Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL

Dosen Mata Kuliah

Saidin Hamzah, M.hum

Mata Kuliah

STUDI BUDAYA LOKAL

Disusun Oleh:

Kelompok 2

 A. Sitti Amina: 2120203862201031


 Nurhidaya : 2120203862201076
 WARDA : 2120203862201088

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnyalah kami dapat
menyeleseikan makalah ini yang diamanahkan oleh Bapak Saidin Hamzah yang berjudul
Akulturasi Islam dan Budaya Lokal. .

Kami juga sangat berterimakasih kepada ibu bapak yang telah membimbing kami
sejauh ini dan semua pihak yang terlibat sehingga kami bisa menyelesaikannya dengan tepat
waktu.

Demikian dengan adanya materi ini semoga kita semua dapat mengetahui dan
memahami materi Akulturasi Islam dan Budaya Lokal. Dalam penyelesaian makalah ini
mohon maaf jika ada masih ada kekurangan dalam penulisan dan pembahasan materi.

Parepare, 30 September 2021

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................................1
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan...................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................8

Bab II Pembahasan..................................................................................................9

A. Akulturasi....................................................................................................9
B. Budaya lokal dengan Budaya islam.............................................................9
C. Pernikahan dan Tujuaanya...........................................................................10

Bab III Penutup........................................................................................................12

A. Kesimpulan..................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12

Daftar Pustaka..........................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masyarakat Indonesia yang memiliki kekayaan budaya yang


menarik adalah masyarakat Sulawesi Selatan, budaya lokal di wilayah Sulawesi
Selatan sampai sekarang ini masih dilestarikan sebagai warisan nenek moyang yang
diwariskan secara turun-temurun agar tetap dijaga sebagai bentuk penghargaannya
kepada warisan leluhur. Warisan leluhur biasanya berupa tradisi, adat-istiadat dan
kebiasaan. Tradisi lebih berorientasi kepada kepercayaan dan kegiatan ritual yang
berkembang dan mengakar dimasyarakat menjadi sebuah kebudayaan. Budaya dalam
arti etimologis adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan budi manusia.
yang merupakan hasil cipta, karsa, dan rasa suatu masyarakat yang terwujud dalam
tingkah laku dan hasil tingkah laku yang didapatkan melalui peroses pembelajaran.
Kebudayaan merupakan pemahaman perasaan tentang ilmu pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, atau kebiasaan yang diperoleh dari
sekelompok masyarakat.

4
Kebudayaan menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat sebagai bentuk
perkembangan dan terintegrasi sebagai ciri hidup masyarakat berupa tradisi ataupun
kebiasaan yang mengakar dalam masyarakat. Suatu tradisi masyarakat yang pada
hakekatnya merupakan warisan dari para leluhurnya yang merupakan bagian dari
budaya bangsa. Hal ini berguna sebagai strategi untuk menjamin eksistensi bangsa,
membentuk dan mengembangkan kepribadian serta menata kehidupan bangsa.

Seperti halnya Tradisi pernikahan yang merupakan warisan secara turun


temurun, ini masih terus dilakukan dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Kaladi.
Sulawesi Selatan dengan adanya kegiatan dalam bentuk upacara-upacara tradisional
yang dilakukan sampai sekarang. Masyarakat Desa Kaladi hingga saat ini masih
mempertahankan tradisi pernikahan ini yang berlandaskan pada unsur-unsur adat-
istiadat mereka. Dengan mengikuti norma-norma adat yang telah dilakukukan dan
diberlakukan sejak turun temurun berarti masyarakatnya telah dapat menjaga budaya
lokal atau tradisi-tradisinya agar tetap lestari.

Kebudayaan merupakan persoalan yang sangat kompleks dan luas, misalnya


kebudayaan yang berkaitan dengan kehidupan manusia, adat istiadat dan tata karma.
Kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan, cenderung berbeda antara satu suku
dengan suku lainnya, khususnya di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih
mempertahankan adat istiadat dan kebiasaannya yang berbeda hingga sampai saat
ini,termasuk adat perkawinan.
.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah pokok adalah

bagaimana Akulturasi Budaya Lokal Terhadap Budaya Islam dalam adat pernikahan

masyarakat di Desa Kaladi Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu? Agar

pembahasan lebih terfokus dan sistimatis maka masalah pokok akan diuraikan

kedalam beberapa sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosesi pernikahan masyarakat Desa Kaladi Kecamatan Suli Barat

Kabupaten Luwu?

2. Bagaimana Akulturasi budaya Islam dan budaya lokal dalam prosesi

pernikahan masyarakat Desa Kaladi Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu?

3. Nilai-nilai Islam apa yang terdapat dalam proses pernikahan di Desa Kaladi

Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu?

5
6
7
C. Tujuan Penulisan

Pada bagian ini dijelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh penulisan

terhadap masalah yang telah dikaji. Tujuan penulisan bisa mencakup salah satu dari

alternatif berikut:

a. Untuk mengetahui pengetahuan tentang prosesi adat pernikahan pada masyarakat

Desa Kaladi Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu.

b. Untuk mengkaji wawasan tentang Akulturasi budaya Islam dan budaya lokal

dalam prosesi pernikahan di Desa Kaladi Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu.

c. Untuk mengetahui nilai-nilai Islam yang terdapat dalam prosesi pernikahan di


Luwu.

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akulturasi

Akulturasi adalah pencampuran dua hal yang saling melengkapi. Istilah


dalam antropologi mempunyai beberapa makna (acculturation, atau culture
contact) ini semua menyangkut konsep mengenai proses sosial yang timbul
apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan
pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu
lambat-laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kebudayaan itu.Dalam jalannya penulisan suatu
proses akulturasi, kami sebagai penulis sebaiknya memperhatikan beberapa
hal, yaitu:

1. Keadaan sebelum proses akulturasi dimulai

2. Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing

3. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk

masuk ke dalam kebudayaan penerima

4. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh

5. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.

B. Budaya Lokal dengan Budaya Islam

Budaya adalah dalam bahasa Belanda cultuur, dalam bahasa Inggris culture dan
dalam bahasa Arab ialah tsaqafah berasal dari bahasa Latin colere yang artinya mengolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani.
Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia
untuk mengolah dan mengubah alam”. Sedangkan kebudayaan adalah semua yang berasal
dari hasrat dan gairah di mana yang lebih tinggi dan murni menjadi yang teratas memiliki
tujuan praktis dalam hubungan manusia seperti musik, puisi, agama, etik, dan lain-lain.7
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan adalah
hasil dari cipta karsa dan rasa tersebut.Budaya yang teraktualisasi dalam wujud adat mulai
dipahami sebagai fenomena alam yang kehadirannya secara umum memberi kontribusi
terhadap perilaku manusia, hingga yang berkenaan dengan cara melakukan sesuatu, seperti

9
menjalankan kewajiban agama dan perilaku sosial. Beberapa bentuk adat merupakan kreasi
asli daerah, sedangkan yang lain

mungkin berasal dari luar. Sebagian bersifat ritual, dan sebagian lain seremonial. Dari sudut
pandang agama, ada adat yang baik (‘urf sahih) dan ada adat yang jelek (‘urf fasid); sebagian
sesuai dengan syariat dan dinyatakan dalam kaidah fikih, sebagian lagi sesuai dengan
semangat tata susila menurut Islam. Oleh karena itu, dalam suatu perayaan religius, paling
tidak ada tiga elemen yang terkombinasi bersamaan: perayaan itu termasuk adat karena
dilaksanakan secara teratur; juga bersifat ibadah

Islam adalah sebuah tatanan kehidupan yang sangat sempurna dan lengkap karena
di dalam Islam itu sendiri mengatur segala macam aturan mulai dari hal-hal yang kecil
sampai hal-hal yang besar, mulai aturan kehidupan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat
serta lingkungan. Islam sudah kita yakini adalah agama yang sempurna akan tetapi dalam
kesempurnaannya dan dalam implentasi kehidupan sehari-hari masih membutuhkan
penafsiran-penafsiran dan penakwilan dalam kaidah-kidah tertentu. Persentuhan Islam
dengan budaya lokal tidak menafikan adanya akulturasi timbal-balik atau saling
mempengaruhi satu sama lain. Budaya Islam adalah budaya yang ada di dalam masyarakat
terdapaat praktik-praktik Islam.Kontak antara budaya masyarakat yang diyakini sebagai
suatu bentuk kearifan lokal dengan ajaran dan nilai-nilai yang di bawa oleh Islam tak jarang
menghasilkan dinamika budaya masyarakat setempat. Kemudian, yang terjadi ialah
akulturasi dan mungkin sinkretisasi budaya, seperti praktek meyakini iman di dalam ajaran
Islam akan tetapi masih mempercayai berbagai keyakinan lokal. Secara spesifik, Islam
memandang budaya lokal yang ditemuinya dapat dipilah menjadi tiga: Menerima dan
mengembangkan budaya yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan berguna bagi
pemuliaan kehidupan umat manusia.

C. Pernikahan dan Tujuannya


1. Pernikahan

Pernikahan adalah ikatan timbal balik antara dua insan yang


berlaianan jenis untuk menjalin sebuah kemitraan. Istilah
pernikahan dapat juga disebut siabbinengdari kata bine yang
berarti (istri) atau kibene (beristri). Pernikahan bukan sekedar

10
menyatukan dua mempelai dalam hubungan suami istri, tetapi
pernikahan merupakan suatu upacara yang bertujuan untuk
menyatukan dua keluarga besar yang telah terjalin sebelumnya
menjadi semakin erat atau dalam istilah orang luwu disebut
mappasikandappi atau mendekatkan yang sudah jauh, oleh
karena itu, perkawinan dikalangan masyarakat luwu umumnya
berlangsung antara keluarga dekat atau antar kelompok tertentu
dikalangan masyarakat biasa, karena mereka sudah saling
memahami sebelumnya. Pernikahan adalah suatu masalah yang
sangat penting dalam masyarakat, utamanya masyarakat
Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam, sebab
pernikahan dalam Islam adalah sunnah Rasulullah SAW yang patut
dijunjung tinggi dan dimuliakan oleh kaum muslimin.
Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin”
yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan
jenis.

2. Tujuan pernikahan

Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat hidup


sendiri. Ia pasti membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi,
melaksanakan tugas dan memenuhi Hasriana, Integrasi Bud
segala kebutuhanya. Selain itu manusia juga dikaruniai nafsu
berupa kecenderungan tabiat kepada sesuatu yang dirasa cocok.
Kecenderungan ini merupakan satu bentuk ciptaan yang ada pada
diri manusia, sebagai urgensi kelangsungan hidupnya. Seperti
makan, minum dan menikah.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Upacara pernikahan di Desa kaladi biasa disebut dengan mappabotting.
Secara harfiah mappabotting berarti menikahkan. Pada masyarakat Kaladi yang
ada di Desa Kaladi pernikahan merupakan suatu proses kegiatan yang meliputi
perencanaan dan pelaksanaan. Tahap persiapan sebelum pernikahan
dilaksanakan seperti, musyawarah, kemudian tahap pelaksanaan (hari
pernikahan), dan tahap sesudah pernikahan. Bagi orang Luwu, khususnya di Desa
Kaladi setiap akan mengadakan pernikahan senantiasa didahului dengan suatu
pertemuan antara seluruh keluarga atau kerabat. Dalam pertemuan tersebut
dilakukan musyawarah mengenai berbagai hal yang biasanya dipimpin oleh
anggota keluarga yang lebih tua dan banyak tahu tentang apa-apa yang akan
dibutuhkan atau disiapkan dalam pernikahan. Untuk mendapatkan hasil yang
optimal, pelaksanaan musyawarah sering dihadirkan pula pegawaisyara’ atau
tokoh agama sepeti Imam Desa. Pemilihan waktu terebut sangat terkait dengan
sistem pengetahuan lokal masyarakat tentang adanya hari yang
baik dan kurang baik untuk hari pelaksanaan pernikahan. Setelah persiapan telah
dilakukan maka tahap ini sebagai tahap akhir sebelum melakukan upacara
pernikahan. Tradisi atau upacara pernikahan dalam masyarakat di Desa Kaladi
Kecamatan Suli Barat sudah dilaksanakan secara turun temurun oleh nenek
moyang mereka yang dalam bahasa luwunya biasa disebut dengan
mappabotting.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami mohon maaf atas kekurangan dalam
penyelesaian makalah ini, maka kami sangat berharap adanya kritik atau saran
dari bapak dan teman-teman sekalian.

12
DAFTAR PUSTAKA
Abd.Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2006.
Abdullah Irwan, dkk. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Kontemporer. Cet:
1. Yogyakarta : TICI Publications. 2009
Abdullah, Taufik. Sejarahlokal di Indonesia, Cet. IV, Jogyajarta: Gadjahmada
University press, 1996.
Abdurrahman, Dudung. Metode penelitian sejarah. Jakarta : logos wacana ilmu,
1999.
Abidin, Andi Zainal. Kebudayaan sul-sel. Cet I; Makassar : Hasanuddin
universitas press,1991.
Badruzzaman. Peranan Syara’ dalam Perkembangan Islam di Sulawesi Selatan.
Jakarta, 2007.
Beatty, Andrew. Variasi agama pendekatan antropologi. Jakarta : PT. Raja
Grafindo persada, 2001.

13

Anda mungkin juga menyukai