MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengelolaan pendidikan
khusus
Dosen Pengampu:
Dr. Nia sutisna, M.Si.
Dr. Zulfikli Sidiq, M.Pd.
Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat
dan karuniaNya buku ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan
Khusus semester ganjil yang diampu oleh Dr. Nia Sutisna, M.Si. dan Dr. Zulkifli
Sidiq, M.Pd
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
KAJIAN TEORI..............................................................................................................3
A. Hakikat Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Khusus..............3
B. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus..............................4
C. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus....................................5
D. Kegiatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus...............................11
Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus..........................................11
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus.....................................12
2. Penyimpanan Sarana dan prasarana Pendidikan Khusus.................................14
3. Membuat laporan tentang keadaan penyimpanan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus....................14
4. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus.................................20
5. Penggunaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus...................................20
6. Penghapusan Sarana dan Prasara Pendidikan Khusus......................................21
7. Pengendalian Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus.................................23
E. Sarana dan Prasarana bagi Anak Berkebutuhan Khusus............................24
1. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunanetra.....................................................24
2. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunarungu....................................................25
3. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunagrahita..................................................27
4. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunadaksa....................................................28
5. Sarana dan Prasarana bagi Anak Autis.............................................................29
BAB III...........................................................................................................................30
PENUTUP.......................................................................................................................30
A. Kesimpulan..............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan merupakan faktor utama dalam
pembentukkan pribadi manusia, dan juga merupakan kegiatan universal yang ada
dalam kehidupan manusia. Di manapun di dunia terdapat masyarakat, disanalah
terdapat pendidikan. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum
dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan
hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat menyebabkan
adanya perbedaan penyelenggaraan termasuk perbedaan sistem pendidikan.
Administrasi pendidikan dalam pendidikan khusus terdapat perbedaan
dalam beberapa aspek salah satunya adalah dalam hal pengelolaan sarana dan
prasarana. Bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 48 Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), yaitu
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 pasal 2
ayat 1 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar
Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) menyebutkan bahwa standar
sarana dan prasarana untuk sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah
pertama luar biasa (SMPLB), dan sekolah menengah atas luar biasa (SMALB)
mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana. Oleh karena
itu, makalah ini akan membahas secara lebih rinci tentang pengelolaan sarana dan
prasana dalam lingkungan pendidikan khusus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat dari manajemen sarana dan prasarana
pendidikan khusus?
1
2. Apa saja jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan khusus?
3. Bagaimana standar sarana dan prasarana manajemen pendidikan khusus?
4. Bagaimana kegiatan manajemen sarana dan prasarana pendiidkan khusus?
5. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh anak berkebutuhan
khusus?
C. Tujuan
D. Manfaat
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
5). Sebagai penanggungjawab harus dapat membantu program sekolah secara
efektif, melatih para petugas serta memilih alatnya dan cara menggunakannya
agar mereka dapat menyesuaikan diri serta melaksanakan tugasnya sesuai
dengan fungsinya dan profesinya.
6). Seorang penanggung jawab sekolah harus mempunyai kecakapan untuk
mengenal, baik kualitatif maupun kuantitatif sertaa menggunakannya dengan
tepat fungsi bangunan dan perlengkapannya.
7). Sebagai penanggungjawab harus mampu memelihara serta menggunakan
bangunan dan tanah sekitarnya sehingga ia dapat membantu terwujudnya
kesehatan, keamanan, kebahagiaan, dan keindahan serta kemajuan dari
sekolah dan masyarakat.
8). Sebagai penanggungjawab sekolah bukan hanya mengetahui kekayaan
sekolah yang dipercayakan kepadanya, tetapi harus memperhaatikan seluruh
keperluan alat-alat pendidikan yang dibutuhkan oleh anak didiknya.
B. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus
Sarana fisik yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati seperti
mesin tik, computer, prabot, alat peraga edukatif, ruang belajar, perpustakaan,
tempat bermain, sarana olahraga, tempat ibadah, toilet, kantin, ruang uks dan
sarana lain yang diperlukan. Sedangkan, sarana nonfisik yaitu peratura-
peraturan, tata tertib, program-program yang mendukung proses belajar
mengajar.
4
C. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus
5
Tabel 1 Luas Lahan Minimum SDLB
6
Bangunan satu Bangunan dua
Pendidikan Belajar
lantai lantai
SDLB dan
1 9 1600 850
SMPLB
SDLB, SMPLB
2 12 1800 950
dan SMA LB
SMPLB dan
3 6 1440 770
SMALB
b. Luas lahan yang dimaksud dalam Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel
4 adalah luas lahan efektif yang dapat digunakan untuk mendirikan
bangunan dan tempat bermain/berolahraga.
c. Lahan terletak di lokasi yang memungkinkan akses yang mudah ke
fasilitas kesehatan.
d. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam
keadaan darurat dengan kendaraan roda empat.
e. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam
garis sempadan sungai dan jalur kereta api.
f. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut:
1) Pencemaran air, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20
Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
2) Kebisingan, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara KLH
Nomor 94/MENKLH/1992 tcntang Baku Mutu Kebisingan.
3) Pencemaran udara, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
KLH Nomor 02/MEN KLH/1988 tentang Pedoman Penetapan
Baku Mutu Lingkungan.
g. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau
rencana lain yang lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin
pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah setempat.
h. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin
pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu
minimum 20 tahun.
3. Bangunan
7
a. Bangunan SDLB, SMPLB, dan SMALB memenuhi ketentuan luas
lantai bangunan minimum.
1) Bangunan SDLB memenuhi ketentuan luas lantai bangunan
minimum seperti tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5 Luas Lantai Bangunan Minimum SDLB
8
4) Bangunan SDLB, SMPLB dan/atau SMALB yang bergabung
memenuhi ketentuan luas lantai bangunan minimum seperti
tercantum pada Tabel 8.
Tabel 8 Luas Lantai Bangunan Minimum SDLB, SMPLB dan/atau
SMALB
9
2) Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi saluran
air bersih, saluran air kotor dan/atau air limbah, tempat sampah,
dan saluran air hujan.
3) Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan
dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
e. Bangunan memenuhi persyaratan aksesibilitas berikut:
1) Menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman untuk penyandang cacat yang memiliki kesulitan
mobilitas termasuk pengguna kursi roda.
2) Dilengkapi dengan fasilitas pengarah jalan (guiding block) untuk
tunanetra.
f. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.
1) Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang
mengganggu kegiatan pembelajaran.
2) Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik
3) Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.
g. Bangunan dapat memiliki lebih dari satu lantai jika disediakan tangga
dan ramp untuk pengguna kursi roda yang mempertimbangkan
kemudahan, keamanan, dan keselamatan.
h. Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut:
1) Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur
evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.
2) Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi
penunjuk arah yang jelas.
i. Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900 watt
j. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan,
dan diawasi secara profesional.
k. Kualitas bangunan minimum permanen kelas B, sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu
pada Standar Pekerjaan Umum.
l. Bangunan sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.
m. Pemeliharaan bangunan sekolah adalah sebagai berikut:
10
1) Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan
sebagian daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon,
instalasi air dan listrik, dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.
2) Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka
plafon, rangka kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan
minimum sekali dalam 20 tahun.
n. Bangunan dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
11
Departemen Pendidikan Nasional melalui Kepala Kantor Departemen
Pendidikan Nasional Kabupaten/Kota madya.
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan administrasi perlengkapan
dalam petunjuk ini adalah :
1. Yang dimaksud dengan barang adalah semua barang yang bergerak
maupun yang tidak bergerak, berwujud kesatuan atau bagian-bagian yang
dapat dinilai, dihitung, diukur, ditimbang, yang berupa milik negara/
daerah, yang berada di Sekolah Luar Biasa dan dikuasai serta menjadi
tanggung jawab Sekolah Luar Biasa tersebut.
