Anda di halaman 1dari 42

Kepemimpinan Pendidikan Nasional Dan Islam

Di Indonesia
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Model Kepemimpinan Pendidikan Islam

Dosen Pembimbing

Dr. H. HASBI INDRA, M.A.

Disusun oleh:
Muhammad Natsir
NIM: 193101011819

PROGRAM DOKTORAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
1441 H / 2020 M

i
KATA PENGANTAR

ismill hirr hm nirr h m

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt., yang telah memberi

petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan

makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW., beserta keluarga, para sahabatnya, tabi‟in, dan tabi‟ut tabi‟in,

serta kita semua selaku ummatnya yang insya Allah senantiasa istiqomah dalam

menjalankan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW. hingga akhir zaman.

Alhamdulillah makalah dengan judul Kepemimpinan Pendidikan dan

Tantangan Ddi Era Insdustri ini dapat penulis selesaikan. Makalah ini disusun

dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Model Kepemimpinan Pendidikan

Islam” di Sekolah Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun, Bogor.

Secara fundamental, Allah telah menetapkan kita sebagai kholifah sebelum

penciptaan sebagai manusia di permukaan planet ini, ketika Allah SWT.,

berfirman kepada Malaikat dalam Surat Al-Baqaroh ayat 30:

ً‫ خ ٍِيَفت‬5‫ا‬55٘ ُ5‫ى‬5‫ب‬5َ‫ۖ ق‬
‫ًِف ا ْْل َ ْز ض‬ ‫ج‬ ً5ِ5ّ ‫ِإ‬
‫ت‬5 ‫ َل‬5ْ5‫ي‬5ِ‫ ز ل ى‬5‫ه‬5‫ب‬5َ‫ ق‬5ْ‫ذ‬5‫ٗ ِإ‬
‫و‬ 5‫بع‬ 5‫ن‬5ِ‫ئ‬ 5ُ‫ب‬
5‫ح‬5ِّ5‫ب‬5َ‫ ٍ َّ ِ ُّ س‬5ِ‫د‬5‫اى‬ ‫س‬
ْ ٌ َ ‫ س‬5‫ب‬5َ ٖ5ٍِ‫ٍِ دُ ف‬ ‫ف‬55ٍِ ‫أ َت ج و‬
ٗ 5‫ ح‬5‫ل بء‬ ٗ 5ِ‫ف‬ 5‫ٌُ ف‬ ‫ب‬ ‫ع‬
5ُ٘ َ ‫ َل ب‬5َ‫ي‬5ْ5‫ع‬5‫َت‬ ‫ ه‬5ُ ٌ َ‫ ي‬5ْ‫إًِّ أ َع‬ ‫ س ل‬5ِ‫د‬5َ‫ق‬5ُّ ٗ ‫ د ك‬5َ5‫ح‬5‫ِب‬
ٍ 5‫ب‬5َ‫ى ق‬

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui". (QS. Al-Baqaroh [2]: 30).
Demikian juga dengan hadits Nabi Muhammad SAW., telah menetapkan

kita umat manusia sebagai pemimpin. Sesuai dengan haditsnya:


ِ ‫َّ لال‬ ِ ‫ ز‬5‫ب‬5َ5ٌْ ‫ د‬5ِ5ْ‫ ِ ِ ب‬5َ‫ ح ٍ ع‬5 ً55َِْ ‫ إ َ دَّث‬5‫ب‬55َْ ‫ّث‬5‫ح َد‬
5‫د‬5ْ‫ب‬5‫ع‬
َ5‫ع‬ ‫ل َّال‬ 5‫د‬5ْ‫ب‬5َ‫ ل ع‬5‫بى‬ 5‫ ٍو‬5‫بع‬
5َ5ّ5ٌ َ5‫ي‬5‫ٗ َس‬
5ْٔ 5ٍ َ ‫ي‬5َ‫ع‬ َ 5‫ّى‬5َ‫ ي‬5‫ه‬5٘5ُ‫ أ َُ ز س‬5َْ‫ز ُ ع‬
‫ص‬ ‫ س‬5َ5ُ‫ ع‬5ِ5ْ‫ب‬
َّ ‫ِل َّال ل‬ ‫ب‬ ‫ل َّال‬ ‫ض‬
ُ‫ا‬ َ
ٍ 5‫ى‬5َ‫ي‬5َ‫ّ ِر ي ع‬5َ5‫ ز فَب ْ ِْل اى‬5ٔ5ِ‫ّت‬5ٍَ ‫ ع‬5‫ع‬ َ ‫ ئ ُ٘ ه‬5‫ّن‬5ُ5 5‫ي‬5ُ‫ ُُّن ٌْ ز ٗ م‬5‫ب ه أ ُمي‬5َ‫ق‬
‫ًُب‬ ‫س‬
ْ 5‫اع‬ ‫َ َل‬
ٍ
‫اع‬ 5ْ5َ 5َ ‫ ز ٗ س‬5ٔ5ِ‫ّت‬5ٍَ ‫ ع‬5‫ع‬ َ ‫ ئ ُ٘ ه‬5ُٕ ٗ ‫ ز‬5‫س‬5 5‫ّب‬5َ5ْ5‫اى‬
ٍ ‫ ز‬5‫ أ ٕ و‬5‫ى‬5 ‫ي‬5َ‫ع‬
‫ ج و‬5‫اى‬ ‫س‬
ْ 5‫اع‬
ٍ
5‫ت‬5ٍْ َ‫ ز اع و ب‬5َْٕ ‫ أ‬5‫ى‬5َ‫ي‬5َ‫ س ٍَتٌ ع‬5ْ5‫ ز ٗ اى‬5ٔ5ِ‫ّت‬5ٍَ ‫ ع‬5‫ع‬ َ ‫ ئ ُ٘ ه‬5ُٕ ٗ 5ِ‫ت‬5ٍْ َ5 ‫ب‬
5‫أَ ة‬ ْ‫س‬
ٍ
5‫ز اع ٍ به‬
ٍ ‫ ٗ س‬5‫ْدُ اى‬5 ‫عَب‬ َ 55ٌ ‫ت‬5َ‫ْسئ ُ٘ى‬
ٍ ً ُ55ٖ 5ْ ‫ع‬ ٗ ٗ ٗ 5ِٓ ‫ ىَ ِد‬5‫ب‬5َٖ ‫ش ٗ ج‬
5‫ى‬5َ‫ي‬5َ‫ع‬ ‫جو‬
5ِ5‫ ئ ُ٘ ه َع‬5ُ‫ّن‬5ُ5 5‫ي‬5ُ‫ ز ٗ م‬5ُ‫ّن‬5ُ5 5‫ي‬5ُ‫ن‬5َ‫ف‬ ‫ع أ َ ََل ه‬
َُْٔ ُ٘ ‫ئ‬ ُٕ٘ ٗ ِ 5ّ5ٍَ‫َز س‬
ْ‫س‬ 5‫اع‬ ‫س‬
ْ ٔ ‫د‬
ٍ ٍ 5‫ّت‬5ٍَ ‫ع‬
Telah menceritakan kepada kami [Ismail] Telah menceritakan kepadaku [Malik]
dari [Abdullah bin Dinar] dari [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "ketahuilah Setiap kalian
adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas
yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai
pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah
pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang
dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga
anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka,
dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai
pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung
jawab atas yang dipimpinnya."

Penggalan Hadits tersebut di atas, adalah “setiap kamu adalah pemimpin, dan

setiap kamu bertanggungjawab atas kepemimpinanmu”.

