Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328981260

TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN PSIKOLOGI GESTALT SERTA


IMPLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Presentation · November 2018

CITATIONS READS

0 38,922

1 author:

Nurfarhanah Nurfarhanah
Universitas Negeri Padang
25 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA
BIMBINGAN DAN KONSELING View project

All content following this page was uploaded by Nurfarhanah Nurfarhanah on 16 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN PSIKOLOGI GESTALT
SERTA IMPLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN

Oleh:

Nurfarhanah/NIM: 1204385

A. Pengertian Psikologi Gestalt


Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang
mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data
dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena
adalah data yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi
Gestalt sependapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa
suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat
dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat
dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu
informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu.

B. Tokoh–tokoh Gestalt
1. Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran
psikologi Gestalt. Konsep pentingnya: Phi phenomenon, yaitu bergeraknya
objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan
dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan
interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi
obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan
proses fisik tetapi proses mental sehingga diambil kesimpulan ia menentang
pendapat Wundt.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia
melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop,
yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke
dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang
dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian,
dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan
diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut
bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu
karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan
secara bergantian.
Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt
dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-
hukum itu antara lain:
a) Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
b) Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
c) Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)

2. Kurt Koffka (1886-1941)


Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Sumbangan Koffka
kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari
prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi,
belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori
Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat
diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt.
Teori Koffka tentang belajar antara lain:
a. Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di
otak.
Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-
prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan
sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
b. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu
tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan
jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk
mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
c. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
3. Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler
pernah melakukan penyelidikan terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya
ditulis dalam buku bertajuk The Mentality of Apes (1925). Eksperimennya
adalah: seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas
sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula
hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak
berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti
sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba
hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia
untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau
problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan
berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt
apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong
organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler
sampai pada kesimpulan bahwa organisme–dalam hal ini simpanse–dalam
memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan
insight.

4. Kurt Lewin (1890-1947)


Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field psychology oleh Kurt
Lewin. Lewin lahir di Jerman. Mula-mula Lewin tertarik pada paham Gestalt,
tetapi kemudian ia mengkritik teori Gestalt karena dianggapnya tidak adekuat.
Lewin kurang setuju dengan pendekatan Aristotelian yang mementingkan
struktur dan isi gejala kejiwaan. Ia lebih cenderung kearah pendekatan yang
Galilean, yaitu yang mementingkan fungsi kejiwaan.
Konsep utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis
tempat individu berada dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta
dan obyek psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku individu (B=f
L). Tugas utama psikologi adalah meramalkan perilaku individu berdasarkan
semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya pada waktu
tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian yang memiliki batas-batas.
Batas ini dapat dipahami sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai
tujuannya. Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion.
Dalam lapangan psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan
mendorong individu mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi
ketidakseimbangan (disequilibrium), maka terjadi ketegangan (tension). Salah
suatu teori Lewin yang bersifat praktis adalah teori tentang konflik. Akibat
adanya vector-vector yang saling bertentangan dan tarik menarik, maka
seseorang dalam suatu lapangan psikologis tertentu dapat mengalami konflik
(pertentangan batin) yang jika tidak segera diselesaikan dapat mengakibatkan
frustasi dan ketidakseimbangan.
Berdasarkan kepada vector yang saling bertentangan itu. Lewin
membagi konflik dalam 3 jenis:
a) Konflik mendekat-mendekat (Approach-Approach Conflict)
Konflik ini terjadi jika seseorang menghadapi dua obyek yang sama-sama
bernilai
positif.
b) Konflik menjauh-menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict)
Konflik ini terjadi kalau seseorang berhadapan dengan dua obyek yang
sama-sama mempunyai nilai negative tetapi ia tidak bisa menghindari kedua
obyek sekaligus.
c) Konflik mendekat-menjauh (Approach-Avoidance Conflict)
Konflik ini terjadi jika ada satu obyek yang mempunyai nilai positif dan
nilai negatif sekaligus.

C. Prinsip Dasar Gestalt


a. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field.
Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan
oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan
persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari.
Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
b. Prinsip-prinsip pengorganisasian:
 Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik
waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai
satu bentuk tertentu.
 Principle of Similarity: individu akan cenderung mempersepsikan
stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu bisa
berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.
 Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah
terbentuk sebelumnya.
 Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara
alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi
meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
 Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang cenderung
akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak
lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan
yang sempurna dan sederhana agar mudah diingat.
 Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap bidang
pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar
belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja
ataupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang
dianggapnya sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai ground.
 Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara
aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan
struktural antara daerah-daerah otak yang terktivasi dengan isi alam
sadarnya.

