Anda di halaman 1dari 34

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN KHUSUS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengelolaan pendidikan
khusus

Dosen Pengampu:
Dr. Nia sutisna, M.Si.
Dr. Zulfikli Sidiq, M.Pd.

Oleh:

Widi Sukmawati NIM (1706110)

DEPARTEMENT PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat
dan karuniaNya buku ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan
Khusus semester ganjil yang diampu oleh Dr. Nia Sutisna, M.Si. dan Dr. Zulkifli
Sidiq, M.Pd

Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan


dalam penyusunan makalah ini, baik dalam bentuk materil maupun moril yang
tidak mampu disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak, semoga Allah Swt.,
memberikan ganjaran dengan kebaikan yang berlipat ganda. Aamiin.

Penulis berharap semoga buku ini dapat bermanfaat khususnya bagi


pembaca, dan umumnya bagi era baru dunia pendidikan. Terdapatnya kesalahan
dalam tulisan ini ialah hal yang wajar sebagai konsekuensi logis dari proses
pembelajaran. Karena itu penulis sangat terbuka untuk menerima kritik yang
membangun.

Bandung, April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
KAJIAN TEORI..............................................................................................................3
A. Hakikat Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Khusus..............3
B. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus..............................4
C. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus....................................5
D. Kegiatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus...............................11
Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus..........................................11
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus.....................................12
2. Penyimpanan Sarana dan prasarana Pendidikan Khusus.................................14
3. Membuat laporan tentang keadaan penyimpanan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus....................14
4. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus.................................20
5. Penggunaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus...................................20
6. Penghapusan Sarana dan Prasara Pendidikan Khusus......................................21
7. Pengendalian Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus.................................23
E. Sarana dan Prasarana bagi Anak Berkebutuhan Khusus............................24
1. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunanetra.....................................................24
2. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunarungu....................................................25
3. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunagrahita..................................................27
4. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunadaksa....................................................28
5. Sarana dan Prasarana bagi Anak Autis.............................................................29
BAB III...........................................................................................................................30
PENUTUP.......................................................................................................................30
A. Kesimpulan..............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan merupakan faktor utama dalam
pembentukkan pribadi manusia, dan juga merupakan kegiatan universal yang ada
dalam kehidupan manusia. Di manapun di dunia terdapat masyarakat, disanalah
terdapat pendidikan. Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum
dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan
hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat menyebabkan
adanya perbedaan penyelenggaraan termasuk perbedaan sistem pendidikan.
Administrasi pendidikan dalam pendidikan khusus terdapat perbedaan
dalam beberapa aspek salah satunya adalah dalam hal pengelolaan sarana dan
prasarana. Bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 48 Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), yaitu
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 pasal 2
ayat 1 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar
Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) menyebutkan bahwa standar
sarana dan prasarana untuk sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah
pertama luar biasa (SMPLB), dan sekolah menengah atas luar biasa (SMALB)
mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana. Oleh karena
itu, makalah ini akan membahas secara lebih rinci tentang pengelolaan sarana dan
prasana dalam lingkungan pendidikan khusus.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas


dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan hakikat dari manajemen sarana dan prasarana
pendidikan khusus?

1
2. Apa saja jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan khusus?
3. Bagaimana standar sarana dan prasarana manajemen pendidikan khusus?
4. Bagaimana kegiatan manajemen sarana dan prasarana pendiidkan khusus?
5. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh anak berkebutuhan
khusus?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat kesimpulan dari makalah


ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui hakikat dari manajemen sarana dan prasarana pendidikan
khusus
2. Mengeahui jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan khusus
3. Mengetaui standar sarana dan prasarana manajemen pendidikan khusus
4. Mengetahui kegiatan manajemen sarana dan prasarana pendiidkan khusus
5. Mengetahui apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh anak
berkebutuhan khusus

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan yang sudah dirumuskan, terdapat beberapa manfaat


dari makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi manajamen sarana dan prasarana pendidikan khusus


dan aspek-aspek yang terdapat dalam manajemen sarana dan prasarana
pendidikan khusus.
2. Memberi pemahaman mengenai pengertian dari manajemen sarana dan
prasarana pendidikan khusus dan aspek-aspek yang menunjang dalam
pengelolaan sarana dan prasaran pendidikan khusus.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakikat Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Khusus

Sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya dapat dikelompokaan dalam


empat kelompok, yaitu tanah, bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah
(site, building, equipment, and furniture). Agar semua fasilitas tersebut
memberikan kontribusi yang berarti pada jalannya proses pendidikan,
hendaknya dikelola dengan baik. Pengelolaan yang dimaksud meliputi : (1)
Perencanaan, (2) Pengadaan, (3) Inventarisasi, (4) Penyimpanan, (5)
Penataan, (6) Penggunaan, (7) pemeliharaan dan (8) Penghapusan.
Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dalam istilah asing terkenal
dengan istilah “ school plant administration”, yang mencakup lahan,
bangunan, perabot dan perlengkapan pendidikan/sekolah.
Prinsip Dasar Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
prinsip dasar dalam melaksanakan pengelolaan tersebut adalah sebagai
berikut :
1). Lahan baangunan, dan perlengkapan perabot sekolah harus
menggambarkan cita dan citra masyarakat seperti halnya yang dinyatakan
dalam filsafat dan tujuan pendidikan.
2). Perencanaan lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan perabot
sekolah hendanya merupakan pancaran keinginan bersama daan dengan
pertimbangan suatu team ahli yang cukup cakap yang ada di masyarakat itu.
3). Lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah
hendaknya disesuaikan dan memadai bagi kepentingan anak-anak didik, demi
terbentuknya karakter mereka dan dapat melayani serta menjamin mereka di
waktu belajar, bekerja dan bermain sesuai dengan bakat masing-masing.
4). Lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah serta
alat-alatnya hendaknya disesuaikan dengan kepentingan pendidikan yang
bersumber dari kepentingan serta kegunaan atau manfaat bagi anak-
anak/murid-murid dan guru-guru.

3
5). Sebagai penanggungjawab harus dapat membantu program sekolah secara
efektif, melatih para petugas serta memilih alatnya dan cara menggunakannya
agar mereka dapat menyesuaikan diri serta melaksanakan tugasnya sesuai
dengan fungsinya dan profesinya.
6). Seorang penanggung jawab sekolah harus mempunyai kecakapan untuk
mengenal, baik kualitatif maupun kuantitatif sertaa menggunakannya dengan
tepat fungsi bangunan dan perlengkapannya.
7). Sebagai penanggungjawab harus mampu memelihara serta menggunakan
bangunan dan tanah sekitarnya sehingga ia dapat membantu terwujudnya
kesehatan, keamanan, kebahagiaan, dan keindahan serta kemajuan dari
sekolah dan masyarakat.
8). Sebagai penanggungjawab sekolah bukan hanya mengetahui kekayaan
sekolah yang dipercayakan kepadanya, tetapi harus memperhaatikan seluruh
keperluan alat-alat pendidikan yang dibutuhkan oleh anak didiknya.
B. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus

Sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya dapat dikelompokan


dalam emapt kelompok, yaitu tanah, bagnungan, perlengkapan, dan prabotan
sekolah. Jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan dapat dibedakan menjadi
sarana fisik dan nonfisik (Ari Gunawan, 1996. 05)

Sarana fisik yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati seperti
mesin tik, computer, prabot, alat peraga edukatif, ruang belajar, perpustakaan,
tempat bermain, sarana olahraga, tempat ibadah, toilet, kantin, ruang uks dan
sarana lain yang diperlukan. Sedangkan, sarana nonfisik yaitu peratura-
peraturan, tata tertib, program-program yang mendukung proses belajar
mengajar.

Prasarana pendidikan meliputi tanah, halaman, pagar, gedung,


jaringan jalan, air, listrik, telepon, internet serta mebeler dan bangunan
insprastuktur. Inspraktuktur merupakan prasarana lingkungan pendidikan
untuk melengkapi bagunan sekolah agar lingkungan sekolah aman, nyaman
dan sehat.

4
C. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus

Standar sarana dan prasarana berdasarkan UU No 33 Tahun 2008


tentang standar sarana dan prasarana untuk sekolah dasar luar biasa (SDLB),
sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), dan sekolah menengah atas
luar biasa (SMALB) adalah sebagai berikut:

1. Satuan Pendidikan Luar Biasa adalah :


a. Satu SDLB memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani
minimum 6 rombongan belajar peserta didik dengan satu atau
beberapa ketunaan.
b. Satu SMPLB memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani
minimum 3 rombongan belajar peserta didik dengan satu atau
beberapa ketunaan.
c. Satu SMALB memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani
minimum 3 rombongan belajar peserta didik dengan satu atau
beberapa ketunaan.
d. Minimum satu SDLB dan satu SMPLB disediakan untuk satu
kabupaten/kota.
e. Pada suatu wilayah berpenduduk lebih dari 250.000 jiwa, dan
dibutuhkan penambahan rombongan belajar untuk SDLB dan/atau
SMPLB yang telah ada, dapat dilakukan penambahan sarana dan
prasarana pada SDLB dan/atau SMPLB tersebut atau disediakan
SDLB dan/atau SMPLB baru.
f. SDLB, SMPLB dan SMALB untuk tunalaras dipisahkan dari
sekolah untuk ketunaan lainnya.
2. Lahan
a. Lahan SDLB, SMPLB dan SMALB memenuhi ketentuan luas lahan
minimum sebagai berikut.
1) Lahan SDLB memenuhi ketentuan luas lahan minimum seperti
tercantum pada Tabel 1

5
Tabel 1 Luas Lahan Minimum SDLB

Banyak Luas tanah minimum (m2)


Jenis
No Rombongan Bangunan satu Bangunan dua
Ketunaan
Belajar lantai lantai
1 6 1 1170 640
2 12 1-2 1700 900
3 18 1-3 2200 1150
4 24 1-4 2670 1390

2) Lahan SMPLB memenuhi ketentuan luas lahan minimum seperti


tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2 Luas Lahan Minimum SMPLB

Banyak Luas tanah minimum (m2)


Jenis
No Rombongan Bangunan satu Bangunan dua
Ketunaan
Belajar lantai lantai
1 3 1 1170 640
2 6 1-2 1500 800
3 9 1-3 1840 970
4 12 1-4 2100 1100

3) Lahan SMALB memenuhi ketentuan luas lahan minimum seperti


tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3 Luas Lahan Minimum SMALB

Banyak Luas tanah minimum (m2)


Jenis
No Rombongan Bangunan satu Bangunan dua
Ketunaan
Belajar lantai lantai
1 3 1 1070 590
2 6 1-2 1240 670
3 9 1-3 1440 770
4 12 1-4 1640 870

4) Lahan untuk SDLB, SMPLB dan/atau SMALB yang bergabung


memenuhi ketentuan luas lahan minimum seperti tercantum pada
Tabel 4.
Tabel 4 Luas Lahan Minimum SDLB, SMPLB dan/atau SMALB
yang Bergabung

No Jenjang Rombongan Luas tanah minimum (m2)

6
Bangunan satu Bangunan dua
Pendidikan Belajar
lantai lantai
SDLB dan
1 9 1600 850
SMPLB
SDLB, SMPLB
2 12 1800 950
dan SMA LB
SMPLB dan
3 6 1440 770
SMALB
b. Luas lahan yang dimaksud dalam Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel
4 adalah luas lahan efektif yang dapat digunakan untuk mendirikan
bangunan dan tempat bermain/berolahraga.
c. Lahan terletak di lokasi yang memungkinkan akses yang mudah ke
fasilitas kesehatan.
d. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam
keadaan darurat dengan kendaraan roda empat.
e. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam
garis sempadan sungai dan jalur kereta api.
f. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut:
1) Pencemaran air, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20
Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
2) Kebisingan, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara KLH
Nomor 94/MENKLH/1992 tcntang Baku Mutu Kebisingan.
3) Pencemaran udara, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
KLH Nomor 02/MEN KLH/1988 tentang Pedoman Penetapan
Baku Mutu Lingkungan.
g. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau
rencana lain yang lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin
pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah setempat.
h. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin
pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu
minimum 20 tahun.
3. Bangunan

7
a. Bangunan SDLB, SMPLB, dan SMALB memenuhi ketentuan luas
lantai bangunan minimum.
1) Bangunan SDLB memenuhi ketentuan luas lantai bangunan
minimum seperti tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5 Luas Lantai Bangunan Minimum SDLB

Banyak Luas bangunan minimum (m2)


Jenis
No Rombongan Bangunan satu Bangunan dua
Ketunaan
Belajar lantai lantai
1 6 1 350 380
2 12 1-2 510 540
3 18 1-3 660 690
4 24 1-4 800 830

2) Bangunan SMPLB dan SMALB memenuhi ketentuan luas lantai


bangunan minimum seperti tercantum pada Tabel 6.
Tabel 6 Luas Lantai Bangunan Minimum SMPLB

Banyak Luas bangunan minimum (m2)


Jenis
No Rombongan Bangunan satu Bangunan dua
Ketunaan
Belajar lantai lantai
1 3 1 350 380
2 6 1-2 450 480
3 9 1-3 550 580
4 12 1-4 630 660

3) Bangunan SMALB memenuhi ketentuan luas lantai bangunan


minimum seperti tercantum pada Tabel 7.
Tabel 7 Luas Lantai Bangunan Minimum SMALB

Banyak Luas bangunan minimum (m2)


Jenis
No Rombongan Bangunan satu Bangunan dua
Ketunaan
Belajar lantai lantai
1 3 1 320 350
2 6 1-2 370 400
3 9 1-3 430 460
4 12 1-4 490 520

8
4) Bangunan SDLB, SMPLB dan/atau SMALB yang bergabung
memenuhi ketentuan luas lantai bangunan minimum seperti
tercantum pada Tabel 8.
Tabel 8 Luas Lantai Bangunan Minimum SDLB, SMPLB dan/atau
SMALB

Luas bangunan minimum (m2)


Jenjang Rombongan
No Bangunan satu Bangunan dua
Pendidikan Belajar
lantai lantai
SDLB dan
1 9 480 510
SMPLB
SDLB, SMPLB
2 12 540 570
dan SMA LB
SMPLB dan
3 6 430 460
SMALB

b. Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari:


1) koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;
2) koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah;
3) jarak bebas bangunan yang meliputi garis sempadan bangunan
dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau
jaringan tegangan tinggi, jarak antara bangunan dengan batas-
batas persil, dan jarak antara as jalan dan pagar halaman yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
c. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan berikut:
1) Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai dengan
kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan
hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu
kemampuan untuk menahan gempa dan kekuatan alam lainnya.
2) Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
d. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut.
1) Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan
pencahayaan yang memadai.

9
2) Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi saluran
air bersih, saluran air kotor dan/atau air limbah, tempat sampah,
dan saluran air hujan.
3) Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan
dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
e. Bangunan memenuhi persyaratan aksesibilitas berikut:
1) Menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman untuk penyandang cacat yang memiliki kesulitan
mobilitas termasuk pengguna kursi roda.
2) Dilengkapi dengan fasilitas pengarah jalan (guiding block) untuk
tunanetra.
f. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.
1) Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang
mengganggu kegiatan pembelajaran.
2) Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik
3) Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.
g. Bangunan dapat memiliki lebih dari satu lantai jika disediakan tangga
dan ramp untuk pengguna kursi roda yang mempertimbangkan
kemudahan, keamanan, dan keselamatan.
h. Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut:
1) Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur
evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.
2) Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi
penunjuk arah yang jelas.
i. Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900 watt
j. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan,
dan diawasi secara profesional.
k. Kualitas bangunan minimum permanen kelas B, sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu
pada Standar Pekerjaan Umum.
l. Bangunan sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.
m. Pemeliharaan bangunan sekolah adalah sebagai berikut:

10
1) Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan
sebagian daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon,
instalasi air dan listrik, dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun.
2) Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka
plafon, rangka kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan
minimum sekali dalam 20 tahun.
n. Bangunan dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Kegiatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus

Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus


Dalam merencanakan dan menentukan kebutuhan barang di Sekolah Luar
Biasa perlu diketahui beberapa hal, di antaranya adalah :
Penyusunan rencana dalam menentukan kebutuhan barang di sekolah luar
biasa negeri, didasarkan pada hal-hal sebagai berikut :
a. Pengisian kebutuhan barang sesuai dengan perkembangan sekolah.
b. Adanya barang-barang yang rusak, dihapuskan, hilang atau sebab
lain yang dipertanggung jawabkan sehingga memerlukan penggantian.
c. Adanya penyediaan barang yang didasarkan pada jatah perorangan
jika terjadi mutasi guru/pegawai sehingga turut mempengaruhi kebutuhan
barang.
d. Untuk menjaga tingkat persediaan barang setiap tahun anggaran
mendatang.
Perencanaan kebutuhan barang untuk sekolah luar biasa negeri
dilaksanakan sebagai berikut :
a. Kepala Sekolah merencanakan kebutuhan barang untuk 1 (satu)
tahun anggaran berdasarkan dana yang tersedia dari Subsidi Bantuan
Pembiayaan Penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa Negeri yang akan
diterima pada tahun anggaran yang akan datang. Dalam memilih judul
buku dan nama alat peraga/praktek yang akan diusulkan untuk dibeli,
kepala sekolah harus menyesuaikan dengan daftar buku/ alat
peraga/praktek yang telah disahkan penggunaannya oleh Direktur Jenderal
pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
b. Dalam hal perencanaan kebutuhan barang yang tak dapat dipenuhi
melalui sumber biaya yang ada, Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri yang
bersangkutan menyusun suatu daftar kebutuhan barang dalam bentuk
format PERL 5 yang disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah

11
Departemen Pendidikan Nasional melalui Kepala Kantor Departemen
Pendidikan Nasional Kabupaten/Kota madya.
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan administrasi perlengkapan
dalam petunjuk ini adalah :
1. Yang dimaksud dengan barang adalah semua barang yang bergerak
maupun yang tidak bergerak, berwujud kesatuan atau bagian-bagian yang
dapat dinilai, dihitung, diukur, ditimbang, yang berupa milik negara/
daerah, yang berada di Sekolah Luar Biasa dan dikuasai serta menjadi
tanggung jawab Sekolah Luar Biasa tersebut.
2. Yang dimaksud dengan tanah adalah tempat didirikannya
bangunan gedung Sekolah Luar Biasa dan tanah yang digunakan oleh
sekolah tersebut untuk kegiatan pcndidikan.
3. Yang dimaksud dengan bangunan gedung adalah bangunan yang
berada di lingkungan Sekolah Luar Biasa yang direncanakan baik untuk
tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal.
Maksud dan tujuan Petunjuk Pelaksanaan Administrasi Pengelolaan
Barang di Sekolah Luar Biasa adalah untuk mempergunakan tata cara
pengadministrasian
/pengelolaan barang di Sekolah Luar Biasa sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Petunjuk ini bertujuan memberikan pedoman kepada Kepala
Sekolah Luar Biasa dan aparat pengelolaan lainnya dalam mengelola
barang-barang yang ada di Sekolah Luar Biasa yang menjadi tanggung
jawabnya.
Dengan demikian diharapkan diwujudkannya kesatuan penafsiran atas
ketentuan peraturan yang berlaku,sehingga terdapat langkah yang seragam
dalam pengelolaan barang di Sekolah Luar Biasa serta terlaksananya
peraturan pengadministrasian /pengelolaan barang di Sekolah Luar Biasa.

1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus


Untuk pengadaan sarana pendidikan dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Misalnya untuk pengadaan tanah bisa dilakukan dengan
cara membeli, menerima hibah, menerima hak pakai, menukar dan
sebagainya. Dalam pengadaan gedung atau bangunan dapat dilakukan
dengan cara membangun baru, membeli, menyewa, menerima hibah dan
menukar bangunan. Untuk pengadaan perlengkapan atau perabot sekolah
dapat dilakukan dengan jalan membeli. Perabot yang akan dibeli
berbentuk yang sudah jadi atau yang belum jadi. Dalam pengadaan

12
perlengkapan ini dapat dilakukan dengan jalan membuat sendiri atau
menerima bantuan dari instansi pemerintah diluar departemen pendidikan
nasional,badan-badan swasta, masyarakat, peorangan dan sebagainya.

Pengadaan barang dapat dilaksanakan dengan cara :


1. Pembelian, dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Membuat sendiri, yaitu barang yang dihasilkan oleh Sekolah Luar
Biasa.
3. Penerimaan hibah atau bantuan, yaitu penerimaan dari piliak lain
yang harus dilakukan dengan berita acara serah terima.
4. Penyewaan adalah barang yang disewa dari pihak lain untuk
kepentingan pendidikan berdasarkan perjanjian sewa-menyewa.
5. Pinjaman adalah barang yang dipinjam dari pihak lain untuk
kepentingan pendidikan berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam.
6. Guna susun (Kanibalisme), adalah suatu usaha pengadaan barang
dengan cara memanfaatkan beberapa barang yang sudah tidak terpakai
menjadi barang yang berguna/berrnanfaat.
Pengadaan barang untuk keperluan Sekolah Luar Biasa Negeri dapat
dilakukan sebagai berikut :
a. Berdasarkan perencanaan dan penentuan kebutuhan Kepala
Sekolah secara bertahap atau sekaligus dapat mengadakan barang untuk
keperluan sekolah dengan sumber dana dari Pusat dan Masyarakat.

b. Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri karena jabatannya, adalah


membuat penyelenggaraan barang; berwenang dan bertanggungjawab atas
penyelenggaraan administrasi penggunaan dan perawatan barang di
lingkungan sekolah masingmasing.
c. Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Kabupaten/
Kotamadya sebagai pengawas dan pemeriksa umur barang.
Dalam pengadaan sarana diatas selain perlu diperhatikan segi
kualitas dan kuantitas, juga diperhatikan prosedur atau dasar hukum yang
berlaku, sehingga sarana yang sudah ada tidak menimbulkan masalah
dikemudian hari. Misalnya dalam pembelian tanah perlu jelas surat-surat

13
tanah yang akan dibeli, demikian juga akte jual belinya. Demikian juga
kalau menerima hibah dari pihak lain supaya ada dasar hukumnya,
sebaiknya dalam pelaksanaanya dilakukan dengan Akte Notaris Pejabat
Pembuat Akte Tanah Setempat. Sedangkan untuk yang sifatnya hak pakai,
seperti lahan hendaknaya disertai dokumen serah terima dari pihak yang
memberikan hak pakai. Untuk sarana yang diperoleh melalui sewa perlu
juga dibuat suart perjanjian atau kontrak antara pihak penyewa dan pihak
yang menyewakan dan sebagainya.

2. Penyimpanan Sarana dan prasarana Pendidikan Khusus


Penyimpanan adalah kegiatan pengurusan, penyelenggaraan, dan
pengaturan barang persediaan di dalam ruang penyimpanan/gudang,
Penyimpanan barang di Sekolah Luar Biasa Negeri dilaksanakan sebagai
berikut :
 Menerima, mencatat, menyimpan, mengatur dan menjaga secara
tertib, rapi dan aman.
 Menyelenggarakan administrasi penyimpanan dan penyaluran atas
nama semua barang yang ada dalarn ruang penyimpanan/gudang.
 Melakukan pengontrolan dan perhitungan barang-barang secara
berkala ataupun insidental terhadap barang persediaan yang ada agar
persediaan selalu dapat memenuhi kebutuhan.
3. Membuat laporan tentang keadaan penyimpanan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Inventarisasi Sarana dan Prasarana
Pendidikan Khusus
Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya ada yang berasal dari pemerintah ada juga yang dari
usaha sendiri, seperti : membeli, membuat sendri, sumbangan dari
orangtua murid atau masyakarat dan sebagainya. Semua barang yang ada
tersebut hendaknya diinventarisir, melalui inventarisasi memungkinkan
dapat diketahui jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan, merk atau
ukuran, harga dan sebagainya.

INVENTARIS
Yang dimaksud dengan inventaris adalah kegiatan melaksanakan
pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan, dan pendaftaran

14
barang inventaris. Daftar barang inventaris adalah suatu dokumen yang
menunjukkan sejumlah barang milik negara dan dikuasai Negara atau
Daerah; yang berada di sekolah, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak.
Adanya daftar inventaris yang lengkap, teratur dan berkelanjutan di
sekolah mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam
rangka :
1. Tertib administrasi dan tertib barang
2. Pendaftaran, pengendalian, dan pengawasan setiap barang.
3. Usaha untuk memanfaatkan penggunaan setiap barang secara
maksimal sesuai dengan tujuan dun fungsinya masing-masing.
4. Menunjang pelaksanaan penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa
Negeri.
PELAKSANAAN INVENTARISASI
Dalam usaha tertib administrasi pengelolaan barang di Sekolah Luar
Biasa Negeri, Kepala sekolah melaksanakan pencatatan dengan
menggunakan kartu dan buku sebagai berikut :
1. Kartu Inventaris Ruangan (Format PERL 2).
2. Kartu Inventaris Barang (Format PERL 3-1 sampai 3-4).
3. Buku Inventaris (Format PERL 4).
Pengertian masing-masing majelis kartu dan buku adalah sebagai
berikut:
a. Kartu Inventaris Ruangan dibuat dan ditempatkan dalam setiap
ruangan/kelas yang membuat segala jenis barang yang ada dalam
ruangan itu.
b. Kartu Invertaris Barang adalah kartu yang berisi catatan barang
inventaris yang terpisah atau kumpulan lengkap.
c. Buku Inventaris merupakan buku yang berisi catatan semua barang
yang berasal dari PERL 2 dan PERL 3 secara lengkap dan terperinci.
MUTASI BARANG
Mutasi barang terjadi karena :
1. Bertambah

15
Keadaan barang bertambah
disebabkan : a. Pengadaan baru
karena pembelian,
b. Sumbangan/hibah
c. Penyewaan
d. Perubahan peningkatan kuantitas.
2. Berkurang
Keadaan barang berkurang
disebabkan : a. Dijual
b. Rusak/hilang
c. Dihibahkan/disumbangkan.

APARAT PELAKSANA
Sebagaimana halnya dengan pengelolaan keuangan, maka pengelolaan
barang menganut sistem pengurusan umum (pengurusan administratif)
dan pengurusan khusus (pengurusan Bendaharawan)
Pengurusan umum tersebut mengandung unsur penguasaan, sedangkan
pengurusan khusus mengandung kewajiban yaitu menerima, mencatat,
menyimpan, menggunakan, memelihara dan mempertanggung
jawabkan barang. Kepala Sekolah berwenang dan bertanggung jawab
atas penyelenggaraan administrasi penggunaan dan perawatan barang
dalam lingkungan sekolah masing-masing.
PELAPORAN
Mekanisme penyampaian laporan Inventarisasi Barang dilaksanakan
sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri setiap akhir tahun anggaran
melaporkan barangbarang inventaris yang berada dalam wewenangnya
kepada Kepala Kantor Departemen Pendidikan Nasional
Kabupaten/Kotamadya.
Laporan Daftar Inventaris Barang dapat dikutip dari buku inventaris
sesuai dengan yang ada di sekolah.

16
2. Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional
Kabupaten/Kotamadya melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan Nasional
Propinsi.
3. Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Propinsi
melaporkan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
dan ditembuskan kepada Biro Perlengkapan, Biro Keuangan dan
Inspektorat JenderalDep Diknas.

KODE LOKASI DAN KODE BARANG


Semua barang inventaris daerah yang dikuasai dan menjadi tanggung
jawab Sekolah Luar Biasa Negeri harus diberi kode lokasi dan kode
barang, sesuai dengan Manual Administrasi Barang.
1. Kode Lokasi
Setiap Sekolah Luar Biasa mempergunakan nomor kode masing-masing
bila ada, (biasanya ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan
Nasional).
Contoh :
Sekolah Luar Biasa Bagian A Negeri Bandung, Jalan Padjajaran,
Bandung.

Nomor Kode Lokasi :


2. Kode Barang
Setiap Sekolah Luar Biasa wajib memberikan norner kode pada barang-
barang yang ada di sekolah dengan mempergunakan nomor kode yang
terdapat dalam Daftar Lampiran II Buku Petunjuk II. Nomor kode
barang yang lebih lengkap terdapat dalam Manual Administrasi barang.
Misalnya : Nomor kode barang bagi sepeda milik SLB adalah
09.02.02.01, atau radio milik SLB mempunyai nomor kode barvig :
12.02.06.06.
Pada dasarnya barang yang dimiliki atau dikuasai negara atau daerah
yang ada di Sekolah Luar Biasa Negeri dibagi dalam 18 bidang.

17
Bidang-bidang
tersebut adalah : a.
Tanah
b. Jalan dan Jembatan
c. Bendungan air
d. Instalasi
e. Jaringan
f. Bangunan gedung
g. Monumen
h. Alat-alat angkutan
i. Alat-alat bengkel
j. Alat-alat pertanian
k. Alat-alat kantor dan rumah tangga
l. Alat-alat kedokteran
m. Alat-alat Studio
n. Alat-alat laboratorium
o. Buku Perpustakaan
p. Alat-alat kesenian dan kebudayaan
q. Hewan dan ternak.
Bidang-bidang tersebut dibagi dalam kelompok, kelompok dibagi
dalam sub kelompok, sub kelompok dibagi dalam sub-sub kelompok.
Kode barang dan pengelompokannya tercantum dalamn lampiran II
Buku Petunjuk ini.
ARUS USUL PENGADAAN BARANG

18
MenteriDiknas

IrjenDep Diknas Biro Perlengkapan

Dit Jen Dikdasmen


Dit Dikdas

DiknasPropinsi

DiknasKab/Kodya

SLB Negeri

ARUS PELAPORAN INVENTARIS BARANG


MenteriDiknas

IrjenDep Diknas Biro Perlengkapan

Dit Jen Dikdasmen


Dit Dikdas

DiknasPropinsi

DiknasKab/Kodya

SLB Negeri

Keterangan;
: Arus Laporan
: Tembusan

19
4. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk melakukan pengurusan dan
pengaturan agar semua barang selalu dalam keadaan baik dan siap
untuk dipakai, secara berdayaguna dan berhasil guna. Pemeliharaan
dilakukan khusus terhadap barang inventaris yang sedang dalam
pemakaian tanpa mengubar atau mengurangi bentuk konstruksi asli.
Pelaksanaan pemeliharaan/perawatan barang inventaris dilakukan oleh
Kepala Sekolah atau pemakai meliputi :
a. Pemeliharaan/perawatan dan pencegahan, seperti
pencegahan/perawatan yang mengakibatkan kerusakan barang.
b. Pemeliharaan/perawatan ringan, seperti perbaikan genting yang
bocor, perbaikan meja/bangku dan papan tulis yang rusak dan lain-lain.
2. Tanggung Jawab Pemeliharaan.
Setiap pemakai barang inventaris Sekolah Luar Biasa bertanggung
jawab atas pemeliharaan dan keselamatan barang tersebut.
BUKU PEMERIKSAAN PERLENGKAPAN/BARANG
Nomor Nama Instansi Tanggal Saran Tanda
Urut pemerik Pemerik pemeriksa tangan
sa sa
(1) (2) ( ( ( (
3 4 5 6
) ) ) )

*) Coret yang tidak perlu.


Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka Kepala Sekolah yang
bersangkutan wajib melakukan tindakan-tindakan ke arah usaha
perbaikan dan penyelesaian semua perusahaan sebagaimana mestinya.
Dalam hal yang bersifat khusus dan menyangkut wewenang instansi
lain supaya segera melaporkan kepada atasannya dan meneruskannya
kepada instansi yang berwenang.
5. Penggunaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus
Penggunaan /pemakaian sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah pada setiap jenjang

20
pendidikan. Untuk kelancaran kegiatan tersebut, bagi kepala sekolah yang
mempunyai wakil bidang sarana dan prasarana atau petugas yang
berhubungan dengan penanganan sarana dan prasarana sekolah yang diberi
tanggung jawab untuk menyusun jadwal tersebut. Yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan sarana dan prasarana adalah:

a. Penyusunan jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan


kelompok lainnya.
b. Hendaklah kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan prioritas
pertama.
c. Jadwal atau waktu penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun
pelajaran.
d. Penugasan atau penunjukkan personil sesuai dengan keahlian pada
bidangnya, misalnya: petugas laboratorium, perpustakaan, operator
komputer dsb.
e. Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antara
kegiatan intrakurikuler dengan ekstrakurikuler harus jelas.

6. Penghapusan Sarana dan Prasara Pendidikan Khusus


Barang-barang yang ada di sekolah tidak akan selamanya
digunakan atau dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan. Hal ini
karena, rusak berat sehingga tidak dapat digunakan lagi, barang tersebut
sudah tidak sesuai dengan kebutuhan atau keadaan, biaya pemeliharaannya
tinggi, jumlah barang tersebut berlebihan sehingga tidak bisa
dimanfaatkan, dan nilai guna barang tersebut tidak perlu dimanfaatkan.

yang dimaksud dengan penghahusan ialah kegiatan meniarlakan


barani-barang dinas, sehubungan dengan tidak berfungsinya barang-
barang tcrsebut. Pada prinsipnya barang dihapuskan disebabkan karena :

1. Rusak berat atau setidak-tidaknya sudah tidak efisien lagi


untuk kepentingan dinas, misalnya :
a. Karena hilang
b. Karena mati (hewan)

21
c. Karena berlebih tidak diperlukan lagi
d. Karcna susut, atau sudah waktunya untuk dihapuskan.
2. Ketentuan peraturan
Dalam hal barang rusak, mati atau hilang akibat kelalaian pegawai
harus diproses berdasarkan tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri
sebagai pemakai barang berkewajiban melaporkan setiap barang yang
rusak, hilang, susut dan berlebih, agar selanjutnya barang-barang yang
tidak efisien lagi dapat diproses untak dihapuskan. Laporan tcntang
barang rusak dan lain-lain yang diusulkan untuk dihapus, harus
dicantumkan nomor kode harga beli dari lain-lain yang diperlukan.
Perubahan status hukum
1. Pengertian perubahan status hukum barang. Yang dimaksud
dengan perubahan status hukum barang adalah setiap tindakan hukum
dari pemerintah yang mengakibatkan terjadinya perubahan status hukum.
Pemilikan atas barang, perubahan status hukum barang disebabkan dalam
3 (tiga) hal yaitu : a. Penghapusan barang
b. Penjualan barang
c. Tukar-menukar (ruil slag).
2. Landasan hukum sebagai dasar penghapusan, penjualan
barang dan tukaranenukar. Perubahan status hukum terhadap barang
milik negara/pelaksanaannya dilakukan berdasarkan peraturan yang
berlaku.
3. Pada prinsipnya barang dijual berdasarkan atas :
a. Peraturan No. 46 Tahun 1971.
b. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1974.
4. Pada prinsipnya barang daerah yang dapat dilaksanakan
dalam tukar-menukar didasarkan pada peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 4 Tahun 1979.
Penghapusan dan penggunaan

22
Untuk menjamin ketertiban pengelolaan barang milik Sekolah Luar
Biasa dan kelancaran penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa Negeri,
dilakukan pengendalian dan pengawasan.
Pengawasan umum terhadap ketertiban penyelengaraan pengelolaan
barang milik yang dikuasai sekolah dilaksanakan oleh aparat pengawasan
setempat maupun oleh aparat pengawasan umum lainnya yang dilakukan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pelaksanaan pengawasan umum yang mencakup segi administrasi
dan pelaksanaan teknis pelaksanaan meliputi seluruh kegiatan pengurusan
barang mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pengamanan,
pemeliharaan, inventaris, perubahan status barang, tuntutan
perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi.
a. Untuk keperluan pemeriksaan, maka setiap Sekolah Luar Biasa
Negeri atau pejabat yang diperiksa wajib memberikan keterangan dan
bukti yang diminta oleh pemeriksa, serta menyediakan buku pemeriksaan
untuk diisi oleh pemeriksa. Buku pemeriksa terdiri dari kolom-kolom
sebagai berikut:
Format : PERL 1 Nomor Statistik Sekolah

Nama Sekolah :
Status Sekolah :
Alamat :
Desa/Kelurahan*) :
Kecamatan :
Kab/Kodya Dati II*)
: Propinsi Dati I :
7. Pengendalian Sarana dan Prasarana Pendidikan Khusus
Sarana dan prasarana merupakan sumber utama yang memerlukan
penataan sehingga fungsional, aman dan atraktif, untuk keperluan belajar
proses belajar disekolah. Seluruh kegiatan manajemen sarana dan
prasarana pendidikan dalam pelaksanaannya tidak dapat lepas dari proses
monitoring atau pengendalian. Pengendalian ini bertujuan untuk menjaga

23
setiap proses kegiatan manajemen sarana dan prasarana pembelajaran ini
selalu berjalan sesuai prosedur yang telah ditetapkan sehingga efektifitas
dan efisiensi sumber daya dapat tercapai. Namun demikian
Wahyuningrum (2000: 37), berpendapat bahwa pengendalian bukan
merupakan peraturan yang kaku dan akan sangat membatasi ruang gerak
masing-masing fungsi pengelolaan, tetapi agar merupakan koordinasi serta
akselerasi (percepatan) bagi seluruh fungsi pengelolaan/ administrasi,
sehingga pemborosan tenaga, waktu dan biaya dapat dihindarkan.

Menurut Wahyuningrum (2000: 37-38), dalam pelaksanaan


kegiatan pengendalian dapat disusun serangkaian kerja, yaitu:

a. Mengikuti proses pengendalian dari pengadaan sampai penghapusan

b. Menyusun tata cara laporan baik lisan maupun tertulis

c. Mengadakan konsultasi dengan pihak pimpinan

d. Mengadakan konsultasi dengan pihak pelaksana fungsi masing-


masing kegiatan

e. Mengadakan koordinasi antara fungsi perencanaan dengan fungsi-


fungsi lainnya

f. Menyusun laporan menyeluruh secara periodik tentang pelaksana


dari proses pengelolaan yang terjadi dalam masinf-masing
fungsinya.

E. Sarana dan Prasarana bagi Anak Berkebutuhan Khusus

1. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunanetra


Menurut Yosfan Azwandi (2007: 122), anak buta total tidak dapat
memanfaatkan semua jenis media pembelajaran yang ada di sekolah
umum. Media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh anak buata
total adalah sebagai berikut

a. Media berbasis manusia, termasuk di dalamnya guru, instruktur,


kelompok.

24
b. Media berbasis cetak, termasuk di dalam kategori ini buku-buku
Braille dan lembaran-lembaran lepas Braille.
c. Media berbasis taktual, termasuk di dalamnya buku Braille, bagan
timbul, grafik timbul, denah, peta timbul, miniatur, dan benda tiruan.
d. Media berbasis audio, termasuk di sini rekaman suara dengan kaset,
rekaman dengan CD/ piringan, radio, tape, dll.
e. Media berbasis komputer, termasuk di dalamnya perangkat keras
komputer, display Braille, program JAWS, perpustakaan Braille on-
line.
f. Media yang berbasis benda asli dan lingkungan; benda-benda di
sekitar, lingkungan sosial dan lingkungan alam.
Klasifikasi media pembelajaran anak Low-Vision Meskipun anak
low-vision tidak separah anak buta total, namun tetap saja masim
memiliki keterbatasan yang signifikan dalam hal rentangan dan jenis
pengalaman. Anak low-vision masih mungkin memanfaatkan sebagian
besar media pembelajaran yang ada di sekolah umum. Yosfan Azwandi
(2007: 134-137), mengemukakan media pembelajaran yang digunakan
oleh anak low vision adalah sebagai berikut.
a. Media berbasis manusia, yang termasuk di dalamnya adalah guru,
instruktur, tutor, main-peran, dan kegiatan kelompok.
b. Media berbasis cetak, yang termasuk di dalamnya adalah buku,
penuntun, buku latihan, alat bantu kerja, dan lembaran lepas.
Dalam segi tulisan dapat menggunakan tulisan yang dibaca oleh
anak awas dengan bantuan lensa pembesar.
c. Media berbasis visual, yang termasuk di dalamnya adalah buku,
alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar, Close Circuit
Television (CCTV) transparansi, slide dan benda tiruan (minitur).
d. Media berbasis audio-visual, yang termasuk di dalamnya seperti
video, film, program slide-tape, dan televisi.
e. Media berbasis komputer, dengan penggunaan komputer yang telah
diinstal aplikasi JAWS (Job for Access with Speach).

25
2. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunarungu
Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 132-135) menyebutkan
ada empat jenis peralatan yang digunakan untuk membantu siswa
tunarungu dalam proses pembelajaran yaitu hearing aids (alat bantu
dengar), peralatan latihan bina persepsi bunyi dan irama, peralatan
pembelajaran akademik, dan peralatan latihn fisik.

a. Hearing Aids (Alat Bantu Dengar)


Alat bantu dengar merupakan alat yang digunakan untuk
membantu anak yang mengalami gangguan pendengaran ringan,
berat atau total. Beberapa jenis alat bantu dengar yang dapat
digunakan secara individu adalah sebagai berikut:
1) Model saku
2) Model belakang telinga
3) Model dalam telinga
4) Model kacamata

Selain keempat model tersebut, ada dua jenis alat bantu dengar
yang juga dapat digunakan secara berkelompok dalam proses
pembelajaran di sekolah yaitu:

1) Hearing group, alat bantu dengar yang dapat dipergunakan


secara kelompok agar anak dapat berkomunikasi dan
memanfaatkan sisa pendengarannya.
2) Loop induction system, alat bantu dengar yang dapat
dipergunakan secara kelompok agar anak dapat berkomunikasi
dan memanfaatkan pendengaran dilengkapi dengan headsets.
b. Peralatan Latihan Bina Persepsi Bunyi dan Irama
Beberapa jenis peralatan bina persepsi bunyi dan irama yang
dapat dipergunakan dalam proses pembelajaran bagi siswa tunarungu
yaitu: (1) cermin sebagai alat yang dapat memantulkan gambar; (2)
alat latihan meniup; (3) alat musik perkusi; (4) sikat getar; (5) lampu
aksen; (6) meja latihan wicara; (7) speech and sound simulation; dan
(8) spatel.

26
c. Peralatan Pembelajaran Akademik
Anak tunarungu memiliki gangguan dalam sistem
pendengarannya sehingga anak tersebut kesulitan dalam memahami
sesuatu yang bersifat abstrak, yang biasanya berkaitan dengan
bidang studi matematika, sains, maupun bidang studi lainnya yang
memiliki tingkat pemahaman abstraksi tinggi. Untuk itu perlu
adanya peralatan yang dapat membantu anak memahami benda
abstrak dalam proses pembelajarannya. Peralatan tersebut yaitu: (1)
miniatur benda; (2) finger alphabet; (3) silinder; (4) kartu kata; (5)
kartu kalimat; (6) berbagai jenis menara; (7) peta dinding; (8) model
geometri; (9) anatomi telinga; (10) model telinga; (11) torso
setengah badan; (12) berbagai jenis puzzle; (13) atlas; (14) miniatur
rumah adat; dan (15) miniatur rumah ibadah.
d. Peralatan Latihan Fisik
Siswa tunarungu juga memerlukan latihan fisik/ motorik
dalam proses pembelajarannya. Pada dasarnya semua jenis sarana
olahraga dapat digunakan untuk melatih motorik anak tunarungu.
Selain itu power rider (alat untuk melatih kecekatan motorik) dan
static bycicle (sepeda statis) juga dapat digunakan untuk melatih
motorik anak

3. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunagrahita


Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 136-141) menyebutkan
ada berbagai macam peralatan yang dapat digunakan oleh anak
tunagrahita yaitu:

a. Peralatan latihan sensori visual, seperti gradasi kubur, gradasi balok


I dan II, silinder 1, 2, dan 3, aneka puzzle, bok sortir warna,
geometri tiga dimensi, kotak geometri, dan puzzle sets.
b. Peralatan latihan sensori perabaan, seperti keping raba I, II, dan III,
alas raba, siluet tangan dan kaki, dan tactila.
c. Peralatan sensori pengecap dan peraba, seperti gelas rasa, botol
aroma, tectile perception, dan aesthesiometer.

27
d. Peralatan latihan bina diri, contohnya seperti cara berpakaian,
dressing frame sets, dan peralatan menyikat gigi.
e. Peralatan konsep dan simbol bilangan, seperti keping pecahan,
balok bilangan I dan II, geometri tiga dimensi, abacus, papan
bilangan, tiang bilangan, dan kotak bilangan.
f. Peralatan pengembangan kreativitas, daya pikir dan konsentrasi,
contohnya seperti tetris, bok konsentrasi mekanis, puzzle
konstruksi, rantai persegi, rantai bulat, dan lego/ lazi.
g. Peralatan pengajaran bahasa, seperti alphabet loweincase, alphabet
fiber box, pias kata, dan pias kalimat.
h. Peralatan latihan perseptual motor, seperti bak pasir, papan
keseimbangan, gradasi papan titian, tubuh dalam bentuk bertingkat,
keping keseimbangan, dan power rider.

4. Sarana dan Prasarana bagi Anak Tunadaksa


Sarana dan prasarana atau media pembelajaran yang dapat
digunakan oleh anak tunadaksa adalah sebagai berikut :

a. Ruang untuk pengembangan diri


Ruangan ini berfungsi untuk melatih kemampuan
pengembangan diri sehari-hari seperti makan, minum, kebersihan
badan, berpakaian membuka sepatu, memakai satu dll. Alat-alat
yang dibutuhkan diantaranya peralatan mandi, makan (pegangan
sendok yang besar) dan minum (pegangan cangkir yang besar), kursi
dan meja melingkar badan.
b. Ruang pengembangan gerak
Ruangan ini berfungsi untuk melatih gerak keseimbangan
dan mobiitas. Peralatan-peralatan yang digunakan diantaranya :
1) Meja dan kursi guru yang kuat, stabil dan aman.
2) Papan keseimbangan (terbuat dari balok dengan ukuran panjang
3 m, lebar 15 cm, tebal 10 cm dan tinggi 20 cm dari lantai)

28
3) Papan keseimbangan setengah lingkaran yang berfungsi untuk
latihan keseimbangan dalam posisi duduk dan tengkurap.
4) Kursi roda yang berfungsi sebagai alat bantu gerak.
5) Walker yang berfungsi sebagai alat bantu berjalan
6) Kruk dengan tumpuan di siku dan kruk dengan tumpuan di
ketiak sebagai alat bantu untuk berjalan.

5. Sarana dan Prasarana bagi Anak Autis


Sarana dan prasarana atau media pembelajaran yang dapat
digunakan oleh anak autisme adalah sebagai berikut :

a. Media berbasis manusia, dalam hal ini meliputi guru kelas, guru
pembimbing khusus, guru mata pelajaran, guru pendamping
(shadow), dan anggota kelompok.
b. Media berbasis cetakan, dalam hal ini meliputi buku teks, buku
penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas.
c. Media visual, hal yang paling penting dalam melaksanakan
pembelajaran dengan anak autisme adalah dengan menjaga kontak
mata. Dengan demikian media visual yang dimaksud meliputi
gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana
tampaknya suatu benda.
d. Media berbasis audio-visual, dalam hal ini meliputi video, film,
program slide-tape, dan televisi.
e. Media berbasis benda nyata, dalam hal ini merupakan benda-benda
asli dan benda tiruan yang tergolong dalam benda tiga dimensi.
f. Media komputer, dalam hal ini komputer yang digunakan oleh anak
autisme adalah komputer yang telah dilengkapi dengan program
Computer-Assisted Instruction (CAI).

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan hendaknya memenuhi


keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembagan peserta
didik. Adapun kegiatan manajemen sarana dan prasarana pendidkan dapat
meliputi : perencanaa, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan,
penguunaan, penghapusan dan pengendalian sarana dan parasarana.

Dalam ruang lingkup manajemne sarana dan prasarana pendidikan


khusus hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan belajar anakseperti anak
tunanetra yang tidak bisa melihat maka diberikan layanan pendidikan berupa
tulisan braille, dan akese jalan (goiding block). Begitupun dengan anak
tunarungu bisa diberikan sarana dan prasarana berupa hering aids yang dapat
membantu pendengaran sehingga prosese pembelajaran setidaknya dapat
berlangsung secara optima. Untuk anak tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan
anak berkebutuhan khusus lainnya juga sarana dan prasarananya disesuaikan
dengan kebutuhan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

30
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Aditya Media,
Yogyakarta, 2008.
Bastian Indra, (2007), Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik, PSASP,
Erlangga, Jakarta.
Chatlinas Said, (1988), Pengantar Administrasi Pendidikan, Jakarta :Depdikbud.
Departemen Pendidikan Nasional, (2000), Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta,
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah,
Hasibuan, Malayu S. P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hoy, Wayne K dan Cecil G. Miskel, (1981), Educational Administration:
Theory, Research And Practice, Toronto : Random House, Inc.
M. Moh. Rifai, (1982), Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:
Jemmars.
Oteng Sutisna, (1983), Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek
Profesional, Bandung : Angkasa.
Sunardi. (TT). Kecenderungan dalam pendidikan luar biasa. Jakarta:
DEPDIKBUD.DIKTI.

31

Anda mungkin juga menyukai