Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SUPERVISI KLINIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Evaluasi dan Supervisi Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu:
1. Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd.
2. Prof. Dr. Kartono, M. Si.

Oleh:
Rizki Ahid Nurhasanah (0401518007)
Dian Romadhina (0401518022)
Misbahul Munir (0401518027)
Radika Widiatmaka (0401518041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena


berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Supervisi
Klinis”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi dan
Supervisi Pembelajaran.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan


bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Semarang, 15 Mei 2019

Kelompok 4
iii

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi Klinis .......................................................................... 3
B. Pentingnya Supervisi Klinis ......................................................................... 4
C. Tujuan Supervisi Klinis ............................................................................... 5
D. Karakteristik Supervisi Klinis ...................................................................... 6
E. Prinsip Supervisi Klinis…………………………………………………….7
F. Prosedur Supervisi Klinis…………………………………………………..9
G. Implementasi Supervisi Klinis……………………………………………13

BAB III PENUTUP


A. Simpulan ..................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan supervisi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh


pihak sekolah, yaitu bisa dilakukan oleh kepala sekolah atau guru yang
memang sudah ditunjuk oleh kepala sekolah untuk menilai kinerja guru.
Salah satu kegiatan supervisi yang akan berdampak pada hasil belajar
peserta didik adalah kegiatan supervisi klinis. Aziz (2017) menyatakan
bahwa supervisi klinis sebagai suatu sistem instruksional yang
menggambarkan perilaku supervisor yang berhubungan secara langsung
dengan guru atau kelompok guru untuk memberikan dukungan, membantu,
dan melayani guru untuk meningkatkan hasil kerja guru dalam mendidik
para siswa.
Melalui kegiatan supervisi klinis akan dilihat bagaimana kinerja
seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Kepala sekolah
sebagai seorang supervisor akan melakukan penilaian terhadap cara
mengajar guru di kelas. Beberapa hal yang akan dijadikan penilaiannya
adalah tentang rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru,
bagaimana guru mengajar di kelas, metode yang digunakan, media
pembelajaran, instrumen penilaian dan hal-hal yang secara teknis dapat
mempengaruhi cara mengajar seorang guru di kelas. Pelaksanaan supervisi
klinis diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme seorang guru dan
dampaknya pun akan dirasakan oleh siswa berupa peningkatan hasil belajar
siswa.

1
2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang


akan dikaji pada makalah ini adalah:

1. Apa pengertian dari supervisi klinis?


2. Apa pentingnya supervisi klinis?
3. Apa tujuan diadakannya supervisi klinis?
4. Bagaimana karakteristik supervisi klinis?
5. Bagaimana prinsip supervisi klinis?
6. Bagaimana prosedur supervisi klinis?
7. Bagaimana implementasi supervisi klinis?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang disajikan diatas maka tujuan
dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari supervisi klinis.
2. Untuk mengetahui pentingnya supervisi klinis.
3. Untuk mengetahui tujuan diadakannya supervisi klinis
4. Untuk mengetahui karakteristik supervisi klinis.
5. Untuk mengetahui prinsip supervisi klinis.
6. Untuk mengetahui prosedur supervisi klinis.
7. Untuk mengetahui implementasi supervisi klinis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Klinis


Aziz (2017) menyatakan bahwa supervisi klinis sebagai suatu sistem
instruksional yang menggambarkan perilaku supervisor yang berhubungan
secara langsung dengan guru atau kelompok guru untuk memberikan
dukungan, membantu, dan melayani guru untuk meningkatkan hasil kerja
guru dalam mendidik para siswa. Richard Waller sebagaimana dikutip oleh
Bolla (1985) memberikan definisi supervisi klinis sebagai supervisi yang
difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan menjalankan siklus yang
sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual
yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan
modifikasi yang rasional.
Cogan (1973) menyatakan bahwa supervisi klinik adalah upaya
yang dirancang secara rasional dan praktis untuk memperbaiki performasi
guru di kelas, dengan tujuan untuk mengembangkan professional guru dan
perbaikan pengajaran. Baik desainnya maupun pelaksanaannya dilakukan
atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas. Data dan
hubungan antar guru supervisor merupakan dasar program, prosedur, dan
strategi pembinaan perilaku, mengajar guru, dalam mengembangkan
pembelajaran murid-murid. Cogan (1973) juga menekankan bahwa
supervisi klinik adalah upaya bantuan secara langsung yang diberikan
supervisor kepada guru dengan cara melakukan obeservasi dan melakukan
analisis hasil observasi saat guru mengajar agar guru menjadi lebih efektif
dalam melaksanakan tugas mengajar. Praktik supervise klinik dilandasi
teori psikologi, belajar dan pembelajaran, kepemimpinan, teori motivasi,
teori organisasi, teori komunikasi, administrasi, dan manajemen.

