Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGANTAR ILMU BUDAYA

MAKANAN KHAS DEPOK

KUE GEPLAK

Dibuat oleh :

1. Muhammad Hafizh Habibullah J1C021027


2. Alya Bunga Fatinasari J1C021031
3. Sinta Raya Nurita J1C021019
4. Dliya Amanda Putri Ramadhanty J1C021018
5. Zulfani Eka Pramesti J1C021055

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan.


Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW
yang telah membimbing kita menuju jalan yang lurus.

Penyusunan makalah berjudul “Makanan khas depok kue geplak” Adapun


penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pengantar ilmu budaya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengantar ilmu budaya , saya
juga berterima kasih kepada para pihak yang mendukung penulisan makalah. saya
berharap agar makalah ini mampu memberikan sudut pandang baru bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, saya memohon maaf apabila ada kesalahan dalam
proses pembuatan makalah. Saya berharap terbuka pada kritik dan saran sebagai bagian
dari revisi makalah pengantar ilmu budaya ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Bekasi,1 september 2021

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………... i

KATA PENGATAR ………………………………………………….......…...ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………….......…. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Definisi Budaya ………………………………………….......................1


B. Pemajuan Kebudayaan …………………………………………………2
C. Unsur Kebudayaan ……………………………………………..............3
D. Penjelasan Unsur Kebudayaan Makanan Daerah ...................................5
E. Alasan Pemilihan Kebudayaan Makanan Daerah ……………………...6
F. Tujuan Penulisan Makalah ......................................................................7

BAB II ISI

A. Kue Geplak ..............................................................................................8


B. Asal Kue Geplak ......................................................................................9
C. Sejarah Kue Geplak .................................................................................10
D. Alasan Pemilihan Kue Geplak ................................................................11
E. Pelaku Objek Budaya ..............................................................................11

BAB III PENUTUP

A.
B.

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Definisi Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal)
dan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Latin
yaitu cultura.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sekelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya sendiri terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
makanan, dan karya seni. Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh
yang bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
a. Pengertian Budaya Menurut Para Ahli
1. Taylor dalam Soekanto
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain
kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
2. Selo Soemardjan dan Soelaeman Somardi
Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
3. Koentjaraningrat
Budaya diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia
untuk mengolah dan mengubah alam.

ii
4. Linton
Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta
pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan
dimiliki oleh suatu anggota masyarakat tertentu.
5. Parsudi Suparian
Budaya adalah seluruh pengetahuan manusia yang
dimanfaatkan untuk mengetahui serta memahami pengalaman dan
lingkungan yang mereka alami.

B. Landasan Pemajuan Kebudayaan


Kebudayaan adalah proses yang melandasi segenap lini kehidupan
masyarakat. Memajukan kebudayaan berarti memajukan setiap unsur dalam
ekosistem kebudayaan, serta berbagai ekosistem lain yang mempengaruhi
dan dipengaruhinya. Masyarakat adalah pemilik dan penggerak kebudayaan
yang berhubungan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan pribadi,
kelompok, dan juga lingkungannya. Kebudayaan lahir dari pemenuhan
kebutuhan itu sendiri, sehingga ketika kebutuhan masyarakat berubah,
maka corak hubungan beserta dengan produk dan praktik kebudayaannya
ikut berubah.
Perumusan UU Pemajuan Kebudayaan bercermin pada situasi hidup
masyarakat yang selalu berubah dan berkembang seiring zaman. Oleh
karena itu, definisi kebudayaannya adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan cipta, rasa, karsa, dan hasil karya masyarakat. Atas dasar itulah, UU
Pemajuan Kebudayaan mengartikan kebudayaan nasional sebagai
keseluruhan proses dan hasil interaksi antar kebudayaan yang hidup dan
berkembang di Indonesia.
Kata “proses” dan “hasil” yang terhubung dalam satu kalimat
merupakan pengakuan atas perkembangan masyarakat sebagai pondasi
kebudayaan. Karena terikat dengan kebutuhan bersama, kebudayaan
berlaku dan dimiliki secara kolektif. Kebudayaan tidak melekat pada
manusia sebagai seorang pribadi, melainkan sebagai bagian dari masyarakat
yang terus berubah.