D. Aplikasi Prinsip Gestalt


1. Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami
proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah
proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap
suatu problem.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain:
a) Pengalaman tilikan (insight): bahwa tilikan memegang peranan
yang penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal
keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning):
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang
pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas
makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang
dipelajari.
c) Perilaku bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah
pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan
stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang
ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika
peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena
itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
d) Prinsip ruang hidup (life space): bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu,
materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan
situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e) Transfer dalam Belajar: yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam
situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan
Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian
obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan
yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-
prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian
menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer
belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-
prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam
situasi lain.
2. Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses
pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight,
individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui
proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam
belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis.
Timbulnya insight pada individu tergantung pada:
a. Kesanggupan, kesanggupan berkaitan dengan kemampuan
inteligensi individu.
b. Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan
pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
d. Latihan
Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam
situasi yang bersamaan
e. Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah,
seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya
menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Memori
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan
berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan
prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good
Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial,
fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip
seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai
suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain
dengan dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum
menjadi fakta atau belum diketahui faktanya.

E. Implikasi Gestalt
a) Pendekatan fenomenologis : menjadi salah satu pendekatan yang eksis
di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt
menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental
process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat
mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Fenomenologi
memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah psikologi.
Heidegger adalah murid Edmund Husserl (1859-1938), pendiri
fenomenologi modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf, salah
seorang tokoh psikologi eksperimental “baru” yang muncul di Jerman
pada akhir pertengahan abad XIX. Kohler dan Koffka bersama
Wertheimer yang mendirikan psikologi Gestalt adalah juga murid
Stumpf, dan mereka menggunakan fenomenologi sebagai metode untuk
menganalisis gejala psikologis.
Fenomenologi adalah deskripsi tentang data yang berusaha memahami
dan bukan menerangkan gejala-gejala. Fenomenologi kadang-kadang
dipandang sebagai suatu metode pelengkap untuk setiap ilmu
pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati apa
yang dialami secara langsung.
b) Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme: dengan
menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus
pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan
menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti
persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman
(dengan Teori Sign Learning) dan Kohler (eksperimen menggunakan
simpanse sebagai hewan coba).

F. Hukum–hukum Belajar Gestalt


Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum
Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum
yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan,
dan kontinuitas.
Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu:

1. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung
dianggap sebagai suatu totalitas. Contohnya : Garis-garis di atas akan
terlihat sebagai tiga kelompok garis yang masing-masing terdiri dari dua
garis, ditambah dengan satu garis yang berdiri sendiri di sebelah kanan
sekali.
2. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas
tersendiri. Contohnya:
Gambar garis-garis di atas akan dipersepsikan sebagai dua segi empat dan
garis yang berdiri sendiri di sebelah kiri, tidak dipersepsikan sebagai dua
pasang garis lagi setelah ada garis melintang yang hampir saling
menyambung di antara garis-garis tegak yang berdekatan.
3. Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai
suatu kelompok atau suatu totalitas. Contohnya:
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan
mendatar dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai
deretan-deretan tegak.
4. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek
yang ada. Contohnya: Pada gambar diatas, kita akan cenderung
mempersepsikan gambar sebagai dua garis lurus berpotongan, bukan
sebagai dua garis menyudut yang saling membelakangi.

G. Penerapan Teori Gestalt dalam Proses Belajar


Sebelum membahas teori Gestalt dalam proses belajar ada baiknya membahas
prinsip-prinsip belajar menurut teori ini yaitu:
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran
yang lainnya.
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan
Materi dari belajar baru dapat diterima dan dipahami dengan baik apabila
individu tersebut sudah cukup matang untuk menerimanya. Kematangan
dari individu dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan individu
tersebut.
c. Siswa sebagai organisme keseluruhan
Dalam proses belajar, tidak hanya melibatkan intelektual tetapi juga
emosional dan fisik individu.
d. Terjadinya transfer
Tujuan dari belajar adalah agar individu memiliki respon yang tepat dalam
suatu situasi tertentu. Apabila satu kemampuan dapat dikuasai dengan baik
maka dapat dipindahkan pada kemampuan lainnya.
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Proses belajar terjadi ketika individu mengalami suatu situasi baru. Dalam
menghadapinya, manusia menggunakan pengalaman yang sebelumnya
telah dimiliki.
f. Belajar dengan insight
Dalam proses belajar, insight berperan untuk memahami hubungan diantar
unsur-unsur yang terkandung dalam suatu masalah.
g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan
tujuan siswa
Hal ini tergantung kepada apa yang dibutuhkan individu dalam kehidupan
sehari hari, sehingga hasil dari belajar dapat dirasakan manfaatnya.
h. Belajar berlangsung terus-menerus
Belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Belajar dapat
diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan individu
setiap waktu.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai