Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ADAT DAN BUDAYA ACEH

Isra Prastiana Yannas 2005040


Nov Fadillah 2005040
Rani Khairani 200504035
Riska Ulyani 2005040

Dosen Pengampu :
Dr. Tengku Muhammad Sahudra, M.Pd

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Adat
dan Budaya Aceh” dengan tepat waktu.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini masih
banyak kekurangan dan kekeliruan. maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki agar dapat menjadi suatu makalah yang semestinya.
Tetapi kami tetep berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan kami dan
bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca.

Langsa, 10 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Pengertian Adat dan Budaya Aceh.................................................................................3

B. Adat Perkawinan.............................................................................................................4

C. Adat Turun Tanah...........................................................................................................7

D. Adat Sunat Rasul.............................................................................................................8

E. Adat Kematian................................................................................................................8

F. Kenduri Sawah................................................................................................................8

G. Kenduri Laut...................................................................................................................8

H. Kenduri Maulid...............................................................................................................8

BAB III PENUTUP....................................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................................9

B. Saran................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki suku dan budaya yang
beranekaragam. Masing-masing budaya daerah saling mempengaruhi dan dipengaruhi
olehkebudayaan daerah lain maupun kebudayaan yang berasal dari luar Indonesia. Salah
satu kebudayaan tersebut adalah kebudayaan Aceh. Berbicara tentang Budaya Aceh
memang tak habis-habisnya dan tak akan pernah selesaisampai kapanpun. Topik yang
satu ini memang menarik untuk dibicarakan terutama karena budaya itu sendiri
sesungguhnya merupakan segala hal yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan
manusia. Jadi, selama manusia itu ada selama itu pula persoalan budaya akan terus
dibicarakan.
Pola kehidupan masyarakat Aceh diatur oleh hukum adat yang berdasarkan kaidah-
kaidah hukum agama Islam. Hukum adat ini melekaterat dalam kehidupan masyarakat
Aceh. Hal ini bisa dibuktikan dan berbagai gaya hiduporang Aceh yang masih
mencerminkan khasanah Islami dan religi yang kental. Misalnya dalam pemakaian
busana, yang perempuan di Aceh diwajibkan memakai jilbab sebagai penutup
kepala.Kebudayaan Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Tarian, kerajinan,
ragamhias, adat istiadat, dan lain-lain semuanya berakar pada nilai-nilai keislaman.
Contoh ragamhias Aceh misalnya, banyak mengambil bentuk tumbuhan seperti batang,
daun, dan bungaatau bentuk obyek alam seperti awan, bulan, bintang, ombak, dan lain
sebagainya.
Hal ini karena menurut ajaran Islam tidak dibenarkan menampilkan bentuk manusia
atau binatangsebagai ragam hias. Aceh sangat lama terlibat perang dan memberikan
dampak amat buruk bagi keberadaan kebudayaannya. Banyak bagian kebudayaan yang
telah dilupakan dan benda-benda kerajinan yang bermutu tinggi jadi berkurang atau
hilang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Adat dan Budaya Aceh?
2. Bagaimana Adat Perkawinan di Aceh?

1
3. Bagaimana Adat Turun Tanah di Aceh?
4. Bagaimana Adat Sunat Rasul di Aceh?
5. Bagaimana Adat Kematian di Aceh?
6. Bagaimana Kenduri Sawah di Aceh?
7. Bagaimana Kenduri Laut di Aceh?
8. Bagaimana Kenduri Maulid di Aceh?

C. Tujuan Pembahasan
1. Agar mengetahui apa itu Adat dan Budaya Aceh.
2. Agar mengetahui Adat Perkawinan di Aceh.
3. Agar mengetahui Adat Turun Tanah di Aceh.
4. Agar mengetahui Adat Kematian di Aceh.
5. Agar mengetahui Kenduri Sawah di Aceh.
6. Agar mengetahui Kenduri Laut di Aceh.
7. Agar mengetahui Kenduri Maulid di Aceh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Adat dan Budaya Aceh

Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma,
kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang mengatur tingkah laku manusia antara
satu sama lain yang lazim dilakukan di suatu kelompok masyarakat. Adat yang memiliki
sanksi disebut dengan hukum adat sedangkan yang tidak memiliki sanksi disebut dengan
kebiasaan. Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya
karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.
Pelanggaran terhadap adat istiadat ini akan menerima sanksi yang keras dari anggota
lainnya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Budaya aceh adalah budaya yang dijalani oleh masyarakat yang adat istiadatnya
sangat berkaitan dengan islam. Kebiasaan-kebiasaanyang berlaku dalam masyarakat aceh
tidak bertentangan dengan ajaran agama islam. Budaya yang islam ini kita harapkan dapat
tercermin dalam semua tingkah laku dan kehidupan orang aceh.