C. Unsur Kebudayaan
Wujud Kebudayaan kebudayaan tidak bisa diartikan secara sederhana
sehingga terdapat berbagai definisi mengenai kebudayaan dari beberapa
tokoh budaya. Salah satunya adalah Koentjaraningrat. Koentjaraningrat
merupakan seorang tokoh antropologi di Indonesia yang mendefinisikan
kebudayaan sebagai ”keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.” . Dalam definisi tersebut kebudayaan bermakna
sangat luas dan beragam karena mencakup proses belajar dalam sejarah
hidup manusia yang diwariskan antar generasi.
Kebudayaan memiliki pengertian sebagai segala tingkah laku manusia
dalam kehidupannya yang diperoleh melalui proses belajar. Namun,
seringkali kebudayaan hanya bermakna atau berkaitan dengan bidang seni.
Sebaliknya, segala hal yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam
kehidupannya bisa dikategorikan sebagai kebudayaan. Definisi kebudayaan
dalam antropologi adalah segala tingkah laku manusia yang layak
dipandang dari sudut kebudayaan sehingga bisa dikategorikan sebagai
kebudayaan.
Koentjaraningrat membagi kebudayaan dalam 3 wujud, yakni
1. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Ide (Ideas)
Wujud kebudayaan sebagai sistem ide bersifat sangat abstrak,
tidak bisa diraba atau difoto dan terdapat dalam alam pikiran individu
penganut kebudayaan tersebut. Wujud kebudayaan sebagai sistem ide
hanya bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang mewujud dalam
bentuk norma, adat istiadat, agama, dan hukum atau undang-undang.
Contoh wujud kebudayaan sebagai sistem ide yang berfungsi untuk

ii
mengatur dan menjadi acuan perilaku kehidupan manusia adalah norma
sosial.
2. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Aktivitas (Activities)
Wujud kebudayaan sebagai sistem aktivitas merupakan sebuah
aktivitas atau kegiatan sosial yang berpola dari individu dalam suatu
masyarakat. Sistem ini terdiri atas aktivitas manusia yang saling
berinteraksi dan berhubungan secara kontinu dengan sesamanya. Wujud
kebudayaan ini bersifat konkret, bisa difoto, dan bisa dilihat. Misalnya,
upacara perkawinan masyarakat Flores, atau proses pemilihan umum di
Indonesia.
3. Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Artefak (Artifacts)
Wujud kebudayaan sebagai sistem artefak adalah wujud
kebudayaan yang paling konkret, bisa dilihat, dan diraba secara
langsung oleh pancaindra. Wujud kebudayaan ini adalah berupa
kebudayaan fisik yang merupakan hasil-hasil kebudayaan manusia
berupa tataran sistem ide atau pemikiran ataupun aktivitas manusia yang
berpola. Misalnya, kain ulos dari Batak atau wayang golek dari Jawa.
Di dalam upacara adat perkawinan Jawa, berbagai mahar berupa barang
yang harus diberikan oleh pihak mempelai laki-laki kepada pihak
mempelai perempuan.
a. Fokus utama pemajuan budaya, yaitu:
1. Adat Istiadat
2. Bahasa
3. Manuskrip
4. Olahraga tradisional
5. Pengetahuan tradisional
6. Teknologi tradisional
7. Permainan rakyat
8. Ritus
9. Seni
10. Tradisi lisan