2. Yang dimaksud dengan tanah adalah tempat didirikannya
bangunan gedung Sekolah Luar Biasa dan tanah yang digunakan oleh
sekolah tersebut untuk kegiatan pcndidikan.
3. Yang dimaksud dengan bangunan gedung adalah bangunan yang
berada di lingkungan Sekolah Luar Biasa yang direncanakan baik untuk
tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal.
Maksud dan tujuan Petunjuk Pelaksanaan Administrasi Pengelolaan
Barang di Sekolah Luar Biasa adalah untuk mempergunakan tata cara
pengadministrasian
/pengelolaan barang di Sekolah Luar Biasa sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Petunjuk ini bertujuan memberikan pedoman kepada Kepala
Sekolah Luar Biasa dan aparat pengelolaan lainnya dalam mengelola
barang-barang yang ada di Sekolah Luar Biasa yang menjadi tanggung
jawabnya.
Dengan demikian diharapkan diwujudkannya kesatuan penafsiran atas
ketentuan peraturan yang berlaku,sehingga terdapat langkah yang seragam
dalam pengelolaan barang di Sekolah Luar Biasa serta terlaksananya
peraturan pengadministrasian /pengelolaan barang di Sekolah Luar Biasa.
12
perlengkapan ini dapat dilakukan dengan jalan membuat sendiri atau
menerima bantuan dari instansi pemerintah diluar departemen pendidikan
nasional,badan-badan swasta, masyarakat, peorangan dan sebagainya.
13
tanah yang akan dibeli, demikian juga akte jual belinya. Demikian juga
kalau menerima hibah dari pihak lain supaya ada dasar hukumnya,
sebaiknya dalam pelaksanaanya dilakukan dengan Akte Notaris Pejabat
Pembuat Akte Tanah Setempat. Sedangkan untuk yang sifatnya hak pakai,
seperti lahan hendaknaya disertai dokumen serah terima dari pihak yang
memberikan hak pakai. Untuk sarana yang diperoleh melalui sewa perlu
juga dibuat suart perjanjian atau kontrak antara pihak penyewa dan pihak
yang menyewakan dan sebagainya.
INVENTARIS
Yang dimaksud dengan inventaris adalah kegiatan melaksanakan
pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan, dan pendaftaran
14
barang inventaris. Daftar barang inventaris adalah suatu dokumen yang
menunjukkan sejumlah barang milik negara dan dikuasai Negara atau
Daerah; yang berada di sekolah, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak.
Adanya daftar inventaris yang lengkap, teratur dan berkelanjutan di
sekolah mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam
rangka :
1. Tertib administrasi dan tertib barang
2. Pendaftaran, pengendalian, dan pengawasan setiap barang.
3. Usaha untuk memanfaatkan penggunaan setiap barang secara
maksimal sesuai dengan tujuan dun fungsinya masing-masing.
4. Menunjang pelaksanaan penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa
Negeri.
PELAKSANAAN INVENTARISASI
Dalam usaha tertib administrasi pengelolaan barang di Sekolah Luar
Biasa Negeri, Kepala sekolah melaksanakan pencatatan dengan
menggunakan kartu dan buku sebagai berikut :
1. Kartu Inventaris Ruangan (Format PERL 2).
2. Kartu Inventaris Barang (Format PERL 3-1 sampai 3-4).
3. Buku Inventaris (Format PERL 4).
Pengertian masing-masing majelis kartu dan buku adalah sebagai
berikut:
a. Kartu Inventaris Ruangan dibuat dan ditempatkan dalam setiap
ruangan/kelas yang membuat segala jenis barang yang ada dalam
ruangan itu.
b. Kartu Invertaris Barang adalah kartu yang berisi catatan barang
inventaris yang terpisah atau kumpulan lengkap.
c. Buku Inventaris merupakan buku yang berisi catatan semua barang
yang berasal dari PERL 2 dan PERL 3 secara lengkap dan terperinci.
MUTASI BARANG
Mutasi barang terjadi karena :
1. Bertambah
15
Keadaan barang bertambah
disebabkan : a. Pengadaan baru
karena pembelian,
b. Sumbangan/hibah
c. Penyewaan
d. Perubahan peningkatan kuantitas.
2. Berkurang
Keadaan barang berkurang
disebabkan : a. Dijual
b. Rusak/hilang
c. Dihibahkan/disumbangkan.
APARAT PELAKSANA
Sebagaimana halnya dengan pengelolaan keuangan, maka pengelolaan
barang menganut sistem pengurusan umum (pengurusan administratif)
dan pengurusan khusus (pengurusan Bendaharawan)
Pengurusan umum tersebut mengandung unsur penguasaan, sedangkan
pengurusan khusus mengandung kewajiban yaitu menerima, mencatat,
menyimpan, menggunakan, memelihara dan mempertanggung
jawabkan barang. Kepala Sekolah berwenang dan bertanggung jawab
atas penyelenggaraan administrasi penggunaan dan perawatan barang
dalam lingkungan sekolah masing-masing.
PELAPORAN
Mekanisme penyampaian laporan Inventarisasi Barang dilaksanakan
sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri setiap akhir tahun anggaran
melaporkan barangbarang inventaris yang berada dalam wewenangnya
kepada Kepala Kantor Departemen Pendidikan Nasional
Kabupaten/Kotamadya.
Laporan Daftar Inventaris Barang dapat dikutip dari buku inventaris
sesuai dengan yang ada di sekolah.
16
2. Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional
Kabupaten/Kotamadya melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan Nasional
Propinsi.
3. Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Propinsi
melaporkan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
dan ditembuskan kepada Biro Perlengkapan, Biro Keuangan dan
Inspektorat JenderalDep Diknas.
17
Bidang-bidang
tersebut adalah : a.
Tanah
b. Jalan dan Jembatan
c. Bendungan air
d. Instalasi
e. Jaringan
f. Bangunan gedung
g. Monumen
h. Alat-alat angkutan
i. Alat-alat bengkel
j. Alat-alat pertanian
k. Alat-alat kantor dan rumah tangga
l. Alat-alat kedokteran
m. Alat-alat Studio
n. Alat-alat laboratorium
o. Buku Perpustakaan
p. Alat-alat kesenian dan kebudayaan
q. Hewan dan ternak.
Bidang-bidang tersebut dibagi dalam kelompok, kelompok dibagi
dalam sub kelompok, sub kelompok dibagi dalam sub-sub kelompok.
Kode barang dan pengelompokannya tercantum dalamn lampiran II
Buku Petunjuk ini.
ARUS USUL PENGADAAN BARANG
18
MenteriDiknas
DiknasPropinsi
DiknasKab/Kodya
SLB Negeri
DiknasPropinsi
DiknasKab/Kodya
SLB Negeri
Keterangan;
: Arus Laporan
: Tembusan
19
4. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk melakukan pengurusan dan
pengaturan agar semua barang selalu dalam keadaan baik dan siap
untuk dipakai, secara berdayaguna dan berhasil guna. Pemeliharaan
dilakukan khusus terhadap barang inventaris yang sedang dalam
pemakaian tanpa mengubar atau mengurangi bentuk konstruksi asli.
Pelaksanaan pemeliharaan/perawatan barang inventaris dilakukan oleh
Kepala Sekolah atau pemakai meliputi :
a. Pemeliharaan/perawatan dan pencegahan, seperti
pencegahan/perawatan yang mengakibatkan kerusakan barang.
b. Pemeliharaan/perawatan ringan, seperti perbaikan genting yang
bocor, perbaikan meja/bangku dan papan tulis yang rusak dan lain-lain.
2. Tanggung Jawab Pemeliharaan.
Setiap pemakai barang inventaris Sekolah Luar Biasa bertanggung
jawab atas pemeliharaan dan keselamatan barang tersebut.
BUKU PEMERIKSAAN PERLENGKAPAN/BARANG
Nomor Nama Instansi Tanggal Saran Tanda
Urut pemerik Pemerik pemeriksa tangan
sa sa
(1) (2) ( ( ( (
3 4 5 6
) ) ) )
20
pendidikan. Untuk kelancaran kegiatan tersebut, bagi kepala sekolah yang
mempunyai wakil bidang sarana dan prasarana atau petugas yang
berhubungan dengan penanganan sarana dan prasarana sekolah yang diberi
tanggung jawab untuk menyusun jadwal tersebut. Yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan sarana dan prasarana adalah:
21
c. Karena berlebih tidak diperlukan lagi
d. Karcna susut, atau sudah waktunya untuk dihapuskan.
2. Ketentuan peraturan
Dalam hal barang rusak, mati atau hilang akibat kelalaian pegawai
harus diproses berdasarkan tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri
sebagai pemakai barang berkewajiban melaporkan setiap barang yang
rusak, hilang, susut dan berlebih, agar selanjutnya barang-barang yang
tidak efisien lagi dapat diproses untak dihapuskan. Laporan tcntang
barang rusak dan lain-lain yang diusulkan untuk dihapus, harus
dicantumkan nomor kode harga beli dari lain-lain yang diperlukan.
Perubahan status hukum
1. Pengertian perubahan status hukum barang. Yang dimaksud
dengan perubahan status hukum barang adalah setiap tindakan hukum
dari pemerintah yang mengakibatkan terjadinya perubahan status hukum.
Pemilikan atas barang, perubahan status hukum barang disebabkan dalam
3 (tiga) hal yaitu : a. Penghapusan barang
b. Penjualan barang
c. Tukar-menukar (ruil slag).
2. Landasan hukum sebagai dasar penghapusan, penjualan
barang dan tukaranenukar. Perubahan status hukum terhadap barang
milik negara/pelaksanaannya dilakukan berdasarkan peraturan yang
berlaku.
3. Pada prinsipnya barang dijual berdasarkan atas :
a. Peraturan No. 46 Tahun 1971.
b. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1974.
4. Pada prinsipnya barang daerah yang dapat dilaksanakan
dalam tukar-menukar didasarkan pada peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 4 Tahun 1979.
Penghapusan dan penggunaan
22
Untuk menjamin ketertiban pengelolaan barang milik Sekolah Luar
Biasa dan kelancaran penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa Negeri,
dilakukan pengendalian dan pengawasan.
Pengawasan umum terhadap ketertiban penyelengaraan pengelolaan
barang milik yang dikuasai sekolah dilaksanakan oleh aparat pengawasan
setempat maupun oleh aparat pengawasan umum lainnya yang dilakukan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pelaksanaan pengawasan umum yang mencakup segi administrasi
dan pelaksanaan teknis pelaksanaan meliputi seluruh kegiatan pengurusan
barang mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pengamanan,
pemeliharaan, inventaris, perubahan status barang, tuntutan
perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi.
a. Untuk keperluan pemeriksaan, maka setiap Sekolah Luar Biasa
Negeri atau pejabat yang diperiksa wajib memberikan keterangan dan
bukti yang diminta oleh pemeriksa, serta menyediakan buku pemeriksaan
untuk diisi oleh pemeriksa. Buku pemeriksa terdiri dari kolom-kolom
sebagai berikut:
Format : PERL 1 Nomor Statistik Sekolah
Nama Sekolah :
Status Sekolah :
Alamat :
Desa/Kelurahan*) :
Kecamatan :
Kab/Kodya Dati II*)
: Propinsi Dati I :
7. Pengendalian Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus
Sarana dan prasarana merupakan sumber utama yang memerlukan
penataan sehingga fungsional, aman dan atraktif, untuk keperluan belajar
proses belajar disekolah. Seluruh kegiatan manajemen sarana dan
prasarana pendidikan dalam pelaksanaannya tidak dapat lepas dari proses
monitoring atau pengendalian. Pengendalian ini bertujuan untuk menjaga
23
setiap proses kegiatan manajemen sarana dan prasarana pembelajaran ini
selalu berjalan sesuai prosedur yang telah ditetapkan sehingga efektifitas
dan efisiensi sumber daya dapat tercapai. Namun demikian
Wahyuningrum (2000: 37), berpendapat bahwa pengendalian bukan
merupakan peraturan yang kaku dan akan sangat membatasi ruang gerak
masing-masing fungsi pengelolaan, tetapi agar merupakan koordinasi serta
akselerasi (percepatan) bagi seluruh fungsi pengelolaan/ administrasi,
sehingga pemborosan tenaga, waktu dan biaya dapat dihindarkan.
24
b. Media berbasis cetak, termasuk di dalam kategori ini buku-buku
Braille dan lembaran-lembaran lepas Braille.
c. Media berbasis taktual, termasuk di dalamnya buku Braille, bagan
timbul, grafik timbul, denah, peta timbul, miniatur, dan benda tiruan.
d. Media berbasis audio, termasuk di sini rekaman suara dengan kaset,
rekaman dengan CD/ piringan, radio, tape, dll.
e. Media berbasis komputer, termasuk di dalamnya perangkat keras
komputer, display Braille, program JAWS, perpustakaan Braille on-
line.
f. Media yang berbasis benda asli dan lingkungan; benda-benda di
sekitar, lingkungan sosial dan lingkungan alam.
Klasifikasi media pembelajaran anak Low-Vision Meskipun anak
low-vision tidak separah anak buta total, namun tetap saja masim
memiliki keterbatasan yang signifikan dalam hal rentangan dan jenis
pengalaman. Anak low-vision masih mungkin memanfaatkan sebagian
besar media pembelajaran yang ada di sekolah umum. Yosfan Azwandi
(2007: 134-137), mengemukakan media pembelajaran yang digunakan
oleh anak low vision adalah sebagai berikut.
a. Media berbasis manusia, yang termasuk di dalamnya adalah guru,
instruktur, tutor, main-peran, dan kegiatan kelompok.
b. Media berbasis cetak, yang termasuk di dalamnya adalah buku,
penuntun, buku latihan, alat bantu kerja, dan lembaran lepas.
Dalam segi tulisan dapat menggunakan tulisan yang dibaca oleh
anak awas dengan bantuan lensa pembesar.
c. Media berbasis visual, yang termasuk di dalamnya adalah buku,
alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar, Close Circuit
Television (CCTV) transparansi, slide dan benda tiruan (minitur).
d. Media berbasis audio-visual, yang termasuk di dalamnya seperti
video, film, program slide-tape, dan televisi.
e. Media berbasis komputer, dengan penggunaan komputer yang telah
diinstal aplikasi JAWS (Job for Access with Speach).
25
2. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunarungu
Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 132-135) menyebutkan
ada empat jenis peralatan yang digunakan untuk membantu siswa
tunarungu dalam proses pembelajaran yaitu hearing aids (alat bantu
dengar), peralatan latihan bina persepsi bunyi dan irama, peralatan
pembelajaran akademik, dan peralatan latihn fisik.
Selain keempat model tersebut, ada dua jenis alat bantu dengar
yang juga dapat digunakan secara berkelompok dalam proses
pembelajaran di sekolah yaitu:
26
c. Peralatan Pembelajaran Akademik
Anak tunarungu memiliki gangguan dalam sistem
pendengarannya sehingga anak tersebut kesulitan dalam memahami
sesuatu yang bersifat abstrak, yang biasanya berkaitan dengan
bidang studi matematika, sains, maupun bidang studi lainnya yang
memiliki tingkat pemahaman abstraksi tinggi. Untuk itu perlu
adanya peralatan yang dapat membantu anak memahami benda
abstrak dalam proses pembelajarannya. Peralatan tersebut yaitu: (1)
miniatur benda; (2) finger alphabet; (3) silinder; (4) kartu kata; (5)
kartu kalimat; (6) berbagai jenis menara; (7) peta dinding; (8) model
geometri; (9) anatomi telinga; (10) model telinga; (11) torso
setengah badan; (12) berbagai jenis puzzle; (13) atlas; (14) miniatur
rumah adat; dan (15) miniatur rumah ibadah.
