Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDADULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran identik dengan pendidikan. Proses pengajaran adalah proses
pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan adalah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pengajaran adalah suatu proses aktivitas mengajar belajar, di dalamnya terdapat
dua obyek yang saling terlibat yaitu guru dan peserta didik.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya
proses yang panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan memungkinkan
belajar menjadi lebih baik dan efisien.
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui
pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola,
ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap
teori strukturalisme. Teori Gestalt bereposisi terhadap teori strukturalisme. Teori
gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian
kecil.
Istilah Gestalt mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda
dari penjumlahan bagian-bagiannya.Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai
kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan
penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan
demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga
hilang.
Teori belajar gestalt merupakan teori belajar yang di kembangkan oleh
Max Wertheimer. Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai
pendiri dari Psikologi Gestalt, ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt
Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967).
Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan,
sedangkan bagian-bagian adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti
sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-
bagian yang lainnya, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-

1
bagiannya. Bila kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang
kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang
bagus, atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai
keseluruhan, sebagai Gestalt.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Teori Gestalt ?
2. Bagaimana Tokoh Teori Belajar Gestalt ?
3. Bagaimana Pokok Pikiran Teori Gestalt ?
4. Bagaimana Hukum-Hukum Belajar Gestalt ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahuai Pengertian Teori Gestalt
2. Mengetahuai Pengertian Teori Gestalt
3. Mengetahuai Pokok Pikiran Teori Gestalt
4. Mengetahuai Hukum-Hukum Belajar Gestalt

D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode
kepustakaan, yakni dengan mengumpulkan buku-buku yang menyangkut tentang
permasalahan yang dibahas sehingga selesailah makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Teori Gestalt
Istilah Gestalt sukar diterjemahkan kedalam bahasa lain. Dalam bahasa
Inggris berarti form, shape, configuration, whole dan dalam bahasa Indonesia
berarti bentuk, keseluruhan, esensi, totalitaas, hal, peristiwa dan hakikat. Aliran ini
pun merupakan protes terhadap pandangan elementaritis dan metode kerjanya
menganalisi unsur-unsur kejiwaan. Menurut aliran gestalt, yang utama bukanlah
elemen tetapi keseluruhan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis
kedalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu
keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih dari sekedar penjumlahan
unsur-unsurnya. Keseluruhan itu lebih dahulu ditanggapi dari bagian-bagiannya,
dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna dalam keseluruhan.
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari
suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi
Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling
dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan
filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat
secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti.
Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh
indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah
memberikan arti pada obyek itu. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka,
Max Wertheimer dan Wolfgang Khler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang
cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan
yang utuh.
Menurut koffka, gestalt adalah pertemuan gejala-gejala yang tiap-tiap
anggotanya hanya mempunyai sifat atau watak dalam hubungannya dengan
bagian-bagiannya, sehingga merupakan suatu kesatuan yang mengandung arti,
dan tiap-tiap bagian mendapat arti dari keseluruhan itu. Yang primer gestalt adalah
bukan bagian-bagian. Bagian-bagian itu sendiri tidak ada. Sebab gestalt tidak
terjadi dari jumlah bagian-bagian. Artinya di dalam gestalt, tidak mungkin bagian-
bagian itu berdiri sendiri.
Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga
tokoh penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka.

3
Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal
abad 20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi
ke Amerika. Sejak dahulu aliran-aliran itu sangat penting artinya untuk membina
semangat para ahli dalam kompetisi mendapatkan penemuan-penemuan baru dan
saling memberikan kritik dan koreksi terhadap aliran-aliran yang lainnya. Aliran-
aliran itu mengajukan teorinya masing-masing dan banyak diantaranya menjadi
dasar dari teori-teori psikologi modern masa kini. Beberapa aliran yang terkemuka
dengan teorinya Gestalt akan dikemukakan dibawah ini.

B. Tokoh Teori Belajar Gestalt


1. Max Wertheimer (1880 1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran
psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April
1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald
Kulpe.Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia
melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama
stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk
dapat melihat ke dalam kotak itu.
Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang
satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai
dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan
secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak
dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena
sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara
bergantian.

2. Kurt Koffka (1886-1941)


Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Sumbangan Koffka
kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari
prinsip - prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi,
belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial.
Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat
diterangkan dengan prinsip prinsip psikologi Gestalt.

4
Teori Koffka tentang belajar antara lain:
a. Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang
membekas di otak.Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara
sistematis mengikuti prinsip-prinsipGestalt dan akan muncul kembali
kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupadengan jejak-jejak
ingatan tadi.
b. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu
itu tidakdapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya
perubahan jejak, karena jejaktersebut cenderung diperhalus dan
disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
c. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.[4]

3. Wolfgang Kohler (1887-1967)


Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Menurut
Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem,
maka akan terjadi ketidak seimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung
sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila
terdapat ketidak seimbangan kognitif,hal ini akan mendorong organisme
menuju ke arah keseimbangan.
Eksperimennya adalah seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar.
Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak
berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan
pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa
hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk
mendapatkan pisang itu.
Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusunkotak-kotak
yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk
mencapai pisang itu. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan
bahwa organime (dalam hal ini simpanse) dalam memperoleh pemecahan
masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.

C. Pokok Pikiran Teori Gestalt


1. Prinsip Dasar Gestalt
a. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual
field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung
dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu

5
kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill
yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang
dibentuk.[5]
b. Prinsip-prinsip pengorganisasian :
Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan
(baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan
dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
Principle of Similarity : individu akan cenderung mempersepsikan
stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu
bisa berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.
Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang
sudah terbentuk sebelumnya.
Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia
secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau
melanjutkan informasi meskipun stimulus yang didapat tidak
lengkap.
Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang
cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau
pengamatan yang tidak lengkap. Orang akan cenderung melihat
suatu obyek dengan bentukan yang sempurna dan sederhana agar
mudah diingat.
Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap
bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan
ground (latar belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia
secara sengaja ataupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus,
mana yang dianggapnya sebagai figure dan mana yang dianggap
sebagai ground.
Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara
aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya
hubungan structural antara daerah-daerah otak yang terktivasi
dengan isi alam sadarnya.

D. Hukum-Hukum Belajar Gestalt


Asumsi bahwa hukum hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada
proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami
proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses

6
pengamatan itu.Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang
terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia . Pemahaman dan
persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat
esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan
(field) atau lazim disebut cognitive field theory.[6]
Pendirian aliran ini adalah keseluruhan lebih dan lain dari pada bagian-
bagian, keseluruhan itu timbul lebih dulu dari pada bagian-bagian.Dalam belajar
yang penting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan response yang
tepat, hal ini sangat tergantung pada pengamatan.
Dengan kata lain pemecahan problem sangat tergantung kepada
pengamatan, apabila dapat melihat situasi itu dengan tepat maka problem
pencerahan dan dapat memecahkan problem itu.
Jadi inti pelajaran menurut aliran ini adalah mendapatkan insight artinya:
dimengertinya persoalan, dimengertinya hubungan tertentu, antara berbagai unsur
dalam situasi tertentu, hingga hubungan tersebut jelas dan akhirnya didapatkan
kemampuan memecahkan problem, bukan mengulang-ulang bahan yang
dipelajari.
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu
hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada
hukum yang pokok itu, yaitu hukumhukum keterdekatan, ketertutupan,
kesamaan, dan kontinuitas. Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap
hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk
menuju keadaan pragnaz tersebut.
Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :
1. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung
dianggap sebagai suatu totalitas.
2. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
3. Hukum kesamaan.
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu
kelompok atau suatu totalitas.
4. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek
yang ada.

7
E. Aplikasi Teori Belajar Gestalt
1. Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami
proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses
belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu
problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang
penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-
unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan
unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam
proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan
makin efektif sesuatu yang dipelajari.
c. Perilaku bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada
tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons,
tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan
yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari
tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik
dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu,
materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi
dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam
situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan
Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian
obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang
tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok
yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-
ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu

8
persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan
dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.

2. Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses
pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman
insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu
melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting
dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis.
Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
a. Kesanggupan : Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi
individu.
b. Pengalaman : Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu
pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi :Semakin kompleks masalah akan
semakin sulit diatasi.
d. Latihan : Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight
dalam situasi yang bersamaan
e. Trial and Error: Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu
masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga
akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.

3. Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan
berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan
prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good
Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial,
fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip
seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu
informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan
dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi
fakta atau belum diketahui faktanya

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori belajar psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang
mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Sedangkan
data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai Fenomena (gejala). Dimana
fenomena adalah data-data yang mendasar dan hal ini sependapat dengan filsafat
fenomologi yang mengartikan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara
netral.
Dalam teori belajar gestalt terdapat prinsip interaksi individu dengan
lingkungan serta prinsip pengorganisasian. Selain itu, dalam aplikasi prinsip teori
belajar psikologi gestel meliputi pada belajar, insight, dan memory. Teori belajar
psikologi gestalt mempelajari suatu fenomena secara totatalitas dan merumuskan
beberapa hukum diantaranya adalah hukum keterdekatan, hukum ketertutupan,
hukum kesamaan, dan hukum kontiunitas, yang kesemua hukum itu tunduk pada
hukum Pragnaz. Dengan demikian teori belajar psikologi gestalt dapat diterapkan
dalam proses belajar sehingga lebih dapat memahami suatu gejala atau fenomena
secara keseluruhan.

B. Saran
Makalah ini tentu jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diperlukan sebagai bahan perbaikkan

10
kedepannya. Semoga dengan adanya makalah tentang Teori Belajar Gestalt ini
mampu menambah khazanah keilmuan kita terkait dengan proses pelaksanaan
pengajaran yang bermutu dengan kata lain memiliki nilai presensi berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Fauzi. 2008. Pisikologi Umum. Bandung : Penerbit Pustaka Setia


Naisaban, Ladidlaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup,
Pokok Pikiran Dan Karya. Jakarta: Grasindo
Suryabrata, Sumardi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada,
Sujanto, Agus. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksar.
Syaodih, Nana. 2008. Landasan psikologi pendidiksan. Bandung: Remaja
Rosdakatya,.

11

Anda mungkin juga menyukai