Mengenai kepemimpinan, Rasulullah SAW., memberikan pesan sebagai

harapan dan ancaman kepada umatnya. Rasulullah SASW., bersabda, "Sebaik-

baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai, dan mereka pun
mencintaimu, kamu menghormati dan merekapun menghormatimu. Sebaliknya,

seburuk-buruknya pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka pun

membencimu. Kamu melaknat mereka dan mereka pun melaknatmu," (Riwayat

Muslim).
Islam memberikan posisi yang amat terhormat bagi para pemimpin.

Bahkan dalam Al-Qur'an ada sebuah do'a agar kita bisa menjadi pemimpin.

Sebagaimana firman Nya:

‫ن أ اج َن ا و َّياِتَنا ُق ّر َ أَ عْ ُي ن‬ ‫ر َّبَنا ب‬ ‫و ا َلّ ِذ ي َي قُ و ل ُ و ن‬


‫رة‬ ‫و ذ‬ ‫َز م‬ ‫َل ن َ ا‬ ‫ه‬ ‫ن‬
‫و اج ع ل ْ ن َ ا لل ت َّقِي إ م ام ا‬
ِ َ
‫م ن‬

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. Al-Furqon [25]: 74.

Untuk itu menjadi pemimpin harus menjadi cita-cita setiap orang yang

beriman. Rasulullah SAW., tidak pernah menetapkan satu sistem tertentu bagi

sebuah kepemimpinan. Semua itu diserahkan kepada kaum muslimin. Selama

sebuah sistem mengedepankan musyawarah maka sisitem itu sudah mengarah

kepada kesempurnaan.

Dalam makalah ini, penulis melakukan penelitian konsep Kepemimpinan

Pendidikan dan Tantangan Di Era Revolusi Insdustri. Model Kepemimpinan

Pendidikan Islam yang mampu beradaptasi dengan era disrupsi atau revolusi

industri 4.0. Dimana pada era revolusi industri 4.0 saat ini, semua berbasis IoT

atau Internet of Think. Dalam hal ini yang berubah adalah teknis operasionalnya

yang berbasis IoT, namun contentnya secara prinsip tidak mengalami perubahan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.

Oleh sebab itu besar harapan dari penulis agar pembaca terutama Dosen

pembimbing dapat memberi masukan dari segi penulisan mau pun isi dari

makalah ini. Semoga kita semua dapat mengambil manfaat yang terdapat di
dalamnya. Jadikan proses pembelajaran merupakan kebutuhan primer sampai

tarikan napas terakhir.

lh m ulill hir l l m n

Tangerang, 10 Dzulhijjah 1441/


30 Juli 2020

Adnan Rahman
DAFTAR ISI
JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan Masalah 5

C. Perumusan Masalah 5

D. Tujuan Penelitian 5

E. Manfaat Penelitian 5

F. Penelusuran Penelitian yang Relevan 6

G. Sistimatika Penulisan 7

BAB II KAJIAN TEORI 8


A. Etimologi dan Epistemologi Pemimpin 8

B. KepemimpinanMenurut Al-Qur‟an dan Hadits 10

C. Teori kepemimpinan 11

D. Gaya kepemimpinan 14

E. Kepemimpinan Pendidikan Islam 16

F. Kepemimpina Pendidikan di era Revolusi Industri 4.0 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26

A. Jenis Penelitian 26

B. Metode Pengumpulan Data 26

C. Metode Analisis Data 26


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 27

BAB V PENUTUP 30

A. Kesimpulan 30

B. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 32
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjadi pemimpin adalah satu satu fungsi eksistensi manusia di muka bumi

ini. Secara naluri, semua makhluk memerlukan kepemimpinan, terutama dalam

menjawab realitas kehidupan, bahwa dalam kehidupan ini, pasti ada gejolak

dengan segala macam dinamikanya. Untuk penyelesaiannya, diperlukan adanya

kepemimpinan. Kepemimpinan bisa dianggap sebagai salah satu instrument

untuk mempertahanakan kehidupan manusia. Pertanyaan yang muncul, adalah

apa itu pemimpin? Dan apa itu kepemimpinan? Apa tujuan kepemimpinan? Apa

saja teorinya? Apa fungsinya? Apa saja faktor-faktornya?. Bagaimana

kepemimpinan menjawab perubahan zaman yang sangat dinamis?. Termasuk era

disrupsi seperti saat ini?. Atau era revolusi industri 4.0 saat ini?

Pada konferensi pendidikan Islam tahun 1977 di Mekkah, dimana

disimpulkan bahwa krisis atau kemunduran dunia Islam bukan karena ekonomi

atau kurangnya sumberdaya alam, tetapi karena hilangnya Adab dari kaum

Muslimin. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, memberikan istilah “The Loss of

Adab” (hilangnya adab). Dimana menurut Dr. Adian Husaini, penyebab dari The

Loss of Adab adalah kosongnya rumah rumah kaum Muslimin dari pendidikan

adab karena ketidak hadiran ayah dan ibu dalam mendidik adab anak anaknya.

Definisi adab menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, adalah

“cerminan kebiasaan”. Sebagaimana kita pahami, bahwa kebiasaan diawali dari

pikiran, kemudian diikuti dengan tindakan. Tindakan yang terus berulang secara

konsisten, berubah menjadi kebiasaan. Dan kebiasaan yang berlanjut, disebut

1
dengan istilah karakter. Karakter dibagi menjadi dua, yaitu karakter baik dan

buruk. Menurut Hamka1:

“Budi pekerti yang baik merupakan perangai para Rasul, orang


terhormat, sifat seorang muttaqin, dan hasil dari perjuangan orang
yang „abid. Sedangkan budi pekerti yang jahat adalah racun
berbisa, kejahatan dan kebusukan yang menjauhkan diri dari
rabbul „alamin. Budi pekerti jahat menyebabkan orang terusir
dari jalan Allah swt. Dan tercampak kepada jalan setan. Budi
pekerja jahat adalah pintu menuju neraka yang menyala dan
menghanguskan hati nurani. Sedangkan budi pekerti yang indah
laksana pintu menuju Jannah Ilahi”.

Adab atau budi pekerti yang tumbuh paripurna sesuai tahapannya, maka

kelak akan menjadi ghirah untuk menjalani kehidupan dengan berbagai macam

profesi yang baik, dan kelak menjadi manusia yang membuat karya solutif

dalam suatu masyarakat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “Sesungguhny

yang terbaik diantara kalian adalah yang terbaik khl kny ” (HR. Mukhari-

Muslim).

Demikian pula tentang kepemimpinan dalam pendidikan, seharusnya

didekati atau dinilai berdasarkan adab bagi seorang pemimpin. Terutama dalam

dunia pendidikan, dimana adab seorang pemimpin, melekat dengan tanggung

jawabnya sebagai seorang pemimpin pendidikan.

Saat ini telah terjadi distorsi, yaitu penyimpangan terhadap pemahaman dan

penerapan adab pada sebagian pemimpin pendidikan, yang mengakibatkan

terjadinya kemunduran dunia pendidikan, sebagaimana disebutkan oleh Syed

Muhammad Naquib Al-Attas, yaitu loss of adab. Kemunduran ini terjadi dalam

skala nasional, regional, dan internasional. Loss of adab ini diawali dari cara

pandang atau worldview yang berseberangan dengan nilai-nilai Islam. Islamic

1
HAMKA, Akhlaqul Karimah, Jakarta, Gema Insani, 2017, hlm. 1-2.
Worldview seharusnya mewarnai pikiran, perasaan, dan tindakan dari seorang

pemimpin dibidang pendidikan. Karena itu kepemimpinan pendidikan tidak bisa

dipisahkan dari sosok pemimpin, yang menjadi motor penggerak dari suatu

lembaga pendidikan. Jika pemimpin pendidikan dalam menjalankan tugas

kepemimpinannya, senantiasa berada dalam bingkai (frame) Islamic Worldview,

maka besar harapan, kepemimpinan pendidikan dapat mengantisipasi perubahan

zaman, terutama di era disrupsi atau era revolusi industri 4.0 sebagaimana yang

berlangsung saat ini.

