Anda di halaman 1dari 4

KHAERUL FARHAN

11170110000056

TEORI-TEORI BELAJAR

Ada beberapa istilah belajar menurut para ahli, berikut dikutip dari buku psikologi
pendidikan karya Muhibbin Syah:

1. James O. Whittaker merumuskan, belajar sebagai proses dimana tingkah laku di


timbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2. Ronbach berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
3. Drs. Slameto berpendapat bahwa belajar adalah suatu peroses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dangan interaksi dengan lingkunngan

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan diatas
dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan melibatkan dua unsur jiwa
dan raga. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan
perubahan dan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotorik.

Sekarang kita masuk kepada teori-teori belajar. Teori-teori belajajar menurut aliran
psikologi ada empat yaitu: teori behaviorisme, teori belajar kognitif, teori pemrosesan
informasi, dan teori belajar gestalt. Disini kita akan mebahas teori belajar bevaviorisme dan
teori belajar gestalt.

1. Teori belajar Mental State

Teori ini berpangkal pada psikologi asosiasi yang dikembangkan oleh J. Herbart
yang pada prinsipnya, jiwa manusia terdiri dari kesan-kesan atau tanggapan-tanggapan
yang masuk melalui penginderaan. Kesan-kesan itu berasosiasi satu sama lain dan
membentuk mental atau kesadaran manusia. Tambah kuat asosiasi itu tambah lama
kesan-kesan itu tinggal di dalam jiwa kita. Kesan-kesan itu berasosiasi satu sama lain
dan membentuk mental atau kesadaaran. Kesan-kesan itu akan mudah diungkapkan
kembali (reproduksi) apabila kesan-kesan itu tertanam dengan kuat dalam ruang
kesadaran. Dan sebaliknya apabila kesan-kesan itu lemah, maka akan lebih mudah lupa.
Jadi yang penting menurut teori ini ialah bahan-bahan atau materi yang disampaikan
kepada seseorang. Teori ini lebih bersifat matrelialistis, mengutamakan bahan.
(Jiwa yang baik apabila bahan yang diterima adalah baik, dalam arti sesuai
dengan norma-norma etis).
Menurut teori ini, belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat indra
yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar. Pengalaman-
pengalaman berasosiasi dan berproduksi. Karena itu latihan memegang peranan
penting. Lebih banyak latihan dan ulangan, maka akan lebih dan lebih lama pengalaman
dan pengetahuan itu tinggal dalam kesadaran dan ingatan seseorang, dan sebaliknya
ulangan dan latihan maka pengalaman atau pengetahuan akan cepat terlupakan.
Dalam pengajran teori ini sangat mempengaruhi dengan metodenya yang
disebit “Formal Step”.
 Karena itu cara belajar yang baik ialah dengan jalan memperbanyak hafalan dan
dengan menggunakan hukum asosiasi reproduksi, dengan factor ingatan sangat
menonjol.
 Jiwa manusia terdiri dari unsur-unsur atau elemen-elemen misal: 2+5+3=10.
Satuan-satuan angka 2,5,3 adalah unsur-unsur, sedangkan satuan 10 adalah hasil
asosiasi yang membentuk mental state manusia. Karena ada yang beranggapan
seorang manusia pada hakikatnya sama dengan 10.000 butir telur ayam.

2. Teori belajar gestatl


Didalam bukunya Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto dengan judul teori-
teori dasar Psikologi pendidikan berpendapat, Gestatl berasal dari kata Jerman yang
mempunyai penandaan arti sebagai bentul atau kongfigurasi. Pokok pandangan Gestatl
adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatau
keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler. Ada enam prinsip
organisasi terpenting, yaitu:
a. Hubungan bentuk dalamm latar (figure and ground relationship) yaitu
menganggap sbahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure
(bentuk) dan latar belakang.
b. Kedekatan (proximimity), bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu
maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai bentuk tertentu
c. Kesamaan (similarity) bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cendrung akan
dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki
d. Arah bersama (commin direction) bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang
dalam arah yang sama cendrung akan dipersepsi sebagai suatu figur atau bentuk
tertentu
e. Kesederhanaan (simplicity) bahwa orang cendrung menata bidang pengamatannya
bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cendrung membentuk keseluruhan
yang baik bedasarkan susunan sitematis dan keteraturan
f. Ketertutupan (closure) bahwa orang yang cendrung akan mengisi kekosongan suatu
pola obyek atau pengamatan yang ridak lengkap.

Dalam bukunya Aminudin Rasyad, teori belajar dan pembelajaran, teori belajar
Gestalt ini lahir di Jerman pada tahun 1912 yang dipeloponi dan dikembangkan oleh
Max Wertheimer pada tahun 1912 sebagai reaksi terhadap aliran strukturalisme dalam
psikologi. Para ahli psikologi Gestalt memualai teorinya dan ide abstrak mengenai sifat,
pengamatan, berfikir dan stuktur pengalaman kejiwaan mausia. Belajar dipandang
fenomena dan apa yang di pelajari adalah produk dan ditentukan oleh keadaan jiwa dan
oleh hukum pengamatan.

Menurut teori Gestalt, belajar adalah berkenaan dengan keseluruhan individu dan
timbul dari interaksinya yang matang dengan lingkungannya. Melalui interaksi ini,
kemudian tersusunlah bentuk-bentuk persepsi, imajinasi dan pandangan baru.
Kesemuanya, secara bersama-sama membentuk pemahaman atau wawasan (Insight),
yang bekerja selama individu melakukan pemecahan masalah. Walaupun demikian
pemahaman (insight) itu barulah berfungsi kalau ada persepsi/tanggapan terhadap
masalahnya-memahami kesulitan, unsur-unsur dan tujuannya. Sementara itu, dalam
belajar menurut Gestaltis prinsipnya berkaitan dengan proses berfikir (proses problem
solving) dan persepsi. Dalam hal ini terdapat empat prinsip yang dikembangkan oleh
Wertheimer dan kemudian diaplikasikan Kohler mengenai berfikir dan persepsi.
Karena Gestaltis punya perhatian dengan aspek-aspek molar dalam belajar dan prilaku
sebagaimana stimuli dan respons, keterangan mereka tentang belajar dan memori llebih
banyak bersifat global dan tidak spesifik seperti halnya keterangan dari behaviorist.
Daftar Pustaka

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2017

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006

Anda mungkin juga menyukai