, https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6446070/12-susunan-acara-
pernikahan-adat-jawa-tengah-ritual-dan-maknanya
Pustaka yang berupa hasil wawancara pribadi
Jumiyati.2023. “Adat Perkawinan Di Desa Sidomulyo’’.Hasil Wawancara Pribadi:1 Desember
2023,Sidomulyo Gunung Megang.
Jumiana.20203.”Adat Perkawinan Di Desa Sidomulyo”.Hasil Wawancara Pribadi:2 Desember
2023,Sidomulyo Gunung Megang.
Fauzan,Muhammad.”Adat Perkawinan Di Desa Sidomulyo”.Hasil Wawancara Pribadi:2 Desember
2023,Sidomulyo Gunung Megang.

Anda mungkin juga menyukai