D. Penjelasan Unsur Kebudayaan Makanan Daerah


Salah satu etnis yang cukup lama menetap di DKI Jakarta adalah
Betawi. Etnis Betawi mempengaruhi DKI Jakarta dalam berbagai hal dan
salah satunya adalah makanan. Betawi juga kaya akan beragam makanan
baik yang gurih maupun yang manis-manis. Kue geplak adalah salah satu
contoh kue manisan khas Betawi yang terbuat dari tepung beras yang
disangrai dengan cara tradisional disebut sangrai.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sejarah,
filosofi, dan budaya makan kue geplak sebagai salah satu kue tradisional
Betawi yang dilengkapi dengan dokumentasi metode autentik dalam
pembuatan kue ini. Pendekatan deskriptif kualitatif digunakan untuk
menganalisis data dan informasi terkait kue geplak sebagai kue tradisional
Betawi. Data dan informasi tersebut diperoleh dari narasumber berupa
praktisi budaya Betawi dan pembuat dan penjual kue geplak yang berada di
wilayah DKI Jakarta. Kue Geplak Betawi muncul sekitar tahun 1900-an.
Ada beberapa penjelasan tentang keberadaan kue ini seperti ketersediaan
bahan dalam suatu ekosistem, kreativitas nenek moyang, dan kehadiran kue
ini dalam upacara budaya Betawi dan acara-acara penting. Kue geplak yang
terbuat dari tepung beras melambangkan kemakmuran dan sebagai
jembatan silaturahmi di kalangan masyarakat Betawi.
Kue geplak muncul di acara-acara penting seperti pertunangan,
pernikahan, dan Idul Fitri. Menyantap kue geplak, tidak hanya soal
memakan kue ini sebagai makanannya, tetapi juga menghargai nilai di balik
kue yang dikenal dari sejarah, filosofi, dan budaya makannya. Kehadiran di
balik cerita tentang makanan itu sendiri akan memberikan nilai tambah pada
makanan dan juga menjadi produk wisata yang menarik serta untuk
mewakili tujuan wisata tertentu.

ii
E. Alasan Pemilihan Kebudayaan Makanan Daerah
Di zaman modern seperti sekarang ini pastinya banyak makanan-
makanan yang lebih menarik dibanding makanan daerah. Maka dari itu
dengan membahas kebudayaan makanan daerah dapat diharapkan akan
mengingatkan kembali betapa tidak kalah menariknya makanan-makanan
yang ada di daerah.
Keistimewaan makanan daerah:
1. Rasa yang tidak pernah berubah
Sebagian besar makanan tradisional Indonesia menggunakan
resep yang sama dari dulu hingga sekarang, makanya tidak heran jika
rasa yang dihasilkan masih tetap sama dan tidak ada perubahan,
mungkin ini terdengar sepele dan membosankan di mana rasa yang
sama akan membuat orang mudah bosan. Namun faktanya hampir
semua orang menyukai rasa yang sama. Hal ini menggambarkan bahwa
makanan tradisional tetap terjaga cita rasanya.

2. Warisan budaya
Makanan tradisional erat hubungannya dengan kebudayaan.
Biasanya makanan tersebut sering menjadi hidangan khusus yang
menjadi ciri khas tersendiri di setiap daerah.Hal ini membuat makanan
tradisional Indonesia menjadi sangat istimewa. Itu bisa dikatakan
sebagai warisan budaya yang diturunkan secara turun-temurun dari
masyarakat terdahulu.
3. Proses penyajian dan pembuatan masih alami
Makanan dikatakan istimewa bukan hanya dari cita rasanya saja,
tapi juga proses pembuatan dan penyajiannya yang masih alami
membuat semuanya terasa natural dan bikin nostalgia. Saat ini sebagian
besar makanan tradisional indonesia masih menggunakan cara yang
sama dalam proses pembuatan dan penyajiannya. Sebab pembuatnya
berpikir bahwa rasa yang akan dihasilkan akan berubah jika prosesnya
juga berubah.

F. Tujuan penulisan makalah


Makalah ini saya tujukan khususnya untuk teman teman pelajar dan
generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar
kita semua mengenal akan makanan khas yang ada di daerah daerah
khususnya di daerah Depok yaitu makanan khas kue geplak. Saya membuat
makalah ini karena mungkin banyak yang belum mengenal atau bahkan
belum tahu tentang kue geplak ini. Oleh karena itu, saya berharap agar para
generasi muda Indonesia termotivasi untuk lebih mengenal tradisi tradisi
atau ciri khas dari berbagai daerah.

ii
BAB II
ISI

A. Kue Geplak
Geplak adalah salah satu kue tradisional khas Betawi berbahan dasar tepung
beras, berwarna putih kecokelatan, bercita rasa manis dan teksturnya lembut.
Kata “geplak” sendiri diambil dari suara yang berasal saat pembuatan kue ini
saat proses pemukulan.
Geplak menjadi hantaran balasan “wajib” dari pihak perempuan kepada
pihak laki-laki saat lamaran/tunangan, dan hantaran “wajib” dari pihak laki-laki
kepada pihak perempuan saat akad nikah. Kue geplak Betawi terbuat dari beras
agak pera yang digiling hingga menjadi tepung lalu disangrai, setelah itu
dicampur kelapa parut yang juga sudah disangrai.
Kue geplak tercatat sebagai salah satu kue khas Betawi yang terbilang
langka atau sudah jarang ditemui bahkan di tempat-tempat penjual kue khas
Betawi. Kue geplak menjadi makanan kondang seperti dengan kue khas atau
kuliner asal Betawi lainnya seperti Dodol Betawi, Roti Buaya, Kue Kembang
Goyang, Kerak Telor, dan Bir Pletok.
Proses pembuatan kue ini sedikit sulit karena dibutuhkan kekuatan untuk
mengaduknya dengan tangan. Setelah diaduk kue dicetak di tenong atau wadah
lalu diratakan dengan setengah dipukul. Konon proses pemukulan ini disebut
geplak.
Untuk kekuatan atau daya tahan kue geplak memiliki ketahanan 3 sampai 7
hari dalam kondisi ruang. Bila disimpan di lemari pendingin ketahanannya bisa
lebih lama dan rasanya juga akan semakin renyah. Secara umum kue ini
berbentuk lingkaran atau seperti lempengan bulat yang bisa diletakan di piring
dalam keadaan utuh atau dipotong seperti halnya dodol.
B. Asal Kue Geplak
kue geplak sendiri merupakan makanan khas betawi depok. Depok
merupakan salah satu kota atau kabupaten di provinsi Jawa Barat yang berada
di wilayah selatan Jakarta dengan mayoritas penduduk di Kota Depok sendiri
merupakan etnis betawi. Hal tersebut terjadi karena Kota Depok biasanya
dijadikan tempat untuk menetap oleh para pekerja dari berbagai etnis, salah
satunya etnis betawi yang menjadi mayoritas dari beberapa etnis yang menetap
di Kota Depok, seperti Jawa dan Sunda. Sehingga kebudayaan betawi lebih
kental pada masyarakat Depok.
Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan
langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan
wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman,
Kota Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa, Kota pariwisata dan
sebagai kota resapan air.
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6° 19’ 00” – 6°
28’ 00” Lintang Selatan dan 106° 43’ 00” – 106° 55’ 30” Bujur Timur. Secara
geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada
dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Kota Depok merupakan wilayah termuda
di Jawa Barat yang mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.
Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai
Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Di samping
itu terdapat pula 25 situ atau danau. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar
169,68 Ha dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar. Kondisi
topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang
landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan
cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara.

ii
C. Sejarah Kue Geplak
perkembangan kuliner khususnya kue dipengaruhi oleh pengetahuan
untuk mengolah bahan makanan yang kemudian diolah menjadi olahan kue.
Perkembangan kue banyak terjadi pada awal abad ke-20 seiring dengan
pertumbuhan industri olahan bahan makanan. Kue Geplak Betawi juga ada
beriringan dengan keberadaan etnis Betawi yang diakui keberadaannya sebagai
sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan poltik pada 1923.
Namun demikian, Asal usul kue geplak sendiri pada saat ini tidak
terdapat dokumen tertulis dan tidak diketahui persisnya kapan kue ini tercipta.
keberadaan kue ini dapat dikaitkan dengan keberadaan ekosistem dengan segala
hasil bumi di dalamnya. Di mana makanan sebagian besar tercipta dari
ketersediaan bahan pangan yang ada di lingkungan sekitar karena kita tahu
bahwa makanan dan lingkungan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Kue Geplak Betawi ini dapat ditemui pada masyarakat Betawi
pinggiran. Asal Kue Geplak Betawi dapat dilihat dari membedah bahan-bahan
dari kue ini yang bahan utamanya adalah beras. Selain itu juga ada beberapa
bahan lainnya seperti kelapa parut sangrai, larutan gula, daun pandan, dan daun
jeruk. Penggunaan bahan-bahan tersebut merupakan upaya pemanfaatan hasil
bumi yang ada untuk dijadikannya sebuah camilan.
Dari segi geografis, etnis Betawi dahulu dibagi menjadi dua, yaitu
Betawi tengah dan Betawi pinggiran. Betawi tengah meliputi Jakarta Pusat dan
bagian Jakarta lainnya yang mengarah ke utara. Sedangkan Betawi pinggiran
meliputi bagian timur dan selatan Jakarta serta daerah lain disekitarnya yang
sekarang dikenal dengan Bekasi, Bogor, dan Depok yang sekarang sudah
tercampur oleh kebudayaan dan adat istiadat Sunda.

