Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

OTORITAS KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Kepemimpinan Pendidikan”

Dosen Pengampu:

Dr. H. Muh. Khoirul Rifa’i, M. Pd. I

Disusun Oleh :

Maulidatul Rakhma (D03218020)

Renika Mila Andriyanti (D73218066)

Ahmad Akhdan Hawari (D93218074)

Fima Anadhia Mahmudda (D93218085)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat, Taufiq, serta Hidayah-Nya sehingga akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
berjudul “Otoritas Kepemimpinan Dalam Organisasi Pendidikan” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Aplikasi Administrasi
Perkantoran di prodi Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami
haturkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Muh. Khoirul Rifa’i, M. Pd. I. selaku dosen Mata
Kuliah Studi Aplikasi Administrasi Perkantoran yang telah membimbing kami dalam
menyusun makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami
memohon maaf yang apabila ada kesalahan dan kami ucapkan terimakasih untuk
pembaca. Semoga makalah ini dapat beranfaat bagi kita semua. Aamin.

Sidoarjo, 16 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Pembahasan..............................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Hakekat Tolak Ukur Baru Kepemimpinan Pendidikan....................................................2
B. Hakekat Teori Otoritas Max Weber..............................................................................3
C. Hakekat Otoritas Kepemimpinan Perspektif Max Weber................................................6
BAB III.................................................................................................................................................9
PENUTUP...........................................................................................................................................9
A. Kesimpulan..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam suatu organisasi kepemimpinan sangat berpengaruh dalam
berjalannya suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan
seseorang mempengaruhi orang lain, memotivasi orang lain untuk melakukan
sesuatu yang sesuai dengan tujuan bersama agar tujuan tersebut bisa
tercapai. Dalam kepemimpinan meliputi banyak proses yaitu, mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku anggota untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki budaya dari
kelompoknya1.
Otoritas kepemimpinan merupakan kemampuan dari seorang pemimpin
untuk mempengaruhi angotanya. Dengan adanya toritas bermanfaat untuk
membuat lingkup kerja yang dinamis. Semua orang tunduk dan tidak berbuat
semaunya. Otoritas tersebut bertujuan untuk membuat semua sistem bekerja
dengan baik agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan bersama 2.

B. Rumusan Pembahasan
1. Bagaimana hakekat tolak ukur baru kepemimpinan Pendidikan?
2. Bagaimana hakekat teori otoritas max weber (tradisional, karismatik, dan
rasional)?
3. Bagaimana hakekat otoritas kepemimpinan perspektif max weber
(tradisional, karismatik, dan rasional)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakekat tolak ukur baru kepemimpinan pendidkan.
2. Untuk mengetahui hakekat teori otoritas max weber (tradisional,
karismatik, dan rasional).
3. Untuk mengetahui hakekat otoritas kepemimpinan perspektif max weber
(tradisional, karismatik, dan rasional).

1
Asep Solikin, Pemimpin Yang Melayani Dalam Membangun Bangsa Yang Mandiri , Anterior Jurnal, Vol 2,
No 16, 2017, 90.
2
Rulitawati, Tanggung Jawab Dan Otoritas Kepemimpinan Dalam Pendidikan Islam , Jurnal Administrasi
Manajemen Pendidikan, Vol 1, N0 2, 2018, 106.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Tolak Ukur Baru Kepemimpinan Pendidikan


Kepemimpinan sangat penting pada sebuah lembaga pendidikan, guna
untuk mengatur kinerja yang ada di dalam organisasi tersebut. Kepemimpinan
pendidikan merupakan sebuah kemampuan dalam hal yang mempengaruhi,
melakukan koordinasi, dan menggerakkan orang-orang lain yang memiliki
hubungan dengan pelaksanaan serta pengembangan pendidikan agar dapat
dicapai tujuan pendidikan/sekolah secara efektif dan efisien. 3 Seorang pemimpin
memiliki standar pada setiap lembaga yang ada. Peran mereka mempengaruhi
arah jalan hingga mencapai sasaran. Sebagaimana di jelaskan di dalam Al-
Qur’an pada (QS. Ibrahim ayat 4) yang berbunyi:
‫ان َق ْو ِم ِه لِ ُي َبي َِّن لَ ُه ْم َفيُضِ ُّل هّللا ُ َمن َي َشاء َو َي ْهدِي َمن َي َشاء‬ ٍ ‫َو َما َأرْ َس ْل َنا مِن رَّ س‬
ِ ‫ُول ِإالَّ ِبلِ َس‬
٤﴿ ‫﴾ َوه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َحكِي ُم‬
Artinya: “Kami tidak akan mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa
kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.
Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi
Maha Bijaksana”4
Berdasarkan ayat tersebut dapat diuraikan bahwa pemimpin diciptakan
dengan memiliki standar dan kriteria. Seorang pemimpin memiliki cara
kepemimpinan yang berbeda, tugas seorang pemimpin juga untuk mencapai
tujuan sebuah organisasi. Menurut Kartini, menjadi seorang pemimpin harus
memiliki karakteristik yang ideal seperti, memiliki jasmani dan mental yang siap
dan kuat, memiliki kesadaran dan tujuan yang terarah, memiliki sikap ramah dan
kecintaan, integritas, ketegasan dalam pengambilan keputusan, kecerdasan,
keterampilan mengajar dan kepercayaan.5
Pada hakikatnya tolak ukur (standar) baru pada kepemimpinan pendidikan
mengacu pada standar kompetensi kepala sekolah di Indonesia yang sudah diatur

3
Wahyudin Nur, “Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah,” Jurnal Tarbiyah, No.1, (Januari-Juni: 2015), 74.
4
Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 4.
5
Djunawir Syafar, “Teori Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan Islam,” Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, Vol. 5, No.1, (Febuari:2017), 152-153.

2
pada Permendiknas No. 13 tahun 2007 yang membahas tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah. Dalam Permendiknas di sebutkan ada lima standar
kompetensi kepala sekolah/madrasah, di antaranya sebagai berikut:
1. Kompetensi kepribadian;
2. Kompetensi Manajerial;
3. Kompetensi Kewirausahaan;
4. Kompetensi supervisi;
5. Kompetensi sosial.
Seorang pemimpin harus memiliki lima kompetensi sesuai dengan
Permendiknas, karena kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang mampu
membimbing serta mengembangkan lembaga tersebut menjadi lembaga yang
lebih baik dan berkompeten lagi.6
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa tolak ukur
kepemimpinan pendidikan bisa dilihat pada persoalan-persoalan dan praktek
kepemimpinan dalam lembaga pendidikan sehingga penting untuk dijadikan dasar
dalam hal keilmuan untuk mengkaji lebih dalam terkait tipe dan gaya
kepemimpinan yang di terapkan.

B. Hakekat Teori Otoritas Max Weber


Otoritas dapat dipahami sebagai kekuasaan untuk mempengaruhi dan
mengontrol orang lain. Otoritas tidak dimiliki oleh sembarang orang, melainkan
dimiliki oleh sebagian orang yang pantas. 7 Teori otoritas adalah pendekatan
teoritis dalam memahami kepercayaan para pengikut akan tindakan terhadap
aturan-aturan dan hak-hak mereka yang diatur oleh pemimpin dalam sebuah
birokrasi.8 Menurut Max Weber otoritas atau wewenang dapat dilihat dari 3 bentuk
9
, berikut penjelasannya :

1. Otoritas Tradisional
Penggunaan kekuasan tradisional ini dijalankan sesuai dengan tradisi.
Dapat juga dikatakan bahwa kekuasaan secara keturunan atau turun -
6
Ibrahim Bafadal, Ahmad Y. Sobri, Ahmad Nurabidi, “ Standar Kompetensi Kelapa Sekolah Pemula
Sebagai Pemimpin dalam Inovasi Belajar,” Seminar Nasional Pendidikan, UNM, 213-214.
7
Rizki, Muhammad Iqbal, “Makna Tindakan Sosial dan Teori Otoritas Max Weber ”, Kompasiana, 2020
8
Farid Nurdiansyah, “Politik Pada Pemilihan Kepala Desa Yang Dipengaruhi Oleh Kiai ”, Jurnal Paper Title
Volume 06 Nomor 02 ,2018
9
Ani Purwati, “Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktek”, (Surabaya : Jakad Media Publishing, 2020)

