Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL BOOK REVIEW

Critical Book Review Ini Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Pendekatan Sistem
Dalam Pendidikan
Dosen Pengampu : Muhammad Fuad Zaini Siregar, M. Pd

Disusun Oleh

Kelompok 11

Muhammad Rizky Tamimi (0307182076)

Husni Mubaroq Nst (0307182056)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode ini dikenal dalam pengertian umum
sebagaian pendekatan sistem yang merupakan penerapan metode ilmiahdalam memecahkan
suatu masalah. Ada banyak penyebab atas terjadinya sesuatu masalah. Jadi pendekatan sistem
menyadari adanya kerumitan didalam kebanyakan permalahan.

Buku dari Dr. H. Rusdiana M.M akan membahas mengenai sistem didalam
pendidikan lebih tepatnya Kebijakan pendidikan. Maka dari pada itu untuk megujinya saaya
menulis laporan critical book yang diharapkan menjadi sumber pengetahuan yang berisikan
keunggulan dana kelemahan dari buku tersebut. Agar para pembaca mengetahui isi
kekurangan dan kelebihan dari buku yang kami kritik in. Tetapi tujuan dari critical book ini
bukan untuk merendahkan atau menjelek-jelekan karya dari si penulis buku. Tetapi bertujuan
untuk memenuhi laporan tugas uts yang diberikan oleh dosen pengampuh.

B. Rumusan masalah
1. Ringkasan buku
2. Keunggulan/kelebihan dan kelemahan dari buku

C. Tujuan penulisan

Dalam penulisan critical book review buku Kebijakan pendidikan oleh Dr. H rusdiana
bertujuan untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan buku tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Informasi/identitas buku

Judul: KEBIJAKAN PENDIDIKAN DARI FILOSOFI KE IMPLEMENTASI

Penulis buku: Dr. H. A. Rusdiana, M.M

Penerbit: Pustaka Setia

Kota dan tahun terbit : Bandung. 2015

ISBN : 978-979-076-478-1

Cetakan : pertama

Ketebalan dan dimensi buku : 264 hlm, 16 x 24 cm


B. Ringkasan buku
A. Studi Analisis Terhadap UU Sisdiknas No-20 Tahun 2003
1. Latar belakang

Dalam upaya implmentasi dan memaksimalisasikan penyelenggaraan otonomi daerah sistem


pendidikan tersebut, dikembangkanlah konsep manajemen berbasis sekolah (MBS), yang
berupa meningkatkan peran sekolah dan masyarakat penyelenggaraan pendidikan menjadi
baik dan mutu lulusan semakin bisa ditingkatkan. MBS memberikan kebebasan dan
kekuasaan yang besar disekolah yang besar disekolah, disertai seperangkat tanggung jawab.

2. Dasar kebijakan
a. Mengfupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu tinggi bagi seluruh rakyat indonesia.
b. Meningkatkan kemampuan akademis dn profesional serta meningkatkan jaminan
kesehterahan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidikan mampu berfungsi
secar optimal dalam meningkatkan pendidikan watak dan budipekerti.
c. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum,
berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman pserta didik.
d. Memperdayakan lembaga pendidikan, baik sekolah maupun diluar sekolah sebagai
pusat pembudayaan nlai, sikap dan kemampuan.
e. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdaarkan
prinsip manajemen
f. Meningkatkan kualitas lembaga pendidika yang diselenggarakan baik oleh
masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikanyang efektif
dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman.
g. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah,
terpadu dan menyeluruh.
h. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi

3. Analisis implementasi kebijakan pendidikan pada era otonomi daerah

Proses implementasi kebijakan hanya dapat dimulai apabila tujuan dan sasaran yang
semula bersifat umum telah diperinci, program-programaksi telah dirancang dan sejumlah
dana/biaya telah dialokasikan unutk mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut.
Evaluasi kebijakan pendidikan pada era otonomi masihg belum terformat secara jelas
maka dilapangan masih timbul bermacam-macam metode dan cara dalam melaksanakan
program peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, aturandan pedoman yang sudah
dirumuskan perlu harus kembali ditinjau ulang terhadap pembuatan kebijakan pada segi
implementasinya.

B. Analisis Kebijakan Pendidikan Nasional Temtang Desentralisasi Pendidikan


1. Analisis formulasi kebijakan pendidikan dengan adanya otonomi daerah
Kebijakan pemerintah berdasarkan berikut:
a. TAP MPR RI No. IV/MPR/1999 GBHN
b. UU Republik Indonesia No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
c. PP No. 25 tahun 2000 tentang kewewenangan pemerintahdan kewenangan provinsi
sebagai Daerah Otonomi
d. UU nomor 25 tahun 2000 tentang program pembangunan Nasional (propenas) tahun
2000-2004
e. UU Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
f. UU Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional tahun 2000-2004

2. Formulasi kebijakan

Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas kemudian menghasilkan sebuah TAP MPR RI
No.IV/MPR/1999 GBHN tentang pendidikan. Dalam misi GBHN nomor 8 tertulis
“perwujudan otonomi daerah dalam rangka pembangunan dan pemerataan pertumbuhan
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam arah kebijakan tentanf pendidikan
nomor 5 tertulis “ Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional
berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen.

3. Output

UU Nomor 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional tahun 2000-2004


mendorong program pendidikan dasar prasekolah dan menenga menyebutkan dalam poko
kegiatannya:

1) 1). Melaksanakan desentralisasibidang pendidikan secara bertahap bijaksana dan


profesional, termasuk peningkatan peranan komite sekolah dengan mendorong daerah
untuk melaksanakan rintisan penerapan konsep pembentukan dewan sekolah.
2) 2). Mengembvangkan pola penyelenggaraan pendidikn berdasarkan manajemen
berbasis sekolah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan
dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.
4. fakto-faktor yang melatarbelakangin reformasi pendidikan
a. faktor internal. Dengan diberlakukannya otonomi daerah di indonesia sistem
pendidikan indonesia yang sentralis, secara normatif, perangkat perundang-
undangan yang mengatur tentang pendidikan harus di sesuaikan dengan
kebutuhan desentralisasi bidang penidikan, yang merupakan kosenkuensi logis
dari diberlakukannya otonomi daerah.
b. Faktor eksternal. Adanya faktor globalisasi yang menuntut indonesia dapat
menyiapkan SDM yang mempu berkompetisi ditingkat dunia.
C. Analisis implementasi Kebijakan MBS: Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia
1. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah (MBS) atau school based management (SBM)
merupakan sebuah pendekatan pengelolaan sekolah yang bertitik tolak dari pemikiran,
pertimbangan, kebutuhan, dan harapan dari sekolah. Artinya, sekolah akan berakar dan
bertopang pada kondisi nyata masyarakat setempat (bottom up) dan bukan lagi mengikuti
petunjuk pemerintah (top down).
2. Latar Belakang Diberlakukannya MBS
Kesadaran tentang pentingnya pentingnya yang dapat memberikan harapan dan
kemungkina yang lebih baik pada masa mendatang mendorong berbagai upaya dan
perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan
dunia pendidikan
Sehubungan dengan hal tersebut, juga terdorong oleh suasana perubahan politik
kenegaraan, masyarakat merasa yakin bahwa salah satu upaya penting bahwa yang harus
dilakukan dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah dengan pemberdayaan sekolah
melalui manajemenn berbasis sekolah (MBS). MBS memberikan kewenangan dan
pendelegasian kewenangan (delegation of authority) kepada sekolah untuk melakukan
perbaikan dan peningkatan kualitas secara berkelanjutan (quality continous
improvement).
3. Alasan dan Tujuan Dilaksanakannya MBS
Alasan dan pertimbangan dilaksanakannya MBS adalah sebagai berikut
 Sekolah lebih mengetahui keadaanya (baik berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman) sehingga dapat mengoptimalkan dalam pemberdayaan seumber daya yang
dimiliki.
 Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya berkaitan dengan input
dan output pendidikan, yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan.
 Pengambilan keputusan relatif lebih tepat dan akurat karena dilakukan oleh pihak
sekolah yang lebih mengetahui permasalahannya, serta dibantu oleh masyarakat,
sehingga dapat menghasilkan keputusan yang tepat dan akurat, serta menciptakan
transparansi iklim demokrasi yang sehat.
 Keterlibatan masyrakat dalam mengontrol sekolah melahirkan efektivitas dan efisiensi
penggunaan sumber daya pendidikan secara maksimal.
 Terjadi kompetisi yang sehat diantara masing – masing sekolah untuk lebih
meningkatkan kualitas pendidikan, melalui upaya inovatif dengan dukungan orang tua
peserta didik, masyarakat, dan pemerintah.
 Sekolah dituntut untuk mempertanggungjawabkan mutu pendidikan kepada
pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya. Sekolah dapat
secara tepat mengkomodasikan aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah
secara tepat.
Tujuan Pelaksanaan MBS
 Meningkatkan mutu pendidikan melalui pemberian otonomi kepada sekolah untuk
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada secara mandiri.
 Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui keputusan bersama.
 Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat serta pemerintah
tentang kualitas sekolah dan pendidikan pada umummnya.
 Meningkatka kompetisi yang sehat antarsekolah dalam upaya menciptakan mutu
pendidikan yang diharapkan.
4. Prinsip Umum Sebagai Pedoman dalam Pelaksanaan MBS
Ada beberapa prinsip umum yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan MBS, yaitu
sebagai berikut
 Memiliki visi, misi dan strategi yang jelas, sehinggap dapat melancarkan ke arah
pencapaian tujuan pedidikan yang berkualitas, khususnya kualitaas siswa.
 Berpijak pada prinsip saling berbagi, mengisi, saling membantu dan menerima.
Pembagian kekuasaan/kewenangan tersebut hendaknya sesuai dengan fungsi dan peran
masing – masing.
C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan

 Pada buku ini setiap halaman begitu tertata rapi mulai dari halaman judul, dll
 Pembahasan dirinci dengan jelas dan mudah dipahami sehingga dapat meningkatkan
peminat pembaca
 Cetakan buku yang rapi dan jelas tidak buram membuat pembaca merasa lebih
nyaman
Kelemahan
 Ada beberapa kalimat yang masih membutuhkan penjelasan
 Terdapat banyak kata yang di ulangi
KESIMPULAN

Kebijakan pendidikan merupakan penjabaran visi dan misi dari pendidikan dalam
masyarakat tertentu yang dilahirkan dari ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis, yaitu kesatuan
antara teori dan praktik pendidikan. Kebijakan pendidikan meliputi proses analisis kebijakan,
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan pendidikan yang
mempunyai validitas dalam perkembangan pribadi serta masyarakat yang memiliki rencana
mengembangkan pendidikan. Bagi perkembangan individu, validitas kebijakan, pendidikan
tampak dalam sumbangannya bagi proses pemerdekaan individu dalam pengembangan
pribadinya.

Tujuan kebijakan ini dapat dilihat dan ditelusuri dari kesadaran pentingnya
pendidikan sebagai inventasi jangka panjang yang didasarkan pada beberapa alasan, yaitu
pendidikan adalah untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi,
inventasi pendidikan memberikan nilai baik yang lebih tinggi daripada inventasi fisik di
bidang lain. Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki
etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari  hak dan kewajiban
yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik. Fungsi kebijakan
dalam pendidikan adalah menyediakan akuntabilitas norma budaya yang menurut
pemerintahan perlu ada dalam pendidikan, melembagakan mekanisme akuntabilitas untuk
mengukur kinerja siswa dan guru. 

Anda mungkin juga menyukai