Anda di halaman 1dari 6

JENIS JENIS PERENCANAAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Perencanaan Pendidikan


Secara tidak sadar, terkadang kita melakukan perencanaan yang mungkin hanya
dipikiran kita misalnya memikirkan apa yang akan kita lakukan selanjutnya, hari ini, minggu
ini atau bahkan tahun ini. Namun kita sangat jarang atau bahkan tidak pernah melakukan
perencanaan secara rinci setiap kegiatan yang akan kita lakukan dengan cara tertulis dan
terstruktur. Pada dasarnya perencanaan merupakan penentuan kegiatan yang hendak kita
lakukan pada masa selanjutnya agar kegiatan yang dilaksanaan mandapat hasil yang sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Menurut Fattah (2011: 49) perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih
dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan
siapa yang mengerjakannya. Sedangkan menurut Koontz perencanaan sebagai suatu proses
intelektual yang menentukan secara sadar tindakan yang ditempuh dan mendasarkan
keputusan-keputusan pada tujuan yang hendak dicapai, informasi yang tepat waktu dan dapat
dipercaya, serta memperhatikan perkiraan keadaan yang akan datang (dalam Fattah, 2011:
49). Sedangkan Perancanaan itu sendiri menurut Wijasa (2011) adalah seperangkat prosedur
untuk memecahkan permasalahan fisik, social, dan ekonomi, yang harus meliputi prinsip

prinsip sebagai berikut:


Seperangkat tindakan
Upaya untuk memecahkan masalah
Memiliki dimensi waktu dan berorientasi ke masa yang akan datang
Suatu proses berputar dengan adanya umpan balik
Melibatkan beberapa alternatif untuk mencari pemecahan
Dari definisi atau pengertian tentang perencanaan tersebut, maka dapat kita simpulkan
bahwa perencanaan tersebut disusun agar dapat menuju kearah yang lebih baik, walaupun
demikian tidak semua perencanaan tersebut berjalan sesuai rencana, terkadang sesuatu yang
telah kita perhitungkan dengan matang, tapi pada kenyataanya kadang kala terdapat masalah
yang diluar perkiraan kita, oleh karena itulah perencanaan tersebut akan terus dievaluasi
dalam kurun waktu tertentu agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud dan terlaksana
dengan baik
Sedangkan pendidikan menurut menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2013:2) Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian perencanaan pendidikan adalah proses
intelektual dengan menetapkan suatu tindakan yang akan ditempuh dalam mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar dapat tercapai tujuan pendidikan secara efektif
dan efesien.

B. Jenis Perencanaan Pendidikan


Jenis perencanaan pendidikan ada beberapa menurut Fattah (2011: 54-61) yang dibagi
berdasarkan:
1. Menurut Besarannya (Magnitude)
a. Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang
akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada tingkat
nasional. Tujuan yang harus dicapai negara (khususnya dalam bidang peningkatan SDM)
adalah pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan tenaga pembangunan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif pendidikan harus menghasilkan tenaga
yang cukup banyak sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Sedangkan secara kualitatif
harus dapat menghasilkan tenaga pembangunan yang terampil dan sesuai dengan bidangnya
dan memiliki jiwa Pancasila. Menurut Pidarta (1988: 58) perencanaan makro pada
umumnya ditangani oleh pemerintah pusat, atau dapat juga oleh kelompok tertentu tetapi
mereka ditunjuk oleh pemerintah pusat pula. Untuk melaksanakan fungsi perencanaan
makro ini, strategi pendidikan hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan nasional telah dirumuskan dengan jelas. Tujuan ini dijabarkan kembali
menjadi tujuan-tujuan lebih spesifik
2. Pemerintah memegang peranan utama dalam pengambilan keputusan dan menciptakan
3.
4.
5.
6.

mekanisme kerja yang efektif.


Sumber-sumber pembiayaan harus dimobilisasikan dari sektor yang ada.
Prioritas harus disusun, baik yang berkenaan dengan bentuk, tingkat dan jenis pendidikan.
Alokasi biaya harus disediakan menurut prioritas yang telah ditetapkan.
Penilaian yang berkesinambungan harus selalu dilaksanakan dan program direvisi

berdasarkan penilaian itu.


7. Pelaksanaan pendidikan mendapat latihan sesuai dengan tugas yang akan dikerjakannya.
(dalam Fattah, 2011: 54-55)

Contoh dari perencanaan makro adalah tentang model penerimaan siswa/mahasiswa


baru karena berlaku di seluruh tanah air, begitu pula perencanaan tentang kurikulum inti
untuk SMA.
b. Perencanaan Meso
Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian dijabarkan ke
dalam program-program yang berskala kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih
bersifat operasional disesuaikan dengan departemen atau unit-unit (intermediate unit).
Menurut Pidarta (1988: 59) perencanaan meso adalah perencanaan yang ruanng lingkupnya
mencakup wilayah pendidikan tertentu, misalnya suatu propinsi dan dasar terjadinya
perencanaan meso adalah akibat dari kondisi dan situasi daerah yang berbeda-beda.
Perencanaan meso di bidang pendidikan menengah dan dasar pada umumnya diprakarsai oleh
Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di daerah bersangkutan.
Sedangkan untuk perencanaan lembaga pendidikan tinggi bisa diprakarsai tiap perguruan
tinggi di wilayah itu dengan mengikut sertakan semua perguruan tinggiyang ada di daerah itu.
c. Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat institusional dan
merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat meso. Kekhususan-kekhususan dari lembaga
mendapat perhatian, namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam
perencanaan makro maupun meso. Contoh perencanaan mikro, yaitu kegiatan belajar
mengajar.
2. Menurut Tingkatannya
a. Perencanaan Strategik (Renstra)
Perencanaan strategic disebut juga perencanaan jangka panjang. Strategi itu menurut
R.G Murdick J.E. Ross diartikan sebagai konfigurasi tentang hasil yang diharapkan tercapai
pada masa depan (dalam Fattah, 2011: 55). Pengertian perencanaan strategic juga di
ungkapkan oleh Johnson Kast Rozens-Weig (dalam Fattah, 2011: 56), yaitu proses
penentuan sasaran utama, kebijaksanaan yang mengatur pengadaan dan pendayagunaan
sumber-sumber serta strategi yang mengatur sumber pengadaan dan pendayagunaan sumber
untuk pencapaian tujuan. Dapat juga disebut konsepsi hari depan. Bentuk konfigurasi
terungkap berdasarkan :
1) Ruang lingkup
Ruang lingkup pendidikan menyangkut hasil-hasil pendidikan yang diharapkan,
pemakai hasil pendidikan, pasaran hasil pendidikan, kualitas hasil pendidikan dan
karakteristik yang ditentukan untuk hasil pendidikan.
2) Hasil persaingan
Kemampuan hasil (produktifitas) pendidikan yang berkaitan dengan posisi suplai,
pengelolaan yang spesifik dan kapasitas merespons terhadap gerak perubahan.
3) Target

Spesifikasi target-target yang menegaskan pernyataan kuantitatif tujuan-tujuan yang


akan dicapai, profitabilitas dan investasi beserta perkiraan resiko atau faktor penunjang
lainnya.
4) Penataan sumber-sumber
Penentuan sumber-sumber pendidikan menyangkut alokasi pengembangan sumber
daya kependidikan, faktor geografik dan kecenderungan perubahan dengan perubahan yang
berkenaan dengan sistem nilai. Sistem nilai itu akan memberi arah terhadap konsep, gagasan
maupun praktik-praktik kependidikan.
Langkah-langkah penyusunan rencana strategik menurut R.G. Murdick (dalam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
b.

Fattah, 2011: 56) meliputi:


Analisis keadaan sekarang dan yang akan datang
Identefikasi kekuatan dan kelemahan lebaga/organisasi
Mempertimbangkan norma-norma
Indentifikasi kemungkinan dan resiko
Menetukan ruang lingkup hasil dan kebutuhan masyarakat
Menilai faktor-faktor penunjang
Merumuskan tujuan dan criteria keberhasilan
Menetapkan penataan distribusi, sumber-sumber
Perencanaan Koordinatif (managerial)
Sesuai dengan namanya, perencanaan koordinatif ditujukan untuk mengarahkan
jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai secara efektif

c.

dan efisien (Fattah, 2011: 58).


Perencanaan Operasional
Pada umumnya perencanaan operasional memusatkan perhatian pada apa yang akan
dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana strategi (Fattah, 2011:
58). Hal ini berarti bahwa setiap kegiatan dalam perencanaan operasional selalu bersifat
spesifik dan selalu memberikan petunjuk yang kongkrit tentang bagaimana suatu kegiatan
dilaksanakan menurut prosedur, aturan, dan ketentuan yang ditetapkan secara jelas karena
langsung melihat kondisi di lapangan yang menyebabkan munculnya data yang bersifat

kuantitatif dan dapat diukur serta biasanya dipergunakan juga dimensi uang,
3. Menurut Jangka Waktunya
a. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan tahunan atau perencanaan yang
dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut sebagai rencana
operasional. Perencanaan ini merupakan penjabaran dari rencana jangka menengah dan
jangka panjang.
b. Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah mencakup kurun waktu di atas 5-10 tahun.
Perencanaan ini penjabaran dari rencana jangka panjang, tetapi sudah lebih bersifat
c.

operasional.
Perencanaan Jangka Panjang

Perencanaan jangka panjang meliputi cangkupan waktu di atas 10 tahun sampai


dengan 25 tahun. Perencanaan ini mempunyai jangka menengah serta jangka pendek di
dalamnya karena perencanaan jangka panjang ini juga memiliki pembabakan yang didapat
dari perencanaan jangka pendek dan menengah yang fungsinya menyempurnakan
perencanaan jangka panjang tersebut.
Sedangkan menurut Nanang Fattah dan Djaman Satori (dalam Fattah, 2013: 168169) perencanaan pendidikan dibagi menjadi beberapa macam berikut:
1. Top-Down Planning
Perencanaan jenis ini dibuat di tingkat atas kemudian disampaikan kepada perencanaa
tingkat menengah dank e tingkat bawah. Biasanya dalam jenis ini perencanaan berbasis
makro atao nasional.
2. Bottom-Up Planning
Perencanaan jenis ini dibuat di tingkat bawah kemudian adisampaikan ke perencanaa
tingkat yang lebih tinggi. Biasanya perencanaan yang demikian bersifat mikro, yaitu
perencanaan yang dilakukan pada tingkat unit pelaksana teknis (UPT), atau pada tingkat
kabupaten/kota.
3. Diagonal-Horizontal Planning
Perencanaan jenis ini biasanya dilaksanakan pada waktu penyusunan perencanaan lintas
sektoral. Biasanya oleh top level manajer, yang membicarakan kebijakan-kebijakan makro
serta penentuan prioritas kebijakan dasar.
4. Rolling Plan
Perencanaan menggelinding dilakukan terhadap perencanaan jangka menengah atau
jangka panjang. Hal ini dilakukan setelah adanya pembahasan menjadi perencanaan tahunan.
Apabila tahun pertama sasarannya tidak tercapai, maka akan digelindingkan kepada tahun
berikutnya. Atau apabila ada suatu perencanaan lima tahun tudak tercapai, maka digulingkan
pada sasaran lima tahun berikutnya.
5. Di Indonesia, ada lagi jenis perencanaan yang disusun secara gabungan antara Top-Down dan
Bottom-Up Planning, yang dilakukan dalam Rakor, Rakerda, dan Rakernas. Dalam jenis
perencanaan ini dilakukan penentuan sasaran prioritas yang disesuaikan dengan kemampuan
penyediaan anggaran.
6. Dilihat dari posisi pengembangan kelembagaan, perencanaan dapat dibedakan ke dalam 2
kategori, yaitu perencanaan strategis (Strategic Planning) dan perencanaan operasional
(Operational Planning). Perencanaan Strategis dilakukan apabila dalam proses perencaan,
perencana memperhatikan visi dan misi lembaga dikaitkan dengan kepentingan stakeholders,
memperhatikan lingkungan internal dan eksternal lembaga, yang diikuti dengan kajian isu-isu
strategis bagi pengembangan prioritas lembaga di masa depan. Perencanaan strategis
biasanya dilakukan untuk jangka waktu minimum 3 tahun, sdedangkan perencanaan

operasional merupakan perencanaan internal organisasi yang biasanya terbatas


mengendalikan proses tranformasi sistem (Input-Proses-Output)
Secara umum jenis perencanaan yang telah disebutkan di atas saling berhubungan satu
sama lain, dari perencanaan menurut besarannya, yakni Makro, Meso, dan Mikro, menurut
tingkatannya yaitu Strategik, Koordinatif, dan Operasinal, menurut jangka waktu pendek,
menengah, dan panjang serta menurut arah perencanaananya yakni Top-Down, Bottom-Up
dan Diagonal-Horizontal Planning.
Perencanaan mikro tidak boleh lepas dari perencanaan meso dan perencanaan makro.
Langkah dalam merancang perencanaan mikro tidak boleh keluar dari aturan yang telah
dibuat dalam perencanaan meso dan perencanaan meso tidak boleh melanggar perencanaan
makro.
Seperti halnya perencanaan menurut jangka waktunya, mereka saling terkait satu sama
lain. Untuk menentukan perencanaan jangka panjang pasti akan dimulai dari perencanaan
jangka pendek, kemudian jangka menengah. Atau bisa menentukan perencanaan jangka
panjang untuk merancang perencanaan jangka menengah, dan dari perencanaan jangka
menengah dapat merancang perencanaan jangka pendek. Hal ini sesuai dengan pernyataan
jika Perencanaan jangka panjang menjadi induk dari kedua tipe yang lain. Perencanaan
jangka menengah menjadi sumber dari perencanaan jangka pendek. (Pidarta, 1988: 57).
Selain itu yang menjadi bukti bahwa jenis perencanaan di atas saling berkaitan adalah
perencanaan operasional dilakukan dalam jangka pendek yang mencakup perencanaan
makro, meso, maupun mikro (Pidarta, 1988: 63). Perencanaan jangka panjang berkaitan erat
dengan perencanaan makro dan perencanaan strategi. Sedangkan perencanaan jangka pendek
berkaitan dengan jenis-jenis perencanaan menurut besarannya terutama perencanaan mikro
dan dengan perencanaan operasional.
Daftar Rujukan
Fattah, Nanang. 2011. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Fattah, Nanang. 2013. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Pidarta, Made. 1988. Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem. Jakarta:
DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI P2LPTK
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2013. Yogyakarta: Pustaka Yudistira
Wijasa, Atta. 2011. Jenis-Jenis Perencanaan Pendidikan, (Online),
(https://attawijasa20.wordpress.com/2011/05/06/jenis-jenis-perencanaan-pendidikan/),
diakses 20 Januari 2015

Anda mungkin juga menyukai