Anda di halaman 1dari 18

Tugas Terstruktur Pertama

(Materi Report)

GESTALT, PSIKOANALITIS DAN KOGNITIF

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Yang Diwajibkan


Dalam Mengikuti Perkuliahan Psikologi Umum

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:


Desi Widyani (0304191006)
Khairatul Munawarah (0304191019)
Netti Pevvi Yanti (0304191023)
Latifah Hanum (0304203030)
Salsabila Ayudi Rizka (0304203007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan kemudahan sehingga pemulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Gestalt, Psikoanalitis dan Kognitif” ini tepat pada waktunya. Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Siti Marisa, MA., M.Psi. pada mata kuliah Psikologi
umum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai psikologi
umum bagi para pembaca dan juga penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Siti Marisa, MA., M.Psi. yang telah
memberikan pemahaman kepada penulis. Penulis juga berterimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan sebagian pengetahuannya untuk membantu penulisan makalah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharaapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini di lain waktu.

Medan, 27 Mei 2021

Kelompok 5
ABSTRAK

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami pengertian psikologi gestalt
serta tokoh –tokohnya, prinsip dasar, dan kelebihan kekurangan psikologi gestalt, selain itu
psikologi kognitif dan psikoanalitis . Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah
motode literatur, yaitu mencari referensi teori yang relevan dengan teori yang dibahas. Dengan
metode ini, penulis mendapat hasil bahwa dalam psikologi terdapat aliran di dalamnya seperti
gestalt, psikoanalitis dan kognitif.

Kata Kunci: Gestalt, Kognitif, Psikoanalitis


BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan sebagai salah ruang interaksi antar manusia mempunyai prinsip dan
landasannya tersendiri. Salah satu landasan yang penting dalam pendidikan tersebut adalah
landasan psikologi. Dalam memandang manusia, para psikolog banyak merumuskan teori
psikologi untuk memahami manusia dari perspektif psikologis.

Secara garis besar, dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar ada dua kelompok
aliran psikologi yang sering dibahas dalam psikologi belajar yaitu, aliran behavioristik dan aliran
kognitif. Pada umumnya jenis pendekatan kognitif ini menganggap bahwa perilaku merupakan
suatu proses input-output yaitu penerimaan dan pengolahan informasi, untuk kemudian
menghasilkan keluaran.

Salah satu aliran yang dikelompokkan dalam aliran psikologi belajar kognitif ini adalah
aliran teori gestalt. Sama halnya dengan teori yang lain teori ini juga berangkat dari pengamatan
salah satu tokohnya terhadap fenomena alam dan kemanusiaan kemudian mensinkronisasikan
dengan aktivitas dan perilaku manusia dalam proses belajar mengajar yang sering juga
diistilahkan dengan proses pendidikan. Pandangan umum dari teori gestalt ini adalah memahami
segala sesuatu secara utuh dan tidak parsial sehingga terkonstruk suatu makna atau pemahaman
yang bermakna.
BAB II
HASIL KAJIAN

2.1 Gestalt

2.1.1 Pengertian Psikologi Gestalt

Menurut Kamus Lengkap Psikologi buatan J.P. Chaplin, Gestalt adalah aliran atau posisi
sistematis dalam bidang psikologi, dengan dampak adanya penentuan bahwa pokok persoalan
yang sejati bagi psikologi ialah tingkah laku dan pengalaman sebagai kesatuan totalitas.

Psikologi gestalt berasal dari gerakan intelektual Jerman yang sangat dipengaruhi oleh
berbagai model akademi Wurzburg terdahulu dan pendekatan fenomenologis terhadap ilmu
pengetahuan. Psikologi gestalt lebih terfokus pada proses-proses persepsi, di mana pokok
pikirannya yang utama adalah ‘bahwa suatu keseluruhan adalah lebih besar daripada
penjumlahan bagian-bagiannya’.1

Dalam bahasa jerman, Gestalt disebut juga whole configuration atau keseluruhan,
kesatuan, pola atau bentuk yang utuh. Artinya, Gestalt adalah keseluruhan yang berarti dari suatu
bagian-bagian. Christian von Ehrenfels yakni seorang filsuf Austria yang menerbitkan esainya
berjudul “On Gestalt Qualities” pada tahun 1890 (Smith, 1988). Gestalt Theory yang
diluncurkan oleh Gestalt dianggap sebagai gerakan Gestalt untuk pertama kalinya yang lahir di
pada tahun 1912 di Jerman. Gerakan tersebut dipelopori oleh Max Wertheimer (1880-1943). ia
dibantu oleh dua temannya, yaitu Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka yang meneliti mengenai
pengamatan dan problem solving (Sulistiawati, 2019). Dari pengamatan yang dilakukan olehnya
ia menyesalkan dengan adanya penggunaan metode menghafal di sekolah dan menghendaki
supaya siswa belajar menggunakan pengertian atau pemahaman dan bukan hanya sekedar
hafalan.2

1
Afrilia Kartika, Psikologi Umum: Gestalt, Psikoanalisis Dan Behaviarisme, (2016), hlm. 25
2
Nurfarhanah, Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Gestalt Serta Implikasinya Dalam Proses Belajar Dan
Pembelajaran,( Universitas Negeri Padang, 2018), hlm. 38
2.1.2 Tokoh- Tokoh Gestalt

1. Max Wertheimer (1880-1943)

Max Wertheimer adalah tokoh lama dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt.
Konsep pentingnya: Phi fenomena, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan
yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan
manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi
obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik
tetapi proes mental sehingga diambil Jalan ia meningkat pendapat Wundt. Wertheimer salah
sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan Aldi
yang bernama stroboskop, yaitu Aldi yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat
melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat doa buah garis yang satu melintang.

2. Kurt Koffka (1886-1941)

Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Sumbangan Koffka kepada psikologi
adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam
rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai dengan psikologi
belajar dan psikologi sosial. TeoriKoffka tentang belajar itu pada anggapan bahwa belajar
dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka tentang belajar antara
lain:

a. Jejak ingatan, adalah suatu pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini
diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul
kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan
tadi.

b. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak digatan. Perjalananwaktu itu Tidak dapat
mengubah, melainkan menyebabkan perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung
diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.

c. Latihan yang terus terus menerus akan melacak jejak ingatan.


3. Wolfgang Kohler (1887-1967)

Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler pernah
melakukan penyelidikan terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya ditulis dalam buku
bertajuk The Mentalitas of Apes (1925). Eksperimennya adalah: seekor simpanse.dll dan di
dalam sangkar. Pisangdigantung di atas sangkar. Didalam sangkar terdapat beberapa kotak
berlainan jenis. Mula-mulahewan itu masuk-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi
tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanci itu berhenti seolah-
olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan
menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai
pisang itu. Menurut Kohler organisme organisme dihadapkan pada suatu masalah atau masalah,
maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah
tersebut terpecahkan. Karenaitu, menurut Gestalt singgah terdapat ketidakseimbangan kognitif,
hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya
Kohler sampai pada Jalan bahwa organisme – dalam hal ini simpanse – dalam menjadi
pemecahsebuah hadiah diperoleh dengan pengertian atau dengan wawasan.

4. Kurt Lewin (1890-1947)

Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam bidang psychology oleh Kurt Lewin. Lewin
lahir di Jerman. Mula-mula Lewin tertarik pada paham Gestalt, tetapi kemudian ia
mengkritik teori Gestalt karena keapa tidak adekuat. Lewin kurang setuju dengan
pendekatan Aristotelian yang mementingkan struktur dan isi gejala kejiwaan. Ialebih
cenderung kearah pendekatan yang Galilea, yaitu yang mementingkan fungsi kejiwaan. Konsep
utama Lewin adalah Ruang Hidup, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada dan
bergerak. Lapanganpsikologis Ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang Deret dan
menentukan perilaku individu (B=F L). Tugas utama psikologi adalah sayaramalkan perilaku
individu berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya pada
waktu tertentu. Ruang hidup terbagi atas bagian-bagian yang memiliki batas-batas. Batas ini
dapat diimplementasikan sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai nomor. Gerakan
individu mencapai tujuan (tujuan) disebut daya penggerak.
Di lapangan psikologis ini juga terjadi daya (pasukan) yang menarik dan mendorong
individu berakhir dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan
(ketidakseimbangan), maka terjadi angka (ketegangan). Salah suatu teori Lewin yang bersifat
praktis adalah teori tentang konflik. Akibat adanya vektor-vektor yang saling bertentangan
dan tarik menarik, maka seseorang dalam suatu lapangan psikologis tertentu dapat
mengalami konflik (pertentangan batin) yang jika tidak segera diselesaikan dapat
mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan. Berdasarkan kepada vektor yang saling
bertentangan itu. Lewin membagi konflik dalam 3 jenis:

a. Konflik Dekatkan (Pendekatan-Pendekatan Konflik) Konflik ini terjadi jika seseorang


menghadapi doa obyek yang sama-sama bernilai positif.

b. Konflik menjauh-menjauh (Penghindaran-Penghindaran Konflik) Konflik ini terjadi


jika seseorang mendatangi dua obyek yang sama-sama mempunyai nilai negatif tetapi ia
tidak bisa kedua obyek sekaligus.

c. Konflik mendekat-menjauh (Pendekatan-Penghindaran Konflik) Konflik ini terjadi


jika ada satu obyek yang mempunyai nilai positif dan nilai negatif sekaligus.3

2.1.3 Prinsip - Prinsip Dasar Gestalt

Interaksi antara individu dengan dunia luar atau dengan lingkungannya disebut sebagai
perceptual field. Tiap perceptual field mempunyai organisasi yang dipersepsikan oleh individu
sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini bukan skill yang dipelajari
melainkan fungsi bawaan dari manusia sendiri. Prinsip-prinsip dalam pengorganisasian (Dr.
Juliansyah Noor, 2019), meliputi:

1) Principle of Similarity: Disebut juga sebagai organisasi berdasarkan kesamaan elemen.


Stimulus yang sama dapat berupa persamaan warna, bentuk, kecerahan dan ukuran.
Dimana individu sendiri lebih cenderung dalam mempersepsikan stimulus yang sama
sebagai suatu kesatuan.

3
Richa Aulya, Jayanti, Putri Purwaningrum, Penerapan Teori Gestalt Dalam Materi Luas Dan Keliling Bangun
Datar Untuk SD/MI, (2021), Jurnal MartEdu, 4 (1), Hal. 17-18.
2) Principle of Proximity: Disebut juga sebagai organisasi berdasarkan kedekatan elemen.
Dalam bidang pengamatan unsur-unsur yang saling berdekatan (baik ruang maupun
waktu) akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.

3) Principle of Continuity: Disebut juga sebagai organisasi berdasarkan kesinambungan


pola. Menunjukkan bahwa secara alamiah kerja otak manusia melakukan suatu proses
untuk melengkapi informasi walaupun tidak lengkapnya stimulus yang didapat.

4) Principle of Objective Set: Organisasi yang berdasarkan dari mental set yang sudah ada
sebelumnya.

5) Principle of Figure and Ground: Prinsip ini menganggap bahwa dalam setiap bidang
pengamatan terbagi antara figure (bentuk) dan ground (latar belakang). Dalam prinsip
figure and ground menunjukkan bahwa manusia secara sengaja atau tidak, memilih dari
serangkaian stimulus antara figure dan ground.

6) Principle of Closure/ Principle of Good Form: Disebut juga sebagai organisasi


berdasarkan bentuk yang sempurna. Orang akan cenderung mengisi kekosongan dari
suatu pengamatan yang tidak lengkap dan agar mudah diingat orang cenderung akan
melihat obyek dengan tampilan yang sederhana.

7) Principle of Isomorphism: Disebut juga sebagai organisasi berdasarkan konteks. Bahwa


ada hubungan antara kesadaran dengan aktivitas otak.

2.1.4 Hukum-Hukum Belajar Gestalt

1. Hukum Pragnanz, menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian,yaitu berarah kepada


pragnaz itu, yaitu suatu keadaan yang seimbang, suatu gestalt yang baik.Gestalt yang
baik, keadaan yang seimbang ini mencakup sifat-sifat keturunan, sederhanaan, kestabilan,
simetri dan sebagainya.

2. Hukum-hukum tambahan, ahli psikologi mengadakan penelitian dalam bidang


penglihatan dan menemukan bahwa objek-objek penglihatan itu membentuk diri menjadi
gestalt-gestalt menurut prinsip-prinsip tertentu diantaranya: hukum keterdekatan, hukum
ketertutupan, hukum kesamaan. Jadi yang penting bukanlah mengulang–ulang hal yang
harus di pelajari tetapi mengertinya mendapatkan insight. Insight tergantung kepada
kesanggupan, pengalaman, taraf konfleksitas dari suatu situasi, latihan dan trial and error.

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Gestalt

2.1.5.1 Kelebihan Teori Gestalt

1) Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk


menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.

2) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan


pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan
memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3) Peserta didik dapat aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.
Guru berfungsi sebagai mediator, fasilitator dan teman yang membuat situasi menjadi
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dari peserta didik.

2.1.5.2 Kekurangan Teori Gestalt

1) Karena menurut Gestalt sesuatu yang dipelajari dimulai dari keseluruhan, maka
dikawatirkan akan menimbulkan kesulitan dalam proses belajar, sebab beban yang harus
ditanggung sangatlah banyak.

2) Pemecahan masalah sangat tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat situasi
dengan tepat maka masalah dapat dipecahkan.

2.1.6 Aplikasi Teori Belajar Gestalt Pada Pendidikan dan Pengajaran

1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas
makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat
penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan
pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya
memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta
didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya
menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam
memahami tujuannya.

4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk
kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat.
Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam
pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok
dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya4.

4
Abdurrahman, Teori Belajar Aliran Psikologi Gestalt Serta Implikasinya Dalam Proses Belajar Dan
Pembelajaran", (UINSU), hlm. 16-20
2.2 Psikoanalitis

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Sigmund Freud sendiri
dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23
September 1939.

Sigmund Freud Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund
Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada
mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga
“psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud
dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga
meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran
mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan
nama “psikologi analitis” (bahasa Inggris: analitycal psychology) dan “psikologi individual”
(bahasa Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-masing.Psikoanalisis memiliki tiga
penerapan:

1) Suatu metode penelitian dari pikiran.

2) Suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.

3) Suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.

Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang


sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak
berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya

Menurut Teori Kepribadian Carl Gustav Jung Teori psikologi analisis Jung disebutkan
bahwa kepribadian seseorang itu dibagi dalam tiga tingkat kesadaran yaitu kesadaran dan ego
(consciousness and ego), tak sadar pribadi dan kompleks (personal unconscious and complexes),
serta tak sadar kolektif dan arkhetipe (collective unconscious and arkhetipe.)

Dari ketiga kepribadian sesuai dengan tingkat kesadaran tersebut memiliki sikap serta
fungsi yang beroperasi dalam tingkat kesadaran yang memiliki kadar dominannya masing-
masing yang pada akhirnya dapat membentuk sebuah self yang merupakan pusat dari seluruh
kepribadian. Ego muncul pada awal kehidupan, bahkan ego sudah ada sebelum manusia
dilahirkan. Ego memiliki peranan penting dalam menentukan persepsi pikiran, perasaan dan
ingatan yang bisa masuk kesadaran. Tanpa adanya seleksi ego, manusia dapat menjadi kacau
karena terbanjiri oleh pengalaman yang semua bebas masuk kedalam kesadaran sang pribadi.
Dalam menyaring pengalaman, ego berusaha memelihara keutuhan dalam kepribadian dan
memberi orang perasaan kontinuitas dan identitas. Pengalaman yang tidak disetujui oleh ego
untuk muncul ke sadar tidak hilang, tetapi disimpan dalam personal unconscious sehingga tak
sadar pribadi berisi pengalaman yang ditekan, dilupakan dan yang gagal menimbulkan kesan
sadar. Bagian terbesar dari isi ketidaksadaran pribadi mudah dimunculkan di kesadaran, yakni
ingatan siap yang sewaktu-waktu dapat dimunculkan ke kesadaran sang pribadi. Isi dari
ketidaksadaran pribadi, seperti isi bahan prasadar pada konsep Freud, dapat menjadi sadar, dan
berlangsung banyak hubungan dua arah antara ketidaksadaran pribadi dan ego.

2.3 Kognitif

2.3.1 Pengertian Psikologi Kognitif

Psikologi Kognitif sering disamakan dengan makna umum psikologi. Psikologi berasal dari
bahasa yunani psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti kata. Makna Psikologi secara
beabas adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental/ jiwa. Psikologi kognitif
merupakan salah satu ilmu dalam psikologi. Istilah psikologi kognitif sendiri merupakan upaya
pemahaman berbagai bentuk instrument observasu empiric sistematis manusia yang selanjutnya
di konstruksikan menjadi serangkaian teori. Dalam psikologi kognitif membahas per-sepsi
terhadap informasi, pemahaman, alur pikiran dan proses pemecahan masa-lah (Robert 2008:2).

Di Amerika Serikat Kurt Lewin menyebarkan teori-teori Psikologi Gestalt yang telah
dikembangkannya menjadi teori lapangan. Teori Lapangan adalah teori yang membahas proses
psikologi yang terjadi dalam diri seseorang. Teori lapangan mempelajari unsur O (organisme)
dengan mencari hubungan antara B (behavior atau tingkah laku) dengan S (situasi) dan A
(antecedent atau peristiwa-peristiwa yang mendahului).

Dalam psikologi kognitif, kognisi dapat berarti berbagai hal seperti sikap, ide, harapan, dsb.
Psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indera diproses
dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk
tingkah laku. Reaksi terhadap rangsang tidak selalu berupa tingkah laku yang nyata (respons
yang overt) tapi juga bisa mengendap berupa ingatan atau diproses menjadi gejolak perasaan
(gelisah, kepuasan, kekecewaan, dsb.), atau sikap (suka, tidak suka dia).

Teori kognitif tidak mempelajari proses yang terjadi dalam alam bawah sadar dan
ketidaksadaran sehingga mudah membedakan dengan teori psikoanalisis. Psikologi kognitif agak
sulit dibedakan dengan behaviorisme dan strukturalisme terutama metodologinya. Behaviorisme
tidak menyetujui metode introspeksi, tapi untuk mendapatkan data, psikolog behavioris tetap
bertanya kepada orang percobaan (op) dan jawaban op dicatat sebagai data. Jawaban op
dinamakan respons verbal oleh behavioris dan dinamakan introspeksi oleh psikolog kognitif.
Introspeksi dalam psikologi kognitif terbatas pada apa yang dirasakan oleh op secara langsung
dan spontan sedangkan dalam strukturalisme mengandung pertanyaan yang harus dijawab secara
mendalam dan untuk menjawabnya op perlu memiliki pengalaman dan kemampuan tertentu.

2.3.2 Tokoh yang tergolong paling awal dalam mengemukakan teori-teori yang dapat
digolongkan dalam aliran psikologi kognitif

2.3.2.1 F. Heider (Teori P-O-X)

Heider mengemukakan teori yang berpangkal pada perasaan-perasaan yang ada pada
seseorang terhadap seseorang lain dan sesuatu hal yang lain (pihak ketiga) menyangkut orang
pertama dan orang kedua. Orang pertama yang mengalami perasaan itu diberinya lambang P
(Person atau Pribadi). Orang kedua yang berhubungan dengan P diberi lambang O (others atau
orang lain) sedangkan pihak ketiga yang bisa berupa orang benda, situasi dan sebagainya
dilambangkannya dengan X. Dengan demikian hubungan tiga pihak itu disebut hubungan P-O-
X.

Sejalan dengan prinsip-prinsip psikologi gestalt, hubungan P-O-X dapat bersifat saling
memiliki (hubungan tipe-U) (yang satu merupakan bagian dari yang lain, sangat erat) dan saling
tidak memiliki (hubungan tipe bukan-U). Tipe-tipe hubungan ini dipengaruhi oleh prinsip-
prinsip persepsi dari psikologi gestalt seperti kesamaan, kedekatan, kelangsungan, set dan
pengalaman masa lalu. Dengan prinsip-prinsip psikologi lapangan Kurt Lewin, hubungan P-O-X
bisa juga bersifat positif (hubungan L/like) (menyukai, memuja, menyetujui, dsb.) atau negatif
(hubungan DL/dislike) (mencela, tidak menyetujui tidak menyukai, dsb.)

Berdasarkan sifat-sifat hubungan tersebut dapat terjadi berbagai kombinasi hubungan P-


O-X yang akibatnya terhadap kognisi (kesadaran) P bisa tiga macam, yaitu:

1. Keadaan seimbang (balance) yang menimbulkan rasa puas, senang dan mendorong untuk
berbuat sesuatu untuk mempertahankan hubungan ini.
2. keadaan tidak seimbang (imbalance) yang menyebabkan timbulnya perasaan tidak
senang, tidak puas, penasaran, dsb. dan menyebabkan P terdorong untuk berbuat sesuatu
untuk mengubah sifat-sifat hubungan P-O-X sehingga mendekati keadaan yang
seimbang.
3. Tidak relevan (irrelevant) yang tidak berpengaruh apa-apa terhadap P, sehingga P tidak
terdorong untuk berbuat apa-apa.

2.3.2.2 Leon Festinger (Disonansi Kognitif)

Dalam teori Festinger, sektor-sektor dalam lapangan kesadaran dinamakan elemen-


elemen kognisi yang saling berhubungan satu sama lain dan jenis hubungan itu ada 3 macam: (1)
hubungan yang tidak relevan (2) hubungan disonan dan (3) hubungan konsonan. Jika hubungan
yang tidak relevan tidak menghasilkan reaksi apa-apa pada seseorang, perasaan disonan
menimbulkan perasaan tidak senang, janggal, penasaran, aneh, tidak puas, dsb. sehingga
mendorong orang yang bersangkutan untuk berbuat sesuatu untuk mencapai keadaan konsonan
(rasa puas, senang, bisa mengerti, dsb.) hubungan disonan disebabkan oleh elemen-elemen
kognisi yang saling menyangkal. 3 cara mengurangi disonansi:

1. Mengubah elemen tingkah laku


2. Mengubah elemen kognisi dari lingkungan
3. Mengubah elemen kognisi baru

2.3.3 Aspek-aspek Kegiatan Pembelajaran Aliran Kognitif


1. Belajar. Belajar merupakan usaha pemberian makna oleh peserta didik kepada
pengalamannva melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan
struktur kognitifnya. Belajar menurut aliran ini adalah perubahan persepsi dan
pemahaman, yang tidak selalu berbentuk perilaku yang dapat diamati dan dapat diukur.

2. Pembelajaran. Kegiatan pembelajaran menekankan pada proses daripada hasil.


Pemberian makna terhadap objeklmateri yang dipelajari atau pengalaman yang diperoleh
oleh individu/peserta didik melalui interaksi dengan jaringan sosial yang unik, yang
terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas.

3. Evaluasi. Evaluasi proses dan basil belajar peserta didik terjalin di dalam kesatuan
kegiatan pembelajaran. dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan
peserta didik, serta melalui tugas-tugas pckerjaan. Bentukbentuk evaluasi bisa berbentuk
tugas-tugas otentik atau berbagai penilaian alternatif selain rnenggunakan paper and
pencil test di akhir pembelajaran.

4. Peserta didik. Pembentukan pengetahuan hares dilakukan oleh peserta didik, maka is
hares aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna
tentang hal yang dipelajarinya.Siswa dipandang sudah inemiliki pengetahuan awal
sebelum rnempelajari sesuatu.

5. Pendidik/guru. Guru tidak mendominasi pembelajaran, tetapi membantu proses


pengkonstruksian pengetahuan peserta didik berjalan lancar. Guru tidak mentransfer
pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu pesertadidik membentuk
pengetahuannya sendiri. Peran kunci guru adalah pengendalian, yang meliputi : (1)
menumbuhkan kemandirian peserta didik dengan menyediakan kesempatan untuk
inengambil keputusan dan bertindak ; (2) menumbulikan kemampuan peserta didik
mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik ; dan (3) menyediakan sistcm dukungan yang memberikan
keinudahan belajar agar peserta didik mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah kami paparkan di makalah ini dapat disimpulkan, Gestalt
adalah aliran atau posisi sistematis dalam bidang psikologi, dengan dampak adanya penentuan
bahwa pokok persoalan yang sejati bagi psikologi ialah tingkah laku dan pengalaman sebagai
kesatuan totalitas. Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat
dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi,
psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika,
dan perkembangannya. Istilah psikologi kognitif sendiri merupakan upaya pemahaman berbagai
bentuk instrument observasu empiric sistematis manusia yang selanjutnya di konstruksikan
menjadi serangkaian teori.

3.2 Saran
Bagi para pembaca disarankan untuk mrmbaca materi dengan teliti dan focus agar
memahami materi yang dipaparkan dalam makalah ini dan disarankan tidak berpaku hanya
dengan makalah ini saja tetapi juga membaca sumber lain yang berhubungan dengan aliran
psikologi lainnya. Kritikan dan saran dapat diterima dengan tangan berbuka karena makalah ini
masih jauh dari kata sempurna
DAFTAR PUSTAKA
Kartika, Afrilia. 2016. Psikologi Umum: Gestalt, Psikoanalisis Dan Behaviarisme.

Abdurrahman. Teori Belajar Aliran Psikologi Gestalt Serta Implikasinya Dalam Proses Belajar
Dan Pembelajaran. UINSU.16-20.

Nurfarhanah. 2018. Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Gestalt Serta Implikasinya Dalam
Proses Belajar Dan Pembelajaran. Universitas Negeri Padang.

Aulya, Richa. Jayanti, Putri Purwaningrum. (2021). Penerapan Teori Gestalt Dalam Materi
Luas Dan Keliling Bangun Datar Untuk SD/MI. Jurnal MartEdu, 4 (1), 1-9.

Ekawati, Mona. 2019. Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Kognitif serta Implikasinya
dalam Proses Belajar dan Pembelajaran.

Elena Puspasari, Maria. 2014. Psikologi Kognitif dalam Proses Kreatif. Universitas Multimedia
Nusantara (UMN) Tangerang.
Syawal, Helaluddin Syahrul. 2018. Psikoanalisis Sigmund Freud dan Implikasinya dalam
Pendidikan. UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Anda mungkin juga menyukai