Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK 4

SUPERVISI MANAJERIAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Supervisi Pendidikan

Disusun oleh:

1. Ardelia Meira (20101241004)


2. Nuraini Setyaningsih (20101241026)
3. Diah Saniy Pramudita (20101244008)
4. Sifa Putri Aryadinda (20101244018)
5. Ulin Nur Zakiya (20103241007)
6. Yulia Putri Permatasari (20203241015)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang supervisi manajerial dalam mata kuliah supervisi
pendidikan

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing matkul ini
yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
tentang supervisi manajerial ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 26 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2

1.3 Tujuan................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

2.1 Pengertian Supervisi Manajerial .......................................................... 4

2.2 Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial .................................................... 5

2.3 Metode dan Teknik Supervisi Manajerial ............................................. 8

2.4 Contoh kasus supervisi manajerial beserta solusi ................................ 11

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 15

3.2 Saran................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang


Standar Pengawas Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa seorang pengawas harus
memiliki 6 (enam) kompetensi minimal, yaitu kompetensi kepribadian, supervisi
manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan
serta kompetensi sosial. Kondisi di lapangan saat ini tentu saja masih banyak
pengawas sekolah/ madrasah yang belum menguasai keenam dimensi kompetensi
tersebut dengan baik. Survei yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan
pada Tahun 2008 terhadap para pengawas di suatu kabupaten (Direktorat Tenaga
Kependidikan, 2008: 6 dalam Asnawi, 2008) menunjukkan bahwa para pengawas
memiliki kelemahan dalam kompetensi supervisi akademik, evaluasi pendidikan,
dan penelitian dan pengembangan.

Sosialisasi dan pelatihan yang selama ini biasa dilaksanakan dipandang


kurang memadai untuk menjangkau keseluruhan pengawas dalam waktu yang
relatif singkat. Selain itu, karena terbatasnya waktu maka intensitas dan kedalaman
penguasaan materi kurang dapat dicapai dengan kedua strategi ini.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka upaya untuk meningkatkan


kompetensi pengawas harus dilakukan melalui berbagai strategi. Salah satu strategi
yang dapat ditempuh untuk menjangkau keseluruhan pengawas dengan waktu yang
cukup singkat adalah memanfaatkan forum Kelompok Kerja Pengawas Sekolah
(KKPS) dan Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) sebagai wahana
belajar bersama. Dalam suasana kesejawatan yang akrab, para pengawas dapat
saling berbagi pengetahuan dan pengalaman guna bersama-sama meningkatkan
kompetensi dan kinerja mereka. Forum tersebut akan berjalan efektif apabila
terdapat panduan, bahan kajian serta target pencapaian. Dalam konteks inilah
Bahan Belajar Mandiri.

1
Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek
pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan
efektivitas sekolah yang mencakup:

1. perencanaan,
2. koordinasi,
3. pelaksanaan,
4. penilaian,
5. pengembangan kompetensi SDM kependidikan dan sumber daya lainnya.

Sasaran Supervisi Manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf


sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan seperti:

1. administrasi kurikulum,
2. administrasi keuangan,
3. administrasi sarana prasarana/perlengkapan,
4. administrasi personal atau ketenagaan,
5. administrasi kesiswaan,
6. administrasi hubungan sekolah dan masyarakat,
7. administrasi budaya dan lingkungan sekolah, serta
8. aspek-aspek administrasi lainnya (administrasi persuratan dan pengarsipan)
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang muncul dapat


dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari supervisi manajerial?