d. Peralatan Latihan Fisik
Siswa tunarungu juga memerlukan latihan fisik/ motorik
dalam proses pembelajarannya. Pada dasarnya semua jenis sarana
olahraga dapat digunakan untuk melatih motorik anak tunarungu.
Selain itu power rider (alat untuk melatih kecekatan motorik) dan
static bycicle (sepeda statis) juga dapat digunakan untuk melatih
motorik anak
27
d. Peralatan latihan bina diri, contohnya seperti cara berpakaian,
dressing frame sets, dan peralatan menyikat gigi.
e. Peralatan konsep dan simbol bilangan, seperti keping pecahan,
balok bilangan I dan II, geometri tiga dimensi, abacus, papan
bilangan, tiang bilangan, dan kotak bilangan.
f. Peralatan pengembangan kreativitas, daya pikir dan konsentrasi,
contohnya seperti tetris, bok konsentrasi mekanis, puzzle
konstruksi, rantai persegi, rantai bulat, dan lego/ lazi.
g. Peralatan pengajaran bahasa, seperti alphabet loweincase, alphabet
fiber box, pias kata, dan pias kalimat.
h. Peralatan latihan perseptual motor, seperti bak pasir, papan
keseimbangan, gradasi papan titian, tubuh dalam bentuk bertingkat,
keping keseimbangan, dan power rider.
28
3) Papan keseimbangan setengah lingkaran yang berfungsi untuk
latihan keseimbangan dalam posisi duduk dan tengkurap.
4) Kursi roda yang berfungsi sebagai alat bantu gerak.
5) Walker yang berfungsi sebagai alat bantu berjalan
6) Kruk dengan tumpuan di siku dan kruk dengan tumpuan di
ketiak sebagai alat bantu untuk berjalan.
a. Media berbasis manusia, dalam hal ini meliputi guru kelas, guru
pembimbing khusus, guru mata pelajaran, guru pendamping
(shadow), dan anggota kelompok.
b. Media berbasis cetakan, dalam hal ini meliputi buku teks, buku
penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas.
c. Media visual, hal yang paling penting dalam melaksanakan
pembelajaran dengan anak autisme adalah dengan menjaga kontak
mata. Dengan demikian media visual yang dimaksud meliputi
gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana
tampaknya suatu benda.
d. Media berbasis audio-visual, dalam hal ini meliputi video, film,
program slide-tape, dan televisi.
e. Media berbasis benda nyata, dalam hal ini merupakan benda-benda
asli dan benda tiruan yang tergolong dalam benda tiga dimensi.
f. Media komputer, dalam hal ini komputer yang digunakan oleh anak
autisme adalah komputer yang telah dilengkapi dengan program
Computer-Assisted Instruction (CAI).
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
30
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Aditya Media,
Yogyakarta, 2008.
Bastian Indra, (2007), Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik, PSASP,
Erlangga, Jakarta.
Chatlinas Said, (1988), Pengantar Administrasi Pendidikan, Jakarta :Depdikbud.
Departemen Pendidikan Nasional, (2000), Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta,
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah,
Hasibuan, Malayu S. P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hoy, Wayne K dan Cecil G. Miskel, (1981), Educational Administration:
Theory, Research And Practice, Toronto : Random House, Inc.
M. Moh. Rifai, (1982), Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:
Jemmars.
Oteng Sutisna, (1983), Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek
Profesional, Bandung : Angkasa.
Sunardi. (TT). Kecenderungan dalam pendidikan luar biasa. Jakarta:
DEPDIKBUD.DIKTI.
31