3
B. Adat Perkawinan
Ada beberapa tahapan dalam Adat Perkawinan Aceh, yaitu :
1. Tahapan Melamar (Ba Ranup)
Ba Ranup (ba-membawa ranup-sirih) merupakan suatu tradisi turun temurun yang
tidak asing lagi dilakukan dimana pun oleh masyarakat Aceh, saat seorang pria
melamar seorang perempuan.
Untuk mencarikan jodoh bagi anak lelaki yang sudah dianggap dewasa maka
pihak keluarga akan mengirim seorang yang dirasa bijak dalam berbicara (disebut
seulangke) untuk mengurusi perjodohan ini. Jika seulangke telah mendapatkan gadis
yang dimaksud maka terlebih dahulu dia akan meninjau status sang gadis. Jika belum
ada yang punya, maka dia akan menyampaikan maksud melamar gadis itu.
Pada hari yang telah disepakati datanglah rombongan orang-orang yang dituakan
dari pihak pria ke rumah orangtua gadis dengan membawa sirih sebagai penguat
ikatan berikut isinya. Setelah acara lamaran selesai, pihak pria akan mohon pamit
untuk pulang dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk bermusyawarah
dengan anak gadisnya mengenai diterima-tidaknya lamaran tersebut.

2. Tahapan Pertunangan (Jak ba Tanda)


Bila lamaran diterima, keluarga pihak pria akan datang kembali untuk melakukan
peukong haba (peukong-perkuat, haba-pembicaraan) yaitu membicarakan kapan hari
perkawinan akan dilangsungkan, termasuk menetapkan berapa besar uang mahar yang
diterima (disebut jeulamee) yang diminta dan berapa banyak tamu yang akan
diundang. Biasanya pada acara ini sekaligus diadakan upacara pertunangan (disebut
jak ba tanda jak-pergi, ba-membawa tanda-tanda,artina berupa pertanda sudah
dipinang-cincin).
Pada acara ini pihak pria akan mengantarkan berbagai makanan khas daerah Aceh,
buleukat kuneeng (ketan berwarna kuning) dengan tumphou, aneka buah-buahan,
seperangkat pakaian wanita dan perhiasan yang disesuaikan dengan kemampuan
keluarga pria. Namun bila ikatan ini putus di tengah jalan yang disebabkan oleh pihak
pria yang memutuskan maka tanda emas tersebut akan dianggap hilang. Tetapi kalau
penyebabnya adalah pihak wanita maka tanda emas tersebut harus dikembalikan
sebesar dua kali lipat.

4
3. Pesta Pelaminan
Sebelum pesta perkawinan dilangsungkan, tiga hari tiga malam diadakan upacara
meugaca atau boh gaca (memakai inai) bagi pengantin laki-laki dan pengantin
perempuan. adat ini kuat dipengaruhi oleh india dan arab. namun sekarang adat
tersebut telah bergeser menjadi pengantin perempuan saja yg menggunakan inai.
Kemudian dilakukan persiapan untuk ijab kabul. Dahulu ijab kabul dapat
dilakukan di KUA atau di meunasah musala dekat rumah tanpa dihadiri pengantin
wanita. namun sekarang berkembang dengan ijab kabul yg dilakukan di Mesjid-
Mesjid besar terutama di Mesjid Raya Baiturrahman, yang dihari kedua mempelai
berserta keluarga dan undangannya. Ijab Kabul pengantin pria kepada wanita dihadiri
oleh wali nikah, penghulu, saksi dan pihak keluarga.
Biasanya lafaznya berupa bahasa aceh "ulon tuan peunikah, aneuk lon (apabila
ayah perempuan yg mengucapkan)....(nama pengantin perempuan) ngon gata (nama
pengantin laki-laki) ngon meuh...(jumlah mahar yang telah disepakati) mayam”.
Jawabannya ulon tuan terimong nikah ngon kawen.. (nama pengantin) ngon meuh..
(jumlah mahar yang telah disepakati) mayam, tunai”. Ada beberapa lafaz yang
berbeda, disesuaikan dengan kesepakatan dan adat setempat.
Pesta pelaminan dilakukan setelah melangsungkan ijab kabul antara sang calon
pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan, Baik dilakukan pada hari yang sama
maupun pada lain hari, yaitu disebut juga acara tueng linto baro. pesta pelaminan ini
bertujuan selain merayakan kebahagian juga untuk memperkenalkan kedua mempelai
kepada seluruh kaum kerabat.

4. Tueng Lintoe Baroe


Tueng Linto baroe (tueng-menerima, linto-laki-laki, baroe-baru) yaitu menerima
pengantin pria adalah yaitu menerima pengantin laki-laki oleh pihak perempuan,
penerimaan secara hukum adat atau dalam tradisi Aceh. Pengantin laki-laki datang ke
pesta beserta rombogan (keluarga & kerabat). Rombongan disuguhkan hidangan
khusus disebut idang bu bisan (idang-hidangan, bu-nasi bisan-besan). Setelah selesai
makan, maka rombongan linto baro minta izin pulang kerumahnya, sedangkan
pengantin pria tetap tinggal untuk disanding dipelaminan hingga acara selesai.

5
5. Tueng Dara Baroe
Tueng dara baroe adalah suatu hal yang dilakukan oleh pihak laki-laki dengan
kata lain adalah penjemputan secara hukum adat atau dalam tradisi Aceh. Acara ini
sama dengan yang diatas namun pihak perempuan yang pergi ke acara pihak laki-laki.

6. Mahar (Jeulamee)
Dalam adat istiadat Ureung Aceh, hanya dikenal mahar berupa emas dan uang.
Mahar ditiap aceh berbeda. Dibagian Barat Aceh mahar berupa emas yang diberikan
sesuai kesepakatan, biasanya berjumlah antara belasan sampai puluhan mayam.
Sedangkan didaerah Timur, mahar yang diajukan dibawah belasan tapi menggunakan
uang tambahan yaitu disebut "peng angoh" (peng-uang, angoh-hangus), hal ini
dilakukan untuk membantu pihak perempuan untuk menyelenggarkan pesta dan
membeli isi kamar. Mahar biasanya ditetapkan oleh pihak perempuan dan biasanya
kakak beradik memiliki mahar yang terus naik atau minimal sama. Namun semua hal
tentang mahar ini dapat berubah-ubah sesuai kesepakatan kedua belah pihak.

7. Idang & Peuneuwoe


Idang (hidang) dan Peunuwo atau pemulang adalah hidangan yang diberikan dari
pihak pengantin kepada pihak yang satunya. Biasanya pada saat Intat linto baro
(mengantar pengantin pria), rombongan membawa Idang untuk pengantin wanita
berupa pakaian, kebutuhan dan peralatan sehari-hari untuk calon istri. dan pada saat
Intat dara baro (mengantar pengantin wanita), rombongan akan membawa kembali
talam yg tadinya diisi dgn barang-barang tersebut dgn makananan khas aceh seperti
bolu, kue boi , kue karah , wajeb, dan sebagainya, sebanyak talam yang diberikan atau
boleh kurang dengan jumlah ganjil.
Adat membawa-bawa baik barang ataupun kue dalam adat Aceh sangatlah kental
apalagi dalam sebuah keluarga baru. Saat pengantin baru merayakan puasa pertama
atau lebaran pertama dan pergi kerumah salah satu kerabatnya untuk pertama kali
maka wajiblah dia membawa makanan. Dan adat ini terus berlangsung hingga sang
istri punya anak, yakni mertua membawa makanan dan sang istri membalasnya.

6
8. Peusijuek
Peusijuek (pendingin) adalah adat istiadat aceh dari India juga, namun sudah
beradaptasi dengan budaya Islam. Peusijuek dilakukan untuk memberi semangat, doa
dan restu kepada orang yg dituju. pada pernikahan maka kedua belah pihak keluarga
akan melakukan Peusijuek ditiap kesempatan. biasanya sebelum dan setelah ija kabul,
ketika dipelaminan di kedua acara. Peusijuek adalah salah satu tradisi Aceh yang
dilakukan pada kegiatan apapun seperti naik haji, mempergunakan barang baru seperti
rumah atau kendaraan, bayi yang turun tanah, ibu yang hamil dan sebagainya.

C. Adat Turun Tanah


Peutron Aneuk merupakan tradisi sakral bagi masyarakat Aceh. Digelar setelah anak
dianggap cukup umur; genap 44 hari, tiga bulan, lima bulan, hingga tujuh bulan. Sebelum
upacara digelar, si bayi pantang dibawa keluar rumah, kecuali dalam kondisi tertentu.
Seorang pemuka agama (Aceh: Teungku) akan memimpin ritual adat itu. Di sisinya telah
tersedia sebuah talam (baki), yang di dalamnya berisikan sari kurma, ketan kuning, air
zamzam, ayam panggang, serta bermacam buah manis lainnya.
Awalnya bayi di-peusijuek (ditepung tawari), sambil dibacakan doa-doa untuk
keberkahan. Selanjutnya si bayi di-peucicap (dicicipi) aneka rasa ke lidahnya. Kecuali
ayam, hampir semua menu yang tersedia di talam dicicipi untuk bayi kecil, tujuannya
untuk merangsang indera perasanya untuk lebih sensitif. Setelahnya, Teungku mengambil
dan memutar-mutar ayam di atas tubuh si bayi. Ritual ini diharapkan agar si anak ketika
besar akan cerdas dan kreatif dalam berpikir.
Prosesi pertama selesai, diiringi selawat pada Nabi Muhammad SAW, bayi
digendong keluar melalui pintu depan oleh ayahnya, di sana telah digelar kain yang
menutupi sebuah payung. Posisi mereka tak jauh dari pintu rumah. Bayi dan ayahnya
masuk ke bawah kain itu. Bayi diberdirikan supaya kakinya menyentuh tanah. Dari atas
kain, sebuah kelapa dibelah. Air kelapa itu mengucur menembus kain, membasahi
pelindung. Kemudian sebelah dari kelapa itu diberikan kepada sang ayah, sisanya untuk
ibunya. Ini simbol ikatan supaya batin anak dan kedua orang tuanya tetap kekal.
Ritual selanjutnya sungkeman dan saatnya bayi melalui orang tuanya menerima
salam tempel dari seluruh keluarga besarnya. Selain sanak famili, lazimnya, tuan rumah
juga mengundang tetamu dalam syukurannya. Setelah prosesi adat selesai, saatnya para
tetamu menikmati berbagai sajian khas daerah yang telah disiapkan oleh si empunya

7
hajatan.

D. Adat Sunat Rasul


Isi disini

E. Adat Kematian
Isi disini

F. Kenduri Sawah
Isi disini

G. Kenduri Laut
Isi disini

H. Kenduri Maulid

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adat adalah tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama Dalam
nomenklatur adat Aceh khususnya dan adat secara umum, ditemukan dua suku kata yang
agaknya hampir tidak ditemukan perbedaan jika dipandang sekilas, akan tetapi jika dilihat
secara detail maka keduanya sangat berbeda baik pada materinya maupun pada
implimentasinya. Kebudayaan Aceh dari zaman dahulu sangat erat kaitannya dengan adat
dan kebudayaan Islam. Kehidupan budaya (adat) Aceh dengan Islam tidak dapat
dipisahkan. Harmonisasi antara adat dan Islam ini berkembang dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam Makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya.
Maka dari itu kita harus memahami tentang adat dan budaya kita. Kita juga harus
memahami seberapa penting adat, budaya  bagi kehidupan masyarakat, guna tercapai
hidup yang lebih baik, sebagaimana orang-orang sebelum kita menjaga adat budaya,
maka dari itu marilah sama-sama kita menjaganya.
Saya banyak berharap para kepada pembaca yang budiman untuk memberikan kritik
dan saran yang dapat membangun demi sempurnanya Makalah ini. Semoga Makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang pada umumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. 2021. Adat. https://id.wikipedia.org/wiki/Adat, diakses pada tanggal 9 November


2021.

Wikipedia. 2021. Budaya. https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, diakses pada tanggal 9


November 2021.

AcehPedia. 2014. Upacara Adat Perkawinan Aceh.


https://acehprov.go.id/berita/kategori/jelajah/upacara-adat-perkawinan-aceh, diakses pada
tanggal 9 November 2021.

Suparta. 2019. Melihat Ritual 'Peutron Aneuk', Tradisi Turun Tanah Bayi di Aceh.
https://kumparan.com/acehkini/melihat-ritual-peutron-aneuk-tradisi-turun-tanah-bayi-di-
aceh-1rFBNPswEsJ/full, diakses pada tanggal 9 November 2021.

10

Anda mungkin juga menyukai