Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kearifan Budaya Lokal
Oleh:
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan rasa tanggung
jawab guna memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah Kearifan Budaya Lokal
yang berjudul “Kearifan Budaya Lokal. Teori dan Wujud Kearifan Lokal pada
Masyarakat Desa Sindangkasih.”
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..................................................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................iii
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................iv
BAB II.....................................................................................................................................................1
KAJIAN PUSTAKA...............................................................................................................................1
2.1. Pengerian Kearifan Lokal..................................................................................1
2.2. Konsep Kebudayaan..........................................................................................2
2.3. Local Genius sebagai Local Wisdom................................................................2
2.4. Wujud Kearifan Lokal.......................................................................................3
2.5. Fungsi Kearifan Lokal.......................................................................................4
2.6. Makna Kearifan Budaya Lokal..........................................................................5
BAB III....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................6
1. Ngukusan..............................................................................................................6
2. Sesajen..................................................................................................................7
3. Babarit...................................................................................................................7
4. Rebo Wekasan.......................................................................................................8
5. Bubur Sura............................................................................................................8
6. Ngarupus...............................................................................................................8
BAB IV...................................................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................................................9
SIMPULAN...............................................................................................................9
SARAN....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja teori yang relevan dengan kearifan budaya lokal?
iv
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1
2.2. Konsep Kebudayaan
Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan atau
pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Pengetahuan
manusia itu tercipta dari batin (akal budi) manusia, misalnya kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat.
Ciri-cirinya adalah:
budaya asli
2
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan,
3
Dalam masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam
nyayian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang
melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam
kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama.
4
aturan-aturan. Oleh bentuknya yang bermacam-macam dan ia hidup maka
fungsinya menjadi bermacam-macam.
5
kehidupan yang lebih manusiawi. Dasar dan arah yang dituju dalam
perencanaan kebudayaan adalah manusia sendiri, sehingga humanisasi
menjadi kerangka dasar dalam strategi kebudayaan.
BAB III
PEMBAHASAN
Sindangkasih adalah salah satu desa/kelurahan di Kecamatan Majalengka,
Kabupaten Majalengka. Mayoritas masyarakatnya bermata pencarian petani dan
peternak. Saat ini desa/kelurahan Sindangkasih terkenal dengan sejarahnya yang
melegenda, sebagai awal mulanya terbentuk Kota Majalengka. Situs peninggalan
sejarah yang terletak di Gunung Haur (salah satu pegunungan di Sindangkasih)
sampai saat ini masih terawat, dan tak jarang ada orang-orang yang berkunjung
kesana untuk mengenal situs peninggalan tersebut, maupun yang sengaja
berkunjung kesana untuk berziarah. Untuk itulah kearifan budaya lokal di
desa/kelurahan Sindangkasih begitu menarik dan terbilang tetap lestari sampai
saat ini. Banyak kearifan lokal yang sampai saat ini masih menjadi tradisi di
desa/kelurahan Sindangkasih tersebut.
1. Ngukusan
Ngukusan merupakan bentuk dari kearifan lokal yang tumbuh di
masyarakat desa/kelurahan Sindangkasih. Sampai saat ini masih banyak
masyarakat yang masih percaya dan melaksanakan ritual ngukusan tersebut.
Ritual ngukusan dilaksanakan setelah padi dibawa kerumah usai panen di
sawah. Setelah padi sampai dirumah, biasanya para masyarakat yang masih
melaksanakn ritual ngukus ini akan menyediakan kemenyan, kembang atau
bunga, setangkai padi yang sudah kering, segelas air, dan aca, semua bahan itu
diletakkan di piring. Kemudian kemenyan dibakar lalu asap dari kemenyan
6
tersebut dibiarkan menyebar ke seluruh ruangan. Tujuan rirual ini adalah
ucapan terima kasih kepada ruh para leluhur karena telah panen dengan hasil
yang melimpah. Di samping itu ritual ngukus ini juga bertujuan agar padi hasil
panen tersebut menjadi berkah.
2. Sesajen
Sesajen dilakukan ketika hajatan dirumah, seperti acara pernikahan dan
khitanan. Hampir seluruh masyarakat masih melakukan rirual sesajen ini.
Biasanya ritual sesajen ini dilakukan di ruangan yang di dalam bahasa Sunda di
sebut gowah (gudang penyimpanan pangan). Ritual sesajen ini dilakukan oleh
nenek-nenek yang masih ada keturunan dari keluarga tersebut. Nenek tersebut
akan menyedian kembang tujuh rupa, segelas kopi pahit, segelas air, opak,
rengginang, berbagai macam makanan yang ada pada acara hajatan tersebut,
dan dupa yang diletakkan disebuah periuk. Kemudian nenek terebut akan
membaca mantra-mantra, dan makanan tersebut tidak boleh ada yang
memakannya sebelum acara hajatan tersebut selesai. Tujuan sesajen ini adalah
untuk meminta petolongan kepada ruh leluhur atau dalam bahasa Sunda
disebut “karuhun” agar acara hajatan tersebut lancar dan berkah.
