KOGNITIVISME
DISUSUN OLEH
Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori belajar
kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan
mementingkan proses belajar. Menurut Drs. H. Baharuddin dan Esa Nur wahyuni (2007: 89)
yang menyatakan” aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukan sekedar stimulus dan
respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan
kegiatan mental yang ada di dalam individu yang sedang belajar”. Kutipan tersebut di atas
berarti bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan
menggunakan perilaku, sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan
diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain
sebagainya.
Teori belajar kognitif menurut Drs. Bambang Warsita yang beranggapan bahwa”
Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh
pemahaman”. Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang
tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Dimana teori ini menekankan pada gagasan
bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam kontek situasi secara
keseluruhan.
Seperti juga di ungkapkan oleh Winkel (1996:53) bahwa “Belajar adalah suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.” Hal ini berarti bahwa perubahan
yang terjadi dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dialami oleh manusia, dimana
pengalaman tersebut bersifat relatif menjadi proses belajar yang membekas dalam fikiran
manusia. Selain itu teori belajar kognitif memandang “belajar sebagai proses pemfungsian
unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus
yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal
berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha
yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan
berbekas.
Teori belajar Gestalt (Gestalt Theory) ini lahir di Jerman tahun 1912 dipelopori dan
dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880 – 1943) yang meneliti tentang pengamatan dan
problem solving, dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di
sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Sumbangannya ini diikuti tokoh-tokoh lainnya, seperti Wolfgang Kohler (1887 – 1959) yang
meneliti tentang “insight” pada simpanse yaitu mengenai mentalitas simpanse (ape) di pulau
Canary. Kurt Koffka (1886 – 1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-
hukum pengamatan, dan Kurt Lewin (1892 – 1947) yang mengembangkan suatu teori belajar
(cognitif field) dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial.
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian
komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi
kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung
berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.
a. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai
suatu totalitas.
b. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
c. Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok
atau suatu totalitas. Contohnya :
OOOOOOOOOOOOO
XXXXXXXXXXXXX
OOOOOOOOOOOOO
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar dengan
bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan tegak.
d. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang ada.
2. Piaget
Teori belajar Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang
pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an.
Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk
mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil
kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi
diantara keduanya.
Menurut Piaget, teori belajar jean piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat
aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman,
yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu
pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, dan 4)
ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia
selalu mempu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
1. Asimilasi
Asimilasi merupakan satu proses penyesuaian antara objek yang baru diperolehi
dengan skemayang sedia ada.
-Proses asimilasi yang berlaku membolehkan manusia mengikuti sesuatu modifikasi
skemamhasil daripada pengalaman yang baru diperolehi.
-Contohnya, seorang kanak-kanak yang baru pertama kali melihat sebiji epal. Oleh itu,
kanak- kanak tersebut akan menggunakan skema memegang (skema yang sedia ada) dan
sekaligus merasanya. Melaluinya, kanak-kanak tersebut akan mendapat pengetahuan yang
baru baginya berkenaan "sebiji epal".
2. Akomodasi
-Merupakan suatu proses di mana struktur kognitif mengalami perubahan.
-Akomodasi berfungsi apabila skema tidak dapat mengasimilasi (menyesuaikan)
persekitaran baru yang belum lagi berada dalam perolehan kognitif kanak-kanak.
-Jean Piaget menganggap perubahan ini sebagai suatu proses pembelajaran.
-Contohnya, kanak-kanak yang berumur dua tahun yang tidak ditunjukkan magnet
akan menyatukan objek baru ke dalam skemanya dan mewujudkan penyesuaian konsep
terhadap magnet itu.
3. Adaptasi
-Ia merupakan satu keadaan di mana wujud keseimbangan di antara akomodasi dan
asimilasi untuk disesuaikan dengan persekitaran.
-Keadaan keseimbangan akan wujud apabila kanak-kanak mempunyai kecenderungan
sejadi untuk mencipta hubungan apa yang dipelajari dengan kehendak persekitaran.
Jean Piaget mendapati kemampuan mental manusia muncul di tahap tertentu dalam
proses perkembangan yang dilalui. Menurut beliau lagi, perubahan daripada satu peringkat ke
satu peringkat seterusnya hanya akan berlaku apabila kanak-kanak mencapai tahap
kematangan yang sesuai dan terdedah kepada pengalaman yang relevan. Tanpa pengalaman-
pengalaman tersebut, kanak-kanak dianggap tidak mampu mencapai tahap perkembangan
kognitif yang tinggi.
IMPLIKASI TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF DALAM PROSESPENGAJARAN DAN
PEMBELAJARAN.
Secara umumnya, teori pembelajaran kognitif merupakan satu teori yang sangat
pentingdalam proses pengajaran dan pembelajaran murid -murid. Teori
pembelajaran kognitif m e n e k a n k a n proses kognitif bagi
m e n g h a s i l k a n p e r u b a h a n t i n g k a h l a k u d a l a m pembelajaran. Selain itu, ia
juga satu cara pembelajaran yang menggunakan pengalamansedia ada untuk memikirkan cara
penyelesaian masalah yang dihadapi.T e o r i p e m b e l a j a r a n k o g n i t i f i n i s a n g a t
menitikberatkan bahawa pengetahuan dan pengalaman yang sedia ada
pada murid-murid untuk proses pembelajaran. Denganadanya teori
pembelajaran kognitif ini ia secara langsung memberikan implikasi -
implikasi kepada proses pengajaran dan pembelajaran kanak -kanak
a t a u p u n m u r i d - murid. Implikasi teori pembelajaran kognitif yang pertama
kepada proses pembelajaranmurid-murid iaiah merangsang ingatan kanak-kanak
semula.Dalam pembelajaran kognitif ia lebih kepada menggunakan pengalaman yang sedia
bagimembantu dalam proses pembelajaran. Oleh yang demikian, pembelajaran kognitif
dapatmerangsang ingatan kanak-kanak semula. Contohnya, ketika kanak-kanak tersebut
beradadi alam persekolahan mereka akan melalui pembelajaran yang memerlukan
pengalamanatau pun pengetahuan yang sedia ada. Seperti kemahiran 3M iaitu membaca,
menulis danmengira. Dengan pengetahuan ada ketika di prasekolah dahulu, tentu
situasi ini tidak akan menyukarkan bagi kanak-kanak tersebut.Selain itu, implikasi teori
pembelajaran kognitif yang seterusnya dalam proses pengajarandan pembelajaran murid-
murid iaiah membantu murid -murid mengingat semula. Oleh kerana pembelajaran
kognitif ini menekankan kepada perubahan-perubahan yang berlakud a l a m cara
manusia berfikir dari peringkat bayi sehingga ia dewasa. Jean
P i a g e t memandang kanak-kanak sebagai pelajar yang aktif yang berkelakuan
seperti saintismuda dan akan memperkembangkan teori mereka masing -masing.
Dalam bilik darjah,murid-murid akan belajar sesuatu mengikut tahap atau pun tingkat
umur mereka. Selain
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar – Ruzz
Media
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Jakarta : PT. Indeks
Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara
Sujana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta :
Rineka Cipta