Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP SUPERVISI KLINIS


MK TEORI DAN PRAKTIK SUPERVISI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

Fitri Aini NIM 20206013116

Junainah NIM 20206013038

Reni Dian Puri NIM 20206013095

Ilham Firmansyah NIM 20206013060

Joni NIM 20206013112

Dosen Pengampuh :

Dr. Happy Fitria, M. Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Konsep

Supervisi Klinis ini. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “

Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan” .

Dalam penulisan makalah ini Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan, Untuk itu, kami selalu mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan dan kemajuan bersama.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi

kita semua.

Palembang, Maret 2021

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang.........................................................................................................1

B.    Rumusan Masalah...................................................................................................2

C.   Tujuan Masalah........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A.   Konsep Supervisi Klinis..........................................................................................3

1. Pengertian Supervisi Klinis..................................................................................3

2. Tujuan Supervisi Klinis........................................................................................4

3. Ciri-ciri Supervisi Klinis......................................................................................5

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Supervisi Klinis..................................................5

B.    Perangkat pendukung (instrumen yang digunakan dalam supervisi klinis)..........7

C.    Peran Supervisor dalam Supervisi Klinis...............................................................9

BAB III PENUTUP

A.   Kesimpulan..............................................................................................................11

B.    Saran.......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

adalah melalui proses pembelajaran di sekolah.

Supervisi merupakan salah satu faktor penting sebagai upaya meningkatkan

kualitas pendidikan melalui kegiatan yang dilakukan oleh supervisor pendidikan dalam

hal ini pengawas pendidikan pada satuan pendidikan formal. Pada dasarnya, supervisi

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan

yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah

yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan.

Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peranan supervisor di bidang

pendidikan yang berupaya menemukan masalah-masalah pendidikan dan selalu

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi. Dengan demikian, supervisi

pendidikan bermaksud meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru,

kepala sekolah, dan personel sekolah lainnya agar proses pendidikan di sekolah lebih

berkualitas.

Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan

di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian

juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan

tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan

pekerjaannya.

1
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap tenaga

kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran

melalui pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan

menguraikan tentang konsep supervisi klinis yang dilakukan dalam meningkatkan

kemampuan profesional guru.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

makalah ini adalah:

1.      Bagaimana konsep supervisi klinis ?

2.      Bagaimana merumuskan perangkat pendukung (instrumen yang digunakan dalam

supervisi klinis ?

3.      Bagaimana peran supervisor dalam supervisi klinis ?

C.    Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam makalah ini

adalah:

1.      Untuk mengetahui konsep supervisi klinis.

2.      Untuk merumuskan perangkat pendukung yang digunakan dalam supervisi klinis.

3.      Untuk mengetahui peran supervisor dalam supervisi klinis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Konsep Supervisi Klinis

1.   Pengertian Supervisi Klinis

Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan

mengajar melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta

analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata serta

bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. (R. Willem dalam

Archeson dan Gall, 1980: 1/terjemahan S.L.L. Sulo, 1985).

K.A Archeson dan Gall (1980 : 25 ) terjemahan S.L.L. Sulo, 1985 : 5,

mengemukakan supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil

kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar

yang ideal.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Purwanto dikatakan supervisi klinis karena

prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau

kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan langsung pula

diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut

(Purwanto, 2004: 90)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi

klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan

membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui

observasi dan analisis data secara objektif sebagai dasar usaha untuk merubah prilaku

mengajar guru.

2
2.     Tujuan Supervisi Klinis

Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih

baik. Usaha perbaikan mengajar dan mengajar ditujukan kepada pencapaian tujuan

akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.

Sedangkan Piet A. Sahertian menambahkan bahwa tujuan supervisi klinis yaitu

membantu guru-guru agar lebih mudah mangadakan penyesuaian terhadap

masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat tersebut serta

membina guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru

dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. (Sahertian, 2000:25)

Menurut Acheson dan Gall (1987:1) dalam Syaiful Sagala (2010:200) tujuan

supervisi klinis adalah pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik, dapat

memecahkan permasalahan, membantu guru mengembangkan kemampuan dan

strategis, mengevaluasi guru, dan membantu guru untuk berprilaku yang baik

sebagai uapaya pengembangan profesional para guru.

Secara umum tujuan supervisi klinis adalah :

1. Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan

kualitas proses pembelajaran.

2. Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas

proses pembelajaran.

3. Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul

dalam proses pembelajaran.

4. Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah yang

ditemukan dalam proses pembelajaran.

4
5. Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan

diri secara berkelanjutan.


 

3. Ciri-Ciri Supervisi Klinis

Menurut (Sahertian, 2000 : 38) ciri-ciri supervisi klinis adalah :

a. Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi tetapi tercipta hubungan

manusiawi sehingga guru-guru memiliki rasa aman.

b. Apa yang akan disupervisi timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri.

c. Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan,

kedekatan dan keterbukaan.

d. Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi juga

mengenai aspek-aspek kepribadian guru.

e. Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan

antara supervisor dan guru.

f. Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif.

4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Supervisi Klinis

Sebagaimana lazimnya pelaksanaan supervisi  pengajaran tidak terlepas dari

prosedur dan tahapan dalam pelaksanaannya. Demikian pula kegiatan supervisi

klinis, dilaksanakan dengan tahapan yang sistematis.

Pada dasarnya para ahli mempunyai prinsip yang sama, bahwa supervisi klinis

berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus dengan tiga tahap yaitu :

1. Pertemuan awal,

2. Tahap observasi kelas,

3. Tahap pertemuan balikan/evaluasi.

5
1.      Tahap pertemuan awal

Pada tahap pertemuan awal merupakan pembuatan kerangka kerja, karena itu

perlu diciptakan suasana akrab dan terbuka antara supervisor dengan guru,

sehingga guru merasa percaya diri dan memahami tujuan diadakan pendekatan

klinis.

Pertemuan awal menjadi penentu tahap berikutnya, karena tahap pra observasi

menyepakati kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pelaksanaan observasi di

kelas yang melibatkan supervisor sebagai observer.

2.      Tahap observasi kelas

Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pedoman dan

prosedur yang telah disepakati pada saat pertemuan awal. Selanjutnya supervisor

melakukan observasi berdasarkan instrument yang telah dibuat dan disepakati

dengan guru. Pertemuan setelah observasi berlangsung, supervisor menggunakan

informasi yang dikumpulkan untuk membantu guru dalam menganalisis

pelajaran. Pertemuan setelah observasi lebih memfokuskan permasalahan yang

sebelumnya sudah disetujui bersama dan tidak menyimpang dari kesepakatan

pertemuan awal. Dengan kata lain, pembahasan ataupun diskusi berlangsung

dengan suasana keterbukaan dan saling menghargai.

3.      Tahap pertemuan akhir/balikan

Tahap akhir dari siklus supervisi klinis adalah analisis pasca pertemuan (post

observation). Supervisor mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi selama

observasi dan seluruh siklus proses supervisi dengan tujuan untuk meningkatkan

performansi guru. Pertemuan akhir merupakan diskusi umpan balik antara

supervisor dan guru. Suasana pertemuan sama dengan suasana pertemuan awal

6
yaitu suasana akrab penuh persahabatan, bebas dari prasangka, dan tidak bersifat

mengadili. Supervisor memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat

mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung.

Yang menjadi dasar dari balikan terhadap guru adalah kesepakatan tentang item-

item observasi yang telah dibuat, sehingga guru menyadari tingkat prestasi yang

dicapai.

Tahap pertemuan akhir/balikan bukan akhir dari kegiatan supervisi klinis untuk

selamanya, supervisor mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu

diperhatikan pada kesempatan berikutnya.

Pada prinsipnya setiap guru harus disupervisi secara periodik dalam

melaksanakan pembelajaran. Jika jumlah guru cukup banyak, kepala sekolah

dapat meminta bantuan wakil kepala sekolah atau guru senior untuk membantu

melaksanakan supervisi. Dengan demikian, jika bidang studi guru terlalu jauh,

dan kepala sekolah merasa sulit memahami, kepala sekolah dapat meminta

bantuan kepada guru senior yang memiliki latar belakang bidang studi yang

sama dengan guru yang ingin disupervisi.

B.     Perangkat pendukung (instrumen yang digunakan dalam supervisi klinis)

Dalam melakukan supervisi klinis, seorang supervisor harus benar-benar

mempersiapkan tentang apa yang ingin dicapai ketika melakukan observasi ataupun

ketika melakukan supervisi. Untuk itu, instrumen harus dirancang dan dipersiapkan

dengan baik agar supervisi klinis yang dilakukan benar-benar dapat memperbaiki

praktik mengajar guru.

Instrumen yang digunakan dalam supervisi klinis berupa pengumpulan data yang

terdiri dari observasi, wawancara dan dokumentasi.

7
Instrumen dapat berupa panduan pertanyaan-pertanyaan mengenai kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan pada kegiatan supervisi, dan jawaban yang

disupervisi dapat di rekam dengan mencatat kata-kata kuncinya di lembar lain atau

ditulis pada panduan dengan mengisi kolom catatan yang disediakan sesuai dengan

aspek yang ditanyakan.