3. Babarit
Babarit merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara yang
dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan. Ritual babarit ini bertujuan agar
bayi yang ada di dalam kandungan ibu yang mengandung tersebut senantiasa
memperoleh keselamatan. Ritual babarit biasanya dilakukan dengan siraman,
memasukkan kelapa gading muda, memutus lilitan benang, memecahkan
kendi, saweran, dan sedekah atau membagikan makanan kepada masyarakat
yang diundang.
7
4. Rebo Wekasan
Rebo wekasan adalah upacara adat yang dilakukan pada hari Rabu akhir
dari bulan Safar. Ritual ini biasanya dilakukan di setiap Masjid dan Mushola.
Ritual ini dilakukan dengan berdoa kepada Allah SWT agar dijauhkan dari
marabahaya, atau dapat dikatakan ritual ini merupakan upacara tolak bala.
Ritual biasanya dilakukan dipagi hari, dan biasanya sebelum ritual dimulai,
masyarakat akan menyiapkan makanan untuk dibawa ke Masjid atau Mushola
tersebut, yang kemudian akan dibagikan kepada masyarakat itu sendiri.
Makanan khas rebo wekasan adalah Cimplo atau semacam kue dari beras ketan
yang kemudian di cocol pada saus kinca atau olahan gula aren yang menjadi
saus disertai dengan parutan kelapa. Selain membawa makanan ke Masjid atau
Mushola, masyarakat juga diwajibkan untuk membawa sebotol air untuk nanti
diminum dan diusapkan pada wajah dan ubun-ubun setelah ritual selesai.
5. Bubur Sura
Bagi umat muslim tahun baru Islam merupakan salah satu hari yang
paling istimewa. Dirayakan setiap tanggal 1 muharam dalam kalender Hijriyah
atau sama dengan malam 1 Syuro. Salah satu perayaan malam 1 Syuro di
desa/kelurahan Sindangkasih adalah dengan membuat Bubur Sura. Bubur Sura
dibuat dari beras, santan, garam, jahe, sereh dan kunyit agar warna bubur
tersebut kuning. Ini yang menjadi ciri khas bubur sura adalah warnanya yang
kuning. Masyarakat berlomba-lomba membuat bubur sura yang kemudian
dibagikan kepada masyarakat itu sendiri. Peringatan dengan membuat bubur
sura ini adalah bentuk rasa syukur manusia kepada Allah SWT karena telah
diberi keselamatan.
6. Ngarupus
Ritual ngarupus ini dilakukan setelah 7 hari bayi dilahirkan. Dalam
ritual ngarupus ini dilakukan saweran, dan sedekahan. Kegiatan penting dari
ritual ngarupus ini adalah menempelkan kaki si bayi ketanah. Tujuan dari ritual
ngarupus adalah agar bayi tersebut dapat berjalan dengan lancar, mendapat
kebahagiaan, keberkahan, dan selamat dunia serta akhiratnya. Selain itu dalam
8
ritual ngarupus itu orang tua dari bayi tersebut akan membuat nasi kuning yang
kemudian akan dibagikan kepada masyarakat terutama yang mempunyai anak
kecil. Memang sudah menjadi tradisi di desa/kelurahan Sindangkasih ini,
hampir setiap ritual selalu mengadakan sesajen, dalam ritual ngarupuspun tetap
ada sesajen namun tidak seperti sesajen yang ada pada acara pernikahan.
Sesajen disini tidak banyak, hanya ada segelas kopi hitam, beras, opak dan pais
yang kemudian dibagikan kepada orang-orang yang mengikuti saweran.
BAB IV
PENUTUP
SIMPULAN
Kearifan budaya lokal adalah suatu pengetahuan yang dikembangkan oleh
para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, dan
memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Kearifan lokal
menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat lokal yang mewarisi
9
system pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari
kehidupan mereka.
SARAN
Kearifan lokal merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan oleh
masyarakat itu sendiri. Namun seiring dengan perkembangan zaman ini, tidak
sedikit tradisi yang mulai luntur terbawa oleh arus modernisasi. Dengan begitu
kita sebagai generasi muda harus tetap pandai menjaga kearifan budaya lokal
tersebut, jangan sampai direnggut oleh kebudayaan asing. Akan tetapi dalam
upaya pelestarian itu jangan sampai kita terlepas dari kepercayaan seutuhnya
kepada Sang Pencipta.
10
DAFTAR PUSTAKA
Sartini (2004). Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal
Filsafat. No 2. Agustus 2004. 111-112.
11