Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayahnyahnya kepada penulis sehingga kami bisa menyusun tugas ini dengan baik serta
tepat waktu. Makalah ini ditunjukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh Guru di Pesantren Darmayam, Seperti yang sudah kita ketahui “Hilangnya adat istiadat
dikalangan masyarakat aceh ” itu sangat berarti untuk anak bangsa dari mulai dini semuaanya
perlu dibahas pada makalah ini, kenapa adat istiadat dimasyarakat perlu dilestarikan dan layak
untuk dipelajari.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang keberadaan adat istiadat untuk
kemajuan masayarakat aceh. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong
menambah pengetahuan kita menjadi lebih luas lagi. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam menyusun makalah ini

Oleh sebab itu, kritik dan saran serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu
Guru Pembimbing mata pelajaran ini . kepada pihak yang sudah menolong turut dalam
penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya kami sampikan banyak terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sebagaimana diketahui adat istiadat merupakan kebiasaan atau tradisi – tradisi yang
dijalankan atau diprktekan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat dimana saja dan
kapan saja. Kebiasaan-kebiasaan tersebut sebagai landasan berpijak bagi masyarakat
setempat atau wilayah masing-masing. Adat dalam suatu masyarakat tertentu selain menjadi
kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi yang juga menjadi landasan hukum bagi
masyarakat tersebut, adat yang dimaksudkan bagi masyarakat aceh bukan upacara-upacara
budaya saja, tetapi juga kebiasaan-kebiasaan yang dipraktekan sehari-hari sehingga menjadi
landasan hukum. Adat yang dimaksudkan oleh masyarakat aceh adalah sebagai pedoman
hidup dan tata krama kehidupan sehari-hari. Adat istiadat yang telah membudaya bagi
masyarakat aceh sebagai hasil dari proses lahirnya sebuah system masyarakat yang
berperadapan dan bertahan sampai saat ini.

Aceh Selatan adalah salah satu Kabupaten yang mempunyai lebih dari satu suku
diantaranya suku Aneuk Jame, Suku Kluwet, dan Suku Aceh. Tapaktuan adalah suatu
kecamatan yang terletak ditengah kota yang penduduknya itu berbahasa Aneuk Jame. Suku
Aneuk Jamee konon berasal dari suku minang yang pergi berdagang ke kota tapaktuan

Dewasa ini banyak masyarakat asli tidak mengenal bagaimana kebudayaan atau adat
istiadat daerah mereka, karena terjadinya pergeseran budaya akibat adanya pendapat
masyarakat yang menganggap segala sesuatu yang datang dari luar itu lebih baik dari pada
kebudayaan atau adat istiadat yang telah berkembang di daerahnya

Oleh karena itu, kami ingin membahas tentang kebudayaan dan adat istiadat perkawinan
yang terdapat di Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan yang berbahasa dan bersuku
Aneuk Jamee.
1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka Penulis dapat merumusan


permasalahan yaitu Bagaimana adat perkawinan di daerah aceh selatan yang bersuku Aneuk
Jamee.

1.3. TUJUAN MASALAH

Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah diatas adalah untuk mengetahui


pelaksanaan adat istiadat di daerah aceh selatan yang bersuku aneuk jamee.

1.4. METODE PENULISAN

1.4.1. Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah
literature atau kepustakaan.

1.4.2. Makalah ini menggunakan studi kepustakaan yang bersumber dari berbagai media
buku maupun media cetak/elektronik yang sesuai dengan materi yang akan dibahas
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Adat Perkawinan Suku Aneuk Jamee

Adat istiadat di kecamatan tapaktuan kabupaten aceh selatan biasa dikatakan sedikit
berbeda dari adat aceh yang berlaku pada umumnya. Hal ini tidak terlepas dari pada proses
asimilasi budaya minang kabau (pariaman) yang telah berbaur dengan kebudayaan lokal
ditambah dengan hadirnya budaya suku kluwat (kluet) yang menyebakan aturan dan
symbol adat didaerahku semakin beragam. Perbedaaan yang sangat jelas terlihat adalah
mengenai penamaan prosesinya yang menggunakan bahasa minang kabau (pariaman)
Proses adat pernikahan di tapaktuan adalah sebagai berikut :

1. Ma Isiak

Setelah sepasang pemuda dan pemudi merasa ada kecocokan hati untuk berumah
tangga,maka sipemuda tersebut menemui salah seorang dari pihak /pertalian dengan ibu atau
pihak ayahnya yang mendatangi pihak keluarga pemudi (calon istri) untuk menanyakan
beberapa perihal sehubugan dengan hubungan anak-anak mereka itu. Proses ini tidak resmi
karena pemangku adat dan hukum belum mengetahuinya. Walaupun demikian prosesi ini
sudah jamak dan lazim dilakukan. Setelah kedua belah pihak mendapat jawaban dan
kepastian, kemudian pihak keluarga laki-laki pamit dan masing-masing pihak akan
melakukan musyawarah keluarga untuk tahap selanjutnya.

2. Manandoan

Sesuai dengan hasil kesepakatan sewaktu marisiak tempo yang lalu, maka proses
penendaian pun dilaksanakan. Proses ini sering juga disebut dengan batunangan
(bertunangan). Pada proses ini pihak keluarga laki-laki harus membawa jinamu (maskawin)
berupa emas yang sudah ditetpkan ukurannya sesuai kesepakatan pihak keluarga laki-laki
bertemu lagi dengan pihak keluarga perempuan yang disertai oleh hadirnya pemimpin adat
dan hukum dirumah pihak perempuan. Dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak
keluarga dan dipimpin oleh pimpinan adat dan hukum juga akan membahas kapan
ditentukannya proses selanjutnya yaitu ijab qabul dan hari peresmian.

3. Mendaftar ke keuchik sebagai pengurus Adat dan Hukum/Imam Chik (Imam Mesjid)

Kegunaan mendaftar ini untuk menyelesaikan administradi seperti Biodata calon


pengantin dan biaya pernikahan, kemudian data kedua calon pengantin itu oleh
keuchik/lurah akan diserahkan kepada pihak KUA dikecamatan yang bersangkutan,
semetara itu tugas imam chik adalah sebagai petugas P3N (Panitia Pelaksana Pencatatan
Nikah) akan melakukan tes agar calon pengantin mendapatkan sertifikat yang nantinya akan
dibawa ke kantor KUA pada saat pendaftaran.

4. Duduk Niniak Mamak

Niniak mamak merupakan sebutan kepada pertalian wali dan garis keturanan dari orang
tua, dalam hal kenduri (pesta) adat mereka punya peranan penting diantaranya sebagai
penghubung pihak keluarga dengan pemangku adat dan hukum. Tujuannya adalah untuk
memusyawarahkan beberapa hal seputar pelaksanaan kenduri yang akan dilangsungkan.

5. Rapek umum

Dalam acara ini warga gampong yang telah diundang akan datang tujuannya adalah
mendengar hasil musyawarah yang telah dilakukan antara pimpinan adat dan hukum dengan
pihak keluarga peyelenggara acara kenduri (pesta) sekaligus menyatakan bahwa rumah dan
isinya telah dipulangkan secara adat kepada pemangku adat dan hukum lalu diteruskan
kepada masyarakat sebagai pengelolanya. Dalam penyampain itu pihak pemangku adat dan
hukum akan menjelaskan kapan prosesi selanjutnya dilaksanakan sehingga warga yang
hadir akan mengetahui jadwal dan tugas mereka nantinya.
6. Melapor ke KUA

Sebelum datang ke Kantor Urusan Agama (KUA) semua kelengkapan administrasi calon
pegantin seperti surat pengantar dari Keuchik (Kepala Desa) dan sertifikat P3N Gampong
serta peralatan adat lainnya harus dibawa, kedua calon pengantin hadir dengan
menggunakan pakain adat atau pakain yang disepakati oleh pemangku adat dan hukum dan
mereka akan menandatangani surat keterangan menikah dihadapan pejabat KUA adat dan
hukum serta pihak keluarga masing-masing.

7. Ijab –Kabul

Prosesi ini ada yang dilaksakan dimesjid, dikantor KUA dan ada pula yang dirumah
pihak wanita semua itu akan disesuaikan dengan situasi yang ada. Proses ijab Kabul tersebut
pada umumnya sama dengan kebiasaan yang ada diprovinsi aceh, mungkin yang berbeda
cuma dari pengucapan lafaznya saja, kalau didaerah kami biasanya menggunakan bahasa
Indonesia.
Pada proses ini ada acara malam bainai semalam sebelum acara peresmian kalau sebelah
dara baroe harus bainai 3 hari 3 malam tetapi acara malam bainai yang besarnya hanya
semalam sebelum acara, karena pada malam ini ibuk-ibuk dan para tetangga pergi untuk
melihat dara baroe bainai dan ikut juga bainai sebagai tanda kesenangan acara pernikahan
tersebut, sedangkan linto baroe malam bainainya hanya semalam sebelum acara resepsi.