D. Alasan Pemilihan Kue Geplak


Kebudayaan memiliki pengertian sebagai segala tingkah laku manusia
dalam kehidupannya yang diperoleh melalui proses belajar yang tidak hanya
bermakna atau berkaitan dengan bidang seni. Definisi kebudayaan dalam
antropologi adalah segala tingkah laku manusia yang layak dipandang dari
sudut kebudayaan sehingga bisa dikategorikan sebagai kebudayaan.
Makanan dapat dikatakan sebagai salah satu unsur kebudayaan suatu
daerah yang dapat disebut makanan khas atau makanan tradisional. Hal tersebut
dapat dilihat dari pengertian makanan tradisional sendiri yaitu, makanan
tradisional adalah makanan atau hidangan yang diwariskan secara turun
temurun atau dikonsumsi secara turun temurun. Makanan tradisional umumnya
memiliki karakteristik tersendiri sesuai asal daerahnya masing-masing yang
nantinya akan menjadi kekhasan suatu daerah.
Di wilayah Kota Depok sendiri yang di dalamnya masih kental dengan
budaya betawi menjadikan masyarakatnya juga masih mengadopsi budaya
betawi, salah satunya adalah makanan khasnya yang mempunyai nama kue
geplak. Kue geplak sendiri sekarang sudah jarang ditemukan karena seiring
dengan perkembangan zaman para pemuda tidak lagi mengenal dan menyukai
makanan-makanan khas daerah sehingga pembuatannya pun berkurang.
Rasa kue geplak yang manis dengan tampilannya menarik membuat
daya tarik kue geplak menjadi sangat tinggi. Olahan kue geplak juga menjadi
salah satu kue yang terkenal dan sangat popular di nusantara. Cara dalam
pembuatan kue geplak juga tidak sulit, di mana bahan-bahan untuk membuat
kue geplak mudah untuk didapatkan di sekitar kita.

E. Pelaku Objek Budaya


Kue geplak yang berasal dari etnis betawi ini tentunya dilestarikan oleh
masyarakat etnis betawi itu sendiri, khususnya betawi pinggiran yang meliputi
Jakarta bagian timur, selatan, dan sekitarnya salah satunya adalah kota depok.
Mayoritas masyarakat yang hidup dan tinggal didaerah Depok adalah
Suku Betawi yang memiliki persentase sebanyak 39% lebih yang menduduki
daerah ini. Maka dari itu sebagian besar budaya yang ada dan berkembang
didaerah ini adalah kebudayaan khas betawi. Termasuk kue geplak, kue ini
merupakan kebudayaan yang berasal dan khas dari suku betawi.

ii
Kue geplak biasanya dibuat sebagai penghantar acara pernikahan.
Seperti kebudayaan khas betawi lainnya seperti roti buaya, kue geplak juga
dibuat sebagai salah satu syarat bagi mempelai laki-laki untuk mempelai wanita
di dalam pernikahan adat betawi. Tidak hanya itu kue geplak juga dibuat
sebagai sajian istimewa saat acara besar lainnya seperti khitanan ataupun untuk
memperingati hari besar keagamaan.
Lampiran

ii

Anda mungkin juga menyukai