2. Apa saja prinsip prinsip dari supervisi manajerial?
3. Apa saja metode dan teknik supervisi manajerial?
4. Apa contoh kasus dari supervisi manajerial dan bagaimanakah solusinya?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini berdasarkan latar belakang tersebut,


adalah sebagai berikut:

2
1. Dapat memahami pengertian dari supervisi manajerial.
2. Dapat memahami apa saja prinsip-prinsip dari supervisi manajerial.
3. Dapat memahami beberapa metode dan teknik dari supervisi manajerial.
4. Dapat memahami kasus supervisi manajerial beserta solusinya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Supervisi Manajerial

Supervisi manajerial merupakan kegiatan pemantauan, pembinaan dan


penilaian terhadap kepala sekolah dan elemen sekolah lainnya dalam mengelola,
mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah (Darwin dan
Irsan, 2012: 124 dalam Joni et al., 2016: 151). Menurut Nurhadi (2014 dalam
Ekawati & Ibrahim, 2018: 184) supervisi manajerial adalah kegiatan yang
terencana, terpola dan terprogram dalam mengubah perilaku sekolah agar
dapat mempertinggi kualitas pengelolaan sekolah. Sesuai dengan pedoman
pelaksanaan pengawas sekolah (Depdiknas, 2010:17 dalam Joni et al., 2016: 151)
dijelaskan bahwa ruang lingkup supervisi manajerial sebagai berikut:

1. Pembinaan
Yaitu pembinaan kepala sekolah atau madrasah yang bertujuan yaitu
peningkatan pemahaman dan pengimplementasian kompetensi yang dimiliki
oleh kepala sekolah atau madrasah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari
untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan.
2. Pemantauan
Meliputi pemantauan pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah dan
memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kelapa sekolah mempersiapkan
akreditasi sekolah.
3. Penilaian
Yaitu penilaian kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah sesuai
dengan standar nasional pendidikan.
Supervisi juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
pengawas satuan pendidikan dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan
tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua aspek
yakni: manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitikberatkan pada

4
pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi
sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran sehingga supervise
manajerian dapat ditujukan untuk pelaksanaan bidang garapan manajemen sekolah
(Shulhan, 2013: 35-36). Sementara supervisi akademik menitikberatkan pada
pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di
dalam maupun di luar kelas.
Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/ Madrasah
(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20 dalam Rohmatika, 2016: 5) dinyatakan
bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek
pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan
efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan,
penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan
dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial,
pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai:
1. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,
pengembangan manajemen sekolah,
2. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah,
3. Pusat informasi pengembangan mutu sekolah,
4. Evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa supervisi manajerial yang dilaksanakan


pengawas sekolah merupakan bagian dari upaya meningkatkan kemampuan
personil sekolah yang dilaksan akan dalam rangka melakukan tugas pengawasan
sekolah.

2.2 Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial

Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam supervisi manajerial yaitu


sebagai berikut:

1. Pengawas harus menjauhkan diri dari sifat otoriter


Di mana ia bertindak sebagai atasan dan kepala sekolah/guru sebagai bawahan.
2. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.

5
Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka,
kesetiakawanan, dan informal.
3. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan.
Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu
jika ada kesempatan.
4. Supervisi harus demokratis.
Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan
supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
5. Program supervisi harus integral.
Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem
perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan.
6. Supervisi harus komprehensif.
Program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu
aspek pasti terkait dengan aspek lainnya.
7. Supervisi harus konstruktif.
Supervisi bukanlah sekalikali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru.
8. Supervisi harus obyektif.
Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program
supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam penyusunan program berarti
bahwa program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan
kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah.

Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas hendaknya


berperan sebagai:

1. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,


pengembangan manajemen sekolah,
2. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah
binaannya,
3. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah binaannya,
4. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

Dalam melaksanakan supervisi manejerial, seorang pengawas harus:

6
1. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.
2. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visimisi-tujuan dan program
sekolah-sekolah binaannya.
3. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan.
4. Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan berdasarkan
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS).
5. Membina kepala sekolah dalam melaksanakan administrasi satuan pendidikan
meliputi administrasi kesiswaan, kurikulum dan pembelajaran, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, keuangan, lingkungan
sekolah dan peran serta masyarakat.
6. Membantu kepala sekolah dalam menyusun indikator keberhasilan mutu
pendidikan di sekolah.
7. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung
jawabnya.
8. Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan
lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
9. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada sekolah-sekolah binaannnya
dan menindak lanjutinya untuk perbaikan mutu pendidikan dan program
pengawasan berikutnya.
10. Mendorong guru dan kepala sekolah untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya.
11. Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan
kepala sekolah.

Dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah


memiliki peranan khusus sebagai:

1. Konseptor yaitu menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi dalam


rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah

7
2. Programer yaitu menyusun program kepengawasan berdasarkan visi, misi,
tujuan, dan program pendidikan di sekolah/madrasah
3. Komposer yaitu menyusun metode kerja dan instrumen kepengawasan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas di
sekolah/madrasah
4. Reporter yaitu melaporkan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya
untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah/madrasah
5. Builder yaitu membina kepala sekolah/madrasah dalam pengelolaan
(manajemen) dan administrasi sekolah/madrasah berdasarkan manajemen
peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah dan membina guru dan
kepala sekolah/madrasah dalam melaksanakan bimbingan konseling di
sekolah/madrasah
6. Supporter yaitu mendorong guru dan kepala sekolah/madrasah dalam
merefleksikan hasil-hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah/madrasah
7. Observer yaitu memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan di
sekolah/madrasah
8. User yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu kepala
sekolah dalam menyiapkan akreditasi sekolah.

Pengawas sekolah/madrasah selama ini menurut pengamatan sekilas di


lapangan cenderung lebih banyak melaksanakan supervisi manajerial daripada
supervisi akademik. Supervisi akademik misalnya seperti berkunjung ke kelas-
kelas mengamati guru yang sedang mengajar tanpa mengganggu. Hasil pengamatan
dianalisis dan didiskusikan dengan guru serta akhirnya dapat menjadi masukan guru
dalam memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, hasil belajar
siswa diharapkan akan meningkat.

2.3 Metode dan Teknik Supervisi Manajerial

Efektifitas pelaksanaan supervisi manajerial sangat dipengaruhi oleh


metode dan tehnik yang digunakan agar kepala sekolah/madrasah dan seluruh

8
stapnya dapat menjalankan fungsi dan perannya sebagai penata organisasi sekolah
yang baik.

Metode adalah suatu cara yang ditempuh oleh pengawas pendidikan guna
merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh sistem perorangan maupun
kelembagaan pendidikan itu sendiri. Sedangkan Teknik ialah langkah-langkah
konkret yang dilakukan oleh seorang supervisor. Adapun metode dan teknik dari
supervisi manajerial yaitu (Hidayat, 2019: 173-175):

1. Monitoring dan Evaluasi

Metode utama yang harus dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan


dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.

a. Monitoring/Pengawasan
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai
dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta
menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan
program (Rochiat, 2008: 115 dalam Addib, 2016: 23). Monitoring lebih
berpusat pada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat
klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau
pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-
aspek yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan
dan dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam
melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan
parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang
harus diamati dan dinilai.
b. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kesuksesan
pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keberhasilan yang
telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah
untuk:

9
(1) mengetahui tingkat keterlaksanaan program,
(2) mengetahui keberhasilan program,
(3) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya,
(4) memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah,
2. Refleksi dan Focused Group Discussion (Diskusi Kelompok
Terfokus/FGD)

Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan dan


partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam
melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas
pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan
secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat
melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-
faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Peran
pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber
apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya.

3. Metode Delphi

Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan
kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan pendalaman terhadap
potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak
memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya.

Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak


stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi
kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan
pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang
murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-
orang tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya
peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif. Metode Delphi dapat

10
disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil
keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-langkahnya menurut
Gorton (1976: 26-27 dalam Addib, 2016: 25-26) adalah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami


persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan
sekolah.
b) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis
tanpa disertai nama/identitas.
c) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya
sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama.
d) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak
tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya.
e) Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan
menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang
dimintai pendapatnya.
4. Workshop

Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat


ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial.Metode ini tentunya
bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala
sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini
tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan
bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis
lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk
mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, sistem administrasi,
peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.

