Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM SUPERVISI KLINIS DI SEKOLAH

Laporan
Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok mata kuliah Supervisi Klinis
Yang dibina oleh :
Bapak Syunu Trihantoyo, M.Pd.

Oleh Kelompok 1 :

Istighfarah Mardiyanah Qadarisman 16010714026

Nurfia Sendy 16010714042

Ira Baroroh 16010714067

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga laporan ini
dapat tersusun hingga selesai. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Supervisi Klinis, Bapak Syunu Trihantoyo, M.Pd. yang telah membimbing penulis
untuk dapat menyelesaikan laporan praktikum mengenai Supervisi Klinis di sekolah ini.
Terimakasih pula kepada tim penyusun yang telah bekerja keras untuk menyusun laporan
ini agar mendapatkan hasil yang sempurna, serta kepada orang tua dan seluruh mahasiswa
jurusan Manajemen Pendidikan angkatan 2016 khususnya kelas A yang telah mendukung
proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa kami juga berterimakasih atas bantuan dari pihak-
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan
agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan
ini.

Surabaya, 10 November 2017

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Permasalahan Pengajran .............................................................................................4
C. Tujuan .........................................................................................................................5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Supervisi Klinis ..............................................................................................6
B. Perkembangan Supervisi Klinis ..................................................................................6
C. Perbedaan Supervisi Klinis dan Non-Klinis (General) ...............................................7
D. Siklus Supervisi Klinis.................................................................................................8
E. Fokus Keterampilan Dasar Mengajar .........................................................................9
BAB III HASIL : SIKLUS SUPERVISI KLINIS DAN PENGUKURAN
A. Pre-conference (Transkip) .........................................................................................10
B. Observasi Mengajar (Instrumen Observasi) ..............................................................12
C. Pra-conference (Transkrip).........................................................................................17
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................20
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................................21
GLOSARIUM.....................................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan kunci sukses kehidupan. Dalam prosesnya, pendidikan memerlukan


profesional yang berkompeten di bidangnya. Pendidik/guru adalah salah satu komponen sukses
tidakanya pendidikan di suatu sekolah. Dengan memiliki guru yang memiliki kompetensi dan
kinerja tinggi suatu sekolah akan lebih maju dalam perkembangannya. Tenaga guru sudah pasti
sangat diharapkan dalam kemajuan pendidikan sehingga guru selalu dituntut untuk meningkatkan
kinerjanya.
Untuk meningkatkan sekolah yang bermutu, kegiatan supervisi sangat di perlukan oleh guru
untuk meningkatkan profesionalis-menya. Guru yang sudah di supervisi diharapkan dapat bekerja
secara profesional. Profesi guru yang utama adalah mengajar, hal ini sesuai yang tertulis dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru adalah
pendidik yang professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Supervisi merupakan serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk
layanan profesional yang diberikan oleh supervisor guna meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran. Dengan supervisi diharapkan guru memiliki kemampuan dan dapat meningkatkan
proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas.
Pada konsepnya supervisi klinis dianalogikan dengan seorang pasien yang sakit dan
menginginkan kesembuhan dari penyakitnya, lalu ia datang ke dokter untuk diobati. Begitu juga
seorang guru, memiliki kesadaran akan masalah yang dihadapi dalam tugasnya dan meminta kepala
sekolah (supervisor) untuk membantunya. Oleh karena itu, supervisi klinis berbeda dengan
supervisi akademik. Perbedaannya adalah supervisi akademik dilakukan dengan inisiatif supervisor,
sedangkan supervisi klinis inisiatif awal datangnya dari kesadaran guru.

B. PERMASALAHAN PENGAJARAN

1. Peserta didik mendapatkan hasil ujian dibawah rata-rata (dibawah KKM)


2. Peserta didik kurang fokus saat pembelajaran
3. Peserta didik merasa bosan dengan pembelajaran yang ada

4
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui teori dasar dari supervisi klinis


2. Untuk menerapkan praktek supervisi klinis secara nyata
3. Untuk mempelajari mengenai perbedaan supervisi klinis dan non-klinis

