Anda di halaman 1dari 8

Konsep Pengelolaan Satuan Pendidikan_Dr. E. Kosmajadi, M.M.Pd.

KONSEP PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN


Oleh : Dr. E. Kosmajadi, M.M.Pd.

A. Rujukan Kebijakan
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010
Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah

B. Pengertian Satuan Pendidikan


Secara yuridis, penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilandasi
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, di dalamnya terdapat ketetapan tentang berbagai unsur
terkait dengan sistem pendidikan, antara lain berkenaan dengan
satuan pendidikan. Pada Bab VI, Bagian Kesatu, Pasal 13, 14, 15, dan
16, dijelaskan bahwa:
Pasal 13
(1) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. (2)
Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak
jauh.
Pasal 14
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
Pasal 15
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik,
profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
Pasal 16
Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat.
Kemudian, pada Bab VI, Bagian Kedua dijelaskan tentang jenjang
pendidikan pada Pasal 17, 18, dan 19 bahwa jenjang pendidikan terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Secara lebih spesifik, pengertian satuan pendidikan tertera pada UU
Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, Pasal 1,
angka 10, yaitu “Satuan pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,
nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan”.
Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2015 tentang Guru dan
Dosen, pada Bab I, Pasal 1, angka 6, yaitu “Satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
pada jalur pendidikan formal dalam setiap jenjang dan jenis

Pengelolaan Peserta Didik_Dr. E.Kosmajadi, M.M.Pd.

10
Konsep Pengelolaan Satuan Pendidikan_Dr. E. Kosmajadi, M.M.Pd.

pendidikan”. Pengertian lain terdapat dalam Undang-Undang Nomor 9


tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, pada Bab I, Pasal 1,
angka 8, yaitu “Satuan pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal”.
Dengan memperhatikan beberapa definisi di atas, terdapat dua
kata yang menjadi kata kunci untuk satuan pedidikan, yaitu kelompok
dan layanan. Kelompok dalam arti himpunan berbagai sumber daya
yang terdiri atas SDM dan sumber daya lain berada dalam satu
kesatuan yang disebut organisasi. Tujuan utama dari organisasi
tersebut adalah memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat
secara formal, karena direncanakan dan dinauingi dasar hukum yang
kuat. Oleh karena merupakan organisasi yang dipayungi undang-
undang maka kelompok layanan tersebut layak disebut lembaga
pendidikan atau instansi pemerintah bidang pendidikan, atau satuan
pendidikan sesuai jalur dan jenjang. Dengan demikian, lembaga
pendidikan yang masuk kategori satuan pendidikan adalah Sekolah
Dasar (SD, Sekolah Menengah Pertama (SMP, dan Sekolah Menengah
Atas (SMA). Berkenaan dengan penamaan, di Indonesia terdapat
beberapa macam nama untuk satuan pendidikan yang selevel
(setingkat) dengan beberapa alasan. Alasan pertama, lembaga
pendidikan yang berlaku di Indonesia bukan hanya terdapat di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saja, melainkan
terdapat juga di Kementerian Agama dengan nama yang berbeda.
Alasan kedua, dalam jalur pendidikan formal dikenal juga adanya
pendidikan umum dan kejuruan. Alasan ketiga, masyarakat pun
memiliki peluang yang legal untuk mendirikan sebuah lembaga
pendidikan (sekolah), sehingga penamaan semakin bervariasi. Bahkan,
beberapa kementerian juga memiliki lembaga pendidikan tersendiri,
seperti Kementerian Dalam Negeri memiliki IPDN, Kepolisian memiliki
lembaga pendidikan kepolisian seperti AKPOL, TNI memiliki lembaga
pendidikan seperti AKABRI, dan Kementerian memiliki STSAN, dan
sebagainya. Maka, jika beberapa nama ditulis bersamaan, satuan
pendidikan tersebut antara lain adalah : SDN/MIN/MIS; SMP/MTs. ;
SMAN/SMAS/SMKN/SMKS/MAN/MAS/MAKN/MAKS; Universitas/
Institut/Akadami; Fakultas, Sekolah Tinggi, dan sebagainya.
Dalam mata kuliah ini, secara ringkas, yang disebut satuan
pendidikan adalah SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Adapun
pesantren, walaupun sama merupakan lembaga pendidikan, oleh
karena berbeda jalur, maka tidak masuk ke dalam materi mata kuliah
ini.

C. Jenis Satuan Pendidikan


1. Pendidikan Umum, yaitu pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh
peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Bentuk pendidikan umum adalah Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas.

Pengelolaan Peserta Didik_Dr. E.Kosmajadi, M.M.Pd.

11
Konsep Pengelolaan Satuan Pendidikan_Dr. E. Kosmajadi, M.M.Pd.

2. Pendidikan Kejuruan, yaitu pendidikan menengah yang bertujuan


untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja, dalam
arti disiapkan untuk tenaga kerja sesuai dengan bidang keahlian.
Bentuk pendidikan kejuruan yaitu Sekolah Menengah Kejuruan.
3. Pendidikan Akademik, yaitu satuan pendidikan tinggi program
Sarjana dan pascasarjana, diarahkan untuk penguasaan disiplin
ilmu pengetahuan ertentu.
4. Pendidikan Profesi, yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana
yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi
tertentu atau seorang profesional.
5. Pendidikan Vokasi, yaitu pendidikan tinggi yang bertujuan
menyiapkan peserta didik untujk memiliki pekerjaan dengan bidang
keahlian tertentu, maksimal dalam jenjang diploma IV setara
sarjana.
6. Pendidikan Keagamaan, yaitu pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi yang bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk mampu
menjalankan perannya di masyarakat yang menuntut penguasaan
pengetahuan terhadap ajaran agama yang dianutnya, sehingga
disiapkan untuk ahli agama.
7. Pendidikan Khusus, yaitu pendidikan yang diselenggarakan untuk
melayani peserta didik yang memiliki kelainan, baik dalam hal
mental, fisik, maupun kecerdasan.

D.Standar Pengelolaa Tingkat Satuan Pendidikan


1. Standar pengelolaan oleh Satuan Pendidikan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, pada Bab VIII tentang Standar pengelolaan,
Bagian kesatu, Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, Pasal
49 ayat (1) dijelaskan bahwa : (1) Pengelolaan satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan
manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
2. Standar Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah
Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada Bab XIV mengenai Pengelolaan
Pendidikan, Bagian Kesatu, Umum, Pasal 50, ayat (50),
dikemukakan bahwa : (5) Pemerintah kabupaten/kota mengelola
pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan
pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pada Bab VIII tentang Standar pengelolaan, Bagian
kedua, Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah Daerah, Pasal 59 ayat
(1) dan (2) menyatakan bahwa : Pemerintah Daerah menyusun
rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan
program: a. Wajib belajar; b. Peningkatan angka partisipasi
pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah; c. Penuntasan
pemberantasan buta aksara; d. Penjaminan mutu pada satuan
pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah

Pengelolaan Peserta Didik_Dr. E.Kosmajadi, M.M.Pd.

12
Konsep Pengelolaan Satuan Pendidikan_Dr. E. Kosmajadi, M.M.Pd.

maupun masyarakat; e. Peningkatan status guru sebagai profesi; f.


Akreditasi pendidikan; g. Peningkatan relevansi pendidikan terhadap
kebutuhan masyarakat; dan h. Pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang pendidikan. (2) Realisasi rencana kerja
tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui dan
dipertanggungjawabkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Standar Pengelolaan oleh Pemerintah Pusat (Nasional)
Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada Bab XIV mengenai Pengelolaan
Pendidikan, Bagian Kesatu, Umum, Pasal 50, ayat (1) dan (2)
dinyatakan bahwa : (1) Pengelolaan sistem pendidikan nasional
merupakan tanggung jawab menteri; (2) Pemerintah menentukan
kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional. Terkait dengan hal tersebut,
pada Bab IX, Pasal 35 dijelaskan bahwa : (1) Standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan
secara berencana dan berkala. Secara lebih rinci, dijelaskan pada PP
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Berkenaan dengan standar pengelolaan, pada Pasal 60 dijelaskan
bahwa : Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan bidang
pendidikan dengan memprioritaskan program: a. Wajib belajar; b.
Peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan
menengah dan tinggi; c. Penuntasan pemberantasan buta aksara; d.
Penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang
diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat; e.
Peningkatan status guru sebagai profesi; f. Peningkatan mutu dosen;
g. Standarisasi pendidikan; h. Akreditasi pendidikan; i. Peningkatan
relevansi pendidikan terhadap kebutuhan lokal, nasional, dan lobal;
j. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan;
dan k. Penjaminan mutu pendidikan nasional.

E. Ruang Lingkup Pengelolaan Pendidikan pada Satuan Pendidikan

1. Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan kurikulum pada satuan pendidikan mengacu pada PP
Nomor 19 tahun 2005 tentang SNP, pada Bab III tentang Standar Isi,
bagian kedua tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum,
pada Pasal 6 ayat (1) dijelaskan bahwa : Kurikulum untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah terdiri atas: a. Kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia; b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian; c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi; d. Kelompok mata pelajaran estetika; e. Kelompok mata
pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Pengelolaan Peserta Didik_Dr. E.Kosmajadi, M.M.Pd.

13
Konsep Pengelolaan Satuan Pendidikan_Dr. E. Kosmajadi, M.M.Pd.

Sebagai acuan yang lebih lengkap dan operasional telah terbit


Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
(Kurikulum). Kemudian diperbaharui oleh Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

2. Pengelolaan Peserta didik


Dalam satuan pendidikan pengelolan peserta didik merupakan hal
penting, karena menyangkut layanan terhadap stakeholders utama
pendidikan. Dalam prakteknya terdapat keterkaitan di antara
pengelolaan aspek lainnya, yang paling utama adalah dalam
pengelolaan kelas dan pengelolaan penilaian. Sebagai pedoman
kebijakan, pengelolaan peserta didik yang paling utama adalah
bagaimana kualitas lulusan setelah menempuh pembelajaran
selama sekian tahun di satuan pendidikan tertentu. Maka, dalam
prakteknya pengelolaan peserta didik mengacu pada Permendiknas
Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Kebijakan tersebut diperbaharui dengan terbitnya Permendikbud
Nomor 20 tahun 2016, tentang Standar Kompetensi Lulusan.

3. Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang
merupakan kegiatan inti dari proses pendidikan, dalam prakteknya
mengacu pada PP Nomor 19 tahun 2005 tentang SNP, pada Bab IV
tentang Standar Proses, pada Pasal 19 ayat (1) dan (2) dijelaskan
bahwa : (1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik; (2) Selain ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik
memberikan keteladanan.
Sebagai acuan lebih lengkap, telah terbit Permendiknas Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses. Kemudian diperbaharui oleh
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun
2016 Tentang Standar Proses.

4. Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan menurut mengacu PP
Nomor 19 tahun 2005 tentang SNP, pada Bab VI tentang Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bagian Kesatu tentang pendidik,
Pada Pasal 28 ayat (1),(2), dan (3) dikemukakan bahwa : (1) Pendidik
harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; (2) Kualifikasi
akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat

Pengelolaan Peserta Didik_Dr. E.Kosmajadi, M.M.Pd.

14
Konsep Pengelolaan Satuan Pendidikan_Dr. E. Kosmajadi, M.M.Pd.

pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang


dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; dan (3)
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a.
Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi kepribadian; c. Kompetensi
profesional; dan d. Kompetensi sosial.
Sebagai acuan yang lebih lengkap, jelas, dan operasional telah terbit
Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.

5. Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan merupakan aspek penting dalam pengelolaan
satuan pendidikan secara keseluruhan, karena keberadaan biaya
yang memiliki kegunaan fleksibel dan berdampak sensitif. Biaya
operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang
diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan
agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar
nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.
Dalam PP Nomor 19 tahun 2005 tentang SNP, pada Bab IX tentang
Standar Pembiayaan, Psal 62 ayat (1),(2), (3), dan (4) dijelaskan
bahwa : (1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya
operasi, dan biaya personal; (2) Biaya investasi satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan
sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan
modal kerja tetap; (3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan; (4) Biaya operasi satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. gaji pendidik dan
tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,
b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c. biaya operasi
pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
Dalam prakteknya, pengelolaan keuangan atau biaya mengacu pada
Permendikbud Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Pengelolaan
Biaya operasional pendidikan.

6. Pengelolaan Sarana dan Prasarana


Pengelolaan sarana dan Prasarana harus dilakukan sesuai standar
yang telah ditetapkan. Standar sarana dan prasarana adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang
ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi. Dalam prakteknya, pengelolaan sarana

Pengelolaan Peserta Didik_Dr. E.Kosmajadi, M.M.Pd.

15
Konsep Pengelolaan Satuan Pendidikan_Dr. E. Kosmajadi, M.M.Pd.

dan prasarana mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007


tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
7. Pengelolaan Layanan Khusus
Berkenaan dengan pengelolaan layanan khusus, dalam UU Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab VI
Bagian Kesebelas, tentang Pendidikan Khusus dan Pendidikan
Layanan Khusus, pada Pasal 32 ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa :
(1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa; (2)
Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang
terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan
tidak mampu dari segi ekonomi.

8. Pengelolaan Hubungan Sekolah dan Masyarakat


Berkenaan dengan pengelolaan hubungan semkolah dan
masyarakat, dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan nasional, pada Bab XV, Bagian Ketiga tentang
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah, pada Pasal 56,
ayat (3), dijelaskan bahwa : 3) Komite sekolah/madrasah, sebagai
lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu
pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan
tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan. Artinya, untuk menjalin hubungan
antara sekolah dan masyarakat, khususnya dengan orang tua murid,
dibentuk Komite Sekolah dengan berpedoman pada Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/U/2002
Tentang
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

9. Pengelolaan Pemasaran Pendidikan


Pemasaran pendidikan merupakan bagian tak terpisahkan dengan
pengelolaan pendidikan, waluapun tidak masuk ke dalam sumber
daya pendidikan yang utama. Sebagian orang berpendapat bahwa
pengelolaan pemasaran pendidikan tidak terlalu urgent, tetapi dalam
manajemen pendidikan secara komprehensif, hal ini sama
pentingnya dengan aspek lain. Di samping itu, untuk mencegah
persaingan yang tidak sehat, diperlukan aturan yang jelas tentang
pemasaran pendidikan. Maka pemerintah, dalam hal ini Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, telah menerbitkan Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-
Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah

Pengelolaan Peserta Didik_Dr. E.Kosmajadi, M.M.Pd.

16
Konsep Pengelolaan Satuan Pendidikan_Dr. E. Kosmajadi, M.M.Pd.

Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain


yang Sederajat. Dengan demikian, pengelolaan pemasaran
pendidikan harfus mengacu pada aturan tersebut.

Pengelolaan Peserta Didik_Dr. E.Kosmajadi, M.M.Pd.

17

Anda mungkin juga menyukai