2.4 Contoh kasus supervisi manajerial beserta solusi

Kegiatan supervisi adalah perkerjaan sangat berat yang harus dilaksakan


oleh kepala sekolah. Salah satu fungsi kepala sekolah ini berpengaruh langsung
memicu kualitas guru profesional. Melalui supervisi manajerial, kemampuan

11
mengajar guru di monitoring dan di evaluasi. Jika terjadi kesalahan atau kekurangan
dalam melaksanakan mengelola kelas maka perlu dilakukan sharing metode dan
problem solving musyawarah mufakat. Kasus supervisi manajerial perlu di lakukan
observasi oleh pengawas supervisi manajerial. Berikut contoh hasil observasi
dengan menggunakan teknik dan metode supervisi manajerial.

Penelitian dilaksanakan di gugus sekolah 1 dan 3 Kecamatan Sentolo


dengan jumlah kepala sekolah 11 orang yang memiliki latar belakang heterogen
jika dibandingkan dengan sekolah binaan lainnya. Penelitian ini menggunakan
bimbingan kolaboratif pada KKKS gugus sekolah melalui dua siklus. Aspek yang
diamati meliputi aktifitas kepala sekolah, sikap minat kepala sekolah, dan produk
KKKS gugus sekolah.

Penelitian ini menggunakan alat bantu untuk mendapatkan data yaitu


Lembar observasi, digunakan untuk mencatat aktifitas kepala sekolah selama
kegiatan KKKS sekolah dan kegiatan implementasi di kelas melalui bimbingan
kolaboratif, lembar evaluasi RKJM dan RKT, Lembar observasi aktivitas kepala
sekolah pada saat refleksi, evaluasi dan membuat program tindak lanjut, dan skala
penilaian sikap dan minat kepala sekolah selama mengikuti bimbingan kolaboratif.
Kegiatan awal adalah evalusi hasil kepengawasan tahun sebelumnya
tentang supervisi akademik, melalui identifikasi, dan analisis, kemudian
mengidentifikasi masalah, selanjutnya dirumuskan menjadi permasalahan
penelitian tindakan sekolah yang spesifik. Tahapan penelitian tindakan sekolah
yaitu: siklus 1 dan siklus 2 berisi (perencanaan, implementasi dan pengamatan).

Berdasarkan hasil siklus II maka peneliti menganggap penelitian tindakan


sekolah ini telah mencapai hasil sesuai yang diharapkan yaitu terbentuknya
komunitas pembelajaran profesional melalui bimbingan kolaboratif. Bimbingan
kolaboratif di KKKS gugus sekolah dapat mengefektifkan supervisi manajerial
disekolah binaan baik secara kualitas maupun kuantitas karena dapat memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang ada dalam penyusunan rencana kerja sekolah.

12
Pembimbingan kolaboratif merupakan aktivitas yang mendorong dan
meningkatkan praktik refleksi antara lain: mengembangkan pemahaman bersama,
berpendapat dan mendiskusikan praktik penyusunan RKJM, sharing pengalaman
belajar bersama, membuat perencanaan tahunan bersama, serta bersama-sama
menganalisis pengalaman dalam penyelenggaraan pendidikan.

Atau dapat kita simpulan bahwa permasalahan:

a. Supervisi manajerial lebih efektif dilaksanakan melalui bimbingan kolaboratif


KKKS gugus sekolah.
b. Terdapat peningkatan aktifitas kepala sekolah dalam mengikuti bimbingan
kolaboratif melalui KKKS gugus sekolah yang ditunjukkan dengan kenaikan
skor rata-rata pada siklus I 57,95% menjadi 82,58 pada siklus ke II.
c. Sikap dan minat kepala sekolah meningkat dari skor 76,36% pada siklus I
menjadi 85,90% pada siklus ke II.
d. Ada peningkatan secara kualitas dokumen RKJM pada siklus 2, RKJM yang
sudah sesuai ada 84,09% pada siklus ke II dari yang semula pada siklus I
79,04%.
e. Terbentuknya komunitas pembelajaran professional antar kepala sekolah
dalam gugus sekolah, sehingga terbuka wawasan, berbagi informasi, dan
mampu mengatasi permasalahan sekolah secara bersama.