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. KONSEP SUPERVISI KLINIS

Supervisi klinis dapat diartikan prsoses pertemuan tatap muka antara supervisor dan guru,
membahas tentang hal mengajar di dalam kelas guna perbaikan pembelajaran dan pengembangan
profesi dengan cara kolegial atau kesejawatan antara supervisor dan guru (Sergiovanni, 1979 dalam
Imron, 2011). Menurut Cogan (dalam Sagala, 2012), bahwa supervisi klinis sebagai upaya yang
dirancang secara rasional dan praktis untuk memperbaiki performansi guru di kelas dengan tujuan
untuk mengembangkan profesional guru dan perbaikan pengajaran. Jadi, supervisi klinis dirancang
untuk memperbaiki dan memgembangkan pengajaran melalui pengembangan professional guru
(dalam Ansori dan Supriyanto).
Yuliandini (2012:3 dalam Aguswandi) menjelaskan makna yang terkandung dalam istilah
klinis merujuk pada unsur-unsur khusus, sebagai berikut:
1. Adanya hubungan tatap muka antara pengawas dan guru didalam proses supervisi.
2. Terfokus pada tingkah laku yang sebenarnya di dalam kelas.
3. Adanya observasi secara cermat.
4. Deskripsi pada observasi secara rinci.
Secara umum supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan ketrampilan
mengajar guru dikelas. Hubungan ini supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan
kemampuan profesionalisme guru. Dalam supervisi klinis cara “memberikan obatnya” dilakukan
setelah supervisor mengadakan pengamatan secara langsung terhadap cara guru mengajar, dengan
mengadakan “diskusi balikan” antara supervisor dan guru yang bersangkutan.
Makawimbang (2011:106 dalam Aguswandi) menjelaskan supervisi klinis memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Dalam supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah tetapi
tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman.
2. Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena ia
memang membutuhkan bantuan itu
3. Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan bantuan yang terintegrasi

B. PERKEMBANGAN SUPERVISI KLINIS

Sejarah perkembangan Supervisi klinik mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh


Morris L. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richart Weller di Universitas Harvard pada akhir

6
dasawarsa 1950an dan awal dasawarsa 1960an. Ada dua asumsi mendasari praktik supervisi klinik.
Pertama, pembelajaran merupakan aktivitas, yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan
dan analisis secara hati-hati. Melalui pengamatan dan analisis ini, seorang supervisor pendidikan
akan dengan mudah mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran
(dalam Aziz).
Kedua, guru-guru yang profesionalismenya ingin dikembangkan lebih menghendaki cara
kesejawatan daripada cara yang otoriter. Pada mulanya, supervisi klinik dirancang sebagai salah
satu model pendekatan dalam melakukan supervisi pengajaran terhadap calon guru yang sedang
berpraktik mengajar. Dalam supervisi ini penekanannya pada klinik yang diwujudkan dalam bentuk
hubungan tatap muka antara supervisor dan calon guru yang sedang berpraktik (dalam Aziz).

C. PERBEDAAN SUPERVISI KLINIS DAN NON KLINIS (GENERAL)

Menurut La Sulo dalam Nurcholiq menyebutkan perbedaan supervisi klinis dan non klinis adalah
sebagai berikut :

ASPEK SUPERVISI NON KLINIS SUPERVISI KLINIS


1. Prakarsa dan Terutama oleh supervisor Terutama oleh guru
Tanggung Jawab
2. Hubungan Relasi guru-siswa atau atasan- Relasi kolegial yang sederajat dan
Supervisor dan Guru bawahan interaktif
3. Sifat supervisor Cenderung direktif atau otoritatif Bantuan yang demokratis
4. Sasaran Samar-sama atau sesuai keinginan Diajukan oleh guru sesuai
supervisor supervisor kebutuhannya, dikaji bersama
menjadi kontrak
5. Ruang lingkup Umum dan luas Terbatas sesuai kontrak
supervisi
6. Tujuan supervisi Cenderung evaluatif Bimbingan yang analitik dan
deskriptif
7. Peran supervisor Banyak memberitahu dan Banyak bertanya untuk membantu
dalam pertemuan pengarahan analisis diri
8. Feedback Samar-samar atau atas kesimpulan Dengan analisis dan interpretasi
supervisor bersama atas data observasi sesuai
kontrak

D. SIKLUS SUPERVISI KLINIS

Pertama, tahap pendahuluan. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama
membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Tahap ini memberikan
7
kesempatan kepada guru dan supervisor untuk mengidentifikasi perhatian utama guru, kemudian
menterjemahkannya kedalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati. Pada tahap ini dibicarakan
dan ditentukan pula jenis data mengajar yang akan diobservasi dan dicatat selama pelajaran
berlangsung. Suatu komunikasi yang efektif dan terbuka diperlukan dalam tahap ini guna mengikat
supervisor dan guru sebagai mitra di dalam suasana kerja sama yang harmonis (dalam Aguswandi).
Tahap pertemuan awal dengan kegiatan antara lain (1) supervisor dan guru menciptakan
suasana yang akrab untuk menghindari beban psikologis; (2) supervisor menyampaikan laporan
kepada guru dalam suasana kolegialistis sehinga guru mau terbuka terhadap masalah yang dihadapi;
(3) supervisor dan guru bersama-sama membahas rencana pembelajaran; (4) supervisor dan guru
mengkaji dan mengenali keterampilan mengajar agar guru memilih yang akan disepakati; (5)
supervisor dan guru mengembangkan instrumen yang akan dipakai sebagai panduan untuk
mengobservasi penampilan guru; (6) menentukan waktu untuk pelaksanaan supervisi (dalam Ansori
dan Supriyanto) (dalam Ansori dan Supriyanto).
Kedua, tahap obsevasi atau pengamatan pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru.
Pada tahap ini guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang telah
disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan
mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa. Kunjungan dan observasi
yang dilaksanakan supervisor bermanfaat untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran sebenarnya
(dalam Aguswandi).
Aktivitas pada tahap ini meliputi hala-hal sebagai berikut: (1) pengawas bersama guru
memasuki ruang kelas dengan penuh keakraban; (2) guru memberikan penjelasan kepada siswa
maksud kedatangan supervisor; (3) supervisor melakukan observasi penampilan guru dengan
mempergunakan format observasi yang telah dibuat dan disepakati; (4) selama pengamatan
supervisor hanya memfokuskan pada kesepakatan kontrak dengan guru. Jika ada hal-hal yang
penting di luar dari kontrak sopervisor dapat membuat catatan untuk pembinaan selanjutnya; (5)
setelah pembelajaran selesai, guru bersama-sama dengan supervisor menuju ruangan khusus untuk
mengadakan diskusi hasil pengamatan (dalam Ansori dan Supriyanto).
Pada tahap ketiga, yaitu pertemuan balikan, tahap menganalisis hasil observasi kelas. Dalam
hal ini supervisor harus mengusahakan data yang obyektif, menganalisis dan menginterpretasikan
secara kooperatif dengan guru tentang apa yang telah berlangsung dalam mengajar. Setelah
melakukan kunjungan dan observasi kelas, maka supervisor seharusnya dapat menganalisis data
yang diperolehnya tersebut untuk diolah dan dikaji yang dapat dijadikan pedoman dan rujukan
pembinaan dan peningkatan guru-guru selanjutnya (dalam Aguswandi).
Langkah pada tahap ini, meliputi (1) supervisor menanyakan perasaan guru ketika proses
pembelajaran berlangsung; (2) supervisor memberikan penguatan pada guru tentang proses belajar
8
yang baru dilaksanakan; (3) supervisor dan guru memperjelas kontrak yang dilakukan mulai tujuan
sampai pelaksanaan evaluasi; (4) supervisor menunjukkan hasil observasi berdasarkan format yang
disepakati; (5) supervisor menanyakan pada guru perasaannya dengan hasil observasi tersebut; (6)
supervisor meminta pendapat guru menenai penilaian dirinya sendiri; (7) supervisor dan guru
membuat kesimpulan dan penilaian bersama; (8) supervisor dan guru membuat kontrak pembinaan
berikutnya (dalam Ansori dan Supriyanto).

E. FOKUS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

1. Penggunaan media pembelajaran yang kreatif seperti menggunakan gambar, video, power
point (ppt) ataupun media melalui kertas.
2. Penggunaan metode diskusi dan berkelompok
3. Penerapan metode mengajar dengan interaktif kepada peserta didik

9
BAB III
HASIL:SIKLUS SUPERVISI KLINIS DAN PENGUKURAN

A. PRE CONFERENCE (PERTEMUAN PENDAHULUAN)


Ada seorang guru Kelas V yang mengalami permasalahan dalam mengajar dikelas,
permasalahan tersebut yaitu masih mendapatkan peserta didik yang ramai sendiri dan tidak fokus
mendengarkan penjelasan dari, sehingga mengakibatkan kurangngya pemahaman siswa. Guru
tersebut datang kepada kepala sekolah selaku supervisor. Dalam pertemuan ini guru menceritakan
masalah yang sedang dihadapi dengan maksud agar kepala sekolah bersedia membantunya. Selama
pertemuan supervisor selalu menciptakan suasana yang menyenangkan dan penuh kehangatan. Hal
ini dimaksudkan agar Guru tidak merasa tertekan dan takut.
Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan pre conference tersebut antara lain:
1. Supervisor menciptakan suasana intim dan terbuka.
2. Guru menjelaskan satuan pelajaran yang telah dibuat.
3. Supervisor mereview rencana pembelajaran yang telah dibuat.
4. Supervisor mereview komponen ketrampilan yang akan dicapai oleh guru dalam KBK.
5. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan
digunakan.
6. Supervisor bersama guru mendiskusikan instrumen tersebut, termasuk tentang tata cara
penggunaannya, serta data yang akan diambil. Hasilnya berupa kontrak yang disepakati
bersama.