Pada masa dulu anak daro diinai dengan menggunakan inai yang telah digiling oleh ibu-
ibu seperti gambar diatas sedangkan jaman sekarang dengan makin berkembangnya jaman
modern ini para anak daro sudah tidak menggunakan inai ini tetapi mereka mngunakan inai
india yang dilukis di tangan pengantin perempuan dengan berbagau macam warna yang
mereka inginkan.
8. Antek linto

Prosesi antar linto biasa dilaksanakan pada sore harinya antar linto berarti pihak keluarga
laki-laki dibantu masyarakat (perangkat adat dan hukum harus menyertai) mengantar
sipengantin pria kerumah pengantin wanita. Pengantin pria diharuskan memakai pakaian
adat lengkap begitupun dengan pengantin wanita yang menanti dirumahnya juga
menggunakan pakaian lengkap. Ada beberapa prosesi adat yang menyertai acara antar linto
ini seperti silat, gelombang dan duduk besanding.
9. Antek Nak Daroe
Jika suatu proses antar linto pengantin pria diantar beramai-ramai kelrumah pengantin
wanita maka pada prosesi panggil surut ini kedua pengantin baru tyersebut akan diantar
oleh kaum ibu dari rumah pengantin wanita kerumah pengantin laki-laki pula. Kedua
pengantin berpakaian adat aceh mereka dipayugi paying berwarna kuning dan bersama
rombongan akan berkunjung kerumah pengantin pria unyuk melaksanakan ritual adat.
Tujuan acara ini adalah bersilahturahmi sambil mengenalkan keluarga masing-masing.

10. Malam mintak izin


Pada proses ini salah seorang dari pemangku adat dan hokum akan berpidato didepan
tamu undangan yang hadir, dan menyatakan bahwa acara kenduri (pesta pernikahan ini)
sudah berakhir kemudian secara adat rumah yang selama acera berlangsung telah
dipulangkan kepada adat dan hokum dikembalikan kepada tuan rumah. Dalam acara ini
pihak keluarga tuan rumah akan bersalaman sambil mengucapakn terima kasih dengan
pemangku adat dan huku beserta tokoh masyarakat kainnya

11. Babliak hari


setelah semua kegiatan kira-kira satu atau dua minggu setelahnya,kedua pengantin dating
kembali kerumah kelurga pengantin pria dan menginap semalam, kedatangan mereka tidak
lagi diiringi oleh penganjo atau ihak keluarga wanita dan juga tidak membawa apa-apa.
Mereka hanya dating dan bermalam saja. Hal ini bermaksud bahwa walaupun sudah
menikah dan tinggal jauh dari orang tua pengantin pria tidak melupakan kedua orang tuanya
dan rumah yang telah didiami selama ini.
Jadi begitulah proses pernikahan adat istiadat di aceh selatan yang berbahasa aneuk
jamee tidak hanya sampai disitu tetapi berlanjut sampai pasangan tersebut mempunyai anak
2.2. MENGENALI MACAM-MACAM ADAT ISTIADAT
1. Upacara Perkawinan
Perkawinan adalah seuatu yang sangat sacral didalam budaya masyarakat aceh
sebab hal ini berhubunfa dengan nilai-nilai keagaaam. Perkawinan mmpunyai nuasa
tersendiri dan sangat dihormati oleh masyarakat. Upaca perkawinan pda masyarakat
aceh mmerupakan serangkaian aktifitas yang terdiri dari beberapa tahap, mulai dari
pemilihan jodoh (suami/istri) pertunagan dan hingga upacara peresmian perkawinan,
Suatu kebiasaan bagi masyarakt aceh sebelum pesta perkawinan dilangsungkan
terleih dahulu tiga hari tiga malam diadakan upacara meugaca atau boh gaca (inai)
bagi pengantin laki-laki dan perempuan dirumahnya masing-masing. Tampak kedua
belah tangan dan kaki pengantin dihiasi dengan inai, tetapi dijaman sekarang banyak
yang sudah tidak lagi menggunakan inai tersebut tetapi pengantin sekarang banyak
yang menggunakan inai india yang hanya dilukis ditangan pengantin perempuan
sedangkan penganti laki-laki sudah tidak mau lagi utuk menggunakan boh gaca
tersebut, pada malamnya diadakan malam pertujukan kesenian seperti tari rabbana,
hikayah.pho. dan meuhaba atau kaba (cerita dongeng) tapi adat ini ada sebahagian
daerah di aceh yang tidak lagi melaksanakanya akibat dari pengaruh zaman modern
sehingga meninggalkan adat istiadat yang telah lama ada

BAB III PENUTUP


1.1. KESIMPULAN
1.2.

Anda mungkin juga menyukai