Anda di halaman 1dari 39

SUPERVISI KLINIS

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Supervisi dan Evaluasi Pendidikan











Oleh Kelompok 2

EVA FARISIA 7616130503
FENTI UTAMI 7616130505
JOTTAN SAKERENGAN 7616130511
TUJUAN SIMANJUNTAK 7616130539


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN S2

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014



i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan daya dan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul Supervisi Klinis. Makalah ini dibuat sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan tugas kelompok pada mata kuliah Supervisi dan
Evaluasi Pendidikan pada program studi Manajemen Pendidikan, Program
Pascasarjana UNJ.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
sebesar-besarnya kepada Dr. Neti Karnati, M.Pd., sebagai dosen pengampu mata
kuliah yang telah memberikan segala ilmunya dalam mata kuliah ini.
Penulis menyadari banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sehingga pada karya-karya
selanjutnya akan semakin membaik.



Jakarta, 24 April 2014


Penulis




ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. 1
B. Rumusan Masalah.. 2
C. Tujuan 2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual 3
B. Karakteristik Supervisi Klinis 5
C. Tujuan Supervisi Klinis................................................................ 5
D. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis.................................................... 7
E. Sasaran Supervisi Klinis.............................................................. 8
F. Pelaksanaan Supervisi Klinis...................................................... 9
G. Penerapan Supervisi Klinis dalam Proses Pembelajaran.......... 14
H. Kendala Pelaksanaan Supervisi Klinis........................................ 14

BAB III ANALISIS ARTIKEL
Analisis Artikel................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................... 34
Saran ............................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 35






iii





1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Bab
II pasal 6, yang mengatakan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga
profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pernyataan tersebut
diperkuat oleh PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, yang mengisyaratkan
bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada setiap jenjang pendidikan formal, informal serta non formal.
Tugas seorang guru yang dilakukan secara continu bertahun-tahun kurang
mendapat koreksi dan pembinaan yang tepat dan wajar dari siapapun. Kegiatan
memberikan bantuan kepada guru dalam pertumbuhan jabatannya sebagai guru
disebut supervisi dan orang yang berfungsi memberi bantuan tersebut biasanya
disebut supervisor.
Supervisi klinis merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan mengajarnya dan dapat dilaksanakan untuk
kepentingan calon guru dalam pendidikan pra-jabatan maupun latihan dalam
jabatan.
Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan pengajaran
mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu : pertemuan pendahuluan,
observasi mengajar dan pertemuan balikan. Hal ini juga berguna bagi guru untuk
memperoleh pengetahuan, kesadaran dan menilai tingkah laku profesinya
sendiri. Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah
pendekatan profesional dan humanistis. Program supervisi klinis hendaknya
terus dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan tenaga
kependidikan guna meningkatkan profesionalisme guru.

2

Dalam perkembangan pendidikan saat ini supervisi klinis sangat dibutuhkan
untuk membantu memecahkan masalah pendidikan, terutama masalah yang
berhubungan dengan keterampilan megajar guru. Supervisi klinis mula-mula
diperkenalkan dan dikembangkan oleh Morris dkk di Universitas Harvard tahun
1982. Pada dasarnya ada beberapa asumsi dasar pentingnya penggunaan atau
pelaksanaan praktek supervisi klinis di sekolah, yaitu : pertama pengajaran
sebagai aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan
analisis secara hati-hati, kedua guru yang profesional menginginkan
pengembangan karirnya melalui cara-cara yang kolegial yang bersifat
autoritorian.
Dari berbagai gambaran yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa
supervisi klinis pada dasarnya merupakan pembinaan kinerja guru dalam
mengelola proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini membahas masalah seputar supervisi klinis dan hal-hal
yang terkait dalam proses pembelajaran, antara lain :
1. Bagaimanakah karakteristik supervisi klinis?
2. Apakah sasaran supervisi klinis ?
3. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi klinis?
4. Bagaimanakah penerapan supervisi klinis dalam pembelajaran?
5. Bagaimanakah kendala pelaksanaan supervisi klinis?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk membahas mengenai apa yang ada
dalam rumusan masalah, sehingga pembaca akan mengetahui mengenai :
1. Karakteristik supervisi klinis
2. Sasaran supervisi klinis
3. Bagaimana pelaksanaan supervise klinis
4. Penerapan supervisi klinis dalam pembelajaran
5. Kendala pelaksanaan supervise klinis



3

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual
Sejak tahun 1980-an di Indonesia diperkenalkan istilah supervisi klinis atau
sering disebut supervisi pengajaran. Supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan
dan dikembangkan oleh Cogan, Goldhammer, dan Weller di Universitas Harvard
pada akhir dasawarsa lima puluh tahun dan awal dasawarsa enam puluhan.
1

Dari segi etimologi kata supervise diambil dari kata super yang artinya
memiliki kelebihan tertentu, seperti kelebihan dalam pangkat, dan kualitas,
sedangkan visi artinya melihat atau menguasai, dan secara terminologi
pengertian supervise adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama. Sedangkan kata klinis
yaitu perbaikan atau pembinaan dan menurut kamus bahasa Indonesia klinis
berarti pengamatan, pelayanan.
Cogan mendefinisikan supervisi klinis sebagai berikut:
The rational and practice designed to improve the teachersupervision
classroom performance. It takes its principal data from the events of the
classroom. The analysis of these data and the relationships between teacher
and supervisor from the basis of the program, procedures, and strategies
designed to improve the studentsupervisi learning by improving the
teachersupervisi classroom behavior.
2

Sesuai dengan pendapat Cogan ini, supervisi klinis pada dasarnya
merupakan pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar.
Pelaksanaannya didesain dengan praktis secara rasional. Baik desainnya
maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-
kegiatan di kelas. Data dan hubungan antara guru dan supervisor merupakan
dasar program prosedur, dan strategi pembinaan perilaku mengajar guru dalam
mengembangkan belajar murid-murid.
Cogan sendiri menekankan aspek supervisi klinis pada lima hal, yaitu (1)
proses supervisi klinis, (2) interaksi antara calon guru dan murid, (3) performansi

1
Moch Rivai, Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Jammers, 1987), h. 78.
2
Thomas J. Sergiovanni, Supervision: Human Perspectives (New York: McGraw Hill, 1983), h.299.

4

calon guru dalam mengajar, (4) hubungan calon guru dengan supervisor, dan (5)
analisis data berdasarkan peristiwa aktual di kelas.
Sedangkan menurut Richard Waller defenisi supervisi klinis yaitu :
Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the
improvement of instruction by means of systematic cycles of planning,
observation and intensive intellectual analysis of actual teaching
performances in the interest of rational modification.
3

Pernyataan tersebut dapat diartikan sebagai supervisi klinis adalah supervise
yang difokuskan pada peningkatan arahan melalui siklus sistematis dari tahap
perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap
penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi
rasional. Menurut Snyder dan Anderson supervisi klinis dapat diartikan sebagai
suatu teknologi perbaikan pengajaran, tujuan yang dicapai dan memadukan
kebutuhan sekolah dan pertumbuhan personal.
4
Supervisi klinis merupakan
suatu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah
diketahui. Supervisi klinis merupakan sistem bantuan dari dalam kelas yang
dirancang untuk memberikan bantuan langsung kepada guru.
Supervisi klinis diharapkan dapat memperkecil jurang yang tajam antara
perilaku nyata danperilaku ideal para guru terutama dalam rangka
peningkatan kualitas dan kemampuan para guru memecahkan berbagai
persoalan, karena seringkali para guru menghadapi inovasi-inovasi pendidikan.
Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan bertujuan membantu
pengembangan profesional guru/calon guru, dalam penampilan mengajar
berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai
pegangan untuk perubahan tingkah laku tersebut.
Keith Achession dan Meredith D.Call, menyatakan bahwa supervisi klinis
adalah proses membantu guru memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar
yang ideal.
5
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membentu
pengembangan profesional guru khususnya dalam penampilan mengajar
berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai
pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.

3
Susan Sullivan, Supervision that Improves Teaching and Learning (California:Corwin, 2009), h. 121.
4
Syaiful sagala, Supervisi Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 193.
5
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 58.

5

B. Karakteristik Supervisi Klinis
Untuk memandu pelaksanaan supervisi klinis bagi supervisor dan guru
diperlukan karakteristik agar arah yang ditempuh sejalan dengan rencana
program yang dtentukan sebelumnya. Goldhammer, Anderjaw, dan Krajewski
mengungkapkan karakteristiknya sebagai berikut:
1. Merupakan teknologi untuk meningkatkan arahan/instruksi.
2. Merupakan kegiatan yang disengaja untuk masuk ke dalam proses
arahan.
3. Berorientasi pada tujuan, memadukan antara kebutuhan sekolah dengan
kebutuhan personal yang bekerja dalam lingkup sekolah.
4. Supervisi ini beranggapan bahwa hubungan pekerjaan yang profesional
terjadi antara guru dengan supervisor.
5. Hal ini memerlukan derajat kepercayaan antar sesama yang tinggi dan
direfleksikan dalam pengertian dengan sesama, dukungan, dan komitmen
untuk terus berkembang.
6. Sistematis, namun supervisi ini juga memerlukan metode yang fleksibel
dan dapat berubah-ubah.
7. Menciptakan suatu ketegangan sehat yang menjembatani antara
kenyataan dengan harapan.
8. Memiliki anggapan bahwa supervisor memiliki kemampuan yang bagus
dalam hal analisis petunjuk dan pembelajaran serta tahu mengenai
interaksi manusia yang produktif.
9. Memerlukan preservice training untuk supervisor, khususnya dalam teknik
observasi, dan pemikiran pelayanan yang terus menerus untuk
dilaksanakan dalam pendekatan efektif.
6

C. Tujuan Supervisi Klinis
Supervisi klinis mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan secara
khusus.
1. Tujuan umum
a. Memberikan penekanan pada proses pembentukan dan pengembangan
profesional guru dengan maksud memberikan respon terhadap perhatian
utama serta kebutuhan guru yang berhubungan dengan tugasnya.

6
Carl D. Glickman, Supervision and Instructional Leadership (Boston: Pearson Inc, 2010), h. 288.

6

b. Membantu untuk menunjang perbaikan kualitas pendidikan harus dimulai
dengan adanya perbaikan dalam cara mengajar guru di kelas.
2. Tujuan khusus
a. Menyediakan bagi guru suatu feedback (balikan) yang obyektif dari
kegiatan mengajar guru.
b. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah mengajar.
c. Membantu guru mengembangkan ketrampilannya dalam menggunakan
strategi-strategi mengajar.
d. Mengevaluasi guru untuk promosi jabata dan keputusan lainnya.
Pada waktu seorang guru mempersiapkan dirinya mengajar, sedang
mengajar, maupun sudah mengajar, ada dua hal yang utama menjadi perhatian
utama maupun kebutuhan yaitu: kesadaran dan kepercayaan akan dirinya serta
keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar. Kesadaran
dan kepercayaan diri dalam mengajar itu muncul dalam pertanyaan sebagai
berikut:
1. Dimanakah saya berada?
2. Bagaimanakah tanggapan serta perasaan siswa mengenai diri saya?
3. Seberapa besarkah kemampuan saya?
4. Apakah siswa menemukan yang sebenarnya dia perlukan dalam belajar?
5. Bagaimanakah saya dapat memperbaiki diri saya sebagai guru?
Disadari atau tidak, di dalam mengajar guru memerlukan keterampilan
dasar (generic skill) tertentu agar ia dapat mengajar lebih baik dan agar tujuan
pelajaran dapat tercapai. Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dapata
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Keterampilan menggunakan variasi dalam mengajar menggunakan stimulus,
yang terdiri dari emberi penguatan (reinforcement)
2. Variasi gaya interaksi dan penggunaan alat pandang
dengar (variability), menjelaskan (explaining), serta
3. Membuka dan menutup pelajaran (introductory procedures and clusure).
Keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar yaitu bertanya dasar dan
lanjutan (basic and advanced questioning), memimpin diskusi kelompok
kecil (guiding small group discussion),mengajar kelompok kecil (small group
teaching), mengajar berdasarkan perbedaan individu (individualizet
instruction),mengajar melalui pertemuan siswa (discovery learning),dan

7

membantu mengembangkan kreatifitas siswa (fostering qualitivity).
Seorang supervisor yang baik harus memiliki beberapa syarat yaitu:
1. Mempunyai keyakinan bahwa guru memiliki kemampuan atau potensi untuk
memecahkan masalah sendiri dan mengembangkan dirinya.
2. Berkeyakinan bahwa guru mempunyai kebebasan untuk memilih dan
bertindak mencapai tujuan yang diinginkan
3. Memiliki kemampuan untuk menanyakan kepada orang laindan dirinya sendiri
tentang asumsi dasar serta keyakinan atas dirinya.
4. Mempunyai komitmen dan kemampuan untuk membuat rekan gurunya
merasa penting, dihargai dan maju.
5. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk dapat membinahubungan yang
akrab dan hangat dengan semua orang tanpa pandang bulu.
6. Memiliki kemampuan untuk mendengarkan serta keinginan untuk
memanfaatkan pengalaman-penglaman guru sebagai sumber membuatnya
berusaha mencapai tujuan.
7. Memiliki antusiaisme dan keyakinan atas supervisi klinis sebgai proses
kegiatan yang terus menerus untuk melayani pertumbuhan dan
perkembangan pribadi serta profesi guru
8. Mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi, mengobservasi dan
menganlisis tingkah laku guru mengajar
9. Mempunyai suatu komitmen untuk mengembangkan dirinya sendiri, serta
berkeinginan keras untuk terus memperdalam supervise
D. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam supervisi klinis,
sebagai berikut :
a. Supervisi klinis yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif dari para guru.
b. Ciptakan hubungan yang bersifat manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa
kesejawatan.
c. Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas dan berani
mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha dapat menjawab
dan menemukan solusinya atas apa yang diharapkan guru.
d. Objek kajian adalah kebutuhan profesionalime guru yang riil, tentunya yang
mereka alami.

8

e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat
untuk diperbaiki.

E. Sasaran Supervisi Klinis
Sasaran dari pelaksanaan supervisi klinis adalah guru-guru yang kurang
mampu dalam mengelola pengajaran secara profesional ataupun guru yang ingin
meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajarnya menuju guru yang
profesional. Adapun guru yang perlu diberikan supervisi klinis adalah yang
mempunyai karakteristik non profesional seperti pada tabel berikut :
Karakteristik Guru
Guru Sasaran Supervisi Klinis Guru Profesional
Komitmen
rendah
Abstraksi rendah Komitmen tinggi Abstraksi tinggi
1 Kurang peduli
pada siswa
1 Bingung
ketika
menghadapi
masalah
1 Antusias,
energik,
penuh cita-
cita
1 Dapat melihat
masalah dari
berbagai sudut
pandang
2 Waktu dan
energi
terbatas
2 Tidak tahu
apa yang
harus
dikerjakan
2 Niat baik 2 Dapat
mengembangkan
beberapa
alternatif
pemecahan
3 Hanya peduli
pada tugas
sendiri
3 Memiliki
hanya satu
atau dua
kebiasaan
menghadapi
masalah
3 Tidak segan
melakukan
pekerjaan
sekolah di
rumah
3 Dapat memilih
alternatif terbaik
dan cara berpikir
secara bertahap

Tabel 1.1. Karakteristik Guru
7



7
https://www.academia.edu/6047330/Makalah_supervise_klinis_fix (diakses pada 23 April 2014)

9

F. Pelaksanaan Supervisi Klinis
Konsep supervisi klinis sebagai suatu teknik pendekatan dalam pembelajaran
guru merupakan suatu pola yang didasarkan pada asumsi dasar bahwa proses
belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari
proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Supervisi klinis sebagai suatu teknik
memiliki langkah-langkah tertentu yang perlu mendapat perhatian untuk
mengembangkan profesionalitas guru. Menurut Cogan, ada delapan kegiatan
dalam supervisi klinis yang dinamainya dengan siklus atau proses supervisi
klinis
8
.
Delapan tahap tersebut yaitu :
1. Tahap membangun dan memantapkan hubungan guru dengan supervisor,
2. Tahap perencanaan bersama guru,
3. Tahap perencanaan strategi observasi,
4. Tahap observasi pengajaran,
5. Tahap analisis proses belajar mengajar,
6. Tahap perencanaan strategi pertemuan,
7. Tahap pertemuan, dan,
8. Tahap penjajakan rencana pertemuan berikutnya.
Menurut Mosher dan Purpel dalam Anantyas, dkk (2013) , ada tiga aktivitas
dalam supervisi klinis, yaitu :
1. Tahap perencanaan,
2. Tahap observasi,
3. Tahap evaluasi dan analisis.
Dengan demikian, walaupun deskripsi pandangan para ahli di atas tentang
langkah-langkah proses supervisi klinis berbeda, namun sebenarnya langkah-
langkah itu bisa disimpulkan pada tiga tahap esensial yang berbentuk (1) proses
pertemuan awal atau perencanaan, (2) proses pelaksanaan
pengamatan/observasi pembelajaran secara cermat, serta (3) proses
menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik. Dua dari ketiga
tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor, yaitu tahap
pertemuan awal dan tahap umpan balik.


8
Thomas J. Sergiovanni, Supervision: Human Perspectives (New York: McGraw Hill, 1983), h.301.

10

a. Tahap Pertemuan Awal
Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana
tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Tahap ini memberikan
kesempatan kepada guru dan supervisor untuk mengidentifikasi perhatian
utama guru, kemudian menterjemahakn ke dalam bentuk tingkah laku yang
dapat diamati. Pada tahap ini dibicarakan dan ditentukan pula jenis data
mengajar yang akan diobservasi dan dicatat selama pelajaran berlangsung.
Tujuan utama pertemuan awal adalah untuk mengembangkan secara
bersama-sama antara supervisor dan guru, kerangka observasi kelas yang
akan dilakukan. Hasil pertemuan awal ini adalah kesepakatan kerja antara
antara supervisor dan guru. Tujuan ini bisa tercapai apabila tercipta
kerjasama yang baik antara guru dan supervisor, oleh karena itu disarankan
pertemuan awal dilaksanakan secara rileks dan terbuka agar timbul
kepercayaan guru terhadap supervisor.
Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981) mendeskripsikan satu agenda
yang harus dihasilkan pada akhir pertemuan awal, meliputi:
a. Menetapkan kontrak atau persetujuan antara supervisor dengan guru.
Tujuan instruksional dan khusus pengajaran.
Implementasi keseluruhan program pengajaran.
Aktivitas yang akan diobservasi.
Kemungkinan perubahan format aktivitas, sistem, dan unsur lain
berdasarkan kesepakatan bersama.
Deskripsi spesifik masalah-masalah yang balikannya diinginkan guru.
b. Menetapkan mekanisme/aturan-aturan observasi
Waktu (jadwal) observasi.
Lamanya observasi
Tempat observasi
c. Menetapkan rencana spesisfik untuk melaksanakan observasi
Dimana supervisor akan duduk selama observasi?
Apakah supervisor menjelaskan kepada murid mengenai tujuan
observasi, kapan?
Akankah supervisor mencari satu tindakan khusus?
Perlukan adanya material/persiapan khusus?
Bagaimanakah supervisor akan mengakhiri observasi?

11

Secara teknis menurut Anastyas, dkk (2013) diperlukan lima langkah utama
bagi terlaksananya pertemuan awal yang baik, yaitu :
1. Menciptakan suasana intim antara supervisor dengan guru sebelum
langkah-langkah selanjutnya dibicarakan,
2. Mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran,
3. Mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati,
4. Memilih atau mengembangankan suatu instrumen observasi yang akan
dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang akan menjadi perhatian
utamanya,
5. Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan dibicarakan
bersama antara guru dan supervisor.

b. Tahap Observasi Mengajar
Menurut Daresh dalam materi PPL 1 Unesa, ada dua aspek yang harus
diputuskan dan dilaksanakan oleh supervisor sebelum dan selama
melaksanakan observasi pengajaran yaitu menentukan aspek-aspek yang
akan diobservasi dan bagaimana cara mengobservasinya. Aspek-aspek yang
akan diobservasi harus sesuai dengan hasil diskusi antara guru dengan
supervisor pada pertemuan awal, sedangkan mengenai bagaimana
mengobservasi juga perlu diperhatikan agar diperoleh data yang diinginkan.
Tujuan utama pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang nantinya
digunakan sebagai bahan tukar pikiran dengan guru setelah observasi
berakhir, sehingga guru menganalisis dengan cermat aktivitas-aktivitas yang
dilakukannya di kelas.
Berkaitan dengan teknik dan instrumen pengamatan ini, sebenarnya para
penelitii telah banyak mengembangkan bermacam-macam teknik yang bisa
digunakan dalam mengamati kegiatan pembelajaran. Acheson dan Gall
menganjurkan agar menggunakan beberapa teknik dalam proses supervisi
klinis sebagai berikut :
a. Selective verbatim.
Pada teknik ini, supervisor membuat semacam rekaman tertulis. Tentunya
hanya kejadian-kejadian tertentu yang direkam secara selektif yang sesuai
dengan kesepakatan bersama antara supervisor dan guru.


12

b. Rekaman observasional berupa seating chart
Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi selama pengajaran di
dokumentasikan /dideskripsikan secara bergambar dengan seating chart.
c. Wide lens techniques
Supervisor membuat catatan lengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas
dalam cerita yang panjang lebar dikenal dengan anecdotal record.
d. Checklists and timeline coding
Supervisor mengumpulkan dan mengobservasi perilaku belajar mengajar
dengan terlebih dahulu diklasifikasi/dikategorikan. Flanders aktivitas kelas
dikategorikan dalam pembicaraan guru, pembicaraan murid, dan tidak ada
pembicaraan (silence).
Kunjungan dan observasi yang dilakukan supervisor bermanfaat untuk
mengetahui pelaksanaan pembelajaran sebenarnya. Manfaat observasi
tersebut antara lain dapat :
- Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam melaksanakan
pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut,
- Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu
gagasan pembaharuan pengajaran,
- Secara langsung mengetahui keperluan dan kebutuhan masing-masing
guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar,
- Memperoleh data atau informasi yang dapat digunakan dalam
penyusunan program pembinaan profesional secara terperinci,
- Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik,
- Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung
kelancaran proses belajar-mengajar.

c. Tahap Umpan Balik
Sebelum pertemuan ini dilaksanakan, supervisor mengadakan analisis
pendahuluan tentang rekaman observasi yang dibuat sebagai bahan dalam
pembicaraan pada tahap umpan balik. Tujuan utama menganalisis hasil
pengamatan dan memberikan umpan balik adalah menindaklanjuti apa yang
dilihat oleh supervisor sebagai pengamat terhadap proses pembelajaran.
Supervisor harus mengusahakan data yang objektif, menganalisis, dan

13

menginterpretasikan secara kooperatif dengan guru tentang apa yang telah
berlangsung dalam mengajar.
Proses ini merupakan proses yang penting untuk mengembangkan perilaku
guru dengan memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus bersifat deskriptif,
spesifik, konkret, bersifat memotivasi, aktual, dan akurat, sehingga betul-betul
bermanfaat bagi guru. Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1981)
mengemukakan lima manfaat pertemuan balikan yaitu :
a. Guru diberi penguatan dan kepuasan.
b. Isu-isu dalam pengajaran dapat didefinisikan bersama supervisor dan
guru yang tepat.
c. Supervisor bila perlu mengintervensi guru secara langsung untuk
memberikan bantuan didaktis dan bimbingan.
d. Guru bisa dilatih untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri.
e. Guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan profesional
diri di masa mendatang.
Keseluruhan tahap di dalam proses supervisi klinis dapat digambarkan dalam
bagan siklus supervisi sebagai berikut :


TAHAP PERTEMUAN AWAL
1. Menganalisis rencana pelajaran
2. menetapkan bersama aspek-
aspek yang akan diobservasi
dalam mengajar
TAHAP OBSERVASI MENGAJAR
1. Mencatat peristiwa selama
pengajaran
2. Catatan harus objektif dan
selektif
TAHAP PERTEMUAN BALIKAN
1. Menganalisis hasil observasi bersama guru
2. menganalisis perilaku mengajar.
3. bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk membantu
perkembangan keterampilan mengajar berikutnya
Sumber : Diadaptasikan dari Alexander mackie College of Advance Education (1981). Supervision of Practice
Teaching. Primary Program, Sydney Australia, halaman 2
Gambar 1.2. Siklus Supervisi Klinis

14

G. Penerapan Supervisi Klinis Dalam Proses Pembelajaran
Untuk menunjang pengalaman lapangan maka proses kegiatan yang harus
dilaksanakan guru adalah : Mengadakan diskusi dengan supervisor mempelajari
literatur tentang keterampilan mengajar yang lain sehingga pada akhirnya guru
dapat melaksanakan keterampilan-keterampilan mikro secara terpadu dalam
kegiatan belajar-mengajar.
Dalam rangka pengorganisasian maka perlu diadakan koordinasi kerja
diantara komponen dalam lembaga pendidikan. Tenaga kependidikan secara
efisien dan efektif dapat memperhitungkan kendala-kendala yang ada serta
fasilitas yang tersedia.
Penerapan supervisi klinis adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari teori-teori dan hasil-hasil penelitian tentang berbagai
keterampilan mengajar.
2. Melihat dan membicarakan hasil rekaman baik video maupun audio dari
model-model mengajar yang ada.
3. Pengenalan lebih lanjud, penghayatan dan latihan penerapan dengan teman
dalam bidang study tertentu.
4. Mengadakan perencanaan pengajaran mikro yang dibantu oleh supervisor.
5. Implementasi mengajar mikro dengan proses supervisi klinis.
6. Mengadakan latihan mengajar ulang dalam bentuk pengajaran mikro..
7. Menggunakan keterampilan tersebut dalam praktek mengajar di sekolah.
H. Kendala Saat Pelaksanaan Supervisi Klinis
Beberapa kendala yang pada saat ini dirasakan merupakan penghambat
pelaksanaan supervisi klinis dalam proses pengajaran mikro dan pengalaman
lapangan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya lembaga pembimbing dan tenaga teknis untuk melayani dan
memelihara di lembaga pendidikan tentang supervisi klinis.
2. Keterbatasan dana dan sarana yang tersedia.
3. Sistem manajemen pendidikan di sekolah yang kurang memperhatikan
supervisi klinis.
4. Angka perbandingan (rasio) yang tinggi antara calon guru dengan supervisor.
5. Labilnya sistem organisasi kelembagaan serta tata aturannya.


15

BAB III
ANALISIS ARTIKEL
A. JURNAL NASIONAL
1. Implementasi Supervisi Klinis dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan
Guru Mengelola Proses Pembelajaran pada Guru SD Se-Gugus VII
Kecamatan Sawan
Penulis : Luh Amani,Nyoman Dantes,Wayan Lasmawan
Objek Penelitian : Guru IPS SD Se-Gugus VII Kecamatan Sawan mulai
kelas 4, 5, 6
Tempat Penelitian : Kecamatan Sawan
Latar Belakang
Permasalahan yang dialami SD se gugus VII Kecamatan Sawan, yaitu
selain keterbatasan tenaga guru yang dimiliki tidak sesuai dengan jumlah
guru yang diperlukan juga tingkat kemampuan guru dalam mengajar masih
sangat rendah. Maka untuk mengatasi dan mengantisipasi rendahnya mutu
pendidikan salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan. Untuk meningkatkan pelayanan
pendidikan pada tingkat instruksional harus dimulai dari peningkatan kualitas
layanan yang secara operasional dilaksanakan oleh guru. Hal ini
berlandaskan pada pemikiran bahwa guru memegang peranan yang sangat
vital dan strategis dalam upaya pengembangan dan pembaharuan
pendidikan.
Data di lapangan menunjukkan bahwa saat ini prestasi peserta didik
atau nilai ulangan semester I dan II tahun pelajaran 2011/2012 di SD Se-
Gugus VII masih jauh dari harapan. Sebagai indikator adalah hasil analisis tes
peserta didik dengan ketuntasan belajar kurang 75%. Demikian juga
pencapaian nilai ujian akhir sekolah bidang studi IPS masih jauh dari KKM
yang ditentukan. Dari hasil pengamatan langsung observasi awal, salah satu
penyebabnya guru yang mengajar di sekolah tersebut belum mengetahui
strategi dan teknik mengajar atau cara penerapan proses belajar-mengajar

16

secara benar dan efektif, karena mayoritas guru-guru yang mengajar dalam
penerapan metode/model kurang bervariasi dan menganggap kemampuan
siswa sama dengan guru. Ternyata dalam melaksanakan pembelajaran
banyak guru yang mengalami kesulitan, sehingga hasil belajar siswa kurang
optimal.
Fenomena tersebut menunjukkan adanya masalah yang dihadapi guru
dalam melaksanakan proses yang segera dapat diatasinya. Oleh karena itu
diperlukan tindakan kegiatan Supervisi Klinis yang dilaksanakan oleh
seorang pengawas sekolah yang menangani dan mempertimbangkan
masalah pembelajaran yang dihadapi guru serta faktor-faktor yang menjadi
penyebabnya melalui supervisi klinis.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Peningkatan kemampuan guru mata pelajaran IPS SD Se-Gugus VII
Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam merencanakan
proses pembelajaran setelah diadakan supervisi klinis.
2. Peningkatan kemampuan guru mata pelajaran IPS SD Se-Gugus VII
Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam melaksanakan
proses pembelajaran setelah diadakan supervisi klinis.
3. Peningkatan kemampuan guru mata pelajaran IPS SD Se-Gugus VII
Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam melengkapi
administrasi setelah diadakan supervisi klinis.
4. Kendala-kendala apa yang dihadapi guru mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) SD Se-Gugus VII Kecamatan Sawan tahun
pelajaran 2012/2013 dalam mengelola proses pembelajaran dengan
menggunakan supervisi klinis.

Metodologi
Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang akan dilaksanakan dalam
2 (dua) siklus, tiap siklus ada 4 tahap yaitu 1) perencanaan tindakan, 2)
implementasi tindakan, 3) observasi dan interpresentasi tindakan, dilanjutkan
dengan analisis dan evaluasi, dan 4) refleksi.


17

Siklus I
1. Perencanaan Tindakan pertama digunakan untuk mengetahui kemampuan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan
cara menilai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Adapun
langkah- langkah yang akan ditempuh dalam siklus pertama adalah sebagai
berikut :
a. Peneliti menilai guru yang sedang melaksanakan proses pembelajaran
dengan menggunakan Instrumen Penelitian Keterampilan Guru (APKG I).
b. Guru menerima hasil penilaian dari peneliti, kemudian guru mendiskusikan
bagian-bagaian pelaksanaan proses pembelajaran yang masih dianggap
kurang.
c. Mengadakan tindakan balikan
d. Mengadakan tindak lanjut
2. Pelaksanaan Tindakan (Implementasi) Pelaksanaan tindakan pada siklus ini,
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Peneliti menilai guru yang sedang melaksanakan proses pembelajaran
dengan menggunakan Instrumen Penelitian Keterampilan Guru (APKG I).
b. Guru menerima hasil penilaian dari peneliti, kemudian guru mendiskusikan
bagian-bagaian pelaksanaan proses pembelajaran yang masih dianggap
kurang.
c. Mengadakan tindakan balikan
d. Mengadakan tindak lanjut
3. Pengamatan / Observasi (Monitor Impelemtasi, dan Efek) Pengamatan
dilaksanakan oleh peneliti, pengamatan diarahkan kepada :
a. Memeriksa administrasi guru yang meliputi: 1) Program tahunan, 2) Program
semester, 3) Silabus, 4) RPP, 5) Jurnal Harian, 6) Daftar Persensi Siswa, 7)
Daftar Nilai, 8) Program Perbaikan dan pengayaan.
b. Pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi: 1) Penguasaan materi
pembelajaran, 2) Pendekatan atau strategi pembelajaran, 3) Pemanfaatan
sumber atau media pembelajaran, 4) Pembelajaran yang memicu dan
memelihara keterlibatan siswa, 5) Penilaian proses dan hasil belajar, 6)
Penggunaan bahasa.

18

4. Evaluasi dan Refleksi (Penjelasan Implementasi dan Revisi).
Pada kegiatan tindakan balikan, peneliti mengikutsertakan semua guru kelas,
dengan maksud sebagai pembinaan khusus penyusunan RPP. Guru yang
dijadikan subyek penelitian dalam kegiatan tindakan balikan memaparkan
pengalamannya, yaitu membandingkan antara proses pembelajaran yang
dilaksanakan sebelum dilibatkan dalam penelitian tindakan sekolah dengan
yang dilaksanakant setelah dilibatkan pada penelitian tindakan sekolah.
Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan dengan penyempurnaan proses
pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi siklus I. Subjek penelitian ini
adalah para guru mata pelajaran IPS kelas IV, V, dan VI se-Gugus VII
Kecamatan Sawan dengan jumlah 21 orang. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Metode
observasi digunakan untuk mencari data mengenai kemampuan guru
mengelola proses pembelajaran. Metode observasi ini dilengkapi dengan
instrumen yang berupa format observasi. Yang akan diobservasi dalam
kegiatan supervisi klinis ini adalah kemampuan guru mengelola proses
pembelajaran yang sesuai dengan Permendiknas No. 41 Tahuan 2007.
Metode wawancara digunakan utnuk mengumpulkan data tentang kendala-
kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS. Metode
wawancara dilengkapi dengan pedoman wawancara. Instrumen yang dibuat
kemudian dikonsultasikan dengan ahli.
Validasi yang dilakukan adalah validasi isi atau uji pakar. Mekanisme
perhitungan tersebut adalah sebagai berikut: a) para pakar yang dipercaya
menilai instrument per-butir, dengan menggunakan skala, b) dilakukan
pengelompokan skala, c) hasil penilaian para pakar ditabulasi dalam bentuk
matriks, d) dibuat tabulasi silang, e) dilakukan perhitungan validitas isi.
Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya
dilakukan analisis data. Data kemampuan guru mengelola proses
pembelajaran dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Metode
analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan
dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti angka rata-
rata (Mean) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga

19

diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010:8). Tingkatan kemampuan guru
mengelola proses pembelajaran dapat ditentukan dengan membandingkan
M(%) atau rata- rata persen ke dalam PAP skala lima. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan yang dapat dicapai pada sebuah tindakan, maka perlu
ditentukan kriteria keberhasilan yang dapat diamati dari indikator-indikator
ketercapaian. Kriteria keberhasilan penelitian ini dapat diukur dari
ketercapaian peningkatan kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila kemampuan guru
dalam mengelola proses pembelajaran berada pada kategori sangat baik.
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan skenario yang telah
ditentukan. Pada siklus I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Pelaksanaan
supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru mengelola proses
pembelajaran dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari. Secara
rinci pertemuan I sampai pertemuan ke IV dituangkan dalam tabel berikut.
Tabel 1 Pelaksanaan Tindakan Pertemuan I hingga Pertemuan IV
No. Hari/Tanggal Pertemuan Materi
1. Sabtu, 5-1-2013 Menyusun RPP
2. Sabtu, 19-1-2013 Melaksanakan Proses
Pembelajaran
3. Sabtu, 26-1-2013 Kelengkapan Administrasi
4. Sabtu, 2-2-2013

Kendala-kendala yang dihadapi
oleh guru mata pelajaran IPS
dalam mengelola proses
pembelajaran

Pelaksanaan observasi dan pemantauan dilakukan oleh peneliti dengan
mengikuti prosedur pelaksanaan yang telah ditetapkan. Selama proses
observasi berlangsung dilakukan pengamatan oleh peneliti dibantu oleh
kepala sekolah. Hasil analisis data dilihat dari aspek merencanakan proses
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, dan kelengkapan
administrasi dapat dilihat pada tabel berikut.

20

Tabel 2 Data Penelitian pada Siklus I
Kemampuan guru
merencanakan proses
pembelajaran
Kemampuan guru
melaksanakan proses
pembelajaran
Kelengkapan
administrasi guru

78,28% (baik) 75,83% (baik) 78,70% (baik)

Dari Tabel 2 terlihat rata-rata kemampuan guru mengelola proses
pembelajaran berada pada kategori baik. Untuk itu tindakan perlu dilanjutkan
untuk mencapai kategori sangat baik. Maka dilanjutkan pelaksanaan tindakan
pada siklus II. Pada siklus II dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, yang
dilakukan pada bulan Pebruari sampai dengan Maret. Secara rinci pertemuan
I sampai pertemuan ke IV dituangkan dalam tabel berikut.
Tabel 3 Pelaksanaan Tindakan Pertemuan I hingga Pertemuan IV
No. Hari/Tanggal
Pertemuan
Materi
1. Sabtu, 16-2-2013 Menyusun RPP
2. Sabtu, 26-2-2013 Melaksanakan Proses Pembelajaran
3. Sabtu, 2-3-2013 Kelengkapan Administrasi
4. Sabtu, 9-3-2013

Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru
mata pelajaran IPS dalam mengelola
proses pembelajaran

Hasil analisis data dilihat dari aspek merencanakan proses pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran, dan kelengkapan administrasi dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4 Data Penelitian pada Siklus II
Kemampuan guru
merencanakan proses
pembelajaran
Kemampuan guru
melaksanakan proses
pembelajaran
Kelengkapan
administrasi guru

92,19% (sangat baik) 97,38% (sangat baik) 95,32% (sangat baik)


21

Dari Tabel 4 terlihat rata-rata kemampuan guru mengelola proses
pembelajaran berada pada kategori sangat baik. Dengan demikian penelitian
ini dihentikan dan dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil analisis dari
siklus I ke siklus II terlihat dari adanya peningkatan rata-rata dan kriteria
kemampuan guru mengelola proses pembelajaran baik dalam merencanakan
proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, maupun
kelengkapan administrasi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat
ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru IPS SD
Gugus VII Kecamatan Sawan dalam merencanakan proses pembelajaran
yang sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007. Hal ini terlihat dari
tingkat kemampuan guru pada siklus I sebesar 78,28% yang tergolong
baik, meningkat pada siklus II menjadi 92,19% yang tergolong sangat baik.
Sepervisi klinis yang diterapkan mampu mengatasi kesulitan dan hambatan
guru dalam merencanakan proses pembelajaran, karena sifatnya yang
kolegial. Tidak ada lagi instruksi yang bersifat menekan, tetapi diskusi atau
interaksi yang kondusif.
2. Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru IPS SD
Gugus VII Kecamatan Sawan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Hal ini terlihat dari tingkat kemampuan guru melaksanakan proses
pembelajaran pada siklus I sebesar 75,83% yang tergolong baik,
meningkat pada siklus II menjadi 97,38% yang tergolong sangat baik.
Melalui supervisi klinis yang bersifat kolegial, guru dengan leluasa
mengemukakan kesulitannya dalam melaksanakan proses pembelajaran,
sehingga peneliti bisa memberikan penjelasan yang lebih mendalam dan
akhirnya kemampuan guru lebih meningkat.
3. Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru IPS SD
Gugus VII Kecamatan Sawan dalam melengkapi administrasi. Hal ini
terlihat dari tingkat kelengkapan administrasi pada siklus I sebesar 78,70%
yang tergolong baik, meningkat pada siklus II menjadi 95,32% yang
tergolong sangat baik.

22

4. Penerapan supervisi klinis dapat mengatasi kendala-kendala yang dihadapi
guru dalam mengelola pembelajaran IPS. Hal ini terlihat dari tingkat
persentase pada siklus I sebesar 70,76% yang tergolong cukup, meningkat
pada siklus II menjadi 94,67% yang tergolong sangat baik.

2. Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Supervisi Klinis di SMPN
Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara
Penulis : Yusni Siregar
Objek Penelitian : Guru IPA SMPN Kecamatan Medang Deras
Tempat Penelitian : SMPN Medang Deras
Latar Belakang
Berdasarkan wawancara penulis dengan Kepala Sekolah dan
beberapa siswa di SMP Negeri Batu Bara, mengesankan bahwa terdapat
kurang kompetennya guru IPA dalam mengajar, disiplin guru yang masih
kurang, semangat kerja yang masih rendah, masih banyak guru yang
mengajar menggunakan cara tradisional, dan belum sepenuhnya mengacu
pada tuntutan kurikulum melalui kegiatan pembelajaran efektif dan kreatif.
Belum semua guru menyiapkan silabus, RPP, menggunakan media,
menentukan metode pembelajaran, dan perangkat pembelajaran yang
lainnya, pada saat mengajar sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
juga kurang jelas yang akhirnya berdampak pada masih rendahnya hasil
belajar siswa, seperti masih rendahnya nilai Ujian Nasional (UN) siswa, dan
rendahnya nilai IPA yang diperoleh pada Olimpiade Sain Nasional (OSN).
Dilihat bahwa nilai IPA masih belum menggembirakan karena masih
terdapat siswa yang berada di bawah nilai batas lulus (5,50). Selain
berdasarkan nilai Ujian Nasional ada indikator lain yang membuat peneliti
melakukan penelitian ini, bahwa khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) Krieria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMPN Batu BaraThn
pelajaran 2009/2010 adalah 65,00, peneliti ingin KKM tersebut menjadi 75,00
setelah diadakannya workshop dan supervisi klinis.
Keluhan guru IPA bahwa mereka masih merasakan sulit dalam
membuat dan menyusun silabus maupun RPP terutama dalam menentukan

23

indikator dan tujuan pembelajaran. Guru-guru IPA memandang bahwa
perencanaan yang mereka susun dalam pembuatan silabus dan RPP sebagai
kerja rutin untuk kepentingan administrasi sekolah yang implementasinya
kurang diperhatikan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas penulis tertarik
melakukan Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul Upaya meningkatkan
kinerja guru melalui supervisi klinis di SMP Negeri Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batu Bara
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan:
a. Prosentase peningkatan kinerja guru IPA dalam menyusun perangkat
pembelajaran melalui supervisi klinis
b. Prosentase peningkatan kinerja guru IPA dalam merencanakan proses
kegiatan pembelajaran di kelas melalui supervisi klinis
c. Prosentase peningkatan kinerja guru IPA dalam merencanakan bentuk
penilaian melalui supervisi klinis

Metodologi
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batu Bara. Sebelum pelaksanaan supervisi klinis di sekolah-
sekolah Negeri di Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara terlebih
dahulu dilaksanakan workshop di SMP Negeri 2 Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batu Bara.
Peneliti menggunakan Action research, menggunakan model Kemmis
yang terdiri dari 4 (empat) fase kegiatan yaitu merencanakan, tindakan,
mengamati, dan merefleksi.
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kemampuan guru
IPA dalam merancang pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah dan
kegiatan supervisi klinis setelah mengikuti workshop. Data ini dianalisis
dengan menggunakan teknik prosentase. Data kinerja guru saat dilakukan
kegiatan implementasi di sekolah-sekolah dianalisis dengan teknik
prosentese. Untuk melihat peningkatan kinerja guru IPA dilihat dari
prosentese peningkatan yang dibandingkan dari siklus pertama dengan siklus

24

yang kedua. Data hasil observasi terhadap kinerja guru dilakukan analisis
Vygette dan merujuk pada teori-teori yang relevan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Pelaksanaan penelitian pada Siklus 1 yang Dilakukan Oleh
Peneliti Terhadap Guru Dalam Workshop di SMP Negeri 2 Medang Deras,
dirangkum pada Tabel 1 berikut

Kemudian Hasil Pelaksanaan Siklus 1 yang Dilakukan Oleh Peneliti Terhadap
Pengawas Sekolah Dalam Workshop di SMP Negeri 2 Medang Deras, seperti
pada Tabel 2 berikut.