Solusi permasalahan:

a. Optimalisasi bimbingan kolaboratif di KKKS gugus sekolah secara


berkelanjutan dan terprogram.
b. Kegiatan KKKS gugus sekolah minimal satu minggu satu kali secara rutin
c. Supervisi manajerial melalui bimbingan kolaboratif di KKKS gugus sekolah
dapat direkomdasikan pada unsur-unsur terkait sebagai alternatif peningkatan
kinerja kepala sekolah.

Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa observasi yang dilaksanakan


supervisi manajerial pengawas sekolah melalui kerja sama kolabolatif merupakan
bagian dari upaya meningkatkan kemampuan personil sekolah yang dilaksanakan

13
dalam rangka melakukan tugas pengawasan sekolah. Seperti pada materi yang telah
disampaikan pengertian supervisi manajerial, prinsip dan tentunya menggunakan
teknik dan metode dalam supervisi manajerial.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Supervisi manajerial adalah kegiatan yang direncanakan untuk memantau,


membina dan menilai elemen sekolah yang dapat meningkatkan kualitas sekolah.
Ruang lingkup supervisi manajerial yaitu (Depdiknas, 2010:17 dalam Joni et al.,
2016: 151):

1. Pembinaan,
2. Penilaian,
3. Pemantauan.

Dalam pelaksanaan supervisi manajerial terdapat 8 prinsip yang harus


dilakukan oleh supervisor yaitu

1. Pengawas harus jauh dari sifat otoriter.


2. Supervisi harus dapat membangun hubungan kemanusiaan yang harmonis.
3. Supervisi dilakukan secara berkesinambungan.
4. Supervisi harus demokratis.
5. Program supervisi harus intergral.
6. Supervisi harus komperhensif.
7. Supervisi harus konstruktif.
8. Supervisi harus objektif.

Dalam melaksanaan supervisi, terdapat metode atau teknik yaitu

1. Monitoring atau pengawasan.


2. Refleksi dan Focused Group Discussion (FGD)
3. Metode delphi
4. Workshop

15
3.2 Saran

Berdasarkan pemamparan materi tersebut, maka saran yang dapat kami


sampaikan yaitu:

1. Setiap sekolah mengadakan bimbingan atau pelatihan kepada sekolah


sehingga kegiatan supervisi dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Kepala sekolah bersama dengan KKKS gugus sekolah dapat mengadaka
kolaborasi rutin.

16
DAFTAR PUSTAKA

Addib, M. (2016). Implementasi Supervisi Manajerial dalam Meningkatkan Mutu


Lembaga Pendidikan Islam di SMA Al-Islam Sidoarjo. Skripsi Prodi
Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Asnawi, M. (2008). Supervisi Manajerial. Jurnal Supervisi Manajerial.

Damarasih. (2016). Bimbingan Kolaboratif sebagai Alternatif Supervisi Manajerial


untuk Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah. Jurnal Manajemen
Pendidikan, 12(1),55-57.

Ekawati, A. E. K., & Ibrahim, S. (2018). Pelaksanaan Supervisi Manajerial Oleh


Pengawas Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDN 3
Percontohan Peusangan Kabupaten Bireuen. Jurnal Magister Administrasi
Pendidikan Universitas Syaih Kuala, 6(3), 183–191.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JAP/article/view/13137

Hidayat, W. (2019). Strategi Pelaksanaan Supervisi Manajerial dalam


Meningkatkan Kinerja Kepala Madrasah Tsanawiyah. Jurnal Pendidikan
Universitas Garut, 13(1), 168–184.

Joni, S., AR, D., & Ibrahim, S. (2016). Pelaksanaan Supervisi Manajerial Pengawas
Sekolah pada Sekolah Menengah Atas Swasta di Kota Banda Aceh. Jurnal
Adminsitrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 4(1), 148–
157.

Rohmatika, R. V. (2016). Urgensi Supervisi Manajerial Untuk Peningkatan Kinerja


Sekolah. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 9(1), 1–20.

Shulhan, M. (2013). Supervisi Pendidikan (Teori dan Praktek dalam


Mengembangkan SDM Guru). Surabaya: Acima Publishing.

17

Anda mungkin juga menyukai