KUE GEPLAK
Dibuat oleh :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengantar ilmu budaya , saya
juga berterima kasih kepada para pihak yang mendukung penulisan makalah. saya
berharap agar makalah ini mampu memberikan sudut pandang baru bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, saya memohon maaf apabila ada kesalahan dalam
proses pembuatan makalah. Saya berharap terbuka pada kritik dan saran sebagai bagian
dari revisi makalah pengantar ilmu budaya ini.
Wassalamualaikum wr.wb
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ………………………………………………………………………... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
A.
B.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Definisi Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal)
dan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Latin
yaitu cultura.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sekelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya sendiri terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
makanan, dan karya seni. Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh
yang bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
a. Pengertian Budaya Menurut Para Ahli
1. Taylor dalam Soekanto
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain
kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
2. Selo Soemardjan dan Soelaeman Somardi
Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
3. Koentjaraningrat
Budaya diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia
untuk mengolah dan mengubah alam.
ii
4. Linton
Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta
pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan
dimiliki oleh suatu anggota masyarakat tertentu.
5. Parsudi Suparian
Budaya adalah seluruh pengetahuan manusia yang
dimanfaatkan untuk mengetahui serta memahami pengalaman dan
lingkungan yang mereka alami.
C. Unsur Kebudayaan
Wujud Kebudayaan kebudayaan tidak bisa diartikan secara sederhana
sehingga terdapat berbagai definisi mengenai kebudayaan dari beberapa
tokoh budaya. Salah satunya adalah Koentjaraningrat. Koentjaraningrat
merupakan seorang tokoh antropologi di Indonesia yang mendefinisikan
kebudayaan sebagai ”keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.” . Dalam definisi tersebut kebudayaan bermakna
sangat luas dan beragam karena mencakup proses belajar dalam sejarah
hidup manusia yang diwariskan antar generasi.
Kebudayaan memiliki pengertian sebagai segala tingkah laku manusia
dalam kehidupannya yang diperoleh melalui proses belajar. Namun,
seringkali kebudayaan hanya bermakna atau berkaitan dengan bidang seni.
Sebaliknya, segala hal yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam
kehidupannya bisa dikategorikan sebagai kebudayaan. Definisi kebudayaan
dalam antropologi adalah segala tingkah laku manusia yang layak
dipandang dari sudut kebudayaan sehingga bisa dikategorikan sebagai
kebudayaan.
Koentjaraningrat membagi kebudayaan dalam 3 wujud, yakni
1. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Ide (Ideas)
Wujud kebudayaan sebagai sistem ide bersifat sangat abstrak,
tidak bisa diraba atau difoto dan terdapat dalam alam pikiran individu
penganut kebudayaan tersebut. Wujud kebudayaan sebagai sistem ide
hanya bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang mewujud dalam
bentuk norma, adat istiadat, agama, dan hukum atau undang-undang.
Contoh wujud kebudayaan sebagai sistem ide yang berfungsi untuk
ii
mengatur dan menjadi acuan perilaku kehidupan manusia adalah norma
sosial.
2. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Aktivitas (Activities)
Wujud kebudayaan sebagai sistem aktivitas merupakan sebuah
aktivitas atau kegiatan sosial yang berpola dari individu dalam suatu
masyarakat. Sistem ini terdiri atas aktivitas manusia yang saling
berinteraksi dan berhubungan secara kontinu dengan sesamanya. Wujud
kebudayaan ini bersifat konkret, bisa difoto, dan bisa dilihat. Misalnya,
upacara perkawinan masyarakat Flores, atau proses pemilihan umum di
Indonesia.
3. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Artefak (Artifacts)
Wujud kebudayaan sebagai sistem artefak adalah wujud
kebudayaan yang paling konkret, bisa dilihat, dan diraba secara
langsung oleh pancaindra. Wujud kebudayaan ini adalah berupa
kebudayaan fisik yang merupakan hasil-hasil kebudayaan manusia
berupa tataran sistem ide atau pemikiran ataupun aktivitas manusia yang
berpola. Misalnya, kain ulos dari Batak atau wayang golek dari Jawa.
Di dalam upacara adat perkawinan Jawa, berbagai mahar berupa barang
yang harus diberikan oleh pihak mempelai laki-laki kepada pihak
mempelai perempuan.
a. Fokus utama pemajuan budaya, yaitu:
1. Adat Istiadat
2. Bahasa
3. Manuskrip
4. Olahraga tradisional
5. Pengetahuan tradisional
6. Teknologi tradisional
7. Permainan rakyat
8. Ritus
9. Seni
10. Tradisi lisan
ii
E. Alasan Pemilihan Kebudayaan Makanan Daerah
Di zaman modern seperti sekarang ini pastinya banyak makanan-
makanan yang lebih menarik dibanding makanan daerah. Maka dari itu
dengan membahas kebudayaan makanan daerah dapat diharapkan akan
mengingatkan kembali betapa tidak kalah menariknya makanan-makanan
yang ada di daerah.
Keistimewaan makanan daerah:
1. Rasa yang tidak pernah berubah
Sebagian besar makanan tradisional Indonesia menggunakan
resep yang sama dari dulu hingga sekarang, makanya tidak heran jika
rasa yang dihasilkan masih tetap sama dan tidak ada perubahan,
mungkin ini terdengar sepele dan membosankan di mana rasa yang
sama akan membuat orang mudah bosan. Namun faktanya hampir
semua orang menyukai rasa yang sama. Hal ini menggambarkan bahwa
makanan tradisional tetap terjaga cita rasanya.
2. Warisan budaya
Makanan tradisional erat hubungannya dengan kebudayaan.
Biasanya makanan tersebut sering menjadi hidangan khusus yang
menjadi ciri khas tersendiri di setiap daerah.Hal ini membuat makanan
tradisional Indonesia menjadi sangat istimewa. Itu bisa dikatakan
sebagai warisan budaya yang diturunkan secara turun-temurun dari
masyarakat terdahulu.
3. Proses penyajian dan pembuatan masih alami
Makanan dikatakan istimewa bukan hanya dari cita rasanya saja,
tapi juga proses pembuatan dan penyajiannya yang masih alami
membuat semuanya terasa natural dan bikin nostalgia. Saat ini sebagian
besar makanan tradisional indonesia masih menggunakan cara yang
sama dalam proses pembuatan dan penyajiannya. Sebab pembuatnya
berpikir bahwa rasa yang akan dihasilkan akan berubah jika prosesnya
juga berubah.
ii
BAB II
ISI
A. Kue Geplak
Geplak adalah salah satu kue tradisional khas Betawi berbahan dasar tepung
beras, berwarna putih kecokelatan, bercita rasa manis dan teksturnya lembut.
Kata “geplak” sendiri diambil dari suara yang berasal saat pembuatan kue ini
saat proses pemukulan.
Geplak menjadi hantaran balasan “wajib” dari pihak perempuan kepada
pihak laki-laki saat lamaran/tunangan, dan hantaran “wajib” dari pihak laki-laki
kepada pihak perempuan saat akad nikah. Kue geplak Betawi terbuat dari beras
agak pera yang digiling hingga menjadi tepung lalu disangrai, setelah itu
dicampur kelapa parut yang juga sudah disangrai.
Kue geplak tercatat sebagai salah satu kue khas Betawi yang terbilang
langka atau sudah jarang ditemui bahkan di tempat-tempat penjual kue khas
Betawi. Kue geplak menjadi makanan kondang seperti dengan kue khas atau
kuliner asal Betawi lainnya seperti Dodol Betawi, Roti Buaya, Kue Kembang
Goyang, Kerak Telor, dan Bir Pletok.
Proses pembuatan kue ini sedikit sulit karena dibutuhkan kekuatan untuk
mengaduknya dengan tangan. Setelah diaduk kue dicetak di tenong atau wadah
lalu diratakan dengan setengah dipukul. Konon proses pemukulan ini disebut
geplak.
Untuk kekuatan atau daya tahan kue geplak memiliki ketahanan 3 sampai 7
hari dalam kondisi ruang. Bila disimpan di lemari pendingin ketahanannya bisa
lebih lama dan rasanya juga akan semakin renyah. Secara umum kue ini
berbentuk lingkaran atau seperti lempengan bulat yang bisa diletakan di piring
dalam keadaan utuh atau dipotong seperti halnya dodol.
B. Asal Kue Geplak
kue geplak sendiri merupakan makanan khas betawi depok. Depok
merupakan salah satu kota atau kabupaten di provinsi Jawa Barat yang berada
di wilayah selatan Jakarta dengan mayoritas penduduk di Kota Depok sendiri
merupakan etnis betawi. Hal tersebut terjadi karena Kota Depok biasanya
dijadikan tempat untuk menetap oleh para pekerja dari berbagai etnis, salah
satunya etnis betawi yang menjadi mayoritas dari beberapa etnis yang menetap
di Kota Depok, seperti Jawa dan Sunda. Sehingga kebudayaan betawi lebih
kental pada masyarakat Depok.
Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan
langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan
wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman,
Kota Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa, Kota pariwisata dan
sebagai kota resapan air.
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6° 19’ 00” – 6°
28’ 00” Lintang Selatan dan 106° 43’ 00” – 106° 55’ 30” Bujur Timur. Secara
geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada
dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Kota Depok merupakan wilayah termuda
di Jawa Barat yang mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.
Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai
Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Di samping
itu terdapat pula 25 situ atau danau. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar
169,68 Ha dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar. Kondisi
topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang
landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan
cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara.
ii
C. Sejarah Kue Geplak
perkembangan kuliner khususnya kue dipengaruhi oleh pengetahuan
untuk mengolah bahan makanan yang kemudian diolah menjadi olahan kue.
Perkembangan kue banyak terjadi pada awal abad ke-20 seiring dengan
pertumbuhan industri olahan bahan makanan. Kue Geplak Betawi juga ada
beriringan dengan keberadaan etnis Betawi yang diakui keberadaannya sebagai
sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan poltik pada 1923.
Namun demikian, Asal usul kue geplak sendiri pada saat ini tidak
terdapat dokumen tertulis dan tidak diketahui persisnya kapan kue ini tercipta.
keberadaan kue ini dapat dikaitkan dengan keberadaan ekosistem dengan segala
hasil bumi di dalamnya. Di mana makanan sebagian besar tercipta dari
ketersediaan bahan pangan yang ada di lingkungan sekitar karena kita tahu
bahwa makanan dan lingkungan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Kue Geplak Betawi ini dapat ditemui pada masyarakat Betawi
pinggiran. Asal Kue Geplak Betawi dapat dilihat dari membedah bahan-bahan
dari kue ini yang bahan utamanya adalah beras. Selain itu juga ada beberapa
bahan lainnya seperti kelapa parut sangrai, larutan gula, daun pandan, dan daun
jeruk. Penggunaan bahan-bahan tersebut merupakan upaya pemanfaatan hasil
bumi yang ada untuk dijadikannya sebuah camilan.
Dari segi geografis, etnis Betawi dahulu dibagi menjadi dua, yaitu
Betawi tengah dan Betawi pinggiran. Betawi tengah meliputi Jakarta Pusat dan
bagian Jakarta lainnya yang mengarah ke utara. Sedangkan Betawi pinggiran
meliputi bagian timur dan selatan Jakarta serta daerah lain disekitarnya yang
sekarang dikenal dengan Bekasi, Bogor, dan Depok yang sekarang sudah
tercampur oleh kebudayaan dan adat istiadat Sunda.
ii
Kue geplak biasanya dibuat sebagai penghantar acara pernikahan.
Seperti kebudayaan khas betawi lainnya seperti roti buaya, kue geplak juga
dibuat sebagai salah satu syarat bagi mempelai laki-laki untuk mempelai wanita
di dalam pernikahan adat betawi. Tidak hanya itu kue geplak juga dibuat
sebagai sajian istimewa saat acara besar lainnya seperti khitanan ataupun untuk
memperingati hari besar keagamaan.
Lampiran
ii