3
temurun (pewarisan), sehingga orang tersebut bisa menjadi pemimpin,
dikarenakan keturunan yang dimilikinya. 10 Ciri otoritas ini adalah dalam
merumuskan keputusan-keputusannya, pemegang kekuasaan melakukan
atas dasar pertimbangan pribadinya, bukan pertimbangan fungsinya. Otoritas
tradisional juga dapat berkurang atau hilang jika pemegang otoritas tidak
dapat mengikuti perkembangan masyarakat. 11
Seperti contoh, berdasarkan tradisi yang diyakini masyarakat setempat
bahwa anak seorang raja mempunyai hak untuk menggantikan kedudukan
orang tuanya. Maka, anak raja tersebut mempunyai kekuasaan dan sekaligus
kewenangan untuk menggantikan kedudukan orang tuanya. Atau seorang
kyai, maka anak dan keturunan kyai akan cenderung menjadi kyai pula
karena tradisi yang diterima oleh masyarakatnya. Walaupun seringkali sang
kyai muda ini tidak memiliki cukup ilmu agama yang memadai. Tetapi tidak
ada orang yang menentang karena mereka percaya mengenai keturunan. 12
2. Otoritas Karismatik
Penggunaan kekuasan karismatik ini didasarkan atas suatu kemampuan
khusus yang ada pada diri seseorang, dimana kemampuan ini melekat pada
orang tersebut karena anugerah Tuhan atau diyakini sebagai pembawaan
seseorang sejak lahir. Dapat juga dikatakan bahwa kekuasaan ini berasal dari
kepercayaan anggota masyarakat yang didasari oleh kharisma pribadi, daya
tarik pribadi dan kualitas istimewa dari pribadi pemegang otoritas. 13 Ciri
otoritas ini adalah para pengikut mengabdikan diri kepada pemimpin karena
jiwa karismanya sehingga pemimpin merasa diri terpanggil untuk itu. Otoritas
ini akan tetap bertahan selama bukti kemanfaatannya masih dirasakan
masyarakat. Sebaliknya otoritas karismatik ini akan berkurang bahkan hilang
jika sang pemiliknya berbuat kesalahan yang merugikan masyarakat secara
terus menerus, sehingga kepercayaan masyarakat berkurang atau bahkan
hilang.

10
Ike Sumaryati, Skripsi : “ Kepemimpinan Hajib Al-Mansur Di Andalusia Dan Pengaruhnya 976-1002 M ”,
(Yogyakarta : UIN Kali Jaga, 2009)
11
Zulkifli Abdillah, “Ulama Antara Otoritas Kharismatik Dan Otoritas Legal-Rasional ”, Jurnal Dakwah Al-
hikmah, Vol 8, No 1, 2014
12
Haryanto, “Elit, Massa, dan Kekuasaan: Suatu Bahasan Pengantar”, (Yogyakarta : PolGov UGM, 2017)
13
Arifuddin Siraj, “Implikasi Kekuasaan terhadap Konstitusi dan Pilkada di Era Otonomi Daerah ”, Jurnal Al-
Ulum UIN Alauddin Makasar, Vol 18, No 1 ,2018

4
Seperti contoh, seorang dinyatakan mempunyai kewenangan untuk
berkuasa karena yang bersangkutan mempunyai kemampuan supranatural
atau karisma yang tidak dimiliki anggota masyarakat pada umumnya seperti
bapak soekarno, para nabi dan rasul, penguasa-penguasa terkemuka dalam
sejarah dan lain-lain.14
3. Otoritas Rasional
Penggunaan kekuasan rasional ini didasarkan pada sistem hukum yang
berlaku dan tertulis dalam masyarakat. 15 Dapat di katakan juga bahwa otoritas
ini berdasarkan hukum legal yang memiliki kepercayaan terhadap legalitas
peraturan dan hak bagi mereka yang memegang kedudukan yang berkuasa
berdasarkan peraturan-peraturan untuk mengeluarkan perintah seperti
birokrasi.16 Pemegang kekuasaan dalam otoritas ini memberikan perintah
berdasarkan peraturan yang telah disepakati bersama, membuat peraturan
dan menjalankannya berdasar pada konstitusi yang ditafsirkan secara resmi.
Ciri otoritas ini dipilih langsung oleh masyarakat sesuai dengan hukum dan
legalitas yang ada. Seseorang yang diberi otoritas ini biasanya dibatasi dalam
jangka waktu tertentu. Hal ini dilakukan agar pemegang otoritas dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan kepentingan masyarakatnya.
Seperti contoh, seseorang diangkat sebagai pemimpin karena yang
bersangkutan selain mempunyai kemampuan untuk menjalankan kekuasaan,
ia juga telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan secara legal sebagai
suatu peraturan yaitu pemimpin organisasi modern, ketua RT/RW yang dipilih
secara langsung dengan musyawarah warga.
Dari ketiga bentuk otoritas yang telah dijelaskan diatas dapat dijumpai di
dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang hidupnya tenang dan stabil,
otoritas tradisional cenderung terdepan. Namun dengan meluasnya sistem
demokrasi, otoritas tradisional yang diwujudkan dengan kekuasaan turun-
temurun nampak semakin berkurang. Adapun pada masyarakat yang
mengalami perubahan cepat, mendalam dan meluas, otoritas kharismatik
tampil terdepan dan tradisi tidak mendapat penghargaan dari masyarakat.
14
M Chairul Basrun Umanailo, “Max Weber”, Artikel : Universitas Iqra Buru, Maluku, 2019
15
ARahmaniah, “Teori Sosiologi”, Artikel : UIN Malang, 2016
16
Effendi Chairi, “Ketiadaan Otoritas Terpusat dalam Fenomena Kontemporer di Indonesia: Kritik Terhadap
Teori Otoritas Max Weber”, Jurnal Kajian Sosial Keagamaan, Vol. 2, No. 2, 2019

5
Sedangkan pada masyarakat modern, masyarakat umumnya rasional dan
menghendaki suatu landasan hukum yang kuat pada wewenang yang berlaku
di dalam masyarakat. Dalam hal ini wewenang rasional atau legal tampil
terdepan.17
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, bentuk otoritas dapat
berubah atau bahkan hilang kapan saja seiring dengan berjalannya waktu serta
kemajuan teknologi yang ada sesuai dengan perkembangan masyarakat. Begitu
pula dengan pemegang kekuasaan, jika tidak dapat mengikuti perkembangan
masyarakat maka kekuatan otoritas yang dimilikinya akan berkurang atau bahkan
hilang.

C. Hakekat Otoritas Kepemimpinan Perspektif Max Weber


Otoritas adalah sebuah bentuk kekuasaan seseorang atas diri orang lain.
Sedangkan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mengajak orang lain
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 18 Sehingga otoritas kepemimpinan dapat
diartikan sebagai kekuasaan dan kemampuan seorang pemimpin dalam membuat
keputusan untuk mempengaruhi perilaku bawahan untuk mencapai tujuan.
Menurut Max Weber ada 3 tipe atau tipologi kepemimpinan umat manusia yaitu
tradisional, kharismatik dan rasional-legal. 19 Yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Kepemimpinan Tradisional

Kepemimpinan tradisional menurut Weber adalah orde sosial yang


bersandar kepada kebiasaan kuno yang mana status dan hak-hak pemimpin
juga sangat ditentukan oleh adat kebiasaan. Kepemimpinan tradisional juga
memerlukan unsur-unsur kesetiaan pribadi yang menghubungkan pemimpin
dengan kebiasaannya.20 Bentuk kepemimpinan tradisional, bersumber pada
kepercayaan terhadap kesakralan tradisi kuno. Kedudukan pemimpin
ditentukan oleh kebiasaan lama yang dilakukan oleh kelompok masyarakat
dalam melaksanakan berbagai tradisi. Kepemimpinan tradisional
17
Fitri Wulandari, Skripsi : “Makna Pemimpin Agama”, (Surabaya : UIN Sunan Ampel, 2015).
18
Ecep Syarifudin, “Teori Kepemimpinan”, Jurnal Al Qalam, Vol 21 No 102, 2004
19
Max Weber. 1947. The Theory of Social and Economic Organization
20
Siti Fatimah, “Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Minangkabau pada Masa Pendudukan Jepang ”,
Jurnal TINGKAP Vol. VII No. 1 Th. 2011

6
bersumberkan pada kebiasaan (tradisi) yang melekat sehingga tidak banyak
perubahan (statis) dalam sebuah organisasi yang dipimpinnya. 21
Contoh dari kepemimpinan tradisional ketika diterapkan di masyarakat
dapat mempengaruhi orang lain lewat keistimewaan yaitu dengan tradisi yang
ada di masyarakat atau keturunan yang dimiliki dari pemimpin sebelumnya.
Sehingga kualitas yang dimiliki seorang pemimpin tradisional ini tidak
tergantung pada kemampuannya tapi tergantung pada keturunannya.
2. Kepemimpinan Kharismatik

Kepemimpinan karismatik adalah seorang pemimpin yang mempunyai


sifat tertentu. Artinya sifat yang dimiliki dipandang sebagai kemampuan yang
berkualitas didalam diri individu. Dalam perspektif Max Weber, kepemimpinan
yang bersumber dari kekuasaan luar biasa disebut charismatic authority.
Pemimpin kharismatik biasanya lahir dalam suasana masyarakat yang kacau.
Suasana seperti ini memerlukan pemecahan tuntas agar keadaan masyarakat
kembali normal. Untuk itu, memang diperlukan kehadiran figur yang dipandang
sanggup menyelesaikan krisis tersebut. Dalam konteks demikian, tidak heran,
bila proses kepemimpinan kharismatik hampir mendekati otoriter dan kurang
mengandalkan unsur musyawarah. Bentuk kepemimpinan kharismatik
bersumberkan pada kepribadian seseorang yang melekat sehingga banyak
perubahan (dinamis) dalam sebuah organisasi yang dipimpinnya.
Contoh dari kepemimpinan kharismatik ketika diterapkan di masyarakat
dapat mempengaruhi orang lain lewat keistimewaan yaitu dengan
kepribadiannya yang memiliki daya tarik. Sehingga kualitas yang dimiliki
seorang pemimpin kharismatik ini tergantung pada kepribadiannya yang
merupakan anugrah tuhan.
3. Kepemimpinan Rasional-Legal

Kepemimpinan Rasional-Legal merupakan kepemimpinan dimana semua


peraturan tertulis dengan jelas dan diundangkan dengan tegas, maka batas
wewenang para pejabat ditentukan oleh aturan, kepatuhan dan kesetiaan tidak
ditujukan kepada pribadi para pejabat melainkan kepada lembaga yang bersifat

21
Zainal Arifin, “Kepemimpinan Kiai Dalam Ideologisasi Pemikiran Santri Di Pesantren-Pesantren Salafiyah
Mlangi Yogyakarta”, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 9, No 2, 2015, hal 365.

7
impersonal. Bentuk kepemimpinan terletak bukan pada diri kekuasaan individu,
melainkan dalam jabatan yang dipegang oleh individu. Dalam perspektif
Weber, kekuasaan yang bersandar pada tata aturan disebut sebagai legal
authority. Pola aturan normatif dan hak memerintah dari pemimpin yang terpilih
berdasarkan pola aturan yang sah. Sehingga bentuk kepemimpinan rasional-
legal bersumberkan pada kekuasaan impersonal yang melekat sehingga
banyak perubahan (dinamis) dalam sebuah organisasi yang dipimpinnya.
Contoh dari kepemimpinan rasional-legal ketika diterapkan di masyarakat
dapat mempengaruhi orang lain lewat keistimewaan yaitu dengan peraturan
yang telah dibuat lembaga. Sehingga kualitas yang dimiliki seorang pemimpin
rasional-legal ini tergantung pada kesesuaian aturan dengan kepribadian
seorang pemimpin.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, tipe kepemimpinan
mempunyai keistimewaan yang berbeda beda dalam mempengaruhi pengikutnya.
Sehingga secara umum otoritas kepemimpinan ini berpengaruh untuk mendorong
tindakan masyarakat untuk melakukan suatu perubahan dengan bertumpu pada
instruksi dari orang ang dipercayai dan dihormati (seorang pemimpin) yang dapat
menimbulkan serta melahirkan perubahan yang inovatif. 22

22
Imam Syafi’i, “Kepemimpinan Kiai Abdul Ghofur Dalam Pengembangan Pendidikan Entrepreneurship di
Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan”, Disertasi : Pendiidkan Agama Islam, UINSA, 2017.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hakikat tolak ukur baru kepemimpinan pendidikan sesuai dengan standar yang
sudah ditetapkan oleh Permendiknas No. 13 Tahun 2007, yaitu sebagai
berikut: Kompetensi kepribadian, Kompetensi Manajerial, Kompetensi
Kewirausahaan, Kompetensi supervisi, Kompetensi sosial.
2. Otoritas kepemimpinan adalah dapat diartikan sebagai kekuasaan dan
kemampuan seorang pemimpin dalam membuat keputusan untuk
mempengaruhi perilaku bawahan untuk mencapai tujuan. Menurut Max Weber
ada 3 tipe atau tipologi kepemimpinan umat manusia yaitu tradisional,
kharismatik dan rasional-legal. Dari ke 3 tipologi kepemimpinan tersebut
mempunyai keistimewaan yang berbeda beda dalam mempengaruhi
pengikutnya. Sehingga secara umum otoritas kepemimpinan ini berpengaruh
untuk mendorong tindakan masyarakat untuk melakukan suatu perubahan
dengan bertumpu pada instruksi dari orang ang dipercayai dan dihormati
(seorang pemimpin) yang dapat menimbulkan serta melahirkan perubahan
yang inovatif.
3. Otoritas kepemimpinan adalah kekuasaan yang ada pada seorang pemimpin
dalam membuat sebuah keputusan untuk mempengaruhi kinerja bawahan
untuk mencapai tujuan. Menurut Max Weber ada 3 tipologi kepemimpinan
manusia yaitu tradisional, kharismatik, dan rasional-legal. Dari ketiga hal
tersebut sangat berpengaruh pada tindakan masyarakat kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Zulkifli. 2014. Ulama Antara Otoritas Kharismatik Dan Otoritas Legal-Rasional ,
Jurnal Dakwah Al-Hikmah. Vol 8. No 1.
Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 4.
ARahmaniah, 2016. Teori Sosiologi. Artikel : UIN Malang.
Arifin, Zainal. 2015. “Kepemimpinan Kiai Dalam Ideologisasi Pemikiran Santri Di
Pesantren-Pesantren Salafiyah Mlangi Yogyakarta.” Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan. Vol 9. No 2.
Bafadal, Ibrahim, Ahmad Y. Sobri, Ahmad Nurabidi. Standar Kompetensi Kelapa Sekolah
Pemula Sebagai Pemimpin dalam Inovasi Belajar , Seminar Nasional Pendidikan,
UNM.
Basrun Umanailo,M Chairul. 2019. Max Weber. Artikel : Universitas Iqra Buru. Maluku.
Chairi, Effendi, 2019, “Ketiadaan Otoritas Terpusat dalam Fenomena Kontemporer di
Indonesia: Kritik Terhadap Teori Otoritas Max Weber,” Jurnal Kajian Sosial
Keagamaan. Vol. 2. No. 2.
Fatimah, Siti. 2011. “Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Minangkabau pada Masa
Pendudukan Jepang.”Jurnal TINGKAP. Vol. VII. No. 1.
Haryanto. 2017. Elit, Massa, dan Kekuasaan: Suatu Bahasan Pengantar . Yogyakarta :
PolGov UGM.
Nur, Wahyudin. 2015. “Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah ,” Jurnal Tarbiyah. No.1.
Nurdiansyah, Farid. 2018. “Politik Pada Pemilihan Kepala Desa Yang Dipengaruhi Oleh
Kiai.” Jurnal Paper Title. Vol. 06 No. 02.
Purwati, Ani. 2020. Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktek . Surabaya : Jakad Media
Publishing.
Rizki, Muhammad Iqbal. 2020. Makna Tindakan Sosial dan Teori Otoritas Max Weber .
Kompasiana.
Rulitawati. 2018. “Tanggung Jawab Dan Otoritas Kepemimpinan Dalam Pendidikan Islam,”
Jurnal Administrasi Manajemen Pendidikan . Vol 1. N0 2.
Siraj, Arifuddin. 2018. “Implikasi Kekuasaan terhadap Konstitusi dan Pilkada di Era
Otonomi Daerah,” Jurnal Al-Ulum UIN Alauddin Makasar. Vol 18, No 1.
Solikin, Asep. 2017. “Pemimpin Yang Melayani Dalam Membangun Bangsa Yang Mandiri ,”
Anterior Jurnal. Vol 2. No 16.

10
Sumaryati, Ike. 2009, Skripsi : “Kepemimpinan Hajib Al-Mansur Di Andalusia Dan
Pengaruhnya 976-1002 M” .Yogyakarta : UIN Kali Jaga.
Syafar, Djunawir. 2017. “Teori Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan Islam,” Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 5, No.1, 152-153.
Syafi’i, Imam. 2017. “Kepemimpinan Kiai Abdul Ghofur Dalam Pengembangan Pendidikan
Entrepreneurship di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan.” Disertasi :
Pendiidkan Agama Islam. UINSA.
Syarifudin, Ecep. 2004. “Teori Kepemimpinan” Jurnal Al Qalam. Vol 21. No 102.
Weber, Max. 1947. The Theory of Social and Economic Organization.
Wulandari, Fitri. 2015. Skripsi : “Makna Pemimpin Agama.” Surabaya : UIN Sunan Ampel.

11

Anda mungkin juga menyukai