Anda di halaman 1dari 22

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PROSES PERKEMBANGAN INDIVIDU

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu : Reiska Primanisa, M.Pd

Disusun Oleh : KELOMPOK 1

Erika Siyami Ninda Pertiwi (2311080041)


Mega Delia (2311080180)
Nessa Emalia Putri (2311080089)
Raina Khoirunnisa (2311080103)
Sepia Mahdalena (2311080215)
Septa Ringga Pratama (2311080216)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1445 H / 2023 M
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... i


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN
A. Proses Perkembangan Berbagai Aliran Psikologi ............................................................... 2
B. Prinsip-Prinsip Berjalannya Proses Perkembangan ......................................................... 11
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan ........................................................ 12
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 20

i
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan individu berlangsung sepanjang hayat, dimulai pada masa
pertemuan sel ayah dengan ibu dan berakhir pada saat kematiannya. Perkembangan
individu (perserta didik) bersifat dinamis, perubahannya kadang-kadang lambat tetapi
bisa juga cepat, hanya berkenaan dengan salah satu aspek atau beberapa anak
berkembang serempak. Perkembangan tiap individu juga tidak selalu sama, seorang
berbeda dengan yang lainnya. Meskipun demikian, para ahli terus berusaha
mengadakan penelitian tentang kecenderungan-kecenderungan perkembangan.

Ada empat tahap besar perkembangan individu, yaitu masa bayi dan kanak-
kanak, masa anak, masa remaja, masa dewasa yang terbagi lagi atas dewasa muda,
dewasa, dan usia lanjut. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku individu, baik
bersumber dari dalam dirinya (faktor internal) ataupun berasal dari luar dirinya (faktor
eksternal). Faktor internal diperoleh dari hasil keturunan dan faktor eksternal
merupakan segala hal yang diterima individu dari lingkungannya. 1
Pendapat atau
konsepsi tentang perkembangan dibagi menjadi tiga aliran, yaitu aliras asosiasi, aliran
Gestalt, dan aliran sosiologisme.2

B. Rumusan masalah

1. Apa saja Proses perkembangan berbagai Aliran psikologi?


2. Apa saja Prinsip-prinsip berjalannya proses perkembangan?
3. Apa saja Faktor yang mempengaruhi perkembangan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Proses perkembangan berbagai Aliran Psikologi.


2. Mengetahui Prinsip-prinsip berjalannya proses perkembangan.
3. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi perkembangan

1
Sumadi Suryabrata, 2004, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006),

1
PEMBAHASAN

A. Proses Perkembangan Berbagai Aliran Psikologi


1. Psikologi Gestalt

Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari


suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi
Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling
dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan
filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat
secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti.
Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh
indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah
memberikan arti pada obyek itu.

Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer dan
Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung
mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang
utuh.Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal
abad 20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi
ke Amerika. Sejak dahulu aliran-aliran itu sangat penting artinya untuk membina
semangat para ahli dalam kompetisi mendapatkan penemuan-penemuan baru dan
saling memberikan kritik dan koreksi terhadap aliran-aliran yang lainnya. Aliran-
aliran itu mengajukan teorinya masing-masing dan banyak diantaranya menjadi
dasar dari teori-teori psikologi modern masa kini. Beberapa aliran yang terkemuka
dengan teorinya Gestalt akan dikemukakan dibawah ini.

a. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Gestalt


1) Max Wertheimer (1880 – 1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran
psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880.

2
Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. 3 Wertheimer
dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen
dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk
kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu
2) Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Sumbangan Koffka kepada
psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip
Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat,
sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial.

Menurut Koffka, gestalt adalah pertemuan gejala-gejala yang tiap-tiap


anggotanya hanya mempunyai sifat atau watak hubungannya dengan bagian-
bagiannya, sehingga merupakan suatu kesatuan yang mengandung arti, dan
tiap-tiap bagian mendapat arti dari keseluruhan itu. Yang primer gestalt adalah
bukan bagian-bagian. Bagian-bagian itu sendiri tidak ada. Sebab gestalt tidak
terjadi dari jumlah bagian-bagian. Artinya didalam gestalt, tidak mungkin
bagian-bagian itu berdiri sendiri.4

Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar


dapat diterangkan dengan prinsip prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka
tentang belajar antara lain:

➢ Jejak ingatan (memory itraces), adalah suatu pengalaman yang membekas di


otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti
prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan
sesuatu yang serupadengan jejak-jejak ingatan tadi.
➢ Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu
tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan
jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk
mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.

3
Ladidlaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan
Karya (Jakarta: Grasindo 2004) , hal 397
4
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal 171

3
➢ Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.5
3) Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari i1887. Menurut
Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka
akan terjadi ketidak seimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai
masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat
ketidak seimbangan kognitif,hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah
keseimbangan.
Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organisme
(dalam hal ini simpanse) dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh
dengan pengertian atau dengan insight.
a. Pokok Pikiran Teori Gestalt
1) Prinsip Dasar Gestalt
a) Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field.
Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung
dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu
kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill
yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang
dibentuk.6
b) Prinsip-prinsip pengorganisasian
o Principle of Proximity bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik
waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang
sebagai satu bentuk tertentu.
o Principle of Similarity individu akan cenderung mempersepsikan
stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu
bisa berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.

5
George Boeree, Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern, (Jogjakarta :
Prismasophie, 2005), hal. 422
6
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal.
279

4
o Principle of Objective Set Organisasi berdasarkan mental set yang
sudah terbentuk sebelumnya.
o Principle of Continuity Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara
alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan
informasi meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
o Principle of Closure/ Principle of Good Form Bahwa orang cenderung
akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang
tidak lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan
bentukan yang sempurna dan sederhana agar mudah diingat.
o Principle of Figure and Ground Yaitu menganggap bahwa setiap
bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground
(latar belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara
sengaja ataupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang
dianggapnya sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai ground.
o Principle of Isomorphism Menunjukkan adanya hubungan antara
aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya fhubungan
structural antara daerah-daerah otak yang terktivasi dengan isi alam
sadarnya.
b. Hukum-Hukum Belajar Gestalt
Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim
disebut cognitive field theory.7 Inti pelajaran menurut aliran ini adalah
mendapatkan “insight” artinya: dimengertinya persoalan, dimengertinya
hubungan tertentu, antara berbagai unsur dalam situasi tertentu, hingga
hubungan tersebut jelas dan akhirnya didapatkan kemampuan memecahkan
problem, bukan mengulang-ulang bahan yang dipelajari.

Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok, yaitu
hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada
hukum yang pokok itu, yaitu hukum-hukum keterdekatan, ketertutupan,
kesamaan, dan kontinuitas. Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap

7
Nana Syaodih, Landasan psikologi pendidikan, (Bandung : Remajka Rosdakatya, 2008), hal. 170

5
hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk
menuju keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada
hukum pokok, yaitu:

1) Hukum keterdekatan : Hal-hal yang saling berdekata dalami waktu atau tempat
cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
2) Hukum ketertutupan : Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk
kesan totalitas tersendiri.
3) Hukum kesamaan : Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita
persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.
4) Hukum kontinuitas : Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas
pada obyek-obyek yang ada.
2. Psikologi Asosiasi
Psikologi asosiasi dimunculkan oleh John Locke pada abad ke 17. Pada saat
itu psikologi asosiasi menjadi salah satu aliran psikologi yang dipengaruhi secar
tidak langsung oleh ilmu pengetahuan alam, khususnya fisika. Metode yang
digunakan oleh aliran ini dalam studinya tentang jiwa adalah metode analisis-
sintetis.
Menurut aliran ini, jiwa itu terdiri atas unsur-unsur atau kumpulan unsur-
unsur atau tanggapan-tanggapan yang berproses menurut hukum-hukum yang
pasti. Unsur-unsur jiwa itu seperti tangapan-tanggapan, ingatan dan pengindraan.8
Asosiasi ialah hubungan antara tanggapan yang satu dengan tanggapan yang
lain dan saling mereproduksi. Artinya, apabila yang satu disadari, maka yang lain
ikut disadari pula.9 Sedang reproduksi atau mereproduksi itu sendiri mempunyai
pengertian kemampuan jiwa untuk mengeluarkan kembali tanggapan dalam
kesadaran,10 yang berarti muncul dari tanggapan dari keadaan dibawah kesadaran
ke dalam keadaan disadari/sadar.11

8
Baharudin,Psikologi pendidikan.(Jogjakarta ; Ar-Ruzz Media,2009) hal.50-51
9
Abu Ahmadi, WidodoSupriono,PsikologiBelajar,( Jakarta: PT RinekaCipta, 1991)hal. 23
10
KartiniKartono,PsikologiUmum,(Bandung: MandarMaju, 1996)hal. 59-30
11
Abu Ahmadi,PsikologiUmum,(Jakarta: PT RinekaCipta, 2003)hal. 68

6
Dari penjelasan pengertian diatas, maka berlaku hukum asosiasi yang
berbunyi: “tanggapan-tanggapan yang terasosiasi satu sama lain itu cenderung
untuk saling mereproduksi”.12 Walaupun dalam asosiasi ada semacam kebebasan,
namun pada dasarnya mengikuti hukum-hukum tertentu. Maka psikologi
kuno/lama (Berbart dan Aristoteles), menyusun lima hukum asosiasi, sebagai
berikut:

Bersifat mekanis:
• Hukum I : Hukum persamaan waktu : tanggapan-tanggapan yang muncul pada
saat yang sama dalam kesadaran, akan terasosiasi bersama. Misalnya: benda
dengan namanya, kampus dengan jalannya, barang dengan bahayanya, dan
lain-lain.
• Hukum II : Hukum perurutan : benda atau peristiwa yang mempunyai
perurutan, akan terasosiasi bersama. Misalnya: huruf-huruf alfabet, melodi,
sajak, dan lain-lain.

Bersifat logis:

• Hukum III : Hukum persamaan (persesuaian) : tanggapan-tanggapan yang


hampir sama, akan terasosiasi bersama. Misalnya: potret dengan orangnya,
Surabaya dengan Jakarta, lautan dengan lautan pasir, dan lain-lain.
• Hukum IV : Hukum kebalikan (lawan) : tanggapan-tanggapan yang berlawanan
akan terasosiasi bersama. Misalnya: kaya-miskin, tua-muda, besar-
kecil,gemuk-kurus, dan lain-lain.
• Hukum V : Hukum sebab akibat atau pertalian logis: tanggapan-tanggapan
yang mempunyai perkaitan logis satu sama lain, akan terasosiasi bersama.
Misalnya: liburan dengan pesiar, musim barat dengan hjan, musim pancaroba
dengan penyakit, dan lain-lain.13

12
Kartini kartono, Op.Cit,hal. 60
13
Dr. Kartini Kartono, PSIKOLOGI umum, CV. Mandar Maju, Bandung 1996 ….hlm 60.

7
Tokohnya Psikologi Asosiasi ialah, John Locke (abad 17), kemudian aliran
ini diikuti oleh David Hume, Hertley John Stuart Mill, dan Herbert Spencer.

1. Pendirian Psikologi Asosiasi


1) Dalil pokok: Jika beberapa elemen (unsur) bersama-sama atau berturut-turut
masuk ke dalam kesadaran, dengan sendirinya terjadi hubungan antar unsur-
unsur itu. Hubungan ini disebut Asosiasi.
Ciri-ciri daripada Asosiasi itu adalah:
a) Tiap gejala jiwa tidak lain adalah kumpulan unsur-unsur elemen.
b) Kekuatan asosiasi tergantung pada banyak kalinya unsur-unsur itu masuk
bersama-sama ke dalam kesadaran.
c) Asosiasi hanya sifat luar saja, asosiasi tidak dapat mengubah sifat masing-
masing elemen.
2) Metode kerja Psikologi Asosiasi: Ilmu jiwa Asosiasi mengikuti cara kerja
ilmu gaya (mekanika), dan darinya dipakai analitis-sintesis dalam kalangan
ilmu jiwa.

Analitis: Orang berusaha mengadakan analisis untuk mengembalikan semua


gejala jiwa kepada unsur yang paling sederhana, yakni tanggapan segala sesuatu
yang terjadi dalam kesadaran berasal dari elemen-elemen tersebut. Bahkan semua
gejala jiwa yang lebih tinggi (misalnya memikir, merasa, menghendaki) dapat
dikembalikan kepada tanggapan.

Sintesis: Orang berusaha mengadakan sintesis, menyusun gejala-gejala jiwa


yang lebih pelik dari unsur-unsur pangkal yakni tanggapan.14

Tanggapan-tanggapan, ingatan-ingatan, dan pengindraan, merupakan unsur-


unsur jiwa yang diutamakan oleh aliran ini. Dengan metode alistis-sintesis, aliran
ini meenganalisis jiwa. Dengan analitis dia berusaha menguraikan gejala-gejala
kejiwaan pada unsur-unsur pokok berupa tanggapan-tanggapan. Dengan sintesis,

14
Drs.H.Abu Ahmadi, PSIKOLOGI umum, PT Rineka Cipta, 2009….hlm 47

8
mereka menata tanggapan-tanggapan tersebut secara asosiatif menjadi gejala-
gejala psikologi yang bersenyawa.

3. Sosiologi
Menurut George Ritzer, soiologi adalah ilmu pengetahuan berparadigama
ganda. Paradigma adalah pokok persoalan yang menjadi obyek studi dari sosiologi.
Bagi George Ritzer, di dalam sosiologi ada tiga paradigma atau pokok persoalan
yang menjadi obyek studi sosiologi yakni paradigma fakta sosial, paradigma
definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial. Paradigma fakta sosial
berargumentasi bahwa obyek studi sosiogi yang sebenarnya adalah fakta-fakta
sosial yang terdiri dari struktural sosial dan pranata sosial. Sedangkan menurut
paradigma definisi sosial, obyek studi sosiologi adalah tindakan sosial yang penuh
arti atau makna. Akhirnya paradigma perilaku sosial berpendapat bahwa obyek
studi yang sesungguhnya dari sosiologi adalah perilaku manusia yang nampak dan
kemungkinan perulangannya.15
Sosiolog De Saint Simon, bapak perintis sosiologi (1760-1825) menjelaskan
bahwa sosiologi itu mempelajari masyarakat dalam aksi-aksinya, dalam usaha
koleksinya, baik spiritual maupun material yang mengatasi aksi-aksi para peserta
individu dan saling tembus menembus.16
a. Bapak sosiologi adalah Auguste Comte (1789-1853). Kata sosiologi mula-mula
digunakan oleh Auguste Comte, dalam tuliasannya yang berjudul Cours de
Philosopie Positive (Positive Philosophy) tahun 1842. Sosiologi berasal dari
bahasa latin yang dari dua kata; Socius dan Logos. Secara harfiah atau
etimologis kata socius berarti teman, kawan, sahabat, sedangkan logos berarti
ilmu pangetahuan. Jadi sosiologi berarti ilmu pengetahuan tentang bagaimana
berteman, berkawan, bersahabat atau suatu ilmu yang membicarakan tentang
bagaimana bergaul dengan masyarakat, dengan kata lain sosiologi mempelajari
tentang masyarakat, atau ilmu pengetahuan tentang hidup masyarakat. Secara
operasional Auguste Comte menjelaskan bahwa sosiologi merupakan ilmu

15
RAHO, Bernard (2016) Sosiologi. Penerbit Ledalero,
16
Georges Gurvitch. Traite de Sociologie 1962, Jilid I hal. 32

9
pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan pula hasil terakhir
perkembangan ilmu pengetahuan, didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang
telah dicapai oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, dibentuk berdasarkan
observasi dan tidak pada spekulasi-spekulasi perihal keadaan masyarakat serta
hasilnya harus disusun secara sistematis.
b. Emile Durkheim (1858-1917) pernah menamakan sosiologi adalah ilmu
tentang lembaga-lembaga sosial, yakni pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan
yang sudah “tertera” yang sedikit banyak menundukkan para warga
masyarakat.
c. Pitirim Sorokin (terjemahan bebas dari Sorokin, Contemporary Sociological
Theories, 1928: 760-761) menjelaskan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-
gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan
moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan lain
sebagainya.
d. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff dalam bukunya yang berjudul
“Sociology” Edisi Keempat, halaman 39 dijelaskan bahwa sosiologi adalah
penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya berupa
organisasai sosial.
e. J.A.A. Van Doorn dan C.J. Lammers, dalam bukunya yang berjudul “Modern
Sociology, Systematic en Analyse, (1964: 24) dijelaskam bahwa sosiologi ilmu
pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang
bersifat stabil. (Soerjono Soekanto, 1986:15-16).
f. Pengertian sosiologi dari ilmuwan sosial lain, menjelaskan bahwa sosiologi
adalah:
1) Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat.
2) Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat
sebagai keseluruhan yakni antar hubungan diantara manusia dengan
manusia, manusia dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
3) Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat
sebagai keseluruhan yakni antara hubungan diantara manusia dengan

10
manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok baik
formal maupun material.
4) Sosiologi adalah suatu ilmu prengetahuan yang mempelajari masyarakat
sebagai keseluruhan, yakini antar-hubungan diantra manusia dengan
manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik
formal maupun material, baik statis maupun dinamis (Mayor Polak, 1979:
4-8)

Pengertian sosiologi yang lain, disampaikan juga oleh: g. Alvin Bertrand, ia


mengatakan bahwa sosiologi adalah studi tentang hubungan antar manusia (human
relationship). h. P. J. Bouwman, juga memberikan sumbangan pemikiran tentang
pengertian sosiologi adalah ilmu masyarakat secara umum. Sedangkan menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan
sosial. Pengertian ini hampir sama dengan pengertian sosiologi yang disampaikan
oleh Soerjono Soekanto bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur
sosial dan proses-proses sosial termasuk di dalamnya perubahan-perubahan sosial.

B. Prinsip-Prinsip Berjalannya Proses Perkembangan


Perkembangan individu berlangsung sepanjang hayat, dimulai sejak masa
pertemuan sel ayah dengan ibu dan berakhir pada saat kematiannya. Seperti telah
disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa perkembangan individu manusia itu
dinamis, perubahannya kadang-kadang lambat tetapi bisa juga cepat, hanya
berkenaan dengan salah satu aspek atau beberapa aspek berkembang serempak.17

Dari beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa prinsip


perkembangan,Antara lain adalah berikut ini.18

1. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi seluruh aspek.


Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan spek-spek tertentu tetapi semua

17
Elfi Yuliana Rochmah, Psikologi Perkembangan (Sepanjang Rentang Hidup), (Ponorogo:
Stain Po Press, 2014),
18
Ibid,.

11
aspek. Perkembangan aspek-aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas,
sedang aspek yang lainnya tersembunyi.
2. Setiap individu memiliki kecepatan dan kualitas perkembangan yang berbeda.
Seseorang mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang
sangat tinggi dan perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedangkan
kemampuan lainnya kurang dan perkembangannya lambat, walaupun individu
pada umumnya berada pada situasi sedang berkembang. Pada aspek lain,
kualitas dan kecepatan perkembangannya lain pula.
3. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu.
Perkembangan suatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya.
4. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara
normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit, tetapi dalam situasi-
situsi tertentu dapat juga terjadi lompatan-lompatan atau bahkan kemacetan.
5. Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke
arah yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi.
Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang
bersifat umum.
6. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena
faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati dengan cepat atau sangat lambat.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


1. Empirisme
Empirisme merupakan pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan
manusia hanya bisa diperoleh dengan observasi dan pengalaman.19 Empirisme
bersumber dari pemikiran Aristoteles yang kemudian dikembangkan oleh Bacon,
Hobbes, Locke, Hume, dan lain-lain. Menurut Robinson, empirisme mengandung
beberapa pengertian. Pertama, pengalaman indrawi merupakan sumber utama dari
semua pengetahuan, tapi bukan berarti pengalaman indrawi sebagai satu-satunya
sumber; kedua, pengetahuan hanya diperoleh apabila didukung dan bukti-bukti
indrawi sudah terkumpul; dan ketiga, dalam merumuskan suatu preposisi, semua

19
Robinson.D,N.(1996). All Intelectual History of Psychology.London. Hergenhahn,B.R.(2009).

12
proses intelektual harus fokus pada pengalaman indrawi. Jadi, pengalaman di sini
dibatasi pada pengalaman indrawi, sedangkan pengalaman intern seperti emosi
ataupun proses berpikir tidak termasuk dalam pengertian ini Kontribusi empirisme
terhadap psikologi,.
a. Francis Bacon (1561-1626)
Bacon dilahirkan pada tanggal 22 Januari 1561 di London Inggris. la
sebenarnya seorang Jaksa Agung, namun lebih dikenal sebagai filsuf.
Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Aristoteles dan dikenal sebagai Bapak
Empirisme. Disebut sebagai Bapak Empirisme, karena ia yang mempopulerkan
metode ilmiah yang lebih menekankan pada pembangunan teori melalui
eksperimen dan pengamatan terhadap data- data empiris, bukan melalui logika.
menyebutkan bahwa kontribusi Bacon terhadap sains agak kontroversial. Di
satu sisi, ia diakui sebagai tokoh empirisme dan metode ilmiah, serta
mendorong masyarakat untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan
dan memanfaatkannya untuk kepentingan manusia, namun di lain sisi, ia
dianggap bukan seorang ilmuwan, kurang menghargai ilmu matematika, dan
menolak gagasan Copernicus ataupun Galileo.20
b. John Locke (1632-1704)
Locke lahir pada tanggal 29 Agustus 1632 di Wrington Inggris. la
mendapat beasiswa untuk kuliah ilmu kedokteran di Oxford University. Di
sinilah, Locke berkenalan dengan pikiran-pikiran Descartes, mempelajari
karya-karya Descartes, dan kemudian mengkritiknya. Walaupun Hobbes
merupakan orang Inggris pertama yang menyampaikan gagasan mengenai
empirisme, namun Locke dianggap orang yang paling berpengaruh kepada
penganut empirisme berikutnya.21 Karya Locke yang berhubungan dengan
psikologi antara lain Essay Concerning Human Understanding yang
dipublikasikan pada tahun 1689.
c. Thomas Hobbes (1588-1679 M)

20
Viney, W. & King, D.B.(2003). History Of Psychology: Ideas and Context.
21
Magee,B.(2008).The Story Of Psychology.Yogyakarta

13
Selain Bacon dan Locke, tokoh empirisme lainnya adalah Thomas
Hobbes (1588-1679) dan David Hume (1711-1776). Hobbes merupakan
penerus Bacon, dan sering kali disebut sebagai Bapak Empirisme Inggris. La
Lahir di Malmesbury, Wiltshire, Inggris pada tanggal 5 April 1588. Hobbes
terkenal sebagai tokoh materialism modern.22 Bagi Hobbes, materi merupakan
dasar dari segala-galanya atau yang ada itu hanyalah materi. Hobbes
sebenarnya menolak metode induktif Bacon, dan lebih tertarik dengan metode
deduktifnya Descartes, namun demikian Hobbes sepakat dengan Bacon bahwa
pengalaman indrawi merupakan sesuatu yang penting.23
Hobbes dikenal sebagai Bapak Empirisme Inggris, dan tokoh materialis
modern. Hobbes memiliki keyakinan bahwa manusia, seperti halnya alam
semesta, dikendalikan oleh kekuatan eksternal dan bisa dijelaskan dengan
menggunakan hukum-hukum mekanis. Manusia dianggapnya sebagai makhluk
yang tidak berdaya dan tidak memiliki kebebasan untuk berkehendak. Baginya,
manusia memiliki karakteristik agresif, egois, dan serakah.
2. Rasionalisme
Pada abad ke-16-an, selain empirisme, juga berkembang rasionalisme. Secara
umum, rasionalisme merupakan kebalikan dari empirisme. Robinson menjelaskan
bahwa rasionalisme adalah pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan
manusia hanya bisa diperoleh melalui pikiran atau rasio. Jika empirisme meyakini
bahwa pengalaman indrawi sebagai sumber pengetahuan yang dapat dipercaya,
rasionalisme justru menentangnya dan menganggap bahwa satu-satunya sumber
pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio.24 Viney dan King menyebutkan
beberapa perbedaan anara rasionalisme dan empirisme. Pertama, rasionalisme
menekankan pada pengetahuan apriori, sedangkan empirisme menekankan pada
pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman, kedua, rasionalisme mempunyai
pandangan bahwa pikiran (mind) manusia bersifat aktif, sedangkan empirisme

22
Ibid.20
23
Hergenhahn,B.r(2009)The Intruduction to History Of Psychology
24
Ibid.18

14
menganggapnya sebagai sesuatu yang pasif; dan ketiga, rasionalisme menekankan
pada proses deduktif, sedangkan empirisme pada proses induktif.25
a. René Descartes (1596-1650)
Descartes adalah seorang ahli filsuf, ilmuwan, dan juga ahli psikologi yang
dilahirkan di La Haye Francis pada tanggal 31 Maret 1596. la dianggap sebagai
pendiri filsafa modern, dan membangun filsafat yang benar benar baru, tanpa
mempertimbangkan pikiran pikiran filsuf sebelumnya (Masrur, 2007). la
berasal dari keluarga yang berkecukupan secara ekonomi. Ibunya meninggal
sejak Descartes masih kecil. la pernah belajar ilmu matematika dan humaniora
di Jesuit mendapatkan gelar dalam ilmu hukum di University of Poitiers .26
b. Baruch Spinoza (1632-1677)
Spinoza adalah filsuf keturuan Yahudi yang dilahirkan di Kota Amsterdam
Belanda pada tanggal 24 November 1632. la merupakan orang Yahudi pertama
sebelum bangunan pengetahuan ilmiah adalah dengan Karl Mark yang terkenal
sebagai filsuf Barat Spinoza merupakan seorang rasionalis yang awalnya
terkesan dengan pikiran-pikiran Descartes. Seperti halnya Dercartes, Spinoza
memiliki pandangan bahwa "cara yang benar untuk mendirikan berangkat dari
premis-premis yang tak dapat diragukan, dan baru kemudian menyimpulkan
pelbagai konsekuensinya dengan menggunakan penalaran logika".
c. Le Gottfried Wilhelm von Leibniz (1646-1716)
Leibniz dilahirkan di Leipzig, Jerman pada tanggal 1 Juli 1646. Leibniz
adalah seorang rasionalis yang karya pertamanya berisi ketidaksetujuannya
terhadap empirisme Locke mengenai tabula rasa. Menurut Leibniz , tidak ada
dalam pikiran kita yang tidak berasal dari pengindraan, kecuali pikiran itu
sendiri. Kebalikannya dari Locke yang menyatakan bahwa semua ide berasal
dari pengalaman, Leibniz justru mengatakan tidak ada satu ide pun yang berasal
dari pengalaman. Pikiran Leibniz yang disebut-sebut berpengaruh terhadap
Freud adalah mengenai ketidaksadaran. Dengan monadologinya,27 Leibniz

25
Ibid.19
26
Ibid.22
27
Ibid.22

15
menyatakan bahwa kejadian mental itu terjadi karena aktivitas monad
(semacam persepsi) dan kejadian mental itu bergradasi, mulai dari yang tidak
disadari (petites perception) sampai dengan yang disadari (apperception).
d. Immanuel Kant (1724-1804)
Immanuel Kant dilahirkan pada tanggal 22 April 1724 di Koningsberg
Prussia. Kant merupakan filsuf yang pemikirannya berpengaruh besar terhadap
filsuf-filsuf setelahnya. menyebutnya sebagai tokoh yang paling menonjol
dalam ilmu filsafat setelah zaman Yunani Kuno. Ia dikenal sebagai pengkritik
dan sekaligus memberikan solusi dari dua aliran besar filsafat yaitu empirisme
dan rasionalisme Kant terkenal salah.

3. Konfergensi
Tokoh aliran konfergensi adalah Wiliam Stem. Ia seorah tokoh pendidikan
jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran konferegensi merupakan
kompromi atau kombinasi dari aliran Nativisme dan Emperisme. Aliran ini
berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk,
sedangkan perkembanga anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan.28
Aliran konfergensi menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada
faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan. Hanya saja, Wiliam Stem tidak
menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut.
Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bias ditetapkan.
Apakah aliran konfergensi sebagaimana tersebut di atas dapat dijadikan
pedoman dalam arti bahwa perkembangan peserta didik pasti bergantung pada
pembawaan dan lingkungan pedidikannya? Sampai batas tertentu aliran ini
dapat kita terima. Tetapi tidak secara mutlak. Sebab masih ada satu hal yang
perlu diperhatikan yakni potensi psikologi tertentu yang juga tersimpan rapi
dalam diri setiap peserta didik dan sulit diidentifikasi. Hasil proses
perkembangan peserta didik tak dapat dijelaskan dengan menyebutkan
pembawaan dan lingkungan. Artinya keberhasilan seoarng peserta didik tidak

28
Hinggil permana, Analisis Aliran-Aliran Pemikiran Dalam Pendidikan Islam (Februari, 2022)

16
hanya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan saja, karna peserta didik
tersebut tidak hanya dikembangkan pembawaan dan lingkunganya, tetapi juga
oleh di diri peserta didik sendiri.
Dari hasil pengelidikan yang dilakukan oleh para ahli psikologi diperoleh
petunjuk sebagai berikut; faktor pembawaan lebih menentukan dalam hal
intelgensi, fisik, reaksi pengindraan, sedangkan faktor lingkungan lebih
menentukan dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, dan nilai nilai
kejujuran, gembira, sedih dan ketergantungan kepada orang lain sangat
dipengaruhi oleh belajar (training).29
Kadar pengaruh keturuna (pembawaan) dan lingkungan terhadap peserta
didik berbedaa sesuai dengan segi segi pertumbuhan kepribadian peserta didik.
Kadar pengaruh kedua faktor ini juga berbedaa sesuai umur dan fase
pertumbuhan yang dilalui. Faktor keturunan umumnya lebih kuat pengaruhnya
pada tingkat bayi, yakni sebelum terjalinnya hubungan social dan
perkembangan pengalaman. Sebaliknya pengaruh lingkungan lebih besar pada
manusia mulai dewasa, karna hubungan dengan lingkungan alam manusia, serta
ruang geraknya sudah semakin luas. Karna itu Zakiah Drajat mengatakan
bahwa tugas sekolah ialah mempersiapkan semua unsur unsur kebudayaan
untuk proses ini. Ada tiga hasil integrasi antara individu dengan
lingkukngannya, perluasan, perbedaan. Dan penggabungan bahwa bila saja
belajar benrlangsung maka yang belajar itu adalah seluruh organism manusia
itu. Jalaluddin Rahmat dalam bukunya belajar cerdas, mengemukakan secara
singkat para peneliti umumnya menilai perbandingan kedua pengaruh itu secara
”fifty fifty” setengah disebabkan oleh keturunan dan setengahnya lagi oleh
lingkungan. Jika IQ anda 20 poin, kira kira 120, 10 poin dari orang tua anda
dan 10 poin lagi dari lingkungan. Lanjut beliau tetapi, yang paling penting
adalah kecerdasan anda yang dibawah sebagai warisasn hanya anda miliki
sebagai potensi. Ibarat rumah pembawaa adalah pondasi, sedangkan
lingkungan adalah bangunan rumah.

29
Drs. Mardiya, memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, 2019

17
Gerald Edelman, neorology pemenang nobel dan kepala The Neurological
Instutute di The cripps clinik, la jolla, California mengemukakan neurology
Darwinisme adalah teori yang menjelaskan bahwa otak memang harus plastis
(lentur), yakni harus berubah ketika lingkungan dan pengalaman berubah.
Itulah sebabnya mengapa kita harus menerima pelajaran (learn) dan juga bias
menghilangkan pelajaran (anlearn). Jadi bahwa berbagai penelitian para ahli
membuktikan bawaan saja tidak akan bias berkembang dan beruh kecuali ada
faktor faktor lain diluar manusia itu sendiri yang mempengaruhinya. Akan
tetapi, dalam hal pembawaan yang bersifat rohania sangat sulit kita kenali.
Pembawaan yang potensial itu tidak spesifik melainkan bersifat umum dan
dapat berkembang menjadi bermacam macam kenyataan antara interaksi
dengan lingkungan. Pembawaan menentukan batas batas kemungkinan yang
dapat dicapai oleh seseorang peserta didik akan tetapi lingkungan menentukan
menjadi seseorang individu dalam kenyataan.
Tentang fungsi pembawaan dan lingkungan Hendri G. Garret mengatakan
sebagai berikut “jelaslah pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang
bertentaangan melainkan saling membutuhkan”. Lingkungan yang buruk dapat
merintangi pembawaan yang baik, tatapi lingkungan yang baik tidak dapat
menjadi pengganti suatu pembawaan yang baik. Daerah yang penuh dengan
kejahatan dan kesempatan latihan yang kurang, akan menimbulkan kebiasaan-
kebiasaan yang buruk. Begitu juga lingkungan yang baik tidak dapat
menjadikan peserta didik yang lemah pikiran menjadi orang yang pandai atau
orang yang tidak berbakat menjadi berbakat. Karna itu ada fakror lain yang
perlu diperhatikan oleh pendidik yaitu faktor dari diri peserta didik sendiri yang
harus mengembangkan potensi dirinya secara maksimal, dengan
memaksimalkan pembawaan dan pengaruh lingkungan dimana dia berada.
Maka akan membawa peserta didik ke arah tujuan pendidikan. Dari aliran-
aliran tersebut diatas ada dua aliran ekstrim yaitu pembawaan (Nativisme) dan
lingkungan (Empirisme) sedang satu yang moderat yaitu
penggabungan/kombinasi (Konvergensi).

18
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses perkembangan berbagai aliran psikologi ada 3 macam diantaranya Psikologi
Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu
keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai Fenomena
(gejala). Yang kedua adalah Asosiasi dalam psikologi mengacu pada hubungan mental antara
konsep, peristiwa, atau keadaan mental yang biasanya berasal dari pengalaman tertentu.
Sosiologi Psikologis juga dikenal sebagai Psikologi Sosial Sosiologis, adalah bidang sosiologi
yang berfokus pada tindakan sosial berskala mikro.

Prinsip dasar perkembangan adalah 1) perkembangan bergantung pada genetik dan


lingkungan, 2) perkembangan merupakan proses yang teratur dan mengikut pola yang dapat
diprediksi, serta 3) orang berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda.

Teori Nativisme Schopenhaur berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan


oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan atau bawaan dari seorang individu.
dan sebaliknya, Teori yang dikemukakan oleh John Locke menyatakan bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh individu dari
lingkungannya. Teori Konvergensi William Stern menggabungkan teori nativisme dengan
empiris menjadi teori konvergensi.

B. Saran
Saran dari kami adalah agar kita generani muda lebih menyadari semua hak yang
menyangkut tentang proses perkembangan psikologi karena untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang bermutu kita harus mengatahui apa-apa proses, faktor, aliran yang
ada dalam proses perkembangan. Untuk makalah ini kami juga menyadari masih banyak sekali
yang harus diperbaiki, jadi kritik dan saran anda semua sangat dibutuhkan dalam hal
penyempurnaan makalah baik dalam segi penulisan maupun isi

19
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, M. S. (Januari 2005). Psikologi perkembangan.


Abu Ahmadi, W. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmadi, A. (2003). Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Baharuddin. (2009). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Boeree, G. (2005). Sejarah Psikologi. Yogyakarta: Prismashopie.
Fauzi, A. (2008). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Greenwood, J. (1999). Understanding The "Cognitive Revolution" In Psychology.
Journal Of History of The Behavioral Sciences, 1.
Gurvitch, G. (1962). Traite de Sociologie.
Hergenhahn.B.R. (2009). The Intruduction to History Of Psychology.
Kartono, K. (1996). Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
Madsen. (1988). A History of Psychology in Metascientific Prespective. Amsterdam:
Elsevier Science.
magee, B. (2008). The Story of Psychology. Yogyakarta.
Musdalifa. (2019). Peserta Didik Dalam Pandangan Nativisme dan Konfergasi.
Makassar.
Naisaban, L. (1962). Para Psikologi Terkemuka Dunia. Jakarta: Grasindo.
Noor, M. (2019). Mengenal aliran-aliran klassi Dalam Dunia Pendidikan.
Raho, B. (2016). Sosiologi. Ledalero.
Robinsonn, D. (2009). All Intelectual History of Psychology. London.
Rochma, E. Y. (2014). Psikologi perkembangan. ponorogo: Stain Po Pres.
Sujanto, A. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Askara.
Suryabrata, S. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Gravindo Persada.
Syaodih, N. (2008). Landasan Psiklogi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakatya.
Viney, W. &. (2003). History of Psychology. Ideas and Context.

Anda mungkin juga menyukai