TAHAP PERTEMUAN PENDAHULUAN (PRE CONFERENCE)


Ketika bel istirahat berbunyi, guru Kelas V bergegas menuju ruang kepala sekolah untuk
mengkonsultasikan masalah yang dihadapi dan untuk disupervisi dalam hal penguasaan ketrampilan
dasar mengajar.
Guru : “Selamat pagi Bu”
Kepala sekolah : “Selamat pagi, mari silahkan masuk!”
Guru : “Terima kasih Bu!”
Kepala sekolah : ”Mari silahkan duduk!”
(Guru segera duduk, setelah dipersilahkan)
Kepala sekolah :”Apa kabar bu, bagaimana kabar keluarga di rumah? Si kecil sudah
mulaimasuk TK bu ya dengar-dengar?”
Guru :”Alhamdulillah kabar dirumah baik-baik saja bu, dan iya benar si kecil
tahun ini sudah di TK .”
10
Kepala sekolah :”Wah..pasti sedang seneng-senengnya berangkat sekolah ya Bu. Aktivitas di
pagi hari pasti juga semakin ramai dan bersemnagat! Oh ya ….apa ada yang bisa saya Bantu
Bu?”
Guru : “Begini bu, saya kan memegang kelas V, saya merasa siswa saya kurang
focus memperhatikan penjelasan saya. Kebanyakan mereka ngomong-ngomong sendiri-sendiri, ada
yang tidur bahkan corat-coret bangku. Apakah mungkin saya kurang bisa menarik perhatian anak
ketika menyampaikan pelajaran ataukah anak-anak mulai bosan dengan pelajaran yang saya
ajarkan? Oleh karena itu bu, saya ingin bertanya seperti apa baiknya solusi yang perlu saya
lakukan untuk memperbaiki pembelajaran saya.”
Kepala sekolah : “Baik bu, jadi untuk mengatasi hambatan mengajar yang ibu rasakan maka
saya akan mendatangkan seorang supervisor dari kantor pusat untuk men-supervisi di kelas ibu.
Supervisor ini sudah saya kenal dengan baik, nama beliau adalah ibu Farah”
Guru : “Terima kasih banyak bu, jadi kira kira kapan saya bisa bertemu dengan
bu Farah ya?”
Kepala sekolah : “Saya akan atur jadwal pertemuan bu Sendy dengan bu Farah secepatnya
dalam minggu ini, jadi nanti saya akan mengabari lebih lanjut”
Guru : “Kalau begitu, saya akan menunggu kabar dari bu Ira lebih lanjut, terima
kasih ya bu, saya pamit dulu”
Kepala sekolah : “iya bu”
Pertemuan antara Guru dengan Supervisor dari Kantor Pusat.
Supervisor : “Selamat pagi bu Sendy”
Guru : “Selamat pagi bu”
Supervisor : “Perkenalkan saya Farah, supervisor dari kantor pusat yang ditugaskan ibu
kepala sekolah, ibu Ira Baroroh untuk membantu ibu dalam menyelesaikan permasalahan dalam
mengajar, jadi apa hambatan yang ibu rasakan dalam pembelajaran saat ini?”
Guru : “Salam kenal bu Farah, terima kasih banyak telah meluangkan waktunya untuk
datang ke sekolah. Begini bu, saya kan memegang kelas V, saya merasa siswa saya kurang focus
memperhatikan penjelasan saya. Kebanyakan mereka ngomong-ngomong sendiri-sendiri, ada yang
tidur bahkan corat-coret bangku. Apakah mungkin saya kurang bisa menarik perhatian anak ketika
menyampaikan pelajaran ataukah anak-anak mulai bosan dengan pelajaran yang saya ajarkan?
Oleh karena itu bu, saya membutuhkan bantuan agar ibu dapat men-supervisi di kelas yang saya
ajarkan”
Supervisor : “Dengan senang hati saya membantu, tetapi sebelumnya apakah ibu sudah
membuat perangkat pembelajaran secara keseluruhan?”

11
(Guru menunjukkan perangkat pembelajaran kelas V SD yang telah disusun kepada kepala sekolah)
Guru : “ini bu saya sudah memiliki silabus, RPP, pemetaan kompetensi, KKM Program
Tahunan, Program Semester, Jadwal Pelajaran, Kalender Pendidikan, serta Jurnal Kelas Bu”
Supervisor : “Bagus Bu, ini sudah lengkap dan apakah ibu sudah menerapkan keterampilan
mengajar yang ibu kuasai, seperti diskusi, belajar sambil bermain, atau yang lainnya?”
Guru : “disini saya menekankan pada ketrampilan menjelaskan disertai dengan Tanya
jawab Bu.”
Supervisor : “Baik, bagaimana dengan instrumen observasi yang akan digunakan nantinya?”
Guru : “Format instrumen penilaian tentang komponen ketrampilan menjelaskan yang
disertai dengan Tanya jawab seperti ini. Ibu tinggal memberikan tanda chek serta tuliskan hal
mana yang perlu dipertahankan dan hal mana yang perlu pembenahan.”
Supervisor : “Baiklah terus kapan pelaksanaan supervisi ini akan kita laksanakan?”
Guru : “Bagaimana kalo hari selasa depan tanggal 11 Oktober 2018, jam ke 5-6 di ruang
kelas V. apakah ibu pada hari itu tidak ada acara atau dinas luar?”
Supervisor : “Kebetulan bu saya pada hari itu tidak ada acara atau keperluan lain.”
Guru : “Baik kalau begitu bu, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan ibu meluangkan
waktunya.”
Supervisor : “Sama-sama bu.”
Guru : “Kalau begitu saya pamit dulu, bu.”
Supervisor : “Silahkan bu.”
Guru : “Selamat Pagi bu.’
Supervisor : “Selamat Pagi.”
(Supervisor dan guru berjabat tangan kemudian guru keluar dari ruang rapat)

B. OBSERVASI MENGAJAR
Tahap kedua dalam supervisi klinis adalah observasi mengajar. Observasi mengajar ini
dilaksanakan pada hari/tanggal dan kelas sesuai dengan kesepakatan dalam pertemuan pre
conference. Guru menjelaskan materi kepada siswa sesuai dengan materi pokok dalam rencana
pembelajaran yang disertai dengan contoh-contoh. Supervisor duduk dibangku yang paling
belakang sehingga tidak mengganggu siswa yang sedang diajar. Selama di kelas supervisor selalu
memperhatikan dan merekam secara objektif tingkah laku guru dalam mengajar, tingkah laku siswa
dalam belajar, dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Waktu untuk melaksanakan observasi yaitu dua jam pelajaran. Supervisor menilai guru
kedalam instrumen penilaian ketrampilan menjelaskan yang telah dibuat sebelumnya. Selain itu
supervisor juga memberikan tanggapan atau komentar secara tertulis tentang hal-hal yang perlu
12
dikembangkan guru dalam mengajar. Supaya guru mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu
diperbaiki oleh guru dalam mengajar. Istrumen tersebut diberikan kepada guru ketika mengadakan
pertemuan balikan untuk dianalisis oleh guru.

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU


DALAM PEMBELAJARAN KELAS V SEKOLAH DASAR
Nama Sekolah :
Kelas/Semester :
Mata Pelajaran :
Standar Kompetensi :
Kompentensi Dasar :
Hari/Tanggal :

Petunjuk Pengisian :
Berikan tanda  (check) pada skor 1, 2, 3 atau 4 terhadap aspek keterampilan yang diamati
serta beri tanda termasuk pada aspek yang perlu dipertahankan ataukah termasuk aspek yang perlu
pembenahan dalam proses pembelajaran. Tuliskan saran dan kritik terhadap hal yang perlu
dikembangkan oleh Guru dalam proses pembelajaran !

Nilai Keterangan
Perlu Perlu
No. Aspek yang diamati
1 2 3 4 Dipertahanka Pembenaha
n n
1. Guru memeriksa kesiapan ruang,
alat, dan media pembelajaran
2. Guru membimbing siswa berdoa
3. Guru melakukan kegiatan presensi
4. Guru memeriksa kesiapan siswa
untuk belajar
5. Guru melakukan apersepsi sesuai
dengan materi ajar
6. Guru memberikan motivasi dengan
mengaitkan pengetahuan awal
siswa dengan kehidupan sehari hari
7. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dan
rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan
13
8. Guru membimbing siswa
melakukan eksplorasi
9. Guru menunjukkan penguasaan
materi pembelajaran
10. Guru menyajikan materi dengan
menggunakan media gambar
11. Guru mengaitkan materi ajar
dengan realitas kehidupan
12. Guru melibatkan siswa dalam
pembelajaran
13. Guru menunjukkan ketrampilan
dalam memanfaatkan media dalam
pembelajaran
14. Guru menggunakan alat peraga
secara efektif dan efisien
15. Guru Mengarahkan siswa dalam
pembelajaran yang aktif dengan
model tanya jawab
16. Guru Menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran dengan model tanya
jawab
17. Guru mengarahkan siswa untuk
aktif bertanya dan menjawab
18. Guru menumbuhkan partisipasi
aktif siswa dalam Perencanaan
(Planning)
19. Guru menumbuhkan keceriaan dan
antusiasme siswa dalam
penyelidikan (Investigation)
20. Guru meluruskan miskonsepsi dan
kesalah pahaman yang terjadi dan
memberikan penguatan terhadap
jawaban siswa
21. Guru memberikan poin pada siswa
yang berhasil memberi jawaban
benar
22. Guru menggunakan bahasa lisan
secara jelas dan lancar

14
23. Guru menggunakan bahasa lisan
dengan baik dan jelas
24. Guru menggunakan bahasa lisan
dengan baik dan jelas
25. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya hal-hal
yang belum dipahami
26. Guru memberikan motivasi pada
siswa yang belum memberi jawaban
dengan benar
27. Guru membimbing siswa membuat
simpulan dari pembelajaran
28. Guru merefleksikan pembelajaran
yang telah dilaksanakan
29. Guru menyampaikan materi yang
akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya
30. Guru menutup kegiatan
pembelajaran dengan membimbing,
berdo’a dan memberikan salam
penutup
Jumlah
Keterangan :
1. Jika aspek dilakukan guru dengan kurang sesuai
2. Jika aspek dilakukan guru dengan cukup
3. Jika aspek dilakukan guru dengan baik
4. Jika aspek dilakukan guru dengan sangat baik

Kriteria Skor Aktivitas Guru :


Rentang Kriteria
0 – 24 Sangat Kurang
25 – 48 Kurang
49 – 72 Cukup
73 – 96 Baik
97 - 120 Sangat Baik

No. Bidang Terkait Hal yang perlu dikembangkan oleh guru

15
1. Perangkat Pembelajaran
2. Perencanaan Alur
Pembelajaran
3. Bahan dan Materi Ajar
4. Media dan Alat Peraga
Pembelajaran
5. Opening and Closing
6. Metode Pembelajaran
7. Keaktifan Siswa
8. Kesimpulan dan Refleksi
Pembelajaran

16
C. POST CONFERENCE (PERTEMUAN BALIKAN)
Proses belajar mengajar telah berlangsung dan observasi mengajar telah dilaksanakan, maka
langkah selanjutnya yaitu supervisor meminta guru untuk datang ke kantornya dengan maksud
untuk membahas bersama-sama tentang hasil observasi.
Dalam pertemuan ini supervisor memberikan instrumen yang berisikan penilaian terhadap guru
dalam mengajar. Supervisor meminta guru untuk menganalisisnya, kemudian dicari pemecahan
masalahnya. Hal-hal yang dilakukan dalam pertemuan post converence sebagai berikut:
1. Supervisor mereview tujuan pembelajaran.
2. Supervisor mereview tingkat ketrampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar.
3. Supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannnya proses pembelajaran berdasarkan
target.
4. Supervisor menunjukkan hasil observasi yang telah dianalisis dan diiterpretasikan awal,
kemudian memberi waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya bersama.
5. Supervisor menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpetasinya.
6. Supervisor menanyakan tentang keinginan guru yang sebenarnya ingin dicapai.
7. Supervisor menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya ingin dicapai.
8. Supervisor bersama guru menentukan rencana mengajar yang akan datang untuk
menigkatkan ketrampilan yang belum dikuasai oleh guru selama mengajar.

POST CONFERENCE CLASS


Setelah proses belajar mengajar di kelas selesai, guru bergegas ke ruang rapat untuk menerima
penjelasan. Sesampai di depan pintu guru mengetok pintu, tok…tok…tok..
Guru : “Selamat siang, Bu!”
Supervisor : “Selamat siang, mari silahkan duduk, Bagaimana perasaan ibu setelah mengajar
tadi?”
Guru : “Terus terang saya agak grogi tadi, karena tidak seperti biasanya waktu mengajar
saya di observasi oleh ibu kepala sekolah sebagai supervisor”
Supervisor : “Boleh saya lihat lagi perangkat pembelajarannya Bu, terutama RPP?”
Guru : “Silahkan bu”
Supervisor : “Begini bu, kelihatannya ibu sudah cukup baik dalam melaksanakan tugas belajar
mengajar di kelas, meskipun masih ada yang perlu diperbaiki. Bagaimana bu dengan rencana
pembelajarannya yang telah dikontrakkan kemarin, menurut ibu apakah sudah terlaksana semua?”
Guru : “Begini bu saya rasa, saya sudah melaksanakan semua sesuai dengan RPP sebagai
rencana pembelajaran yang telah saya buat kemarin, tetapi saya merasa masih belum maksimal

17
sehingga hasilnya belum ada yang sesuai dengan yang saya harapkan, hal ini dapat dibuktikan
dengan masih adanya anak-anak yang nilai ulangannya kurang.”
Supervisor : “Benar bu, dalam hal ini ibu kurang memberi penekanan berupa hal-hal yang
dapat membuat anak-anak termotivasi untuk belajar, misalnya dalam memberikan pelajaran, ibu
kurang memberikan contoh-contoh berupa gambar atau cerita lucu dan menarik. Selain itu
penekanan variasi suara dan penggunaan mimik pada hal-hal yang dianggap penting kurang ibu
perhatikan.”
Guru : “Memang bu, pada saat saya menjelaskan tadi, saya sudah menekankan suara
pada hal-hal penting, tetapi karena murid-murid banyak yang ramai sehingga banyak dari mereka
yang belum jelas pada penjelasan saya.”
Supervisor : “Mengenai murid yang ramai mungkin penyebabnya karena ibu kurang keras
sehingga dari belakang kurang jelas terdengar, hal itu menyebabkan murid yang dibelakang
ngomong sendiri.”
Guru : “Ooo…Begitu bu, baik nanti saya akan perbaiki penekanan suara ketika saya
mengajar.”
Supervisor : “Baiklah kalau begitu, ini bu hasil observasi yang saya lakukan di kelas V. Apakah
data ini sesuai dengan yang ibu rasakan? Ibu bisa menganalisisnya.”
Guru : “Benar bu, memang dalam hal ini saya kurang memberikan penekanan dengan
cara isyarat atau mimik tertentu.”
Supervisor : “Dan pada waktu memberikan tugas pada murid sebaiknya ibu lebih memperbesar
suara dan mengulang kembali pada hal-hal yang dianggap penting.”
Guru : “Baik bu, saya akan mencoba melaksanakan saran-saran ibu.”
Supervisor : “Nah….sekarang bagaimana dengan perasaan ibu?”
Guru : “Saya merasa lega dan tenang karena mengerti akan kekurangan yang ada pada
diri saya selama memberikan pelajaran di kelas sehingga perasaan cemas pada diri saya sedikit
berkurang. Mudah-mudahan apa yang ibu sarankan dapat saya laksanakan dengan sebaik-baiknya
agar saya bisa mengajar lebih baik dan menjadi guru yang profesional.”
Supervisor : “Nah itu cita-cita yang bagus, patut ibu kembangkan. Dan sebaiknya prestasi yang
ibu capai ini mohon dipertahankan lebih lanjut. Oleh karena itu ibu harus ulet dan sabar dalam
mengajar di kelas. Saya akan mendoakan semoga ibu dapat mencapai tujuan mengajar dengan
baik.”
Guru : “Iya bu, terima kasih atas saran-sarannya, saya mohon pamit dulu. Selamat
Siang.”
Supervisor : “Selamat Siang.”

18
Guru keluar dari ruang rapat menuju ruang guru. Selanjutnya, supervisor menemui kepala sekolah
untuk melaporkan hasil dari supervisi yang dilakukan serta progress yang terjadi.
Supervisor : “tok, tok, tok, selamat siang bu Ira”
Kepala Sekolah : “Selamat siang, silahkan masuk bu Farah, silahkan duduk”
Supervisor : “Iya, terima kasih bu”
Kepala Sekolah : “Jadi, bagaimana bu hasil yang telah diperoleh dari supervisi yang ibu
lakukan?”
Supervisor : “Alhamdulillah bu Sendy sudah memahami apa apa saja yang perlu
diperbaiki dalam cara pembelajarannya bu. Berikut ini hasil observasi yang telah saya buat. Untuk
administrasi seperti RPP Pembelajaran telah dibuat oleh bu Sendy dengan baik, namun memang
kurang dalam pemberian materi secara kreatif sehingga murid tampak bosan dalam pelajaran.
Jadi yang perlu diperbaiki oleh bu Sendy adalah memberikan materi pembelajaran menggunakan
media yang kreatif seperti video, gambar atau PPT”
Kepala Sekolah : “Alhamdulillah kalau begitu gu, saya ucapkan terima kasih banyak karena
telah menyempatkan waktunya untuk men-supervisi guru di sekolah kami”
Supervisor : “Iya bu, sama sama. Saya juga senang bisa membantu guru disini. Kalau
begitu, saya pamit dulu bu”
Kepala Sekolah : “Oh iya bu, hati-hati di jalan bu”
Demikian tahap conference post antara guru dan supervisor mengenai masalah yang dihadapi oleh
guru Kelas V.

19
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Banyak guru yang mengalami masalah/kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran pada
mata pelajaran yang diampunya. Kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh karakteristik mata
pelajaran sehingga sulit dipahami guru atau kesulitan dalam aspek-aspek teknis metodologis
sehingga bahan ajar kurang dipahami peserta didik. Supervisi klinis yang dilakukan pengawas
sekolah kepada guru merupakan salah satu upaya membantu guru untuk mengatasi masalah
yang dialaminya dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran. Supervisi klinis adalah
perbaikan pengajaran dengan hubungan yang intens berlanjut dan matang antara supervisor dan
guru searah dengan perbaikan praktek profesional guru yang dapat menjamin kualitas
pelayanan belajar secara berkelanjutan dan konsisten. Supervisi klinis memiliki karakteristik
atau fokus antara lain, merubah cara mengajar serta didasarkan atas bukti pengamatan.

Ada tiga tahap kegiatan yang dilakukan dalam supervisi klinis yakni tahap pertemuan
awal pre-conference yang dilanjutkan pada siklus 1, tahap pengamatan (observasi) guru atau
siklus 2, serta tahap refleksi atau umpan bali (post conference) siklus 3.

Pada supervise klinis terdapat kelebihan dinataranya yaitu: untuk memperbaiki guru-guru
yang sangat lemah kinerjanya yang dilakukan secara intensif, sebab masing-masing kelemahan
ditangani satu persatu, sampai semua kelemahan menjadi berkurang atau hilang. Bagi guru-
guru lain yang ingin tahu cara penyelesaian kelemahan-kelemahan guru yang disupervisi
diperbolehkan ikut menjadi pendengan dalam pertemuan balikan. Sedangkan kelemahan teknis
supervisi klinis yaitu terlalu mahal, sebab membutuhkan waktu yang panjang, karena
kelemahan diperbaiki satu persatu dan menyita pikiran serta tenaga yang besar sebab dilakukan
secara mendalam agar intensif.

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar tidak hanya menjadikan
makalah ini sebagai satu-satunya sumber rujukan, tetapi juga mencari referensi lain yang
menyangkut pembahasan tentang supervisi klinis untuk lebih memahami tentang supervisi
klinis tersebut.

20
DAFTAR RUJUKAN

Ansori, Aan dan Supriyanto, Ahmad. 2016. Pelaksanaan Supervisi Klinis dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian dan Pengembangan Vol.
1, No. 12 Hal. 2321-2326 (Online).

Aguswandi, Teuku Hendra dkk. Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMA Negeri 1 Kuala Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya. (Online).

Aziz, Amrullah. 2017. Supervisi Pendekatan Klinik. Jurnal Studi Islam : Pancawahana Vol. 12, No.
1, April 2017 (Online).

Zulbakti. 2015. Penerapan Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Mutu Proses Pembelajaran SDN
06 Koto Gadang Guguk Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan : Pedagogi, Vol. XV, No. 2 (Online).

21
GLOSARIUM

Analogi : Persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain.

Asumsi : Dugaan atau anggapan sementara yang belum terbukti kebenarannya dan
memerlukan pembuktian secara langsung.

Kolegial : Seluruh kebijakan, kegiatan atau pun menjalankan suatu proses dalam
berorganisasi, semuanya berpijak pada kebersamaan, dimana seluruh pengurus dan
anggota harus terlibat.

Kooperatif : Istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik
kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa.

Otoriter : sebuah sikap yang mengambil keputusan terlebih dahulu tanpa mempertimbangkan
akibatnya.

Supervisor : seseorang yang diberikan tugas dalam sebuah perhimpunan perusahaan sebagaimana
ia mempunyai kuasa dan wewenang untuk mengeluarkan perintah kepada rekan kerja
bawahannya.

22

Anda mungkin juga menyukai