25

Refleksi hasil pelaksanaan siklus 1 yang dilakukan oleh peneliti
terhadap 10 orang guru IPA pada workshop di SMP Negeri 2 Medang Deras
adalah: (a) 53% guru cukup memahami cara menyusun perangkat
pembelajaran IPA yang dijelaskan oleh peneliti, (b) 56% guru cukup
memahami cara menyusun proses kegiatan pembelajaran IPA yang
dijelaskan oleh peneliti; (c) 48% guru cukup memahami cara merencanakan
bentuk penilaian pembelajaran IPA.
Refleksi hasil pelaksanaan siklus 1 yang dilakukan oleh peneliti
terhadap 5 orang pengawas sekolah pada workshop di SMP Negeri 2
Medang Deras adalah: (a) 66% pengawas sekolah memahami cara
menyusun perangkat pembelajaran IPA yang dijelaskan oleh peneliti dengan
baik, (b) 58% pengawas sekolah cukup memahami cara menyusun proses
kegiatan pembelajaran IPA yang dijelaskan oleh peneliti; (c) 42% pengawas
sekolah cukup memahami cara merencanakan bentuk penilaian
pembelajaran IPA.
Hasil Siklus 2 Pertemuan 1 (Pengawas Sekolah Menjelaskan Cara
Menyusun Perangkat Pembelajaran, Menyusun Proses Kegiatan
Pembelajaran, Merencanakan Bentuk Penilaian Pembelajaran IPA ) disajikan
pada Tabel 3.

Hasil Pelaksanaan Siklus 2 Pertemuan 1 yang Dilakukan Oleh
Pengawas Sekolah Terhadap Guru Dalam Workshop di SMP Negeri 2
Medang Deras seperti pada Tabel 4 berikut.


26


Hasil Siklus 2 Pertemuan 2 (Pengawas Sekolah Meminta Guru
Menyusun Perangkat Pembelajaran, Menyusun Proses Kegiatan
Pembelajaran, Merencanakan Bentuk Penilaian Pembelajaran IPA), disajikan
pada Tabel 5 berikut.



27

Refleksi hasil pelaksanaan siklus 2 pertemuan 2 yang dilakukan oleh
pengawas sekolah terhadap 10 orang guru IPA pada workshop di SMP
Negeri 2 Medang Deras adalah: (a) 100% guru menyusun perangkat
pembelajaran IPA yang dijelaskan oleh pengawas sekolah dengan sangat
baik, (b) 100% guru menyusun proses kegiatan pembelajaran IPA yang
dijelaskan oleh pengawas sekolah dengan sangat baik; (c) 100% guru
merencanakan bentuk penilaian pembelajaran IPA yang dijelaskan oleh
pengawas sekolah dengan sangat baik, sudah sesuai dengan yang
diharapkan sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Nilai rata-rata kinerja guru IPA di SMP Negeri Kecamatan Medang
Deras Kabupaten Batu Bara mengerjakan penyusunan perangkat
pembelajaran IPA, menyusun proses kegiatan pembelajaran IPA, dan
merencanakan bentuk penilaian pembelajaran IPA meningkat dari siklus 1 ke
siklus 2 pertemuan 2 yaitu: 52,87 menjadi 100,00. Peningkatan nilai ratarata
kinerja guru adalah: 100% - 52,87% = 47,13%

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa simpulan dalam penelitian
tindakan sekolah ini yaitu:
1) Peningkatan kinerja guru IPA tingkat SMP Negeri Kecamatan Medang
Deras Kabupaten Batu Bara menyusun perangkat pembelajaran IPA
melalui supervisi klinis dari siklus 1 ke siklus 2 pertemuan 2 yaitu: 54,50
menjadi 100,00. Peningkatan nilai rata-rata kinerja guru menyusun
perangkat pembelajaran IPA adalah: 100% - 54,50% = 45,50%,
2) Peningkatan kinerja guru IPA di SMP Negeri Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batu Bara merencanakan proses kegiatan pembelajaran IPA
melalui supervisi klinis dari siklus 1 ke siklus 2 pertemuan 2 yaitu: 55,70
menjadi 100,00. Peningkatan nilai rata-rata kinerja guru merencanakan
proses kegiatan pembelajaran IPA adalah: 100% - 55,70% = 44,30%,
3) Peningkatan kinerja guru IPA di SMP Negeri Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batu Bara merencanakan bentuk penilaian pembelajaran IPA
melalui supervisi klinis dari siklus 1 ke siklus 2 pertemuan 2 yaitu: 48,40
menjadi 100,00. Peningkatan nilai rata-rata kinerja guru merencanakan
bentuk penilaian pembelajaran IPA adalah: 100%-48,40 % =51,60%,

28

4) Peningkatan kinerja guru IPA di SMP Negeri Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batu Bara mengerjakan penyusunan perangkat pembelajaran
IPA, menyusun proses kegiatan pembelajaran IPA, dan merencanakan
bentuk penilaian pembelajaran IPA meningkat dari siklus 1 ke siklus 2
pertemuan 2 yaitu: 52,87 menjadi 100,00. Peningkatan nilai ratarata
kinerja guru adalah: 100% - 52,87% = 47,13%.

B. JURNAL INTERNASIONAL
1. Effects of Modified Clinical Supervision on Teacher Instructional
Performance

Writer : Dr P.N. Okorji and Dr R.N. Ogbo
Research Object : Teachers at Secondary School
Area of The Study : Abakaliki Local Government Area (L.G.A), Ebonyi
L.G.A. Ohaukwu L.G.A., Izzi L.G.A.
Method : Research Design with the Quasi Experimental Design.
Background:
In Ebonyi State of Nigeria, an educationally backward state in Nigeria,
(World Bank, 2000), the present practice in the secondary school system
is that teachers are assessed professionally for on the job growth and
development through the traditional method of instructional supervision.
Ogbo (2005) observed that experts have continually criticized this method on
account of its inclination towards fault finding and sanctioning of teachers
who are found deficient in instructional performance, methods, procedures
and subject content development.
The traditional method of supervision is based on three steps which
involved classroom observation, scoring of lesson notes and writing of
report. The intent is to access the instructional objectives, procedures and
methods. The supervisor, therefore summaries the teachers ability for the
purpose of record keeping and performance evaluation. The traditional
method involves a critical check of the teacher tasks and errors by the
supervisors.

29

Apparently, the teacher in most cases is made to face condemnation for
perceived poor performance or ineffectiveness in the course of teaching in
the classroom. Conversely, little or no effort is made to share empathy
with the teachers by the supervisors. Nworgu (1980), Oliatan(1981) and
Ogunsaju(1983) maintained that most teachers would avoid supervision for
fear of this apparent fear, perhaps may be to shy away of being ridiculed or
made object caricature by supervisors. Thus, teachers consider every visit
of supervisors as attack on their personality.
In the school system in Nigeria, there are both male and female teachers
who constitute the practitioners. Findings appear to suggest that there are more
female teachers than males in our school systems today. The current poor
instructional competence of teachers which appears to have impacted
negatively on the scholastics achievement of students in their senior
secondary school certificate is an issue of concern to stake holders of education.
It appears that the current supervisory practice in use in school do not provide
the necessary instructional guidance needed by teachers. Modified clinical
supervision, which involves interpersonal interaction, diagnosis and clinical
assistance to teachers, may well likely provide the best instructional
assistance teacher need. Thus, it needs to be subjected to empirical proof
in Ebonyi Secondary School system and this is the aim of this research paper.
Results:
The findings of the study based on the research questions are presented
in the following tables:
Research Question I. What is the effect of modified form of Cogans clinical
supervision approach on teachers instructional performance?.
Table I. Pretest and Post-test mean scores of teachers supervised using
Cogans approach (treatment) and those supervised using traditional
conventional approach (control).



30

Group No Pre-test Mean No Post-test mean Standard
Deviation
Treatment group 20 37.6 20 80.350 5.575
Control group 20 35.85 20 58.9 11.65
Table I revealed that the clinical method of supervision is more
effective in improving the performance of secondary school teachers in
Ebonyi State. Teachers supervised using modified cogans clinical
supervision approach had a mean score of 80.35 while their counterpart
supervised with the traditional approach had a mean of 58.9.
Research Question 2. What is the effect of the modified form of clinical
supervision approach on instructional performance of male and female
teachers?
Table 2. Mean scores of Male and Female Teachers supervised with cogans
clinical supervision.
Group No Pre-test Mean Post-test mean Standard
Deviation
Males 20 37 67.16 14.67
Females 20 43.66 72.10 13.44
The result as revealed from Table 2 shows that the Cogans clinical
supervision approach proved to be more effective on female teachers
than the males. The data on the table attest to this finding.
Research Question 3. What is the interaction effect of modified Cogans
clinical supervision and gender on teachers instruction performance?
Table 3. Interaction between gender on Cogans modified supervision?
Gender Group No Male X Female X
Mean for Treatment 20 67 72
Mean for Control 20 57.49 60.32

31

Evidence from table 3 shows that there is no interaction between
supervisory model and gender on teachers instructional performance.
This implies that the Cogan model is most suitable for both male and female
teachers.
Conclusions:
The several reforms in Nigeria Education system is geared towards
exploring ways to better educate learners and improve out comes. Clinical
supervision of instructions is a supervisory package designed to help
teachers improve on instruction and increasing professional growth. The
findings from the research suggest that modified clinical supervision is
gradual on teachers in that it induces some level of effectiveness on the
teachers through supervisors. The modified clinical supervision engenders
cordiality among teachers and supervisors, therefore. The implication therefore
is that the supervisory approach to an extent removes fear and anxiety
experienced by teachers in traditional supervision.
2. Use of Clinical Supervision Cycle in the Assessment of Teacher Trainees
in Physical Education in Kenya

Writer : KIRUI Kipngetich E. J. and AMHED Osman
Research Object : Teacher trainees in physical education at Primary
School
Area of the study : Rift-Valley Zone in Kenya
Method : Mixed Methods Methodology
Background:
A successful student teaching experience is the keystone of pre-service
teacher preparation. As envisioned, one of the main challenges of effective
curriculum instruction in physical education in schools is the nature of
supervision of teachers during training. If the preparations ofteachers are not
done well, the results will alway s be disparities between the promises and
realities in schools in the implementation of innovations or even existing
curriculum policies as is the case of physical education in primary schools.


32

Results:
The preparation of teacher trainees for TP in Physical Education
curriculum and the use of clinical supervision cycle to assess the trainees
were easily explained using qualitative approach. The results were best
explained as the respondents insights were captured. This study used
quantitative approach in order to inform on the sample size of the
respondents, quantify categorization of respondents, and present the means,
percentages and even apply chi-square statistic in order to further understand
the differences noted in the descriptive statistics on aspects of training of
teachers in physical education.
For qualitative:
The interviewed PE specialists were not attuned to the clinical supervision cycle
that this study sought to establish whether it was in use in colleges. They
seemed to have been familiar with the classroom observation stage and
feedback conferencing, but they gave sparse information. Their
understanding of post-observation or feedback conference stage mainly
hinged on the comments students are given after the lesson, to them it is not an
interactive process. The assessor only reads to the trainee a list of several
mistakes he/she committed during the lesson.

For quantitative:
Hypothesis Testing
HO1:There is no significant relationship between target setting in pre-
observation conference and the giving of high quality feedback in post-
observation conference to the trainee by the assessor.
To test this hypothesis, the Chi-Square (2) test was used. This is
because the variables were measured at the nominal and ordinal scales. A
significant 2 test result indicates that the two variables are not independent.
When the value is not significant, variables are independent. The results indicate
2 (df 16) = 23.109, p> 0.05(Appendix C). The results are not significant.
Therefore, this researcher has failed to reject the hypothesis. There seems to be
no relationship between target setting in pre-observation conference and the

33

giving of high quality feedback during postobservation conference to the teacher
trainees by the assessor.
Clinical supervision cycle is not fully exploited in the assessment of teacher
trainees in physical education at some point in teaching practice in TTCs in
Kenya
Conclusions:
It has become known in this study that the use of clinical supervision cycle in
the training and assessment of teacher trainees in physical education in TTCs is
largely not used. This puts into spotlight the nature and quality of trainees who
are expected to insure the lives of the young children and teens in physical
education and sports in schools when they graduate from TTCs. Clinical
supervision is the creation of a helping relationship between the supervisor and
trainee. The use of clinical supervision of studentteachers will persuade them to
reach their potential without the threat and apprehension that usually accompany
supervision and evaluation. As researchers, our understandings are consistent
with Bernard and Goodyear (1998) that whenever a trainee is deprived of
appropriate training and supervision, the professional community is diminished

















34

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dengan hubungan yang
intens berlanjut dan matang antara supervisor dan guru searah dengan
perbaikan praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas
pelayanan belajar secara berkelanjutan dan konsisten
2. Supervisi klinis memiliki karakteristik atau fokus antara lain, merubah cara
mengajar serta didasarkan atas bukti pengamatan.
3. Tujuan supervisi klinis meliputi tujuan umum dan khusus
4. Kriteria dan teknik supervisi klinis meliputi pertemuan pendahuluan,
observasi guru pada saat bekerja dan peninjauan pola atau teknik balikan

B. Saran
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, maka berbagai upaya
harus dilakukan oleh stakeholder pendidikan. Salah satu upaya yang
dimaksud adalah supervisi guru. Supervisi guru bukan hanya dilakukan oleh
supervisor tetapi dapat pula dilakukan oleh kepala sekolah maupun teman
sejawat dengan melakukan supervisi klinis. Kegiatan supervisi klinis dapat
dilaksanakan dengan baik setelah memahami konsep dan langkah-langkah
pelaksanaan supervisi klinis.







35

DAFTAR PUSTAKA
Glickman, Carl D. Supervision and Instructional Leadership. Boston: Pearson Inc,
2010.
https://www.academia.edu/6047330/Makalah_supervise_klinis_fix, diakses pada 23
April 2014.
Mukhtar dan Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung
Persada Press, 2009.
Rivai, Moch. Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jammers, 1987.

Sergiovanni,Thomas J. Supervision: Human Perspectives. New York: McGraw Hill,
1983.

Sullivan, Susan. Supervision that Improves Teaching and Learning .
California:Corwin, 2009.

Sagala,Syaiful. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sergiovanni, Thomas J. Supervision: Human Perspectives. New York: McGraw Hill,
1983.

Anda mungkin juga menyukai