3
4

Acheson dan Gall (1987) mengungkapkan bahwa supervisi klinik


sukar diungkapkan dalam kata-kata. Supervisi klinik adalah suatu proses
yang interaktif, berkenaan dengan suatu gaya mengajar guru yang berbeda.
Agar proses supervise klinik menjadi efektif maka antara supervisor dengan
guru bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan memiliki ide, emosi, dan
tindakan untuk pengembangan professional guru dari preservice atau
inservice.
Nuratin (1989) mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah suatu
pembimbingan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas guru
secara sengaja yang dimulai dari pertemuan awal, observasi kelas dan
pertemuan akhir, yang dinalisis secara cermat, teliti, dan objektif untuk
mendapatkan perubahan perilaku mengajar yang diharapkan.
Burhanudin et al. (2007) menyetakan supervisi klinis adalah suatu
bentuk bantuan professional yang diberikan kepada calon guru ataupun guru
berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sitematis dalam
perencanaan, pengamatan yang cermat, dan pemberian balikan yang segera
secara objektif tentang penampilan pengajarnnya yang nyata untuk
meningkatkan keterampilan mengajar dan sikap profesionalnya.
Menurut Daresh (1989) Goldhammer (1969) dan Cogan (1973)
supervise klinis merupakan strategi yang berguna dalam supervisi
pembelajaran sebagai bentuk peningkatan kemampuan profional guru.
Pengelolaan supervise klinis ini dilakukan melalui siklus yang sistematis.
Dimana siklus sistematis ini meliputi perencanaan, observasi yang cermat
atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan objektif
tentang pengelolaan supervise klinis secara nyata.

B. Pentingnya Supervisi Klinis


Aziz (2017) mengemukakan bahwa supervisi klinis diperlukan
untuk digunakan perbaikan cara guru melaksanakan tugas mengajar
menggunakan model dan strategi yang lebih interaktif dapat menjadikan
peserta didik belajar dan bukan mengubah kepribadian guru.
5

Selain itu supervise klinis diperlukan agar terbentuk tujuan mengajar


bagi guru adalah memberika layanan belajar yang berkualitas dapat
tercapai.
Menurut Archeson & Gall (1980) supervisi klinis perlu digunakan
untuk meningkatkan pengejaran guru di kelas lebih spesifik lagi yakni:
(1) Menyediakan umpan balik yang objektif terhadap guru, mengenai
pengajaran yang dilaksanakannya.
(2) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah
pengajaran.
(3) Membantu guru mengembangkan keterampilannya menggunakan
strategi pengajaran.
(4) Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan
lainnya.
(5) Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap
pengembangan professional yang berkesinambungan.

C. Tujuan Supervisi Klinis


Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan
mengajar yang lebih baik. Usaha perbaikan mengajar dan mengajar
ditujukan kepada pencapian tujuan akhir dari pendidikan yaitu
pembentukan pribadi anak secara maksimal. Situasi belajar mengajar di
sekolah-sekolah yang ada sekarang ini menggambarkan suatu keadaan yang
sangat kompleks. Kompleksnya keadaan yang ada ini adalah akibat faktor-
faktor obyektif yang saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan
penurunan hasil belajar. Oleh karena itu perlu adanya penyelesaian yang
dilakukan untuk mengembalikan semangat dan situasi belajar mengajar
yang lebih baik. (Maunah, 2009:26)
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:
a. Membantu guru dengan jelas dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
6

c. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metode-


metode dan sumber-sumber pengalaman belajar.
d. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid –murid dan hasil
pekerjaan guru itu sendiri.
e. Membantu guru-guru baru disekolah sehingga mereka merasa gembira
dengan tugas yang diperolehnya.
f. Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan
sepenuhnya dalam membina sekolah.

Sedangkan tujuan khusus supervisi klinis antara lain adalah:


a. Menyediakan feedback bagi guru yang objektif dari kegiatan mengajar
guru yang baru saja dijalankan.
b. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah mengajar.
c. Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan
strategi belajar.
d. Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi
jabatan atau pekerjaan mereka.
e. Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan
diri secara terus-menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri

D. Karakteristik Supervisi Klinis


Untuk memandu pelaksanaan supervisi pendidikan, karakteristik
yang akan dipaparkan dalam makalah ini yaitu pada supervisi
pengajaran (klinis) karena ini sangat urgen terutama bagi supervisor dan
guru, agar arah yang ditempuh sejalan denganperencanaan (planning) yang
telah ditentukan sebelumnya. Mukhtar dan Iskandar menjelaskan bahwa
supervisi klinis merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan mengajarnya, dan dapat dilaksanakan untuk
kepentingan calon guru dalam pendidikan pra jabatan maupun latihan dalam
jabatan (2009:59) yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan
pengajaran mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu pertemuan
7

pendahuluan (pre-conference), observasi mengajar, dan pertemuan


balikan (post-conference)
b. Supervisi klinis merupakan suatu keperluan mutlak bagi guru maupun
supervisor untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan menilai
tingkah laku dalam profesinya sendiri. Bagi guru berdasar
kemampuannya sendiri untuk mengubah tingkah laku mengajarnya di
kelas ke arah yang lebih baik dan terampil, sedangkan bagi supervisor
untuk menambah pengetahuan, pengalaman serta kemampuannya
dalam memberikan bimbingan.
c. Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervisi klinis adalah
pendekatan profesional dan humanis
d. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru memperbaiki
keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.
e. Fungsi utama supervisor adalah untuk mengajarkan keterampilan
pengajaran kepada guru.
f. Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor
dengan guru
g. Feedback yang diberikan harus secepat mungkin dan secara obyektif.
h. Dalam percakapan balik seharusnya datang dari guru terlebih dahulu.

E. PRINSIP SUPERVISI KLINIS


Acheson dan Gall (dalam Maisyaroh, 1999) mengemukakan tiga
prinsip umum pelaksanaan supervisi klinis yang bertumpu pada psikologi
humanistik, yakni: interaktif, demokratik dan terpusat pada guru. Prinsip
interaktif mensyaratkan adanya hubungan timbal balik yang dekat,
saling memberi dan menerima, memahami dan saling mengerti antara guru
dan supervisor. Prinsip demokratik menekankan adanya keterbukaan antara
guru dan supervisor untuk mengemukakan pendapat, tidak mendominasi
pembicaraan, bersama-sama mendiskusikan dan
mengkaji semua pendapat dalam pertemuan, dan pada akhirnya keputusan
ditetapkan berdasar kesepakatan bersama. Prinsip terpusat pada guru,
8

artinya proses bantuan harus didasarkan pada kebutuhan dan aspirasi guru
serta tetap berada dalam lingkup perilaku guru dalam mengajar
secara aktual.
Dari beberapa prinsip di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip
supervisi klinis meliputi: (1) dilaksanakan dalam hubungan yang
demokratik, interaktif, dan harmonis; (2) terpusat pada kebutuhan dan
aspirasi guru untuk memperbaiki kelemahannya dalam mengajar; (3)
observasi dan analisis umpan balik didasarkan pada kesepakatan yang
dibuat sebelumnya.

Sedangkan menurut Nurtain, prinsip-prinsip supervisi klinis itu


adalah sebagai berikut:
1. Terpusat pada guru ketimbang supervisor. Prinsip ini menekankan
prakarsa dan tanggung jawab meningkatkan keterampilan mengajar dan
menganalisis serta mencari cara meningkatkan keterampilan mengajar
tersebut sangat berkaitan/disesuaikan dengan kebutuhan guru yang
bersangkutan;
2. Hubungan guru dengan supervisor lebih interaktif ketimbang direktif.
Prinsip ini menekankan bahwa antara supervisor dan guru pada
hakikatnya sederajat dan saling membantu dalam meningkatkan
kemampuan dan sikap profesionalnya;
3. Demokratif ketimbang otoritatif. Prinsip ini menekankan kedua belah
pihak harus bersifat terbuka, dalam arti masing-masing pihak
mempunyai hak mengemukakan pendapat secara bebas, namun masing-
masing juga berkewajiban mempertimbangkan pendapat pihak lain
dalam rangka mencapai kesepakatan;
4. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru. Prinsip ini
mengandung arti bahwa kebutuhan mendapatkan layanan supervisi itu
bersumber dan dirasakan manfaatnya oleh guru. Kebutuhan dan aspirasi
guru tidak terlepas dari kawasan penampilan guru di depan kelas;
9

5. Umpan balik dari proses belajar mengajar guru diberikan dengan segera
dan hasil atau kesimpulannya harus sesuai dengan kesepakatan yang
telah dibuat bersama;
6. Layananan supervisi yang diberikan bersifat bantuan dengan tujuan
meningkatkan kemampuan mengajar dan sikap professional guru; dan
7. Pusat perhatian pada waktu berlangsungnya supervisi dalam kegiatan
pengajaran hanya memfokuskan pada beberapa keterampilan saja.
Meskipun keterampilan mengajar dapat digunakan secara integrative,
tetapi untuk peningkatan keterampilan tertentu dapat dilakukan secara
terisolasi agar mudah dikontrol dan diamati.

Supervisor (termasuk kepala sekolah) dalam melaksanakan kegiatan


supervisi klinisnya harus mengacu kepada prinsip-prinsip tersebut di atas
agar hasil yang dicapainya itu optimal. Bila prinsip-prinsip itu tidak
dihiraukan oleh supervisor, maka bisa jadi penyelesaian masalah yang
dihadapi guru yang berhubungan dengan pengelolaan pembelajaran atau
pengajaran tidak mencapai titik temu. Dengan kata lain, masalah tinggallah
masalah tanpa ada penyelesaian yang tuntas.

F. PROSEDUR SUPERVISI KLINIS


Adapun prosedur pelaksanaan supervisi klinis adalah dengan
mengikuti tiga tahapan, sebagaimana dikemukakan oleh Acheson
(1987:13): “In brief, clinical supervision is a model of supervision that
contains three phases: planning conference, classroom observation, and
feedback conference. The most distinctive features of clinical supervision
are its emphases on direct teacher-supervisor interaction and the teacher’s
professional development” Artinya, supervisi klinis dilakukan melalui tiga
tahapan yaitu tahap pertemuan pendahuluan, tahap observasi kelas, dan
tahap pertemuan balikan. Hal yang paling membedakan supervisi klinis
adalah penekanannya pada interaksi langsung guru-supervisor dan
pengembangan professional guru. Tahap pertemuan awal dimaksudkan
sebagai langkah inventarisir masalah yang dihadapi guru; tahap observasi
10

mengajar dimaksudkan sebagai tahap untuk melihat secara real


pembelajaran yang terjadi di dalam kelas; sedangkan tahap pertemuan
balikan merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang kedua tadi.

Gambar Siklus Tahapan Supervisi Klinis

1. Tahap pertemuan awal (tahap pertama); Pada tahap ini yang terpenting
untuk diperhatikan, terutama oleh supervisor, adalah harus dapat
menciptakan suasana yang akrab, terbuka dan penuh persahabatan. Jadi
yang terjalin adalah hubungan kolegial dalam suasana kerjasama yang
harmonis. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama
membicarakan rencana keterampilan yang akan diobservasi dan dicatat.
Menurut Soetjipto, secara teknis diperlukan lima langkah dalam
pelaksanaan pertemuan awal yang meliputi:
a. Menciptakan suasana yang akrab antara supervisor dengan guru;
b. Melakukan kajian ulang rencana pembelajaran (tujuan, bahan,
kegiatan, dan evaluasinya) yang telah dibuat oleh guru;
c. Mengidentifikasi komponen keterampilan (beserta indikatornya) yang
akan diobservasi;
d. Memilih atau mengembangkan instrument observasi yang akan
digunakan;
e. Mendiskusikan bersama untuk mendapatkan kesepakatan tentang
instrument observasi yang dipilih atau dikembangkan
11

Dengan demikian, pada tahap pertemuan pendahuluan supervisor


dan guru bersama-sama membicarakan rencana keterampilan yang akan
diobservasi dan dicatat. Bagi guru maupun supervisor, tahap ini merupakan
kesempatan untuk mengidentifikasi kemampuan atau keterampilan mana
yang memerlukan perbaikan. Keterampilan yang dipilih dan disepakati
kemudian dioperasionalkan dalam bentuk rumusan tingkah laku yang dapat
diamati dan dirumukan pula deskriptornya untuk kepentingan pencatatan
data dan memberikan penafsiran (penilaian).
2. Tahap observasi mengajar (tahap kedua); pada tahap ini guru mengajar atau
melakukan latihan mengenai tingkah laku mengajar yang telah dipilih dan
disepakati bersama pada tahap pertemuan pendahuluan. Ketika guru
praktik/berlatih, supervisor mengadakan observasi dengan menggunakan
alat perekam yang juga telah disepakati bersama. Aspek-aspek yang diamati
adalah segala hal yang telah disepakati yang tercantum dalam instrument
yang juga telah disetujui bersama dalam pertemuan pendahuluan. Fungsi
utama observasi mengajar adalah untuk menangkap apa yang terjadi selama
proses pengajaran berlangsung secara lengkap agar supervisor dan guru
dapat dengan tepat mengingat kembali proses pengajaran dengan tujuan
agar analisis dapat dibuat secara objektif. Ide pokok dalam observasi ini
adalah mencakup apa yang terjadi sehingga dengan catatan yang dibuat
dengan cermat dan lengkap serta kemudian tersimpan dengan baik, dapat
bermanfaat untuk kepentingan analisis dan komentar
Menurut Nurtain, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
supervisor dalam melaksanakan observasi ini, yaitu “kelengkapan catatan,
focus, mencatat komentar, pola, dan membuat guru tidak merasa gelisah.”
Hasil catatan observasi akan merupakan bukti-bukti atau data bagi
supervisor atau guru untuk dikaji bersama dalam menganalisis apa yang
terjadi selama proses pengajaran. “Catatan yang lengkap” akan sangat
membantu dalam proses kajian dan analisis tersebut. Namun mencatat
segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas merupakan sesuatu yang sulit dan
hampir tidak mungkin. Oleh karena itu, maka supervisor harus memilih
12

aspek-aspek keterampilan yang perlu dicatat. Disinilah pentingnya “fokus”.


“Mencatat komentar” juga merupakan hal penting dalam pelaksanaan
observasi, hal ini dilakukan agar supervisor tidak lupa terhadap komentar-
komentar. Tetapi antara catatan dan komentar harus dipisahkan
peletakannya, misalnya komentar dicatat pada tepi format observasi. “Pola”
perilaku mengajar tertentu yang dilakukan guru sangat bermanfaat untuk
dicatat dan nantinya untuk dibicarakan dalam pertemuan balikan.
Kemudian, untuk “menghilangkan kegelisahan guru”, supervisor perlu
menjelaskan kepada guru tentang apa yang akan dicatatnya. Penjelasan ini
dapat disampaikan kepada guru ketika pada pertemuan pendahuluan
sehingga guru mengetahuinya dan tidak perlu lagi merasa gelisah karena
akan dilakukan pencatatan peristiwa.
3. Tahap pertemuan balikan (tahap ketiga); Tahap ini merupakan diskusi
umpan balik antara supervisor dan guru berkaitan dengan kegaiatan yang
baru saja diselesaikan yaitu, guru baru saja selesai melakukan latihan suatu
keterampilan, dan supervisor baru saja selesai mengamati guru melakukan
latihan. Yang menjadi acuan dalam pertemuan balikan ini adalah
kesepakatan yang dibuat dalam pertemuan pendahuluan, dan pada akhir
diskusi balikan ini guru diharapkan dapat mengetahui dan menyadari
seberapa jauh tujuan yang telah disetujui bersama dapat tercapai.
Soetjipto mengemukakan langkah-langkah pembicaraan hasil
supervisi klinis sebagai berikut.
1. Memberi penguatan dan menanyakan perasaan guru mengenai apa yang
dialaminya dalam kegiatan mengajar secara umum. Hal ini untuk
menciptakan suasana santai agar guru tidak merasa diadili;
2. Meriview tujuan pelajaran;
3. Meriview target keterampilan serta perhatian utama guru dalam
mengajar/latihan mengajar
4. Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pengajaran berdasarkan
target dan perhatian utamanya;
13

5. Menunjukkan data hasil rekaman dan memberi kesempatan kepada guru


menafsirkan data tersebut.
6. Menganalisis dan menginterpretasikan data hasil rekaman secara
bersama-sama;
7. Menanyakan kembali perasaan guru setelah mendiskusikan hasil analisis
dan interpretasi rekaman data tersebut;
8. Menyimpulkan hasil dengan melihat atau membandingkan antara apa
yang sebenarnya merupakan keinginan atau target guru dengan apa yang
sebenarnya telah terjadi atau tercapai;
9. Menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan
hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.

G. Implementasi Supervisi Klinis


Profesionalisme seorang guru dalam melakukan kegiatan
pembelajaran merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap guru.
Setiap guru sejatinya merupakan seorang panutan dan teladan bagi murid-
muridnya. Oleh karena itu apa yang melekat pada diri seorang guru haruslah
sesuatu yang dapat dijadikan contoh dan panutan bagi murid-muridnya.
Selama ini dalam pembelajaran pastilah dijumpai berbagai kendala. Proses
pembelajaran yang tidak tepat menjadi salah satu penyebab kurang
optimalnya prestasi belajar siswa. Bagaimana seorang guru menerapkan
pembelajaran, bagaimana kesiapan guru dalam pembelajaran, media apa
yang digunakan guru, kreativitas guru dalam menyampaikan pelajaran,
merupakan beberapa hal yang menyebakan kesulitan murid dalam
konsentrasi pembelajaran.
Supervisi klinis merupakan jawaban untuk mengatasi berbagai
permasalahan guru dalam pembelajaran. Supervisi klinis sama halnya
dengan pendiagnosaan sebuah permasalahan yang dialami guru ketika
melakukan proses pembelajaran di kelas. Diagnosa dilakukan untuk
menemukan aspek-aspek mana yang membuat guru itu tidak dapat mengajar
dengan baik. Aspek-aspek tersebut kemudian diperhatikan satu persatu
14

secara intensif agar ditemukan solusinya bagaimana. Dalam supervisi klinis


cara pemberian solusinya dilakukan setelah supervisor mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap cara guru mengajar dengan
menggunakan diskusi balikan antara supervisor dan guru yang
bersangkutan. Diskusi balikan adalah diskusi yang bertujuan untuk
memperoleh balikan tentang kebaikan maupun kelemahan yang terdapat
selama guru mengajar serta bagaimana usaha untuk memperbaikinya.
Implementasi supervisi klinis yang diterapkan di sekolah meliputi
beberapa tahap yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap
umpan balik. Pada tahap perencanaan dukungan seorang kepala sekolah
sebagai seorang supervisor sangat diperlukan. Supervisi bidang pendidikan
pada umumnya mengacu pada perbaikan situasi belajar mengajar yang
berperan untuk membantu guru-guru dengan tujuan akhir mengangkat
harapan belajar siswa (Maryono dalam Tanama, Supriyanto, Burhanuddin,
2016). Pada tahap perencanaan kepala sekolah sebagai seorang supervisor
berdiskusi dengan guru mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran yang
sudah dipersiapkan guru. Pembicaraanya mengenai tujuan, metode, waktu,
media, instrumen dan hal lain yang menyangkut dengan pembelajaran.
Kepala sekolah dalam kegiatan ini menentukan alat atau instrumen
penilaian dan menentukan teknik pelaksanaannya untuk membantu guru
memperbaiki kekurangan dan permasalahan serta menentukan fokus
observasi atau review hasil supervisi akademik bersama guru yang
bersangkutan. Kegiatan akhir dari perencanaan supervisi klinis ialah kepala
sekolah sebagai supervisor memberikan masukan kelebihan dan
kekurangan guru pada administrasi dan media yang akan digunakan.
Selanjutnya kepala sekolah dan guru menentukan jadwal kegiatan
pelaksanaan. Tahap kedua dari supervisi klinis adalah tahap pelaksanaan.
Pada awal kegiatan kepala sekolah melihat kembali rencana pembelajaran
dan kelengkapan yang disusun oleh guru yang bertujuan agar kepala sekolah
memahami kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru. Aktivitas
observasi pembelajaran di kelas meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:
15

a. guru memasuki ruang kelas dan mengambil posisi;


b. kepala sekolah menggunakan instrumen penilaian untuk mencatat semua
kegiatan yang dilakukan guru sejak awal hingga akhir pembelajaran;
c. guru menyampaikan kehadiran supervisor di kelas pada siswa;
d. guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat;
e. kepala sekolah mengobservasi dan mencatat penampilan guru
berdasarkan format observasi yang telah disiapkan.

Tahap terakhir yang harus dilakukan adalah umpan balik. Kegiatan


ini bertujuan untuk menyampaikan hal-hal yang tercatat dalam instrumen
penilaian yang sudah disiapkan. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
sharing antara kepala sekolah dengan guru sehingga guru merasa dibimbing
dan diperhatikan, kepala sekolah memberikan penguatan terhadap kegiatan
pembelajaran guru di kelas, kepala sekolah menyampaikan kelebihan dan
kelemahan guru, dan yang terpenting adalah kepala sekolah memberikan
solusi untuk mengatasi kekurangan guru dalam pembelajaran.
Analisis data hasil observasi kelas dilakukan sendiri oleh kepala
sekolah. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh gambaran dan
penafsiran sementara atas perilaku guru di depan kelas, sebelum
didiskusikan dengan guru yang bersangkutan. Setelah analisis selesai
dilakukan dan sudah memperoleh gambaran dan penafsiran sementara,
kepala sekolah memanggil guru yang bersangkutan untuk membicarakan
tindak lanjut dan waktu untuk melaksanakan diskusi, kemudian guru
menyampaikan waktu yang longgar untuk dilaksanakan diskusi.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Kegiatan supervisi klinis merupakan sebuah kegiatan yang penting untuk


dilaksanakan guna mencapai kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan harapan.
Dalam kegiatan ini akan terjadi sebuah interaksi antara kepala sekolah sebagai
seorang supervisor dengn guru sebagai orang yang berperan dalam melaksanakan
pembelajaran. Ketepatan dalam merencanakan pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran menjadi tolak ukur dari keberhasilan seorang guru dalam
mentrafnsfer ilmu kepada siswa. Agar apa yang disampaikan oleg guru dapat
tersampaikan dengan baik kepada siswa, oleh karena itu dibutuhkan sebuah
kegiatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru
yakni kegiatan supervisi klinis. Jadi kegiatan supervisi klinis merupakan sebuah
kegiatan yang harus dilakukan secara rutin di semua sekolah guna mendapatkan
hasil yang maksimal dalam pembelajaran. Peningkatan profesionalisme guru bisa
dikaitkan dengan penggunaan media, instrument, pemilihan metode pembelajaran
yang tepat, dan hal lain yang menunjang proses pembelajaran.

B. Saran

Oleh karena kegiatan supervisi klinis merupakan kegiatan yang penting,


maka sudah seharusnya kegiatan ini dilakukan secara rutin dan ada tindak lanjut
dari setiap supervisi yang dilakukan. Ketika kegiatan ini dilakukan secara rutin
maka diharapkan setiap kekurangan yang dimiliki oleh guru dapat teratasi,
profesionalisme guru dapat ditingkatkan dan akhirnya hasil belajar siswa pun akan
meningkat pula.

16
DAFTAR PUSTAKA

Acheson, K. A. dan Gall, M. D. 1980. Techniques of Indonesia Clinical Supervision


of Teachers:Prservice and Inservice Applications. New York: Longman.
Acheson, K. A. dan Gall, M. D. 1987. Techniques of Indonesia Clinical Supervision
of Teachers Second Edition White Plains. New York: Longman.
Aziz, A. 2017. Supervisi Pendekatan Klinik. Pancawahana: Jurnal Studi Islam,
12(1): 66-83, ISSN: 2579-7131
Bolla, J. J. 1985. Supervisi Klinis. Jakarta: Departemen P dan K, Ditjen Pendidikan
Tinggi (PPLPK)
Burhanudin et al. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran : Konsep,
Pendekatan, dan Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Rosindo.
Cogan, M. L. 1973. Clinical Supervision. Boston: Hougton Mifflin
Daresh. 1989. Supervision as Aproactive Process. New Jersey: Longman.
Goldhammer, R. 1969. Clinimaryanical Supervision: Special Methods for the
Supervision of Teacher. New York: Hlot, Rinehart and Winston.
Maunah, Binti, 2009, Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Sukses Offset.

Nuratin, H. 1989. Supervisi Pengajaran (Teori dan Praktik). Jakarta: Dep. P & K
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Soetjipto. 2000. Profesi Keguruan. Jakarta: Raflis Kosasi.

Tanama, Yulia Jayanti, Suriyanto, Ahmad dan Burhanuddin. 2016. Implementasi


Supervisi Klinis Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru. Jurnal
Pendidikan Volume 1 Nomor 11 Hal:2231-2235.

17

Anda mungkin juga menyukai