Jika kita melihat realitas saat ini, dimana output pendidikan kita masih jauh

dari amanah Undang-Undang, yaitu menghasilkan peserta didik yang beriman,

bertaqwa dan berakhkak mulia. Tidak bisa kita lepaskan dari peran dan fungsi

kepemimpinan pendidikan. Secara fundamental pendidikan merupakan fondasi

jatuh bangunnya suatu bangsa. Jika kita merujuk kepada Undang-Undang Dasar

1945 pasal 31 (c), bahwa, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan

satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Ketiga kata

kunci (key words) dalam pasal 31 (c) tersebut, yaitu iman, taqwa dan akhlak

mulia, telah mengalami distorsi, dimana output pendidikan kita masih jauh dari

harapan. Lebih ironis lagi manakala kriteria keberhasilan anak didik, hanya

dinilai berdasarkan prestasi akademik, dengan katalain hanya merujuk kepada

nilai-nilai intelektual. Hal ini disebabkan karena lemahnya kepemimpinan

pendidikan. Akibatnya adalah sebagian besar output pendidikan kita mengalami

split personality. Agamanya Islam tetapi kerangka berpikir (worldview) dan

adabnya, jauh dari nilai-nilai Islam. Kita sulit untuk menjadi ummat terbaik
(khoira ummah) jika kata kunci iman, taqwa dan akhlak belum

terinternalisasikan ke dalam tubuh ummat Islam. Ketiga kata kunci ini

merupakan soft skill yang harus menjadi indikator utama dalam menilai

keberhasilan pendidikan kita. Dan ketiga kata kunci ini seharusnya lebih awal

dimiliki dan diterapkan oleh pemimpin pendidikan.

Jika direnungkan secara mendalam, bahwa amanah undang-undang tersebut

di atas, adalah membentuk manusia yang komprehensif, manusia yang kulliy,

insan kamil, bukan manusia parsial (juz‟iy). Dalam rumusan Prof. Syed

Muhammad Naquib al-Attas: “The purpose for seeking knowle ge in Isl m is to

inculc te goo ness or justice in m n s m n ” (Tujuan mencari ilmu dalam

Islam adalah menanamkan kebaikan atau keadilan dalam diri manusia sebagai

manusia). Dengan katalain, menurut rumusan Prof. Syed Muhammad Naquib al-

Attas, inti pendidikan adalah penanaman adab dalam diri seorang manusia

sebagai manusia.2. Tentu saja pemahaman ini diawali dari kepemimpinan

pendidikan yang secara kelembagaan menjadi motor penggeran pendidikan.

Jika peradaban Islam adalah peradaban yang berbasis ilmu pengetahuan,

maka kita harus yakin, bahwa peradaban Islam tidak bisa dipisahkan dengan

kepemimpinan pendidikan yang menjadi basis ilmu pengetahuan. Sehingga

peradaban Islam bisa bertahan lebih dari 1000 tahun.

Pondasi Islamic Worldview yang telah tertancap dengan mendalam pada

kepemimpinan pendidikan, dimana kepemimpinan tersebut telah tercelupkan

(tersibghoh) dengan nilai-nilai Islam, sehingga proses adabtasi dengan kemajuan

sains dan teknologi tidak mengalami distorsi. Sebab di era industri seperti saat

2
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, Kuala Lumpur, 2003, hlm. 150-151.
ini, yang berubah hanya prosesnya saja, sedangkan substansi nilai pendidikan

tidak mengalami perubahan. Demikian pula nilai-nilai kebaikan kepemimpinan

pendidikan tidak mengalami perubahan secara substansial.

Kepemimpinan pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan kerangka berpikir

dari pemimpin yang bersangkutan. Sebab makna segala sesuatu tidak lepas dari

worldview manusia yang menjalankannya atau pemimpin itu sendiri, sehingga

kita berani mengatakan, bahwa kepemimpinan pendidikan sekuler, berbeda

dengan kepemimpinan pendidikan Islam. Didalamnya terdapat nilai (value),

yang mendasari pemikiran, perasaan, dan tindakan dari setiap pemimpin.

B. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan peneliti dalam hal waktu, maka peneliti membatasi

penelitian pada Konsep Kepemimpinan Pendidikan di era Revolusi Industri 4.0.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka

penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Konsep Kepemimpinan Pendidikan di Era Revolusi Idustri

4.0?.

2. Bagaimana Konsep Kepemimpinan Pendidikan di Era Revolusi Idustri

4.0 Menurut Islam?.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Konsep Kepemimpnan Pendidikan di Era Idustri 4.0.

2. Konsep Kepemimpnan Pendidikan di Era Idustri 4.0 Menurut Islam.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis

a. Diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penyusunan konsep

Kepemimpinan Pendidikan di Era Industri.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi

tambahan atau pembanding bagi peneliti lain dalam masalah yang

sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Membuka wawasan peneliti lainnya mengenai konsep

Kepemimpinan Pendidikan di Era Indsutri.

b. Menambah kontribusi untuk penelitian lanjutan, yang diharapkan

dapat memberi andil bagi perkembangan pemikiran Kepemimpinan

Pendidikan secara lebih komprehensif.

c. Menjadikan pemimpin sebagai penghias dalam segala aktifitas

kehidupan. Terutama dalam bidang pendidikan.

F. Penelusuran Hasil Penelitian Yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap

penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu,

diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti,

yaitu:

1) PEMEMIMPINAN PENDIDIKAN. Penelitian dilakukan oleh Anindya

Azzahra dan Hade Afriansyah, Universitas Negeri Padang, tahun 2019.

Penelitiannya membahas tentang (1) Definisi Kepemimpinan Pendidikan.

(2) Fungsi Kepemimpinan, (3) Faktor-fakttor yang Mempengaruhi

Kepemimpinan, (4) Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan, (5)


Keterampilan yang Harus Dimiliki oleh Kepemimpinan Pendidikan, (6)

Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan.

2) KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN. Penelitian ini dilakukan oleh Asep

Suryana, M. Pd., tahun 2010. Penelitiannya membahas (1) Teori

kepemimpinan, (2) Konsep Pemimpin, (3) Meningkatkan Efektifitas

dalam Kepemimpinan, (4) Perilaku Pemimpin, (5) Model Orientasi

Kepemimpinan.

Dari kedua hasil penelitian tersebut di atas, belum membahas tentang

kepemimpinan pendidikan di era revolusi industry 4.0, sehingga penulis yakin,

bahwa penelitian yang dilakukan, tidak terjadi duplikasi.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disusun ke dalam 5 (lima) bab, yang masing-masing

bab terdapat penjelasan secara sistematis. Adapun perinciannya adalah sebagai

berikut: Bab I: Pendahulan, meliputi: latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, hasil penelusuran penelitian yang relevan, dan sistematika penulisan.