Ada lima fase dalam supervisi klinis (dalam Aca Emilia, 2017) yaitu :

1. Alasan dan tujuan observasi

2. Fokus observasi

3. Metode dan bentuk observasi yang digunakan

4. Waktu observasi

5. Setelah observasi

Pada fase kedua adalah observasi aktual kondisi guru di kelas, dalam proses ini data

dikumpulkan berdasarkan pengamatan. Ketika data dikumpulkan, dilakukan juga

analisis dan interpretasi data. Pada tahap ketiga memutuskan pendekatan apa yang

digunakan, pada fase ke empat fokus pada hasil obeservasi dan merumuskan rencana-

rencana yang dianggap dapat meningkatkan perbaikan. Pada tahap siklus akhir, setelah

pertemuan maka dilakukan evaluasi. Strategi menganalisa dan mengevaluasi pengajaran

efektif meliputi :

- Desain pembelajaran dan pengembangan

- Stategi alternatif untuk konsep mengajar

- Strategi alternatif untuk generalisasi mengajar

- Strategi alternatif pemecahan masalah

- Analisis dan evaluasi keefektifan mengajar melaluimicro teaching rencana

pembelajaran

8
- Meningkatkan skala pengembangan kinerja untuk evaluasi

- Analisis dan evaluasi pengalaman klinis mengajar

C.    Peran Supervisor dalam Supervisi Klinis

Supervisor adalah seorang pemimpin yang memonitoring pekerjaan guru-guru yang

berada dalam pengawasannya, setelah mengamati maka selanjutnya supervisor

berkewajiban menganalisis dan mengevaluasi dari yang dilihatnya dilapangan. Seorang

supervisor harus efektif menyampaikan benar atau salahnya seorang guru dalam

menjalankan tugasnya (Tari Afriani, 2014).

Supervisor pendidikan bertanggung jawab untuk menjamin guru dapat mengembangkan

pengalaman dan kemampuannya, juga menjamin tujuan pembelajaran tercapai

sebagaimana yang ditetapkan. Supervisor harus memonitor dan menilai pelatihan dan

kecakapan, untuk itu seorang guruharus memiliki supervisor yang sama minimal

setahun, agar supervisi klinis yang diprogram oleh supervisor dapat berjalan baik.

Dalam supervisi klinis seorang supervisor harus mampu membangun kepercayaan

dalam proses supervisi klinis.

Karakter seorang supervisor klinis yang baik memiliki karakter terbuka, jujur, tidak

menghakimi, dapat didekati. Seorang supervisor berperan untuk menciptakan sebuah


lingkungan yang menyenangkan dan dipahami. Seorang supervisor merasa nyaman,

dekat, dan diskusi secara menyenangkan mengenai praktik guru yang membutuhkan

pengembangan dan refleksi.

Menurut Sahertian (2000) Peran supervisor dalam Supervisi Klinis terdiri dari :
 Sebagai koordinator

Supervisor dapat mengkoordinasi program belajar mengajar yang dilaksanakan oleh

guru.
 Sebagai konsultan

Supervisor dapat memberi bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah yang

dialami guru baik secara individual maupun kelompok.

9
 Sebagai pemimpin kelompok

Supervisor dapat memimpin sejumlah guru dalam mengembangkan potensi

kelompok, pada saat mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan

profesional guru-guru secara bersama.


 Sebagai evaluator

Supervisor dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapat

menilai kurikulum yang sedang dikembangkan.

10
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1. Supervisi klinis merupakan pembinaan profesional yang dilakukan secara sistematis
kepada guru sesuai kebutuhan guru yang bersangkutan dengan tujuan untuk
membina keterampilan mengajarnya. Pembinaan itu dilakukan dengan cara yang
memungkinkan guru menemukan sendiri cara-cara untuk memperbaiki
kekurangannya sendiri.
2. Dalam pelaksanaan supervisi klinis terdapat 3 tahap. Pada tahap pertemuan awal
yaitu kegiatan pembahasan pemantapan hubungan antara guru dengan supervisor,
membuat perencanaan bersama. Pada tahapan kedua yaitu kegiatan analisis data hasil
observasi, pertemuan untuk mendiskusikan hasil observasi. Prosedur observasi klinis
disebut “siklus” karena ketiga tahapan itu merupakan suatu proses yang
berkelanjutan, pada akhir tahap ketiga (pertemuan balikan) sudah mulai dibicarakan
bahan masukan (input) untuk tahap pertama (pertemuan awal) pada siklus
berikutnya.

B.     Saran

Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita

semua mengenai konsep supervisi klinis. Penulis menyarankan agar tidak hanya

menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya sumber rujukan, tetapi juga mencari

referensi lain yang menyangkut pembahasan tentang supervisi klinis untuk lebih

memahami tentang supervisi klinis tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik, Supervisi Pendidikan, dalam Rangka
Mengembangkan Sumber Daya Manusia, Jakarta, Rineka Cipta
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Cet. XXI; Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012
Afriani, Tari, 2014 Pengertian Supervisor; https://www.google.com/amp/s/tari-
afriani.m.com/amp/3702792/pengertian-supervisor-?espv=1

Saiful, Sagala .2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.Bandung :


Alfabeta

Emilia, Aca. 2017. Fase-fase dalam supervisi klinis :


https://academia.edu.ic/12237795/2017/Memahami Supervisi Klinis html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai