Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KONSEP SUPERVISI KLINIS

Oleh Kelompok 5:

Linda Siswanti (20186013155)

Siti Umami (20186013168)

Suryanita Pernamawati (20186013148)

Mata Kuliah:

Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan

Dosen Mata Kuliah:

Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd.


Dr. H. Syarwani Ahmad, M.M.

PROGRAM STUDI MEGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(PGRI) PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah dilimpahkan
kepada penyusun sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah “Konsep Supervisi
Klinis” ini. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Teori dan
Praktik Supervisi Pendidikan. Makalah ini tentu saja memiliki banyak kekurangan sehingga
masukan, kritik, dan saran anda semua sangat penyusun butuhkan untuk memperbaiki
makalah-makalah selanjutnya. Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat, tidak
hanya untuk kalangan mahasiswa tapi juga untuk kalangan pelajar SMA, bahkan jika
memungkinkan juga untuk guru atau dosen. Sedikit banyaknya makalah ini pasti akan
memberikan pengetahuan yang berharga bagi kita semua

Mungkin itu saja yang dapat penyusun sampaikan, atas kesalahan dan khilafan
penyusun baik dalam penulisan maupun dalam bahasa penyusun memohon maaf yang
sebesar-besarnya. Karena kesalahan itu datang dari penyusun dan kesempurnaan itu hanya
milik Allah semata.

Palembang, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Supervisi Klinis.............................................................................................3
B. Rumusan Perangkat Pendukung (Instrument yang Digunakan dalam Supervisi
Klinis)........................................................................................................................8
C. Peran Supervisor dalam Supervisi Klinis.................................................................11

BAB II PENUTUP
Kesimpulan..........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

Lampiran 1...........................................................................................................................17

Lampiran 2...........................................................................................................................20

Lampiran 3...........................................................................................................................21

Lampiran 4...........................................................................................................................22

Lampiran 5...........................................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Supervisi merupakan istilah baru yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi
konsepnya lebih manusiawi. Dalam kegiatan supervisi pelaksanaan bukan mencari
kesalahan akan tetapi lebih banyak mencari mengandung unsur pembinaan agar pekerjaan
yang diawasi diketahui kekurangannya untuk dapat diberi tahu bagaimana cara
peningkatannya. Namun berdasarkan fenomena yang terjadi terdapat kesenjangan antara
harapan dan kenyataan dalam pelaksanaan supervisi, berdasarkan pengamatan terdapat
ketidak konsistenan antara pandangan normative dengan pandangan deskriptif
mengenaisupervisi.
Supervisi harus memperbaiki pengajaran tapi kenyataannya supervisor lebih
menekankan pada tanggung jawab administrative guru, hal ini berimplikasi terbalik pada
tidak terpenuhinya keinginan guru mendapat bantuan langsung dari supervisor untuk
memperbaiki pengajaran, mestinya supervisor dapat mengkombinasikan tanggung jawab
administrasi guru untuk mencapai hasil yang lebih luas pada level kelas melalui perbaikan
pengajaran. Karena bantuan pengajaran merupakan pembinaan professional, sedangkan
pendekatan administrasi merupakan bagian dari birokrasi.
Menindak semakin luasnya cakupan kebutuhan pendidikan, maka sekolah perlu
memperhatikan beberapa aspek yang berhubungan dengan kualitas kinerja guru sebagai
pencetak output sekolah yakni siswa. Guru perlu mendapatkan referensi tentang
pengembangan pengajaran agar mencapai keberhasilan dalam melaksanakan kurikulum
yang berlaku.
Aspek yang diberikan dalam supervisi yang ada biasanya hanya bersifat umum,
karena guru tidak dilibatkan dalam perencanaan pembuatan supervisi padahal nantinya guru
mendapatkan follow up dari supervisi yang sudah dilakukan.Supervisi mempunyai peran
pengoptimalan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan
semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan faktor penentu
keberhasilan. Salah satu model supervisi yang dilakukan di sekolah adalah supervisi klinis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman konsep supervisi klinis?

1
2. Bagaimana merumuskan perangkat pendukung (instrument yang digunakan dalam
supervisi klinis)?
3. Bagaimana peran supervisor dalam supervisi klinis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep supervisi klinis
2. Untuk merumuskan perangkat pendukung (instrument yang digunakan dalam
supervisi klinis)
3. Untuk mengetahui peran supervisor dalam supervisi klinis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Supervisi Klinis


1. Pengertian dan Konsep Supervisi Klinis
Supervisi berasal dari kata “super dan vision”. Super artinya tinggi, atas dan vision
artinya melihat, memandang. Supervision artinya “melihat dari atas”. Maksudnya orang
yang memiliki kedudukan lebih tinggi/atas melihat-mengamati-mengawasi orang yang
berada di bawahnya. Pengertian supervisi adalah proses bantuan, bimbingan atau pembinaan
dari supervisor kepada guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan klinis
berasal dari kata clinic yang berarti “balai pengobatan atau suatu tempat untuk mengobati
penyakit. Orang yang mengobati adalah dokter. Tetapi di sini lebih tepatnya adalah guru
yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran datang kepada kepala sekolah
untuk berkonsultasi tentang pemecahan masalah yang dihadapinya (Aina Mulyana, 2015).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supervisi berarti pengawasan utama,
pengontrolan tertinggi. Sedangkan klinis memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan
pengamatan klinik. Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran, dikatakan
supervisi pengajaran karena prosedur pelaksanaannya lebih di tekankan kepada sebab-sebab
atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan langsung pula di
usahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau cara memperbaiki kelemahan atau
kekurangan tersebut (Purwanto Ngalim, 2004).
John J Bolla (dalam Iskandar Mukhtar, 2009:2) menyatakan supervisi klinis adalah
supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis
mulai tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan
pembelajaran guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Adapun Meredith D.Gall (dalam Iskandar Mukhtar, 2009:3) mengemukakan bahwa
supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian atau
kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang
ideal. Secara teknik mereka mengatakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model supervisi
yang terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan
kelas. Supervisi klinis adalah supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara nyata di
kelas, termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses supervisi
tersebut.

3
Jadi, supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu
pengembangan professional guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan
observasi dan analisis data secara objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku
manusia tersebut.
Dalam konsep supervisi klinis menyatakan bahwa seorang supervisor yang
melakukan supervisi klinis tetap harus menjaga etika dan ketenangan guru dan murid yang
sedang dalam menjalankan proses belajar mengajar. Supervisi klinis merupakan aktifitas
langsung mengamati praktik belajar mengajar guru di dalam kelas, oleh karena itu, kegiatan
supervisi klinis jangan sampai menganggu aktifitas belajar mengajar. Artinya, jangan
sampai supervisor yang menjalankan tugasnya namun disisi lain hak murid untuk
memperoleh ilmu, terganggu karena kehadiran supervisor di kelas. Maka supervisor harus
bersikap bijak dengan tetap memberi keleluasaan dan aktifitas natural dan orisinal guru dan
murid dalam belajar mengajar sebagaimana ketika tidak ada supervisor yang melakukan
observasi kelas.
Dalam konteks pendidikan, supervisi pendidikan dapat didefenisikan sebagai
aktifitas supervisor yang dilakukan untuk mengawasi apakah guru telah merancang dan
menjalankan desain instruksional dengan benar dalam praktik mengajar di kelas. Setelah
mengamati seluruh proses yang dilakukan oleh guru dalam mengajar, selanjutnya supervisor
memberikan kritik objektif dengan tujuan memperbaiki yang sudah dilakukan guru di kelas.
Dalam dunia pendidikan, supervisi klinis dilakukan bukan untuk menghakimi guru
melakukan kesalahan dalam praktik mengajar. Tetapi lebih kepada pembinaan yang
mengarah pada penngkatan profesionalisme, bahkan seharusnya berdampak pada promosi
karir guru, ketika guru benar-benar telah menjalankan tugas dengan baik.
Supervisi klinis dilakukan untuk mencapai keterampilan guru dalam mata
pelajarannya. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki konsep dan keterampilan dalam
melakukan supervisi klinis. Tugas supervisor tidak hanya mensupervisi untuk merefleksikan
praktek dan mengembangkan pemahaman, dan cara baru dalam kerja sebagai guru, tetapi
supervisor juga mengajar dalam sebuah formal sense. Kepala sekolah selaku supervisor
klinis selain sebagai penanggung jawab tugas-tugas supervisi klinis, juga harus melakukan
akuntabilitas terhadap tugas-tugas tersebut. Maksudnya jika tanggungjawab merupakan
usaha agar apa yang dibebankan kepadanya dapat diselesaikan sebagaimana mestinya dalam
waktu tertetntu. Maka akuntabilitas harus melebihi dari kewajiban itu.
Supervisi klinis dapat membuat bingung di ranah supervisi pendidikan. Bentuk
supervisi ini sering digambarkan sebagai “klinis”. Hal ini menggambarkan atau pendekatan
4
supervisi diambil dari pengalaman medis. Istilah “klinis: telah populer dalam pelatihan guru.
Tahun 1973 As Cogan salah satu pelopor pendekatan klinis dalam pendidikan mengomentari
terma “klinis” meliputi resistensi. Cogan menginginkan observasi langsung dalam
pendekatan pendidikan. Pemagang bedah belajar dengan mengamati prakstisi ahli ketika
bekerja, kemudian melakukan pembedahan di bawah pengawasan. Cara ini lah yang
memulai mengembangkan “professional artistry” (profesionalisme) mereka.
Tujuan utama supervisor adalah memperbaiki instruksional guru di kelas. Supervisi
klinis memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki hasil. Supervisi klinis
membantu mendiagnosa masalah-masalah instruksional dan memberikan informasi
berharga yang dapat menyelesaikan masalah. Sebagai hasilnya guru dapat dengan jelas
melihat perbedaan-perbedaan apa yang mereka kerjakan, dan apa yang mereka pikir sedang
mereka kerjakan.
Melalui supervisi klinis, dapat dikembangkan keahlian-keahlian baru dan strategi-
strategi yang direplikasi sesuai kebutuhan. Hasil dari kerja supervisi klinis ini akan
berdampak pada motivasi murid dalam belajar sehingga tercipta atmosfir yang menarik
dalam pembelajaran.
Selain untuk memperbaiki desain instruksional, supervisi klinis juga memberi
kesempatan para guru dalam promosi karirnya, karena dianggap telah menjalankan
kewajibannya dengan bertanggung jawab. Dengan adanya promosi ini guru kemudian akan
memotivasi diri sendiri untuk memperoleh pengembangan diri.
Menurut Goldhemer (dalam Saudin 2010) agar supervisi klinis berjalan dengan baik,
supervisor harus berkeinginan bekerjasama dengan individu guru mengenai masalah di kelas
atau isu-isu lain yang membuat guru butuh bantuan identifikasi. Untuk itu supervisor harus
memiliki rencana yang baik, pengumpulan data dan analisis, dan didukung oleh hubungan
yang baik dengan guru.
Supervisor harus memiliki batasan, ketika menjalankan kegiatan supervisi klinis.
Supervisor harus membatasi jangan sampai guru mengekspresikan permasalahan pribadi
yang emosional. Supervisor seharusnya tidak terlampau jauh masuk peran konselor. Karena
dengan konseling, supervisor seharusnya tidak mengembangkan portofolio guru meliputi
pembuatan kebijakan kurikulum dan implementasi. Hal ini bisa menghentikan kegiatan
supervisi klinis. Fokus supervisi klinis adalah aktifitas mengajar dengan masalah-masalah
yang mempengaruhi guru dalam aktifitas kelasnya.
Jika dilihat dari konsep supervisi klinis yang dikemukakan para pakar pada
kenyataan penerapan dilapangan pendidikan di Indonesia khususnya dalam supervisi
5
pendidikan masih sangat jauh dari konsep yang di inginkan. Fenomena praktik supervisi
klinis yang berlangsung, supervisor masih banyak menjalankan fungsinya seperti “mandor”
yang mengawasi pekerja nya. Supervisi yang dilakukan masih belum mencerminkan
pembinaan terhadap guru, melainkan masih bersifat “mengawasi” dan “memerintah.”
Relasi yang dibangun supervisor dan guru yang masih bersifat top down ini membuat
iklim yang kaku. Supervisor dengan segala kekuasaannya, misalnya dengan penanda
tanganan RPP, guru sering membuat guru khawatir, bahkan cemas ketika supervisor
melakukan kunjungan kerjanya ke sekolah dan melakukan supervisi klinis atau pun ketika
melakukan konfrensi klinis di sekolah. Ketakutan guru salah satunya, misalnya ketika
supervisor menolak menandatangani berkas-berkas atau perangkat mengajarnya.
Jika supervisor benar-benar meresapi perannya bukanlah untuk melakukan inspeksi
atas apa saja yang dilakukan guru dalam hal administratif mau pun praktik mengajar,
seharusnya kualitas pembelajaran di sekolah menjadi lebih baik. Olehkarena itu, konsep
supervisi klinis bahwa kerja supervisor adalah melakukan pengamatan untuk melihat
kekurangan guru dalam praktik profesionalnya, untuk selanjutnya memberikan solusi-solusi
terhadap masalah yang dihadapi. Sehingga supervisi klinis benar-benar menjadi alat untuk
perbaikan, pengembangan profesionalisme guru yang diharapkan meningkatkan capaian
prestasi belajar murid.

2. Tujuan Supervisi Klinis


Secara umum supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan mengajar guru di kelas. Supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan
kemampuan professional guru agar guru memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya penyelesaian yang
dilakukan untuk mengembalikan semangat dan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Menurut Acheson dan Gall tujuan supervisi klinis adalah pengajaran efektif dengan
menyediakan umpan balik, dapat memecahkan permasalhan, membantu guru
mengembangkan kemampuan dan strategis, mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk
berprilaku yang baik sebagai upaya pengembangan profesional para guru (dalam Saiful
Sagala, 2010)
Sedangkan tujuan khusus supervisi klinis antara lain:
a) Menyediakan suatu balikan yang objektif dalam kegiatan mengajar yang dilakuakan
guru dengan berfokus terhadap:
 Kesadaran dan kepercayaan diri dalam mengajar.
6
 Keterampilan-keterampilan dasar mengajar yang diperlukan.
b) Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi belajar.
c) Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promosi jabatan atau
pekerjan mereka.
d) Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri secara
terus-menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri (lismurtini, 2013).

3. Karakteristik Supervisi Klinis


Karakteristik yang akan dipaparkan dalam makalah ini yaitu pada supervisi klinis
karena ini sangat penting terutama bagi supervisor dan guru, agar arah yang ditempuh
sejalan dengan perencanaan (planning) yang telah ditentukan sebelumnya.
Supervisi klinis memiliki karakteristik (Abdi Dina, 2016), sebagai berikut:
a) Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksanakan bersama dengan pengajaran mikro dan
terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu pertemuan pendahuluan, observasi mengajar,
dan pertemuan balikan.
b) Supervisi klinis suatu keperluan mutlak bagi guru maupun supervisor untuk
memperoleh pengetahuan, kesadaran dan menilai tingkah laku dalam professinya
sendiri.
c) Fungsi utama supervisor adalah untuk mengajarkan keterampilan pengajaran kepada
guru-guru.
d) Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan guru.
e) Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru mempelajari keterampilan
intelektual dan bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut.
f) Setiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk mengemukakan
pokok-pokok persoalan, menganalisis cara mengajarnya sendiri dan
mengembangkan gaya mengajarnya.
Supervisi klinis juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau intruksi.
b) Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru, disepakati melalui
pengkajian bersama antara guru dan supervisor.
c) Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada memerintah atau
mengarahkan.
d) Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi tentang aspek
perilaku yang akan diperbaiki.
7
e) Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku guru dalam proses
belajar mengajar yang spesifik, misalnya cara menertibkan kelas, teknik bertanya,
teknik mengendalikan kelas dan lainnya.
f) Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru melalui dasar saling
mempercayai dan sama-sama bertanggung jawab.
g) Supervisi dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilaku itu satu persatu
diperbaiki sampai guru itu bisa bekerja dengan baik, atau kebaikan bekerja guru itu
dipelihara agar tidak menjadi jelek.
h) Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan,
kedekatan, dan keterbukaan.

4. Fungsi Supervisi Klinis


Fungsi utama dari supervisi klinis di tujukan kepada perbaikan pengajaran. Fungsi
supervisi menurut Swearing (Binti Maunah, 2016) sebagai berikut:
a) Mengkoordinir semua usaha sekolah
b) Memprlengkapi kepala sekolah memperluas pengalaman guru-guru
c) Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus
d) Menganalisa situasi belajar mengajar
e) Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staff, mengintegrasikan
tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.

B. Rumusan Perangkat Pendukung (Instrument yang Digunakan dalam Supervisi


Klinis)
Dalam melakukan supervisi klinis, seorang supervisor harus benar-benar
mempersiapkan tentang apa yang ingin dicapainya ketika melakukan observasi ataupun
ketika melakukan konfrensi. Untuk itu, instrumen-instrumen harus dirancang dan
dipersiapkan dengan baik, agar supervisi klinis yang dilakukan benar-benar dapat
memperbaiki praktik mengajar guru.
Ada lima fase dalam supervisi klinis (dalam Aca Emilia, 2017) yaitu:
1) Alasan dan tujuan observasi;
2) Fokus observasi;
3) Metode dan bentuk observasi yang digunakan;
4) Waktu observasi;
5) setelah observasi.
8
Fase kedua pada siklus supervisi klinis adalah observasi aktual kondisi guru di kelas.
Dalam proses ini data dikumpulkan berdasarkan pengamatan. Ketika data dikumpulkan,
juga dilakukan analisis dan interpretasi data. Pada tahap ketiga memutuskan pendekatan apa
yang digunakan pada fase empat. Pada fase empat fokus pada hasil observasi dan
merumuskan rencana-rencana yang dianggap dapat meningkatkan perbaikan instruksi guru.
pada tahap ini, guru dilaih untuk mensupervisi sendiri teknik-teknik (Nindia Sari, 2015).
Pada tahap siklus akhir, setelah pertemuan maka dilakukan kritik. Antara supervisor
dan guru menganalisa fase-fase supervisi klinis, dan membuat pengaturan dimana yang
dibutuhkan, sebelum siklus baru dimulai.
Strategi menganalisa dan mengevaluasi pengajaran efektif, meliputi:
1) Desain pembelajaran dan pengembangan;
2) Strategi alternatif untuk konsep mengajar;
3) Strategi alternatif untuk generalisasi mengajar;
4) Strategi alternatif pemecahan masalah;
5) Analisis dan evaluasi keefektifan mengajar melalui micro teaching rencana
pembelajaran;
6) Meringkatan skala pengembangan kinerja untuk evaluasi tugas produk;
7) Analisis dan evaluasi pengalaman klinis mengajar.
Sementara Goldheimer (dalam Jhoni Saputra, 2015) merumuskan lima tahap metode
supervisi klinis, sebagai berikut:
1) Tahap I Sebelum konfrensi: (a) merumuskan laporan; (b) menjelaskan siklus
supervisi (c) mendiskuskan informasi rencana pembelajaran; (d) mendiskusikan
orientasi kelas dan murid.
2) Tahap II Observasi: (a) mencatat dengan jelas tentang apa yang diajarkan; (b)
mengambil catatan atau data sebagaimana yang dibutuhkan instrumen observasi.
3) Tahap III Analisis dan Strategi: (a) mereview catatan dengan menghargai observasi
dan sebelum observasi konfrensi; (b) mempersiapkan dan menggunakan catatan
untuk umpan balik setelah konfrensi observasi; (c) mencari pola signifikan guru dan
peristiwa kritis; (d) memutuskan item untuk didiskusikan pada pasca observasi; (e)
menyelenggarakan konfrensi.
4) Tahap IV Pasca Konfrensi Observasi: (a) dengan singkat membahas informasi
sebelum konfrensi observasi; (b) menggunakan keseimbangan umpan balik positif
dan negatif; (c) merencanakan observasi selanjutnya, mengidentifikasi perbaikan.

9
5) Tahap V: (a) mengevaluasi kekuatan dan kelemahan konfrensi; (b) menilai pada
total siklus supervisi.
Dalam melakukan konfrensi, supervisor harus memperhatikan poin-poin panduan konfrensi
berikut:
1) Rencanakan dan jadwalkan konfrensi dengan ketersediaan waktu yang cukup
2) Menyelenggarakan konfrensi pada tempat yang nyaman
3) Menjamin adanya umpan balik berbentuk lisan maupun tulisan
4) Spesifik pada apa yang diamati pada saat observasi dan apa yang perlu dilakukan
5) Nyatakan apa yang telah dijalankan dengan baik dan apa yang harus diperbaiki
6) Gunakan catatan
7) Gunakan guru untuk diikuti dengan mudah (misalnya, manajemen dan instruksional)
8) Komentar kritis dan diakhiri dengan catatan positif
9) Fokus pada perilaku siswa untuk memperlihatkan mengapa perilaku guru harus
berubah
10) Gunakan pendekatan pemecahan masalah untuk masalah-masalah di kelas (contoh:
apa yang anda pikirkan yang akan anda lakukan pada situasi ini?)
11) Berikan alasan rasional sebagai arahan
12) Tanyakan sebuah pertanyaan yang membantu guru untuk merefleksikan pengajaran
13) Dengarkan dengan baik
14) Berhati-hati dengan bahasa non verbal
Selanjutnya dalam bertanya pada konfrensi sebelum observasi, supervisor memperhatikan
pola-pola pertanyaan berikut.
1) Apa tujuan pembelajaran anda?
2) Apa objektif pembelajaran anda?
3) Apa karakteristik murid?
4) Apa strategi yang akan anda gunakan?
5) Apa yang anda rasakan kelemahan dan kekuatan anda dalam pembelajaran?
6) Metode mengajar apa yang akan anda gunakan untuk mencapai tujuan anda?
7) Apa ada perilaku guru yang anda ingin saya observasi?
Sedangkan pertanyaan yang dilakukan setelah konfrensi dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Apakah pelajaran berlangsung sebagaimana yang anda harapkan?
2) Bagian pelajaran yang mana yang tidak berjalan dengan baik?
3) Bagaimana anda memantau perkembangan siswa selama pembelajaran?

10
4) Jika anda mengajarkan pelajaran lagi, apa strategi mengajar yang akan anda rubah
dan modifikasi?
5) Teknik mengajar jenis apa yang anda gunakan untuk melibatkan seluruh murid?
6) Komponen spesial gaya mengajar anda yang mana yang mendapat penekanan
selama pembelajaran?
7) Bagaimana anda memperdalam metode mengajar dan materi yang digunakan dalam
pelajaran untuk memperkuat pembelajaran siswa?
8) Ketetapan apa yang anda buat untuk murid yang mungkin membutuhkan bantuan
atau pengayaan aktifitas pada saat pembelajaran?
Instrumen yang dipersiapkan supervisor harus sangat detail dan tidak meluas atau keluar
dari target atau kasus-kasus praktik mengajar yang ingin diselesaikan oleh supervisor.
Format instrumen supervisi klinis dapat dilihat di lampiran makalah ini.

C. Peran Supervisor dalam Supervisi Klinis


Supervisor adalah seorang pemimpin yang memonitoring pekerjaan guru-guru yang
berada dalam pengawasannya. Setelah mengamati praktik profesional guru, selanjutnya
supervisor berkewajiban menganalisis dan mengevaluasi dari apa yang telah langsung
dilihatnya di lapangan. Seorang supervisor harus dengan objektif menyampaikan benar atau
salahnya seorang guru dalam menjalankan tugasnya (Tari Afriani, 2014).
Supervisor pendidikan merupakan seorang pelatih yang diseleksi dan dilatih untuk
bertanggung jawab terhadap semuah aktifitas supervisi. Oleh karena itu seorang supervisor
pendidikan harus bertanggung jawab terhadap kinerja guru dalam menjalankan profesi
pendidik (Slamet, 2011).
Supervisor pendidikan bertanggung jawab untuk menjamin guru dapat
mengembangkan pengalaman dan kemampuannya, juga menjamin tujuan pembelajaran
tercapai sebagaimana yang ditetapkan. Supervisor harus memonitor dan menilai pelatihan
dan kecakapan. Untuk itu, seorang guru harus memiliki supervisor yang sama minimal
setahun, agar supervisi klinis yang diprogram oleh supervisor dapat berjalan baik. Dalam
supervisi klinis seorang supervisor harus mampu membangun kepercayaan dalam proses
supervisi klinis.
Karakter seorang supervisor klinis yang baik memiliki karakter: terbuka, jujur, tidak
menghakimi, dapat didekati. Seorang supervisor berperan untuk menciptakan sebuah
lingkungan yang menyenangkan dan dipahami. Seorang supervisor merasa nyaman dekat
dan diskusi mengenai praktik guru yang membutuhkan pengembangan dan refleksi kritis.
11
Dengan melakukan supervisi klinis, supervisor bisa langsung melihat permasalahan yang
dialami oleh guru sebagai praktisi. Setelah mengamati permasalahan, supervisor dapat
memahami dan mengartikulasikan apa yang terjadi dan dialami oleh guru dalam
menjalankan praktik profesionalnya.
Supervisor bekerjasama dengan guru dan menyediakan bantuan langsung para ahli
ketika dibutuhkan agar guru dapat meningkatkan instruksional, hal ini dikenal sebagai
supervisi klinis. Acheson dan Gall (dalam Norma Mifra, 2015) mendefinisikan model ini
untuk mengarahkan observasi guru sebagai "the rationale and practice designed to improve
the teacher’s classroom performance" yaitu rasional dan desain praktik untuk meningkatkan
kinerja guru dikelas.
Sebagai Bapak Supervisi Klinis, Cogan meyakini bahwa untuk menjalankan
supervisi secara efektif, data harus dikumpulkan dari guru di kelas. dimana supervisor dan
guru berkolaborasi merencanakan program-program, prosedur dan strategi membantu
memperbaiki perilaku guru di kelas, khususnya teknik instruksional. Observasi langsung
membuat supervisor memahami materi yang dibutuhkan dari situasi yang ada. Supervisor
juga akan lebih sering terlibat dalam praktik keseharian guru. Day Edward dalam
penelitiannya menampilkan peran supervisor yang diinginkan oleh guru, sebagai berikut:
Tabel. Peran Supervisor yang Diinginkan Guru
No. Peran Supervisor yang diinginkan oleh Guru
1. Secara personal berperan untuk mendukung guru
2. Bertindak sebagai “critical friend” dalam memberikan umpan balik konstruktif
3. Berperan sebagai trainer yang memiliki wawasan dan keahlian yang baik
4. Mendedikasikan dirinya terhadap dunia pendidikan
5. Membantu mengembangkan dan memantau rencana mengajar individual guru
6. Secara rutin menilai keahlian dan penurunan yang dialami oleh guru
7. Konstruktif dan kritis menilai kerja dan pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh guru
8. Mempersiapkan waktu pekanan (mingguan) untuk komunikasi
9. Memotivasi guru dalam menjalankan aktifitasnya di sekolah
10. Memberikan kesempatan untuk konseling karir
Dalam laporan penelitiannya Goldhamer menyarankan kepada supervisor untuk
menjalankan perannya dengan memiliki kemampuan menilai perkembangan pendidikan
atau kecakapan guru.
Seorang supervisor klinis berkewajiban untuk:

12
1) Menjamin bahwa guru sedang membutuhkan klinis dan perkembangan pendidikan
2) Bertemu dengan guru secara teratur: a) minimal setiap tiga bulan; b) pada awal dan
akhir setiap agenda klinis; c) pada pertengahan agenda klinis jika ada hal untuk
dibahas setelah pertemuan atau setelah review portofolio
3) Membantu guru untuk memformulasikan rencana pendidikannya: a) pada setiap
agenda klinis; b) pada saat audit mengajar dan manajemen; c) bersamaan dengan
pelengkapan kurikulum
4) Membantu guru untuk mengembangkan tujuan pendidikannya perspektif
penghargaan masa mendatang.
5) Menjamin bahwa guru sedang bekerja denga tim spesialis yang sama
6) Mereview perkembangan guru dengan: a) review portofolio; b) menjamin adanya
peluang setelah adanya penilaian; c) berkomunikasi dengan konsultan yang
berhubungan dengan guru bersangkutan.
7) Supervisi klinis harus memberi informasi mengenai peningkatan yang diperoleh
guru.
8) Menjalin komunikasi dengan lembaga kompeten berkenaan dengan peningkatan
kemampuan guru, misalnya Program Pascasarjana.
9) Dari sekian banyak peran supervisor, namun pada dasarnya supervisor berperan
untuk memperbaiki instruksi pengajaran guru dengan mengamati, menganalisa dan
memberikan umpan balik kepada guru.
Seorang supervisor yang efektif harus memiliki kecakapan interpersonal, kecakapan
teknis, untuk kesuksesan perbaikan instruksi pembelajaran. Supervisor dapat mencapai
tujuannya dengan meningkatkan kerjasama, penerimaan guru, kepercayaan. Seorang
supervisor klinis juga sebagai fasilitator yang bekerja dengan guru untuk memperbaiki
instruksi pembelajaran. Hasil supervisi klinis efektif, misalnya dengan jelas menetapkan
kriteria proses evaluasi dan menjamin bahwa penilaian akhir adalah yang negatif sehingga
kepercayaan guru penuh.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Konsep supervisi klinis merupakan salah satu aktifitas supervisi yang dilakukan oleh
supervisor untuk memperbaiki praktik para praktisi di dalam menjalankan profesi. Dalam
konteks pendidikan supervisi pendidikan dapat didefenisikan sebagai aktifitas supervisor
yang dilakukan untuk mengawasi apakan guru telah merancang dan menjalan desain
instruksional dengan benar dalam praktik mengajar di kelas. Supervisor ketika
menjalankan supervisi klinis harus benar-benar bisa memetakan masalah, dan merumuskan
tujuan atau menyelesaikan kasus-kasus praktik mengajar guru. untuk itu spervisor harus
mempersiapkan istrumen yang berbentuk pertanyaan mengenai hal-hal yang dianggap
penting untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik mengajar guru, ataupun dengan
ceklis yang setiap itemnya merupakan cermin kinerja guru. Supervisor ketika menjalankan
supervisi klinis berperan sebagai pembina, pelatih, dan sebagai motivator guru untuk terus
memperbaiki perangkat mengajar dan terus meningkatkan kecakapan pedagogik dan
menjalankan desain instruksional di kelas dengan prinsip profesionalisme dan penuh
komitmen.

14
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Tari. 2014. Pengertian Supervisor:


https://www.google.com/amp/s/tari-afriani.m.com/amp/3702792/pengertian-
supervisor-?espv=1 (diakses 19 maret 2019)

Dina, Abdi. 2016. Karakteristik Supervisi Klinis:


https://abdi-dina.blogspot.co.id/2014/01/makalah supervisi-klinis.html. (diakses 19
maret 2019)

Emilia, Aca. 2017. Fase-Fase dalam Supervisi Klinis:


https://acaemlia.edu.ic/12237795/2017/MEMAHAMI_SUPERVISI_KLINIS_
html?m=1 (diakses 19 maret 2019)

Lismurtini. 2013. Tujuan Khusus Supervisi Klinis:


https://lismurtini270992.wordpress.com/2013/06/18/supervisi-klinis-dalam-
supervisi-pendidikan.html. (diakses 19 maret 2019)

Mukhtar, Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada
Press

Mulyana, Aina. 2015. Pengertian Supervisi Klinis:


https://ainamulyana.blogspot.com/2015/05/pengertian-dan-tujuan-supervisi-
klinis.html?m=1 (diakses 19 maret 2019)

Mauna, Binti. 2016. Fungsi Supervisi Klinis:

http://binti-maunah97.blogspot.com/2016/07/kel-4-fungsi-supervisi-klinis.html?m=1
(diakses 19 maret 2019)

Mifra, Norma. 2015. Pernyataan Acheson dan Gall:


https://www.google.com/amp/s/www.normamifra.com/2015/01/supervisor-
supervisi-pendidikan-pdf.html%3fm=1?espv=1 (diakses 19 maret 2019)

Ngalim, Purwanto. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Saputra, Jhoni. 2015. Tahap Metode Supervisi Klinis:


https://Jhoni-Saputra.blogspot.com/2015/10/langkah-langkah-pelaksanaan-
supervisi.html?m=1 (diakses 19 maret 2019)

Sari, Nindia. 2015. Instrumen dan Tahapan Supervisi Klinis:


https://nindiasari.ribd.co.id/doc/57774911/2015/Instrumen-Supervisi-Klinis-
html?m=1 (diakses 19 maret 2019)

15
Sagala, Saiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta

Slamet. 2011. Pengertian Supervisor Pendidikan:


http://umat10slamet.blogspot.com/2011/11/pengertian-supervisor-pendidikan-
dan.html?m=1 (diakses 19 maret 2019)

Suaidin. 2010. Konsep Dasar Supervisi Klinis dan Supervisor:


https://amp/s/suaidinmath.wordpress.com/2010/05/09/supervisi-kliniskonsep-dasar-
dan-prosedur-pelaksanaannya/amp/?espv=1 (diakses 19 maret 2019)

Wijaya, Teni. 2014. Kewajiban Supervisor Klinis:


https://www.gurupendidikan.co.id/2014/teni-wijaya-supervisor/ (diakses 19 maret
2019)

16
LAMPIRAN 1: Contoh Kasus Supervisi Klinis
Masalah
Seorang guru baru, Miss Jane Brown, sedang memiliki masalah serius dengan manajemen
kelasnya di Sekolah Pimento Valley Secondary. Dia baru saja tiga bulan memulai mengajar.
Tugasnya adalah mengajar Integrated Science pada siswa kelas 8 dan kelas 9. Jumlah
kelasnya 45 sampai 50 siswa. Daerah sekolah di daerah pinggiran kota industri. Siswa
biasanya berprilaku baik. Gurunya, seorang biolog terlatih, namun tidak memiliki
pendidikan formal guru.

Hari demi hari dan minggu ke mingu berlalu, secara perlahan manajemen kelas menemukan
masalah, dan gurru kehilangan kendali.

Efek
Karena guru memiliki kesulitan mengontrol kelasnya, dia mulai datang terlambat. Murid
tidak begitu memperhatikannya. Beberapa murid mengeluh karena tidak mendapatkan
tugas, sementara guru yang lain mengeluh bahwa kelas yang diasuhnya selalu ribut.

Batasan Masalah
Untuk kelas ukuran besar, tidak ada sistem yang mapan yang akan membantu Miss Brown
dalam mengembangkan kecakapan mengajarnya. Miss Brown juga menyadari
ketidakcakapannya dalam mengajar. Dia pun mulai mengasingkan diri dari teman sejawat
yang semestinya dapat memberikan dia dukungan.

Tugas
Menanyakan Miss Brown untuk membantunya mengembangkan dan memperbaiki
kemampuan mengajarnya. Mendesain program supervisi klinis yang akan mencapai tujuan
ini.

Pre Konfrensi
Tujuan superisi klinis Miss Brown adalah untuk memperbaiki manajemen kelasnya. Setiap
penyebab ketidak efektifanyya mengajar selama observasi akan diselesaikan. Untuk
memahami masalah lebih mendalam, maka perlu observasi lebih dari sekali.

17
Tahap Pre-Konfrensi memiliki tahapan dan batasan: (1) tujuan observasi Miss Brown; (2)
fokus observasi; (3) metode dan bentuk observasi yang digunakan; (4) waktu observasi; (5)
waktu paska konfrensi. Pre Konfrensi dengan Miss Brown menggunakan siklus supervisi
klinis. Supervisor akan berusaha menaikkan percaya diri Miss Brown. Sebelum Pre
Konfrensi dirancang, supervisor harus membatasi pendekatan supervisor yang cocok
dengan level perkembangan Miss Brown, keahlian, dan komitmen. Sebuah review latar
belakang Miss Brown, walaupun dia seorang biolog, sebenarnya dia tidak memiliki latar
pendidikan guru. olehkarena itu dari guru lain mengindikasikan bahwa Miss Brown tidak
bergabung dengan koleganya.

Bagaimanapun , beberapa murid merasakan materi yang disajikan Miss Brown sangat baik.
Olehkarena itu, supervisor yang menggunakan pendekatan supervisi informal akan
menghasilkan hasil terbaik selama Pre Konfrensi. Sebagaimana menurut Glickman (1998),
pendekatan ini paling cocok karena keahlian, kepercayaan diri, dan kredibilitas supervisor.
Supervisor dapat memperoleh lebih banyak informasi, pengalaman, dan kemampuan Miss
Brown. Selama proses supervisi klinis, supervisor akan menjadi sumber informasi utama,
mengartikulasikan tujuan, dan menyarankan ukuran korektif untuk diadopsi. Dengan
membatasi pendekatan supervisi, supervisor sekarang siap untuk melibatkan Miss Brown
dalam Pre Konfrensi.

Selama Pre Konfrensi, supervisor akan menampilkan perilaku yang diasosiasikan dengan
pendektan informal. Setelah mengidentifikasi dan mempresentasikan masalah lemahnya
manajemen kelas Miss Brown dan mendapatkan masukannya ke dalam situasi, supervisor
membatasi observasi dibutuhkan untuk menyediakan bantuan lebih padanya. Supervisor
mengkomunikasikan ke Miss Brown bahwa tujuan observasi yaitu untuk mengamati teknik
manajemen kelasnya. Fokus observasi pada verbal dan non verbal Miss Brown. Untuk
memfasilitasi supervisor, maka perlu rekaman, supervisor merekomendasi tiga metode
observasi: (1) frekusensi kategori; (2) frekuensi; (3) diagram visual; (4) rekaman video. Miss
Brown dijelaskan akan menghasilkan yang terbaik, dan waktu observasi akan
diselenggarakan pada hari Senin jam 08.00. pagi. Mereka juga setuju bahwa supervisor akan
tiba sebelum murid sehingga supervisor dapat mengamati perilaku dan interaksi murid dan
guru secara menyeluruh. Mereka menjadwal Pos Konfrensi untuk hari Rabu jam
10.00,berikut observasinya.

18
Observasi
Observasi Miss Brown akan membuat kesempatan bagi supervisor untuk membantu ujian
dia sebenarnya. Realitas persepsinya sendiri dan penilaian mengenai mengajarnya. Acheson
dan Gall (1997) setuju bahwa seleksi sebuah instrumen observasi akan membantu
mempertajam pemikiran guru mengenai instruksional.
Untuk mengobservasi perilaku verbal dan non verbal Miss Brown, akan digunakan tailored
observation.

19
LAMPIRAN 2. Rencana Perbaikan Instrumen
Tanggal pasca konfrensi____________ Guru yang diobservasi_____
Waktu__________________________ Guru pendukung _________

Tujuan :

Aktifitas untuk mencapai tujuan:

Sumber yang dibutuhkan:

Waktu untuk Pre Konfrensi berikutnya:

20
Lampiran 3. Laporan Perkembangan (Naratif)
Pelajaran :
Waktu :
Tanggal :

A. Persiapan pembelajaran:

B. Implementasi pembelajaran:

C. Manajemen kelas:

D. Perilaku Profesional dan personal:

Peringkat keseluruhan:_______memuaskan________tidak memuaskan

Guru________________ Tanggal_______________

Supervisor____________ Tanggal_______________

21
Lampiran 4. Laporan Kemajuan (Peringkat)
Tanggal :
Waktu :
Pelajaran :

S= Satisfactory NI= Needs Improvement NA= Not Applicable

A. Rencana pembelajaran (tertulis)

1. _____tujuan
2. _____prosedur mengajar
3. _____aktifitas mengajar
4. _____evaluasi
5. _____materi
6. _____individualisme

Komentar:

B. Implementasi
1. ____komunikasi tujuan
2. ____teladan
3. ____organisasi
4. ____metode
5. ____keefektifan perkembangan siswa
6. ____bantuan mengajar
7. ____responsif terhadap siswa
8. ____disiplin
9. ____transisi
Komentar:

C. Penampilan profesional dan personal


1. ____penampilan
2. ____suara
3. ____kontrol diri
22
4. ____fleksibilitas
5. ____antusiasme
6. ____ketepatan waktu
7. ____kemandirian
8. ____tanggung jawab
9. ____kerapian
10. Keterbukaan terhadap umpan balik
11. Hubungan interpersonal dengan teman sejawat
12. Inisiatif
Komentar:

Guru________________ Tanggal_______________

Supervisor____________ Tanggal_______________

23
Lampiran 5: Review Kinerja Konfrensi (form pasca konfrensi)
Form ini dirancang untuk menilai keahlian konfrensi. Peringkat diri anda pada setiap item
dibawah dengan melingkari nomor dari skala 5 terendah dan 1 tertinggi.
Low 5 4 3 2 1 Tinggi

No. Aktifitas Peringkat


1. Dalam memikirkan tentan konfrensi mengenai perilaku saya, saya
melakukan:
a. Membuat guru merasa nyaman 54321
b. Berkomunikasi dengan jelas
c. Berkomunikasi konstruktif kritis dengan efektif
d. Mendengarkan dengan hati-hati tentang apa yang guru katakan
2. Mempersiapkan konfrensi, saya melakukan:
a. Mengorganisasi informasi dan dokumentasi
b. Menulis saran atau ide untuk guru
c. Memiliki sumber untuk digunakan 54321
d. Mengidentifikasi tujuan saya menyelenggarakan konfrensi
e. Mengatur waktu konfrensi dengan bijak
f. Mengarahkan konfrensi dalam suasana yang teratur
3. Dalam menguji keahlian saya dalam melengkapi konfrensi, saya
melakukan:
a. Mereview capaian tujuan saya 54321
b. Menyediakan waktu untuk menulis apa yang terjadi
c. Memikirkan kembali saran, ide, yang diberikan kepada guru
d. Merencanakan tindakan dimasa mendatang

24

Anda mungkin juga menyukai