Bab II: Kajian Teori, meliputi (1) Etimologi dan Epistemologi pemimpin, (2)

Ayat-ayat pemimpin dalam Al-Qur‟an dan Hadits, (3) Teori Kepemimpinan, (4)

Gaya Kepemimpinan, (5) Pemahaman kepemimpinan Menurut Beberapa Pakar,

dan (6) Konsep Kepemimpina Pendidikan di era Industri. Bab III: Metodologi

Penelitian, meliputi: Pendekatan Penelitian, Sumber Data, dan Teknik

Pengumpulan Data. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab V: Penutup,

meliputi: kesimpulan dan saran. Terakhir, yaitu Daftar pustaka.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Etimologi dan Epistemologi pemimpin

Secara etimologi, kepemimpinan dari kata dasar pemimpin. Dalam bahasa

Inggris leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata leader berarti

pemimpin dan akar katanya to lead yang terkandung beberapa arti yang erat

saling berhubungan: bergerak lebih awal, berjalan di awal, mengambil

langkah awal, berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran- pendapat-

orang lain, membimbing, menuntun, dan menggerakkan orang lain melalui

pengaruhnya.3

Pakar lain mengatakan, bahwa kepemimpinan secara etimologi adalah

terjemahan dari kata “leadership” yang berasal dari kata “leader”. Pemimpinan

(leader) adalah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan merupakan

jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah kepemimpinan

berasal dari kata dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntunan. Dari

“pimpin” lahirlah kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing dan

menuntun.4.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, memimpin berarti (1). mengetuai

atau mengepalai, (2). memenangkan paling banyak, (3). memegang tangan

seseorang sambil berjalan (untuk menuntun, menunjukkan jalan dsb), (4).

memandu, (5). melatih (mendidik, mengajari, dsb) supaya dapat mengerjakan

sendiri. Dalam bahasa Arab, kata yang sering dihubungkan dengan

3
Baharuddin, Kepemimpinan Pendidikan Islam, Antara Teori dan Praktik, Jogjakarta;
4
Ar-ruz Media, 2012, hlm. 47
Pramudji, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara, 1995, hlm. 5.
kepemimpinan adalah ra'in, dari hadits Nabi, “kullukum ra'in wa kullukum

mas'ulun 'an ra'iyyatihi (setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu

bertanggungjawab atas kepemimpinanmu)”. Kata Ra'in sesungguhnya berarti

gembala. Seorang pemimpin ibarat serang penggembala yang harus membawa

ternaknya ke padang rumput dan menjaganya agar tidak diserang serigala.

Adapun ra'iyyah berarti rakyat. Jadi seorang pemimpin pasti mempertanggung-

jawabkan kepemimpinannya di hadapan rakyat. Selain kata ra'in seringkali

dipakai kata ra'is, artinya kepala. Ada pula yang menggunakan kata sa'is yang

berarti pengendali kuda. Memang seorang pemimpin adalah seorang yang

mampu mengendalikan anggotanya. Sa'is memiliki akar kata yang sama dengan

siyasat, strategi. Untuk itu, dalam memimpin diperlukan strategi.

Ada pula yang mengartikan pemimpin dengan kata imam, yang berarti di

depan. Kata ini memiliki akar yang sama dengan umm, yang berarti ibu. Seorang

imam atau pemimpin memang harus memiliki sifat seorang ibu. Penuh kasih

sayang dalam membimbing dan mengendalikan umat. Ada kaitan antara imam,

umm, dan ummat. Sifat Nabi kita di antaranya adalah ummi, yang berarti penuh

keibuan (QS. Al-A'raf [7]: 156 dan 158).

Sedangkan secara epistemologi, Menurut Robbins, kepemimpinan adalah

kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai

tujuan dan sasaran. Sumber dari pengaruh dapat diperoleh secara formal, yaitu

dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang didudukinya dalam suatu

organisasi.5

5
Ibid, hlm. 5.
B. Kepemimpinan Menurut Al-Qur’an dan Hadits

Karakteristik Islam sebagai agama wahyu, terdiri atas tiga, yaitu (1)

bersifat syumuliyah (menyeluruh), (2) bersifat washotiyah (pertengahan), dan (3)

bersifat w qi‟iy h (realistis). Diantara sifat syumuliyah Islam, adalah

mustahil Allah SWT., tidak memberikan petunjuk kepada umat manusia

tentang kepemimpinan. Demikian pula dengan Rasulullah SAW., mustahil

tidak memberikan bimbingan tentang kepemimpinan. Termasuk

kepemimpina pendidikan. Bahkan kehidupan Rasulullah SAW.,

mencerminkan tentang kepemimpinan dan pendidikan, yang selanjutnya

diikuti oleh para sahabat, tabi‟in, dan tabiut tabi‟in. Dan akan terus diikuti

oelh umatnta sampai akhir zaman. Diantara ayat Al-Qur‟an yang relevan

dengan makna pemimpin dapat ditemukan melalui kata “Imam” sebagaimana

Firman Allah SWT.

ٗ 5‫ب‬55َ ْ ِ5‫ت‬5‫ب‬5ٌَ5‫آ‬5ِ‫َمّبُ٘ا ب‬
َ 5‫ ِبؤ َ ٍْ س َّب َب‬5ُ‫ ْْ أ َ ٌ ٖ د‬5‫ب‬5َ55ْ ْ5‫ي‬5َ‫ٗ ج ع‬
ۖ ‫ ب‬5‫ص‬
‫َ سٗا‬ ‫ى‬ ُ ً‫ ٌ ت‬5ِ‫ُٖ ٍ َئ‬
َ
5ُ5٘55ُ ْ ِ5‫ق‬5ٌ٘
ُ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang


memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.
Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami (QS. As-Sajadah
[32]: 24).

Ayat di atas menjelaskan tentang kepemimpinan, dimana kepemim-

pinan dalam Islam bisa disebut “Imam”. Imam adalah seorang pemim-

pin dalam Islam yang harus ditaati oleh umat Islam sebagaimana imam dalam

shalat, rumah tangga, maupun dalam sistem pemerintahan. Ayat yang juga

menerangkan tentang kepemimpinan, adalah:


ً‫ خ ِيٍَفت‬5‫ا‬55٘ ُ5‫ ى‬5‫ب‬5َ‫ۖ ق‬
‫ًِف ا ْْل َ ْز ض‬ ‫ج‬ ً5ِّ5‫ِإ‬
‫ت‬5 ‫ َل‬5ْ5‫ي‬5ِ‫ ز ل ى‬5‫ه‬5‫ب‬5َ‫ ق‬5ْ‫ذ‬5‫ٗ ِإ‬
‫و‬ 5‫بع‬ 5‫ن‬5ِ‫ئ‬ 5ُ‫ب‬
‫ ٍ َّ ِ ح ح َ د ك‬5ِ‫د‬5‫اى‬ ‫س‬
ْ ٌ َ ‫ س‬5‫ب‬5َ ٖ5ٍ‫ٍِ دُ ِف‬ ‫ف‬55ٍِ ‫ ج و‬5‫أ َت‬
‫ ب‬5ّ‫ ب‬5َ‫ُّ س‬ ٗ 5‫ ح‬5‫ل بء‬ ٗ 5ِ‫ف‬ 5‫ٌُ ف‬ ‫ب‬ ‫ع‬
5ُ٘ َ َ ‫ ت َل‬5َ‫ي‬5ْ‫ ه ع‬5ٌ ‫ َي‬5ْ‫ع‬5َ‫إًِّ أ‬ ‫ س ل‬5ِ‫د‬5َ‫ق‬5ُّ ٗ

‫ب‬ 5‫ب‬5َ‫ى ق‬
ٍ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS.
Al-Baqaroh [2]: 30).

Kata kholifah pada ayat di atas, selain dimaknai sebagai wakilAllah diplanet

bumi, bisa juga dimaknai sebagai “pemimpin”. Jadi sebenarnya setiap manusia,

selain sebagai wakil Allah dia juga pemimpin. Bisa sebagai pemimpin Negara,

masyarakat, keluarga, pemimpinan pendidikan, dan seterusnya. Minimal sebagai

pemimpin untuk dirinya sendiri. Pada setiap tingkatan pemimpin di atas, ada

“konsep kependidikan”. Dan pada setiap tingkatan kepemimpinan, didalamnya

melekat “persyaratan” dan “tanggung jawab”, meliputi dunia dan akhirat. Serta

tidak lepas dari wujud keprofesionalan. Sebab Allah SWT., mencintai pekerjaan

jika dilaksanakan secara profesional, sebagaiman hadits Nabi SAW., bahwa

“Sesungguhnya Allah SWT mencintai jika seorang dari kalian bekerja, maka ia

itqan (professional) dalam pekerjaannya.”(HR Baihaqi dari Aisyah r.a).

C. Teori Kepemimpinan6

Banyak studi dilakukan tentang kepemimpinan, dan hasilnya adalah berupa

rumusan, konsep, dan teori kepimpinan. Studi dan rumusan kepemimpinan yang

dihasilkan sangat dipengaruhi oleh paradigma dan pendekatan yang digunakan.


Berikut ini adalah beberapa teori tentang kepemimpinan.

6
Triantoro, Safaria, Kepemimpinan, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2004.
a) Teori Otokratis dan Pemimpin Otokratis

Kepemimpinan dalam teori ini didasarkan atas perintah-perintah, paksaan,

dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit). Ia melakukan

pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien.

b) Teori Psikologis

Teori ini menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah

memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk

merangsang kesediaan bekerja para pengikut dan anak buah.

c) Teori Sosiologis

Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan

antarelasi dalam organisasi dan sebagai usaha untuk menyelesaikan

setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya.

d) Teori Suportif

Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin dan

bekerja dengan penuh gairah, sedangkan pemimpin akan membimbing

dengan sebaik-baiknya melalui policy tertentu.

e) Teori Laissez Faire

Kepemimpinan laissez faire ditampilkan seorang tokoh “ketua dewan”

yang sebenarnya tidak mampu mengurus dan dia menyerahkan tanggung

jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggota.

Pemimpin adalah seorang “ketua” yang bertindak sebagai simbol.

Pemimpin semacam ini biasanya tidak memiliki keterampilan teknis.


f) Teori Kelakuan Pribadi

Kepemimpinan jenis akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi

atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan bahwa

seorang pemimpin selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu tidak

melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang

dihadapi.

g) Teori Sifat Orang-orang Besar (Traits of Great Men)

Cikal bakal seorang pemimpin dapat diprediksi dan dilihat dengan melihat

sifat, karakter, dan prilaku orang-orang besar yang terbukti sudah sukses

dalam menjalankan kepemimpinannya.

h) Teori Situasi

Teori situasi berpandangan bahwa munculnya seorang pemimpin

bersamaan masa pergolakan, kritis seperti revolusi, pemberontakan dan

lain-lain. Pada saat itulah akan muncul seorang pemimpin yang mampu

mengatasi persoalan-persoalan yang nyaris tidak dapat diselesaikan oleh

orang-orang “biasa”. Pemimpin semacam ini muncul sebagai penyelamat

dan cocok untuk situasi tertentu. Dalam bahasa lain biasa dikenal dengan

“satrio peningit”, orang pilihan atau “imam mahdi”.

i) Teori Humanistik/Populistik

Fungsi kepemimpinan menurut teori ini ialah merealisir kebebasan

manusia dan memenuhi setiap kebutuhan insani, yang dicapai melalui

interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan hal ini perlu adanya

organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau memperhatikan

kepentingan dan kebutuhan rakyat.


D. Gaya Kepemimpinan7

Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik yang

bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan gaya kepemim-

pinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi

bawahan agar sasaran organisasi tercapai. Dalam pengertian lain gaya

kepemimpinan adalah pola prilaku dan strategi yang sering disukai dan sering

diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan menggambarkan

kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat dan sikap yang

mendasari prilaku seseorang. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan. Gaya

kepemimpinan adalah prilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah,

keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia

mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Terdapat beberapa gaya

kepemimpinan atau sering juga disebut dengan tipe kepemimpinan yaitu:

a) Gaya Kepemimpinan Karismatik

Dalam kepemimpinan karismatik memiliki energi, daya tarik dan wibawa

yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai

pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa

dipercaya.

b) Gaya Paternalistis

Yaitu tipe kepemimpinan kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai

berikut: Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum

dewasa, atau anak-anak sendiri yang perlu dikembangkan.

7
Ibid.
c) Gaya Militeristis

Tipe ini bersifat kemiliteran, namun hanya gaya luaran saja yang

mencontoh militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip sekali

dengan tipe kepemimpinan otoriter.

d) Gaya Otokratis

Kepemimpinan ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang

mutlak dan harus dipenuhi. Pemimpin selalu mau berperan sebagai

pemain tunggal.

e) Gaya Laissez Faire

Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak

memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat

semau sendiri.

f) Gaya Populistis

Profesor Peter Worsley dalam bukunya the third world mendefiniskan

kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan yang dapat

membangunkan solidaritas rakyat misalnya Soekarno dengan ideologi

marhaenismenya, yang menekankan masalah kesatuan nasional,

nasionalisme, dan sikap yang berhati-hati terhadap kolonialisme dan

penindasan-penindasan serta penguasaan oleh kekuatan-kekuatan asing

(luar negeri).

g) Gaya Administratif atau Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu

menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.


h) Gaya Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan

bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi

pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung

jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik.

E. Kepemipinan Pendidikan Islam

Hasil studi menyatakan bahwa yang terbaik dalam melaksanakan tugas

kepemimpinan, adalah: (1) pemimpin yang dipilih langsung, (2) pemimpin

yang memenangkan suara terbanyak, (3) pemimpin yang diangkat.

Kepemimpinan dalam definisi di atas memiliki konotasi general. Madhi8

selanjutnya menegaskan bahwa diantara jenis kepemimpinan yang paling

spesifik adalah kepemimpinan pendidikan (qiyadah tarbawiyah atau

educative leadership), karena kesuksesan mendidik generasi, membina umat,

dan berusaha membangkitkannya terkait erat dengan pemenuhan

kepemimpinan yang benar. Triantoro Safaria9 juga mengemukakan mengenai

kepemimpinan didalam bukunya “Kepemimpinan”, bahwa kepemimpinan

adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan

pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan

tujuan bersama.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain/pengikut,

8
Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang efektif dan Berpengaruh: Tinjauan manajemen
Kepemimpinan Islam, Terj. Anang Syafrudin dan Ahmad Fauzan, Bandung, PT Syaamil
Cipta Media, 2002, hlm.14.
9
Triantoro, Safaria, Kepemimpinan, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2004, hlm. 3.
sehingga pengikut bersedia untuk melakukan kerja sama untuk mencapai

tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan Menurut Sayyid Ahmad Al-Hasyimi10 dalam kitab

Mukhtarul Ahaditsin An-Nabawiyyah, mengutip hadits Nabi SAW.,

menyebutkan: “setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kepemimpinan akan

dimintai pertanggung jawabannya”.

Bagi seorang pemimpin Islam, termasuk kepemimpinan pendidikan Islam,

dalam menerapkan kepemimpinannya, harus menggambarkan tentang

penjabaran dari nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunnah.

Serta didasarkan kepada Islamic Worldview, dimana menurut Syed Naquib al-

Attas, Islamic Worldview adalah “Ru’yah al-Islam al-Wujud yang berarti

pandangan Islam tentang visi akan realitas dan kebenaran yang nampak oleh

mata hati yang menjelaskan hakikat wujud.11 Seorang pemimpin dalam Islam,

termasuk kepemimpinan pendidikan, seharusnya memahami tujuan syari‟at

Islam (disebut al-maqasid al khamsah atau al-maqasid al- sh ri‟ h), yang

dirumuskan oleh Abu Ishaq al-Shatibi, bahwa ada lima tujuan syari‟at Islam

yang dibawa oleh Rasulullah SAW., yakni: (1) Hifdz Ad-Din (Memelihara

Agama). (2) Hifdz An-Nafs (Memelihara Jiwa). (3) Hif z Al‟Aql

(Memelihara Akal). (4) Hifdz An-Nasb (Memelihara Keturunan). (5)

Hifdz Al- Maal (Memelihara Harta).

Secara fundamental, kepemimpinan pendidikan di era revolusi industri

4.0, seharusnya tetap berpegang teguh kepada lima hal, yaitu: (1) Islamic

10
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtarul Ahaditsin An-Nabawiyyah, Darul Kitab Al-Islami,
Surabaya, Maktabah Assyeh Muhammad bin Ahmad bin Nabhan, 1419, H, hlm. 118.
11
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to The Mataphysics of Islam,
Kuala Lumpur, ISTAC, 2001, hlm. 32.

17
worldvies, (2) tujuan pendidikan nasional sebagaiman tercantum dalam UUD -

1945 pasal 31 (c), (3) UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, (4) Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, dan (5) paham tentang al-

maqasid al- sh ri‟ h

F. Kepemipinan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0

Pertanyaan fundamental, adalah bagaimana kepemimpinan pendidikan Islam

di era industri atau di era revolusi industri 4.0?.

Sepintas tentang tahap revolusi industri: Sampai saat ini, telah terjadi empat

kali revolusi industri. Revolusi industri pertama atau revolusi industri 1.0 terjadi

pada tahun 1784 di Inggris, yaitu penemuan mesin uap yang menggantikan

pekerjaan manusia. Pada akhir abad ke-19 terjadi revolusi industri kedua atau

revolusi industri 2.0, dimana ditemukan listrik sebagai penggerak mesin untuk

kegiatan produksi secara universal. Pada tahun 1970 terjadi revolusi industri

ketiga, atau revolusi industri 3.0. Pada tahap ini, mulai digunakan teknologi

yang berbasis computer. Revolusi Industri berikutnya, adalah revolusi industri

4.0. Mulai diumumkan di Jerman, saat diadakan Hannaver Fair pada tahun 2011.

Negara Jerman memiliki sebuah kepentingan yang besar terkait dengan

kebijakan pembangunanya yang disebut High-Tech Strategy 2010. Kebijakan itu

bertujuan untuk mempertahankan Jerman agar selalu menjadi yang terdepan

dalam dunia manufaktur (Prasetyo dan Sutopo, 2018).

Saat ini tengah terjadi disrupsi (disruption) dalam kehidupan kita. Zaman

sekarang disebut era disrupsi. Revolusi Industri 4.0 mendorong terjadinya

disrupsi dalam berbagai bidang.Secara bahasa, disruption artinya gangguan atau

kekacauan; gangguan atau masalah yang mengganggu suatu peristiwa, aktivitas,

18
atau proses (disturbance or problems which interrupt an event, activity, or

process). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian disrupsi adalah hal

tercabut dari akarnya. Menurut Merriam-Webster, disrupsi adalah tindakan atau

proses mengganggu sesuatu: istirahat atau gangguan dalam perjalanan normal

atau kelanjutan dari beberapa kegiatan, proses, dan lain-lain. Secara praktis,

disrupsi adalah perubahan berbagai sektor akibat digitalisasi dan “Internet of

Think” (IoT) atau “Internet untuk Segala”.

Contoh disrupsi adalah media cetak menjadi media online atau situs berita,

ojek pangkalan menjadi ojek online (ojol), taksi konvensional atau taksi argo

menjadi taksi online, mal atau pasar menjadi marketplace atau toko online (e-

commerce), dan digitalisasi lainnya.

Dalam teori bisnis, dikenal istilah “inovasi disruptif” (disruptive innovation),

yaitu inovasi yang menciptakan pasar baru dan jaringan nilai dan akhirnya

mengganggu pasar dan jaringan nilai yang ada, menggantikan perusahaan,

produk, dan aliansi terkemuka di pasar yang sudah mapan (Wikipedia).

Bisnis yang tidak beradaptasi dengan era disrupsi akan bangkrut, misalnya

beberapa perusahaan yang telah mengalami kebangkrutan karena tidak dapat

beradaptasi antaralain, Kodak, Nokia, dan Blockbuster. “Ingat pidato CEO

NOKIA”, Stephen Elop, sambil meneteskan air mata, berkata: “Kita tidak

membuat kesalahan, tetapi kalah”. “ i in‟t wrong enythink, ut we loss ”

Contoh disrupsi di bidang politik, misalnya kampanye, kini lebih “meriah” di

media sosial yang memiliki daya jangkau audiens yang jauh lebih luas dan

merata.
Kampanye di media sosial, seperti “perang tagar” dan “tweet war” (twar)

lebih seru ketimbang orasi di lapangan terbuka dengan ratusan atau ribuan

orang.

Contoh Disrupsi Bidang Pendidikan

Saat ini, era internet, era disrupsi, siswa dan mahasiswa dengan mudah

mendapatkan materi pelajaran dan materi kuliah di internet. Mungkin lebih

lengkap dari materi yang disampaian di kelas. Guru dan dosen juga mudah

mendapatkan sekaligus menyampaikan materi ajarnya secara online. Kini kelas

menjadi rombongan belajar yang terhimpun dalam grup-grup WhatsApp (WA).

Guru dan dosen dengan mudah menyampaikan materi melalui media tersebut.

Bisa juga dengan kelas online atau kuliah online. Jarak bukan masalah. Dulu,

untuk mencari referensi, artikel, buku, atau jurnal harus pergi ke perpustakaan

dan/atau toko buku. Sekarang big data atau mahadata menyajian semuanya.

Informasi “apa pun”, berbagai tema dan topik, tersedia di eBook, e-Journal, di

laman SlideShare, SlidePlayer, academia.edu, juga posting blog, “berserakan” di

berbagai halaman internet atau situs web dan blog. Untuk para dosen, usahakan

tidak lagi memberi tuga berupa makalah yang dijilid model lama. Mahasiswa

dengan mudah “membuat makalah” itu dengan mencarinya di Google dan

mencetaknya. Mereka hanya mengganti nama, judul, atau identitas.

Menurut Chief Executive Officer TheHubEdu, Tiffany Reiss, guru memiliki

peran penting dalam melakukan kontekstualisasi informasi serta bimbingan

terhadap siswa dalam penggunaan praktis diskusi daring.

Pendiri Alibaba, Jack Ma, juga mengatakan, fungsi guru pada era digital ini

berbeda dibandingkan guru masa lalu. Kini, guru tidak mungkin mampu
bersaing dengan mesin dalam hal melaksanakan pekerjaan hapalan, hitungan,

hingga pencarian sumber informasi. Mesin jauh lebih cerdas, berpengetahuan,

dan efektif dibandingkan kita karena tidak pernah lelah melaksanakan tugasnya.

Karena itu, fungsi guru “bergeser” lebih mengajarkan nilai-nilai, etika,

budaya, kebijaksanaan, pengalaman, karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat

diajarkan oleh Google atau mesin pencari.

Pendidikan sebagai miniatur dari masyarakat, bahkan sebagai pondasi dari

suatu peradaban, oleh karena itu untuk menciptakan masyarakat dan peradaban

yang berkualitas maka dimulai dari lembaga pendidikan. Di dalam lembaga

pendidikan tersebut, diperlukan adanya konsep “kepemimpinan pendidikan”

yang kompeten dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan pendidikan saat ini, sangat tertantang untuk mampu beradaptasi

dengan revolusi industri 4.0. Namun apakah adaptasi tersebut ada pembatasan

atau tanpa batasan sama sekali?.

Revolusi industri 4.0 bisa ditandai dengan berbagai kemajuan di bidang

informasi yang berbasis nircable, yang popular dikenal sebagai IoT (Internet of

Think), dan kemajuan teknologi transportasi yang sangat massive. Perubahan ini

bersifat tidak linier, dikenal sebagai disrupsi. Secara bahasa, disruption artinya

gangguan atau kekacauan; gangguan atau masalah yang mengganggu suatu

peristiwa, aktivitas, atau proses (disturbance or problems which interrupt an

event, activity, or process). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian

disrupsi adalah hal tercabut dari akarnya.

Kehidupan di era revolusi industri 4.0 menjadi sebuah tantangan dalam

dunia pendidikan. Sebagaimana laporan dari Akademi Ilmu Pengetahuan

Indonesia
(AIPI), pada tahun 2017.12 Dimana AIPI melaporkan hasil kajiannya setebal 319

halaman, dengan judul “Era Disrupsi - Peluang dan Tantangan Pendidikan

Tinggi di Indonesia”. Dalam laporan tersebut, para pakar pendidikan

memaparkan tantangan pendidikan tinggi di era disrupsi. Disebutkan, bahwa

saatnya menerapkan konsep IoT, yaitu Internet of Think, dimana konsep

Massive Open Online Courses (MOOCs) menjadi kaharusan di setiap lembaga

pendidikan. Jika tidak, maka customer pendidikan akan menjauh. Terbukti, pada

tahun 2018, sekitar 50 % lembaga pendidikan tinggi di Amerika Serikat, gulung

tikar karena kehilangan customer. Karenanya konsep kepemimpinan pendidikan

di era revolusi industry 4.0, wajib melakukan terobosan teknologi dalam hal

proses pembelajaran kepada peserta didik. Namun kembali kepertanyaan

fundamental, yaitu apakah semua materi ajar harus ditransformasikan melalui

IoT?. Dalam konsep Islam, ada nilai yang tidak bisa ditansformasikan melalui

jalur nircable. Sebagaimana disebutkan oleh Prof. Ahmad Tafsir, bahwa ada

nilai yang harus ditransformasikan kepada peserta didik melalui empat cara,

yaitu: (1) keteladanan, (2) pembiasaan, (3) pemberian motivasi, dan (4)

penegakan aturan. Keempat nilai ini perlu adanya interkasi secara offline atau

tatap muka dan interaksi yang continouse. Pemahaman ini wajib diketahui oleh

setiap pemimpin dalam menjalankan fungsi kepemimpian pendidikan di era

revolusi industri 4.0.

Dalam lembaga pendidikan, yang dituntut bukan hanya menyesuaikan diri

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun lembaga pendidikan

harus bisa menghasilkan peserta yang berkualitas yang dapat bersaing dalam

12
Daniel Dhakidae (ed), Era Disrupsi Peluang dan Tantangan Pendidikan Tinggi Indonesia,
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), 2017, hlm. 115-117.
skala lokal, nasional, maupun internasional. Salah satu ikhtiyar, guna mening-

katkan kualitas pendidikan di era revolusi industri 4.0, adalah pemimpin dalam

“kepemimpinan pendidikan”, wajib melakukan terobosan untuk penyesuaian

secara teknis. Namun ada hal-hal yang tidak tepat jika ditransformasikan melalui

jalur nircable. Untuk keperluan ini, dimana kepala sekolah menjadi komponen

utama dalam kepemimpinan pendidikan, sebaiknya bersikap fleksibel. Bahwa

ada sesuatu pembelajaran yang mutlak memerlukan interaksi secara langsung

antara Guru/Dosen dengan peserta didik, sebagaimana disebutkan oleh Prof.

Ahmad Tafsir di atas.

Saat ini semua kepala sekolah dituntut agar professional dalam menjalankan

tugasnya, memiliki berbagai kompetensi, sebagaimana yang diatur dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar

Kepala Sekolah, bahwa kepala sekolah memiliki berbagai kompetensi yaitu:

kepribadian, supervisi, manajerial, kewirausahaan, dan kompetensi sosial.

Kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer sekolah memiliki peran yang

sangat penting dalam mengahadapi tantangan revolusi industri 4.0. Oleh

karenanya kepala sekolah dituntut untuk memiliki jiwa kewirausahaa, pandai

membuka jaringan dan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan

(stakeholders), seperti komite sekolah, dunia usaha dan industri (DUDI) dan

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai bentuk sinergi dalam

melaksanakan program tersebut. Para Guru/Dosen juga harus mulai merubah

sistem mendidik dari metode konvensional/tradisional menuju metode modern

dengan dibekali model-model pembelajaran abad 21. Guru/Dosen saat ini harus
menjadi guru era digital karena siswa yang dibimbing saat ini merupakan

generasi digital yang sangat tergantung dengan teknologi berbasis IoT.

Tantangan terbesar dalam era revolusi industri 4.0 adalah bagaimana kita

bisa bertahan dalam menghadapi era tersebut. Kepala sekolah harus memiliki

keterampilan khusus agar dapat tetap bertahan dalam arus globalisasi dan

memajukan sekolah yang dipimpinnya. Arus globalisasi dan kemajuan

pembelajaran abad 21 harus disikapi dengan baik. Salah satu contoh yaitu

perubahan pola pikir anak zaman sekarang juga menjadi tantangan seorang

kepala sekolah dan stafnya agar mampu mendapatkan solusi terbaik dalam

menanggulanginya. Melihat berbagai permasalahan di dunia pendidikan dengan

adanya revolusi industri 4.0 dan pembelajaran abad 21, kepala sekolah

diharapkan berinovasi dan memiliki ide-ide cemerlang agar mengantisipasi

peluang di era revolusi industri 4.0, sehingga dapat memunculkan solusi yang

tepat bagi kepala sekolah dalam menghadapi era revolusi industry 4.0.

Kepemimpinan pendidikan di era revolusi industri 4.0 juga diharapkan

memberikan solusi yang tepat bagi kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan

fungsinya di era revolusi industri 4.0 dan pembelajaran abad ke-21.

Pada era revolusi industri 4.0, kepala sekolah dituntut untuk memiliki

kompetensi kewirausahaan, sehingga dapat melahirkan berbagai kreativitas dan

inovasi dari guru maupun peserta didik. Gaya kepemimpinan pendidikan

mengalami tranformasi mengikuti perubahan zaman. Gaya kepemimpinan

pendidikan yang lebih cocok saat ini yaitu dengan kepemimpinan demokratis

yang dapat merangkul guru, siswa, komite sekolah, wali murid, maupun

masyarakat. Kepemimpinan pendidikan yang ideal adalah kepemimpinan yang


mengikuti tuntutan revolusi industri 4.0. Pemimpin yang mengikuti perkem-

bangan teknologi untuk dapat mempengaruhi, mendorong, membimbing,

mengarahkan, dan menggerakkan orang lain untuk melaksanakan dan

mengembangkan pendidikan dan pengajaran di era revolusi industi 4.0. Dalam

hal ini Kepala sekolah bisa menjadi agent of change, yang memiliki kompetensi

dasar keterampilan komunikasi, kreativitas, kolaborasi, dan kritis dalam

memecahkan masalah.

Saat ini semua kepala sekolah dituntut profesional memiliki berbagai

kompetensi, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah, bahwa kepala

sekolah memiliki kompetensi-kompetensi yaitu: kepribadian, supervisi, manaje-

ial, kewirausahaan, dan kompetensi sosial.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif jenis library

research, yaitu mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah sebagai obyek

penelitian atau pengumpulan data bersifat kepustakaan (Cheswell, 2010). Studi

literatur merupakan proses penelitian dengan cara mengumpulkan data dari

berbagai literatur, yuitu dengan cara mengumpulkan buku-buku atau tulisan

lainnya yang berhubungan dengan topic penelitian.

B. Metode Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini, bertumpu pada metode

dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan sumber-sumber kepustakaan

yang berkaitan dengan topik penelitian. Teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah pengumpulan data literatur yaitu bahan-bahan pustaka

yang koheren dengan objek pembahasan yang dimaksud (Arikunto, 1990).

C. Metode Analisis Data

Analisis data dalam kajian pustaka (library research) ini adalah analisis isi

(content analysis) yaitu penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap

isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa (Krippendorfr,

1993). Semua data yang diperoleh dikaji secara mendalam untuk dielaborasi dan

dianalisis dengan menggunakan teknik analisis konten (content analisys).


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penanaman Era globalisasi identik dengan era sains dan teknologi. Para

ilmuan telah memberikan kontribusi yang besar kepada kesejahteraan umat

manusia. Namun disisi lain, manusia mengalami distorsi nilai-nilai etika dan

spiritual keagamaan, nilai-nilai luhur bangsa, dan nilai sosial budaya. Revolusi

Industri 4.0 memberikan manfaat yang besar, namun juga memiliki tantangan

yang besar. Jika tidak bijak dalam mensikapinya, maka akan menjadi ancaman

besar bagi kehidupan manusia. Dengan era serba mudah dan canggih ini

manusia semakin dimanjakan oleh teknologi, manusia semakin berfikir secara

instan, semua harus mudah dan cepat. Sekali lagi era revolusi industri 4.0 bisa

menjadi ancaman kemanusiaan jika kita tidak mensikapinya secara bijak.

Proses pembelajaran di era revolusi industri 4.0, yang berbasis internet,

(IoT) mampu merubah cara pandang manusia, yaitu semua bisa dicapai secara

instan. Jika teknologi yang mampu memberikan apa saja yang di inginkan

manusia secara instan, maka penghargaan terhadap Guru/Dosen menjadi

berkurang. Dengan fenomena ini, seharusnya kepemimpinan pendidikan

memberikan peluang pembelajaran nilai-nilai spritual termasuk pembelajaran

adab melalui proses pembelajaran secara offline.

Kepemimpinan pendidikan di era revolusi industri 4.0 diwarnai dengan

proses disrupsi, yaitu terjadi perubahan teknologi informasi dan transportasi

yang demikian massive, yang secara langsung berdampak kepada dunia

pendidikan. Pada era revolusi industri 4.0, kepala sekolah dituntut untuk

memiliki kompetensi kewirausahaan, sehingga dapat melahirkan berbagai


kreativitas dan inovasi dari guru maupun peserta didik. Gaya kepemimpinan

pendidikan mengalami tranformasi mengikuti perubahan zaman. Gaya

kepemimpinan pendidikan yang lebih cocok saat ini yaitu dengan kepemimpinan

demokratis yang dapat merangkul guru, siswa, komite sekolah, wali murid,

maupun masyarakat. Kepemimpinan pendidikan yang ideal adalah

kepemimpinan yang mengikuti tuntutan revolusi industri 4.0. Pemimpin yang

mengikuti perkembangan teknologi untuk dapat mempengaruhi, mendorong,

membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan orang lain untuk melaksanakan

dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran di era yang diwarnai dengan

proses yang serba cepat. Dalam hal ini Kepala sekolah bisa menjadi agent of

change, yang memiliki kompetensi dasar keterampilan komunikasi, kreativitas,

kolaborasi, dan kritis dalam memecahkan masalah.

Kepemimpinan pendidikan di era disrupsi saat ini, seakan menjadi

f r hu „ in untuk berlomba agar tidak tertinggal. Proses pengajaran menjadi

berubah. Namun ada nilai yang tidak boleh berubah, meski saat ini semua serba

diwarnai dengan industri 4.0. Kepemimpinan pendidikan wajib beradaptasi

dengan perkembangan sain dan teknologi dalam hal proses tertentu. Namun

tidak secara keseluruhan, sebab dalam pendidikan Islam, ada pembelajaran yang

diperlukan interaksi secara offline, tanpa melalui jaringan nircable. Seperti

pembelajaran adab, yang memerlukan empat hal, sebagaimana pendapat Prof.

Ahmad Tafsir.

Kepemimpinan pendidikan, dimana seorang pemimpin, bertindak

sebagai manajer mempunyai tanggung jawab untuk menyesuaikan berbagai


proses teknologi di era revolusi industri 4.0, tanpa harus meninggalkan nilai-

nilai yang bersifat fundamental dalam ajartan Islam.

Secara fundamental, kepemimpinan pendidikan di era revolusi industri

4.0, seharusnya tetap berpegang teguh kepada lima hal, yaitu: (1) Islamic

worldvies, (2) tujuan pendidikan nasional sebagaiman tercantum UUD -1945

pasal 31 (c), (3) UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, (4) Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, dan (5) paham tentang al-maqasid

al- sh ri‟ h
BAB V
PENUTUP
Sebagai penutup dari makalah ini akan disajikan kesimpulan yang

merupakan jawaban dari rumusan masalah. Kemudian, akan di sampaikan

pula saran atau rekomendasi yang didasarkan pada hasil kesimpulan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Kepemimpinan pendidikan di era industri 4.0 menjadi kaharusan bagi

kepemimpian pendidikan dalam menyesuaikan proses pembe-lajaran

kepada peserta didik.

2. Revolusi Industri 4.0 bagi kepemimpinan pendidikan dapat mem-

bantu proses belajar mengajar, namun ada nilai-nilai pendidikan yang

tidak bisa ditransformasikan kepada peserta didik melalui teknologi

yang berbasis jaringan nircable.

3. Kepemimpinan pendidikan di era industri 4.0 tetap berpegang teguh

kepada lima hal, yaitu: (1) Islamic worldvies, (2) tujuan pendidikan

nasional sebagaimana tercantum UUD -1945 pasal 31 (c), (3) UU

Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, (4) Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 13 Tahun 2007, dan (5) paham tentang al-maqasid

al- sh ri‟ h

B. Saran

1. Semua stakeholders dibidang pendidikan sebaiknya lebih banyak

memberikan sosialisasi kepada masyarakat, bahwa era revolusi

industri 4.0 dapat memberikan banyak manfaat kepada peserta didik.


Namun dapat juga memberikan dampak negative jika tidak

mensikapinya dengan bijak.

2. Kepemimpinan pendidikan Islam di era revolusi industri 4.0

sebaiknya bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang

proses pembelajaran secara online, termasuk nilai-nilai yang tidak

seharusnya diajarkan secara online.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, 2001, Prolegomena to The Metaphysics of Islam, Kuala Lumpur,


ISTAC.

, 2003, Islam and Secularism, Kuala Lumpur, ISTAC.

Al-Hasyimi, 1419 H, Mukhtarul Ahaditsin An-Nabawiyyah, Darul Kitab Al-


Islami, Surabaya, Maktabah Assyeh Muhammad bin Ahmad bin
Nabhan.

Al-Tanzim, 2019, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, E-ISSN: 2549-5720 P-


ISSN: 2549-3663, Vol. 03 No. 01, p. 198-226
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim.

Baharuddin, 2012, Kepemimpinan Pendidikan Islam, Antara Teori

dan Praktik, Jogjakarta, Ar-ruz Media.

Dhakidae (ed), 2017, Era Disrupsi Peluang dan Tantangan Pendidikan

Tinggi Indonesia, Jakarta, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

(AIPI).

HAMKA, 2017, Akhlaqul Karimah, Jakarta, Gema Insani.

Madhi, 2002, Menjadi Pemimpin yang efektif dan Berpengaruh, Bandung, PT


Syaamil Cipta Media.

Pramudji, 1995, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara.

Triantoro, Safaria, 2004, Kepemimpinan, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai